***
Aldo semakin panas menyaksikan adegan demi adegan yang berlangsung di hadapannya. Kini ia berdiri dan segera menjauh dari tempat pesta itu.
Aldo masuk kembali ke dalam gubuknya. Dengan perasaan yang tak karuan, ia meraih ponsel miliknya dan mengirim pesan pada, Danu!
[ Saya telah kalah! ] isi pesan yang Aldo kirim.
Hari ini sinyal handphone bersahabat, pesan yang Aldo kirim sangat lancar. Danu juga membalas dengan cepat.
[ Sabar, Tuan muda! Saya yakin itu hanya bagian dari rencana gadis itu saja. ] Balas, Danu.
Aldo pun memikirkan hal yang sama. Namun, tetap saja, kini status Ayu sudah sah menjadi istri dari Juragan Tono.
Sementara suasana di tempat pesta sangat riuh. Juragan Tono memerintahkan anak buahnya membuat pesta susulan untuk merayakan pernikahannya, karena hari ini memang tidak ada persiapan apa-apa.
"Dengar, kalian semua! Silahkan buat makanan sebanyak yang kalian suka! Saya akan menyiapkan seluruh keperluannya!
***Juragan Tono sadarkan diri, setelah pagi hari. Bahkan meriahnya pesta semalam, ia tidak menikmatinya.Semalaman para buruh bersenang-senang menyantap hidangan dan bersenda gurau. Tiga sekelompok itu menyangka Jurgan Tono sengaja tidak keluar kamar, jadi mereka tidak barani menganggu."Apa yang terjadi dengan saya?" tanya Juragan Tono saat tersadar."Juragan tidur nyenyak sekali, hingga semalam pun, Juragan tidak ikut merayakan pesta," papar Ayu dengan tenang.Juragan Tono hanya menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.Kemudian Ayu bergegas keluar, Juragan Tono pun mengikuti langkah Ayu.Kini Ayu telah duduk di kursi bagian keuangan pabrik. Juragan Tono masih terlihat bingung, ia tidak bisa mengingat apa pun yang terjadi semalam, bahkan Juragan Tono berfikir, apakah dirinya sudah melakukan hubungan suami istri dengan Ayu.Aldo menatap tajam ke arah Ayu, ia tidak rela membayangkan Ayu telah tidur bersama Juragan Tono, wala
***Suasana yang riuh, menjadi sangat tegang saat Ayu sudah diikat di tiang gantungan.Aldo semakin gelisah, dan berharap Danu melihat semua lewat kamera yang selalu Aldo bawa sebagai pengintai.Namun Aldo sadar, kalau pun Danu melaporkan masalah ini sekarang, tetap saja tidak akan terkejar waktunya.Perjalanan menuju desa memakan waktu tujuh jam, jika melaporkan pada petugas daerah belum tentu mereka berani membantu.Aldo semakin gusar, Dewi juga terus menangis tanpa berani bersuara."Joko! Cepat bawakan kapak besar yang berada di dalam gudang penyimpanan senjata tajam!" Perintah Juragan Tono."Ba-baik, Juragan!" Joko pun gemetar.Semua warga membisu, sebagian ingin masuk karena tak tega melihat Ayu disiksa."Hey! Jangan ada yang pergi dari tempat ini! Kalian semua harus menyaksikan hukuman untuk yang berani berkhianat pada saya!" ujar Juragan Tono."Bagaimana ini Kang?" lirih De
***Semalaman Aldo tak sadarkan diri, sedangkan Dewi dan Ayu tersandar lemah.Sarif dan Sarmin menyekap Joko. Ayu mencoba bangkit untuk memberi pelajaran pada Joko."Biadab! Manusia tak punya belas kasih sepertimu yang seharusnya lenyap dari muka bumi ini!" Ayu berkata dengan tatapan mata yang tajam."Ampun, Yu! Jangan bunuh saya!" Joko gemetar."Apa alasan saya memberi ampun untuk manusia sepertimu?""Saya bisa membantumu untuk melawan Juragan Tono. Tetapi lepaskan dulu ikatan saya ini!" Ujar Joko."Jangan percaya begitu saja, Yu." Sarmin keberatan."Saya bersungguh-sungguh." Joko terus meyakinkan."Tunggu sampai besok pagi!" ucap Ayu.Sementara itu, Ayu merencanakan sesuatu dengan Sarif dan Sarmin."Kita rancang sebuah bom ancaman, ikatkan di tubuh Joko!" perintah Ayu."Tapi kami berdua tidak bisa merancang itu," sahut Sarmin."Tidak apa-apa, kita buat saja semirip mungkin walaupun tid
***Ayu dan yang lain sudah sampai di depan Pabrik Juragan Tono.Semua mata tertuju pada Ayu yang membawa beberapa orang laki-laki berbadan kekar.Juragan Tono dan anak buahnya segera menghadap keluar, bahkan para buruh ikut keluar."Oh, ternyata kau berani mengantarkan nyawamu sendiri ke sini!" ujar Juragan Tono."Justru saya datang kembali ke sini untuk mempercepat ajalmu!" balas Ayu dengan lantang."Kalian fikir saya takut dengan jumlah kalian yang hanya enam orang itu!" Juragan Tono mencibir."Oya, tapi dari caramu bicara saja sudah terdengar gentar!" ledek Sarmin."Bajingan! Kau juga akan saya penggal hari ini!" Juragan Tono menatap tajam, "Joko! Hajar mereka!" perintahnya pada Joko.Joko maju tapi malah bergabung dengan Ayu."Maaf, Juragan! Saya bersama Ayu sekarang," ucap Joko."Pengkhianat! Kau akan menerima hukuman! Tole, Dodo, habisi mereka semua!"Tole dan Dodo ragu-ragu untuk bertindak, b
***Danu datang melaopor pada Aldo, ia tampak cemas dan pucat."Gawat Tuan muda," ucap Danu."Apa yang gawat? Bicara yang jelas!" Aldo menatap bingung.Ayu yang berada di luar ruangan langsung menghentikan langkahnya, ia tidak jadi masuk."Rombongan preman yang kemarin Tuan muda gusur wilayah kekuasaannya itu mengancam akan menghabisi Tuan muda," papar Aldo."Wilayah kekuasaan mereka? Apa tidak salah? Itu pasar milik bersama, tempat rakyat kecil mengais rezeki, lalu mereka sesuka hati merampas hasil keringat para pedagang kecil di sana, mereka pantas digusur!" Aldo berkata dengan tenang.Ayu mendengar dari luar ruangan, ia tersenyum bangga pada sikap suaminya itu."Iya, Tuan muda. Tetapi mereka sangat brutal, bahkan mereka tidak segan-segan menghajar siapapun yang berani menghalangi jalannya."Danu sebenarnya mencemaskan Aldo karena ia tahu bahwa Aldo ini tidak pandai bela di
***Aldo yang sudah diobati dokter kini masuk ke dalam kamar menyusul Ayu.Suasana menjadi hening, Aldo merasa malu dengan kejadian tadi sore."Mas," lirih Ayu melihat suaminya yang diam saja."Em ...." Aldo hanya berdehem pelan.Ayu mengerti dengan apa yang sedang dipikirkan Aldo."Mereka siapa Mas?" tanya Ayu pura-pura tak tahu."Preman pasar, mereka mungkin dendam karena Mas sudah menggusur tempat mereka di sana," papar Aldo."Tapi Mas tidak salah kok, mereka memang pantas digusur."Aldo tersenyum mendengar dukungan dari Ayu. Sekarang Aldo berniat untuk berlatih ilmu bela diri."Sayang, Mas mau berlatih. Kamu bisa ajari?"Ayu mengangguk dengan cepat, Aldo merasa senang."Sekarang ayo tidur!" ajak Aldo mengedipkan sebelah matanya.Ayu tersipu malu, maklum masih suasana pengantin baru.***Pagi harinya Mami dan Papi Aldo sudah menunggu di meja makan.Ayu datang bersama Al
***Hari pertama Ayu memimpin Marcel Group berjalan biasa-biasa saja.Namun, di hari berikutnya, Ayu mulai merasa ada yang janggal.Ada beberapa orang yang datang menemui Mikayla secara pribadi, dan Ayu tak sengaja melihat Mikayla menyerahkan sesuatu pada orang itu di halaman samping kantor.Ayu memperhatikan secara diam-diam hingga orang-orang itu pergi, dan Mikayla masuk kembali ke dalam ruangannya.Ayu merasa curiga, Mikayla menyerahkan flashdisk. Ayu tidak mengerti apa pungsi benda itu. Namun, Ayu segera bertanya pada Danu.Ayu mengirim pesan lewat watsapp, Ayu juga menyertakan foto benda itu yang diambil dari atas mejanya. Ayu melihat jelas, Mikayla memberikan benda yang sama dengan yang Ayu punya di ruangan kerja.[ Apa pungsi benda ini? ] tanya Ayu lewat sebuah pesan.Danu membalas dengan cepat. [ Itu untuk menyimpan file, data atau dokumen penting, dan bisa disalin dari komputer ke komputer yan
***Ayu dan Aldo sudah berada di rumah, sementara Sarif dan Sarmin sedang dalam perjalanan.Mereka mengikuti orang-orang Bintang Group itu, untuk mencaritahu.Sampai di rumah, Pak Samsul memarkirkan mobiil. Syarif dan Sarmin bergegas turun dan segera menemui Ayu.Ayu terlihat sedang duduk di ruang tengah bersama keluarga Aldo.Sarif dan Sarmin bingung bagaimana caranya mengatakan tentang penyelidikan mereka hari ini."Ayu, kami mau bicara sebentar tapi tidak disini," ujar Sarif."Mau bicara soal apa? Di rumah ini jika ingin bicara, bicaralah di depan kami semua! Tidak ada rahasia-rahasia." Marcel protes."Iya, tidak masalah. Kalian bisa katakan di sini saja!" perintah Ayu.Sarif dan Sarmin mengangguk setuju.Kemudian keduanya menceritakan tentang Bintang Group yang telah berencana untuk menghancurkan perusahaan Marcel Group."Flash disk yang diberikan oleh Asisten Nyonya Ayu itu, telah berada ditangan Aris,