Home / Romansa / Gadis Milik Tuan Mafia / Gadis Milik Tuan Mafia [Bab 2]

Share

Gadis Milik Tuan Mafia [Bab 2]

Author: Minkybee
last update Last Updated: 2023-07-26 16:14:15

"Papa … menjual aku?" Akiko menatap tidak percaya pada papanya yang kini duduk berhadapan. Pria paruh baya itu mengangguk, kedua tangannya melipat di dada, pertanda sedang serius. 

"Kau hanya akan menjadi jaminan, Akiko. Aku tidak benar-benar menjualmu begitu saja. Setelah aku mendapatkan saham kembali, maka aku akan menjemputmu," papar Mr. Eloise. 

"Aku bukan barang, Papa. Kau tidak bisa membuang, lalu mengambilku begitu saja," Akiko menatap dalam, berharap papanya bisa berubah pikiran. 

"Bukankah Papa sudah berjanji tidak akan menyiksaku lagi?" janji itu sangat Akiko ingat. Katanya, dia akan dibiarkan hidup bebas setelah masuk kuliah. Tapi, nyatanya janji itu langsung runtuh begitu saja. 

Beberapa menit lalu, Akiko baru saja sampai di rumah mewahnya yang dulu. Rumah ini menyimpan banyak sekali kenangan menyakitkan baginya, sampai dia enggan untuk datang karena bisa teringat masa lalu. Rasanya, hal buruk selalu terjadi di rumah ini. Dan benar saja, kini dia harus menuruti keegoisan papanya kembali. 

"Ini satu-satunya cara, pria itu menginginkan Kakakmu. Tapi, aku akan memberikanmu saja agar Kakakmu tetap aman," ucap Mr. Eloise. 

Akiko mengerutkan alis bingung. "Pria?" tanyanya. 

"Dia punya perusahaan yang menjalin kerja sama dengan perusahaan Papa. Dan…," Mr. Eloise menghela nafas panjang sambil memijat kepalanya sembari menatap Akiko lama. 

"Dan Papa punya hutang besar padanya," Akiko terdiam mendengar jawaban itu. Sudah menduga alasan yang sangat classic bagi dirinya. Dia merasa tidak berharga karena bisa diberikan pada orang asing semudah itu. 

"Selama ini Papa bekerja terus, bahkan tidak bisa meluangkan waktu untuk keluarga. Lalu, Papa kemanakan uang-uang itu?" pertanyaan Akiko membuat sang papa langsung menatap tajam. 

"Kemana? Aku memberikan uang bulanan dengan nominal besar untukmu, tapi kau masih bertanya, aku kemanakan uang itu?" bukan begitu maksud pertanyaan Akiko. Dia hanya ingin tahu, bukankah Papanya itu menabung? Kenapa bekerja keras selama ini tidak ada tabungan sama sekali? Apakah masa menyakitkan yang Akiko lewati sendirian waktu kecil, hanya berbuah seperti ini? Ujung-ujungnya, dia lah yang akan mendapat getah dari semua masalah. 

"Harusnya aku yang bertanya, kau kemanakan uang yang aku kirim setiap bulan? Kau menghabiskan uang sebanyak itu dengan bebasnya, hah!" 

Akiko menunduk. "Aku berobat," lirihnya pelan. 

"Berobat untuk apa? Sejak kecil, kau memang sudah penyakitan. Tidak perlu banyak gaya dengan berobat segala. Kau pasti akan mati, sama seperti mama–mu itu! Dasar tidak tau diri," desis Mr. Eloise. 

"Kejam … kenapa orang bisa berkata sekejam itu, ya? Papa bahkan tidak tau aku ini sakit apa. Papa tidak tau apa yang aku lewati selama ini. Apakah dia lupa, kalau aku ini juga manusia?" gumam Akiko dalam hati. 

"Aku akan berhenti berobat, Papa pakai saja uangku," Akiko membuka tas kecilnya, lalu meletakkan kartunya di atas meja. 

"Akiko Eloise, kau pikir uang ini cukup?" Mr. Eloise melempar kartu itu ke arah Akiko. Padahal, Akiko yakin isinya masih ada banyak. 

"Hutang antar perusahaan itu bukan main-main banyaknya. Masih beruntung dia hanya menginginkanmu, bukan ingin menghancurkan perusahaan Papa." Tentu, perusahaan jauh lebih penting dari nyawa anaknya sendiri. 

"Aku tau, selama ini Papa memang tidak menginginkan aku. Jadi, Papa menerima tawaran pria itu dengan mudahnya agar aku bisa pergi. Iya, 'kan?" tanya Akiko dengan tatapan kosong. Papanya tak kunjung menjawab selama beberapa saat, ia memilih untuk menghisap rokoknya dengan santai. 

"Jika kau memang sayang pada Kakakmu, maka pergilah. Masa depan Kakakmu juga akan buruk kalau pria itu sampai bertindak lebih jauh. Cepat, temui pria itu di belakang," titah Mr. Eloise. 

Akhirnya, Akiko hanya bisa mengangguk pasrah. Sejak dulu, dia selalu tidak bisa menentukan kemauan sendiri. Selalu dikekang dan dipaksa melakukan kemauan papanya. Semua orang menuntutnya untuk sempurna, tanpa perduli batasan hidup Akiko. Padahal aslinya dia sangat lemah, tapi selalu berhasil menyembunyikan lukanya dari orang lain. 

Namun, masalah kali ini menyangkut soal Kakaknya. Dia tidak ingin Kakaknya juga menjadi korban keegoisan sang Papa. Alhasil, Akiko berjalan menuju ruangan, di mana pria yang papanya maksud sedang menunggu. Ia mengetuk pintu, menunggu beberapa saat tapi tidak ada sahutan dari dalam. Jadi, Akiko memutuskan untuk langsung membuka pintu saja. Berpikir, mungkin pria itu tidak mendengar suara ketukan pintu. 

"Excuse me," gadis itu mengedarkan pandangan ke seluruh isi ruangan yang digunakan sebagai perpustakaan pribadi rumah. Ia berjalan pelan, mencari keberadaan pria itu 

"Ngghh…," suara wanita terdengar. Alangkah terkejutnya, saat dia melihat seorang pria sedang melakukan hubungan intim dengan salah satu staff perusahaan papanya. Dengan wajah tak bersalah, mereka justru menatap Akiko sambil terus menikmati suasana. 

"Wanna join us?" tawar pria itu tanpa wajah bersalah sedikitpun. Dia justru tersenyum menyeringai, menatap Akiko yang masih membeku di tempat. 

Akiko yang sadar, segera memalingkan wajah. Tidak mau matanya ternoda tubuh-tubuh telanjang di depan sana. Namun, pria itu tidak merasa terganggu dengan keberadaan Akiko. Dia lanjut mencumbu tubuh wanitanya. Lalu tanpa bicara lagi, dia segera pergi keluar ruangan karena tidak tahan dengan suasana canggung itu. 

Setelah menutup pintu, Akiko menghela nafas gusar. Bingung saja kenapa ada orang se frontal itu di dunia ini. Entah mereka letakkan di mana rasa malu mereka. Dengan percaya diri berhubungan intim, di tempat yang bukan milik mereka. 

"Pria itukah yang papa maksud?" tanya Akiko pada dirinya sendiri. Gawat, jika benar benar pria itu yang papanya maksud. 

Akhirnya, dia memutuskan untuk pulang. Jika papanya memang benar ingin menyerahkannya pada pria itu, pasti dia akan dihubungi lagi cepat atau lambat. Yang penting, sekarang Akiko ingin melupakan sejenak masalahnya. Sebelum pulang, dia pergi ke toko ice cream yang selalu dikunjungi akhir-akhir ini. 

"Vanilla, please," pesan Akiko sambil mengeluarkan kartu miliknya. 

"Seperti biasa," ucap penjaga toko menerima kartu Akiko. 

"Bagaimana hari ini?" tanyanya basa-basi karena merasa sudah lama kenal dengan Akiko. Apalagi mereka sama-sama perempuan dan seumuran, tidak heran kalau dia ingin akrab dengan Akiko. 

"Tidak begitu baik," jawab Akiko sambil tersenyum tipis, lalu menyelipkan helaian rambut pendeknya di daun telinga. 

"Kau baik-baik saja?" tanya penjaga toko sambil memberikan ice cream. 

"Kenapa?" tanya Akiko balik. 

"Kau terlihat pucat, apa kau kedinginan?" Akiko menggelengkan kepala, menyahuti pertanyaan itu. 

"Mungkin, lebih baik kau minum coklat panas saja," ujarnya. 

"Tidak, terimakasih atas perhatianmu. Aku akan pulang," pamit Akiko. 

"Baguslah, tidak baik gadis muda sepertimu berkeliaran sendiri malam-malam. Sampai jumpa lain waktu," ucapnya ramah, membuat Akiko tersenyum manis. Kemudian, ia memesan taksi untuk pulang. Setelah Akiko masuk ke taksi dan melesat pergi, sebuah mobil hitam datang. Mengamati kepergian Akiko dalam diam. 

"Mr. Eloise pikir, aku bodoh. Aku tau, sebenarnya dia punya dua putri. Aku menginginkan putri pertamanya, tapi dia malah memberikan putri keduanya yang lugu itu," pria di dalam mobil mengetuk-ngetukkan jarinya di ponsel. 

"Apa menurut Tuan, kita ambil saja putri pertama Mr. Eloise dengan paksa? Mungkin, dia menyembunyikan putri pertamanya di suatu tempat karena tidak pernah terlihat selama ini," kata asisten pribadinya. 

Pria bertubuh kekar itu menatap taksi yang Akiko naiki dengan tajam, lalu tersenyum menyeringai. "Tidak, biarkan saja. Aku ingin tau tentang putri kedua Mr. Eloise. Dia terlihat … menarik."

Related chapters

  • Gadis Milik Tuan Mafia   Gadis Milik Tuan Mafia [Bab 3]

    "Akiko!" teriakan seseorang, membuat perhatian Akiko teralih dari ponselnya. Saat melihat ke arah samping, ternyata ada Lani yang sedang berlari ke arahnya sambil melambaikan tangan semangat. "Hai," sapa Akiko. "Kau ambil kelas Mr. Gio, 'kan?" tanyanya. "Iya, kau juga?" tanya Akiko balik. "Aku, tidak. Tapi kau akan satu kelas dengan Vivian," gadis lain muncul di samping Lani. "Hai, aku Vivian," sapanya. "Akiko," sahut Akiko pelan sambil berjabat tangan. Beberapa menit kemudian, Lani pergi karena dia beda kelas. Menyisakan Vivian dan Akiko, yang hanya diam dalam keheningan. Keduanya bukan tipe cerewet dan energik seperti Lani. "Vivian, nanti malam ikut ke shoot bar, 'kan?" tanya seorang laki-laki duduk dengan nyaman di sampling Vivian. "Nanti malam?" tanya Vivian memastikan. "Iya, aku yang bayar, tenang saja!" tegasnya sombong. "Tentu, aku akan ikut. Akiko, kau bagaimana?" tawar Vivian. Dia sadar kalau Akiko hanya diam saja sejak tadi. Kemudian, Akiko menggelengkan kepala pela

    Last Updated : 2023-07-26
  • Gadis Milik Tuan Mafia   Gadis Milik Tuan Mafia [Bab 4]

    Malam sudah datang, tapi Akiko masih berada di keluar untuk jalan-jalan malam bersama anjingnya, Kouma. Tapi suasana malam itu rasanya agak berbeda, tidak seramai biasanya. Hanya ada beberapa penjual yang bahkan sedang menutup toko padahal masih jam 8 malam. Akiko berhenti sejenak, untuk memberikan Kouma camilan. Tapi, bodohnya Akiko malah berhenti di depan lorong gang gelap. Seseorang menariknya dengan kasar, sampai dia terjatuh di tanah yang lembab. "Mau ke mana, cantik?" tanya lelaki bertubuh besar itu, sambil berjalan mendekati Akiko. Kouma menggonggong hebat, dia memang agak galak dengan orang baru. Bahkan dia ingin menggigit pria asing yang semakin mendekat. "Berisik!" pria itu memukul Kouma dengan kayu besar, sehingga Akiko buru-buru menahan tali Kouma agar tidak begitu maju. Tapi, tenaganya ternyata kalah dengan anjing ras besar itu. Alhasil, tali Kouma berhasil beralih tangan. "Lepaskan anjingku," pinta Akiko. "Tukar saja dengan tubuhmu," sahutnya sambil mengeluarkan pis

    Last Updated : 2023-07-27
  • Gadis Milik Tuan Mafia   Gadis Milik Tuan Mafia [Bab 5]

    Akiko masih berdiri di depan cermin kamar mandi, menatap luka di bahu yang sedang dibersihkan. Semalam setelah kejadian penembakan di gang, Akiko langsung pergi ke rumah sakit terdekat. Beruntung, peluru tidak bersarang terlalu dalam sehingga tidak memerlukan operasi besar. Jadi, Dokter langsung mengizinkannya pulang saat itu juga. Gadis berambut pendek itu membersihkan sisa obat dengan kapas untuk ganti perban. Perih, tapi harus ditahan agar cepat sembuh. Apalagi, tangannya kini jadi susah digerakkan karena luka tersebut. "Kouma," panggil Akiko saat anjingnya menggonggong, seolah sedang menyapa. Kouma sudah terlatih, jadi ketika dia merasakan ada yang aneh dari Akiko, pasti langsung mengisyaratkan agar Akiko duduk. "Terima kasih," ucap Akiko sambil memberikan camilan anjing. Akiko menghela nafas kasar. Berpikir untuk berhenti kuliah saja, karena papanya pasti tidak akan lagi membiayainya. Jadi, ia memutuskan untuk mencari pekerjaan saja selagi ada waktu. Tapi, Akiko bingung kenapa

    Last Updated : 2023-08-11
  • Gadis Milik Tuan Mafia   Gadis Milik Tuan Mafia [Bab 6]

    "Anda tidak bisa menarik perjanjian ini, Mr. Eloise," tegas seorang pria yang memakai setelan jas dengan rapi. Glen Xander McKenzie, sedang duduk dengan santainya sambil bicara dengan papa Akiko. Beberapa waktu lalu, Mr. Eloise datang ke kantor Glen untuk membicarakan soal Akiko. Mr. Eloise ingin mengambil hak putrinya kembali, dia sudah menyesal memberikan Akiko pada Glen sebagai tawanan. Dia juga ingin memperbaiki kesalahan yang telah dia perbuat selama ini pada Akiko. Namun, Glen tentu tidak akan mewujudkan keinginan Mr. Eloise dengan mudah. Pria itu memang licik dalam memperoleh apapun yang dia mau. Apalagi, dia sudah terlanjur tertarik pada Akiko. "Aku akan menggantinya dengan uang, sebanyak apapun yang kau inginkan," bujuk Mr. Eloise, berkeringat dingin saking gugupnya. Apalagi, selama ini dia tidak ingin tahu tentang putri keduanya itu. Sehingga dia juga tidak tau di mana alamat apartemen Akiko. Nomor telepon nya juga sudah tidak aktif, mungkin diblokir oleh Akiko sendiri. "

    Last Updated : 2023-08-12
  • Gadis Milik Tuan Mafia   Gadis Milik Tuan Mafia [Bab 7]

    Glen menjentikkan jarinya di meja, merasa kesal karena Akiko telat 5 menit. Padahal gadis itu sudah berusaha cepat, tapi tetap saja telat karena jalanan agak ramai. "Aku tidak tahu kalau Mr. Eloise sudah memiliki cucu," kata Glen, mengunci pandangan pada Ethan karena sejak tadi anak itu menempel pada Akiko dengan manja. Bahkan, jelas-jelas dia memeluk Akiko erat seolah tidak mau dilepaskan. "Ini bukan anakku," tegas Akiko. Lalu, beranjak mengantar Ethan ke bangku lain agar Glen tidak merasa terganggu. Setelah memastikan Ethan mendapat makan dan minum yang dia pesan, barulah dia kembali ke hadapan Glen. "Nona Eloise, aku menyuruhmu datang ke sini bukan untuk buang-buang waktu," Glen menatap jengkel karena Akiko hanya memperhatikan Ethan saja. Bahkan, Akiko sempat menyuapi Ethan dengan lembut, tanpa memerdulikan Glen. "Sorry," ucap Akiko. "Siapa dia?" tanya Glen sambil melirik Ethan. "Ethan, dia tersesat jadi aku akan mengantarnya pulang setelah ini," jawab Akiko seadanya. Sedangk

    Last Updated : 2023-08-13
  • Gadis Milik Tuan Mafia   Gadis Milik Tuan Mafia [Bab 8]

    "Ahh … tanganku jadi kotor," Glen mencabut pisau yang dia tancapkan pada perut mama Ethan. Kemudian, membuang pisau itu ke sembarang arah. Bersamaan dengan itu, tubuh mama Ethan ambruk dengan darah mengalir di lantai. "Hans, urusi mereka," titahnya pada seorang pria yang baru saja muncul dari balik pintu. Dia adalah asisten pribadi Glen yang bertugas mengurus segala macam urusan Glen. "Baik, Tuan," sahut Hans. Setelah memastikan orang tua Ethan tidak bernafas lagi, barulah dia pergi membersihkan tangan dengan entengnya seolah tidak ada masalah apa pun. "Berdiri," Glen menarik lengan Akiko karena gadis itu masih mematung kaget. Merasa tidak percaya kalau Glen bisa melakukan hal sekejam itu tanpa ekspresi. Sementara Akiko, segera menggendong Ethan. Padahal, tubuhnya sudah sangat sakit. Tapi, dia masih bisa memikirkan nasib Ethan jika ditinggal. "Kalau kau mati, bagaimana dengan hutang papamu, hah?" tanya Glen sembari memasangkan sabuk pengaman pada Akiko. "Sorry," lirih Akiko masih

    Last Updated : 2023-08-14
  • Gadis Milik Tuan Mafia   Gadis Milik Tuan Mafia [Bab 9]

    "Untuk apa kau ke rumah sakit?" tanya Glen saat Akiko baru saja sampai di gedung apartemen. Ternyata, pria itu sudah menunggu Akiko, karena mungkin dia paham bahwa Akiko tidak tau password apartemennya. Sementara Akiko berpikir, pasti Glen habis mengikutinya secara diam-diam untuk memata-matai. "Kau yang menyakiti aku, kenapa malah bertanya?" sahutan ketus dari Akiko, membuat Glen terkekeh pelan. Ia tersenyum menyeringai, melingkarkan tangannya di pinggul Akiko agar berjalan mengikutinya. "Angkuh juga kau ternyata," gumam Glen. Glen berpikir, mungkin semua keluarga Eloise memiliki sifat angkuh seperti Akiko. Gadis itu bahkan tidak bergeming sedikitpun ketika tangan kekar Glen mengusap pinggulnya sensual. "Kau bertemu kekasihmu, iya, 'kan?" Glen merasa curiga pada Vian, dokter yang Akiko temui beberapa saat lalu. "Bukan," jawab Akiko seadanya. "Lalu, siapa dia? kenapa kalian terlihat begitu dekat?" tanya Glen lagi. "Dokter," jawab Akiko lagi, kali ini sambil mencuci tangan. Sedang

    Last Updated : 2023-08-15
  • Gadis Milik Tuan Mafia   Gadis Milik Tuan Mafia [Bab 10]

    "Glen!" teriakan seorang wanita, membuat perhatian Glen dan Akiko teralihkan. Awalnya, mereka sedang duduk diam di sebuah ruangan kantor Glen untuk membahas bagaimana pekerjaan Akiko nantinya. Wanita itu memakai make up tebal, bersama dengan pakaian sexy yang membuat lekukan tubuhnya nampak indah. Yelena, wanita yang akhir-akhir ini selalu menempel pada Glen. Padahal, sebelumnya mereka hanya kenal sebagai pebisnis. Entah tujuannya apa, tapi Yelena bahkan tidak keberatan dijadikan budak nafsu oleh Glen. Yelena mencium Glen secara sepihak, sehingga tentu membuat Glen geram. Apalagi, pria itu tidak suka jika orang lain yang memulai permainan. Entah dari bisnis atau nafsu, harus dirinya yang menguasai. Karena tersulut emosi, Glen mendorong Yelena begitu saja. Mungkin karena memakai sepatu high heels, dia jadi gampang jatuh ke lantai walau dorongan tidak begitu kencang. "Awwhh…," eluh Yelena sambil mengusap telapak tangannya. "Kau tidak paham posisimu, hah?" tanya Glen dengan nada mengi

    Last Updated : 2023-08-16

Latest chapter

  • Gadis Milik Tuan Mafia   Extra Chapter II

    "Kakaaaak!" teriakan seorang anak kecil, membuat Keinara langsung memeriksa ke ruangan sebelah. "Ada apa, Sayang? Bukanlah kau dan Kakakmu sedang bermain petak umpet?" tanya Keinara. "Aku tidak suka permainan ini, Mommy. Aku ingin Kakak," jawabnya dengan polos. Anak itu bernama Keikko Eloise, anak dari Keinara dan Vian. Walau memakai marga Eloise, Vian tidak mempermasalahkan apapun. Benar, Vian bisa bertahan dengan sifat Keinara selama 5 bulan lebih sehingga mereka memutuskan untuk menikah. 2 tahun kemudian, lahirlah putri kecil mereka yang kini sudah berumur 5 tahun. Keikko, gabungan antara nama Keinara dan Akiko. Sampai kapanpun, Keinara akan tetap meletakkan nama adiknya di hati. Sementara Ethan, sudah resmi menjadi anak angkat Keinara dan Vian. Kini namanya berubah menjadi Ethan Eloise, dia menjadi remaja yang pintar dan sangat menyayangi keluarga barunya. "Kalau begitu temukan dia, sudah menjadi tanggung jawabmu dalam permainan ini," ujar Keinara sambil merapikan rambutnya ka

  • Gadis Milik Tuan Mafia   Extra Chapter I

    "Keinara?" panggil Vian ketika berpapasan dengan gadis yang tengah membawa banyak barang. Sontak, dia langsung membantu Keinara membawa barang-barang itu. "Oh, terimakasih. Aku akan mengadakan acara ulang tahun, ingin datang?" ajak Keinara, sehingga Vian menatap bingung. "Ulang tahun siapa?" tanya Vian. "Akiko, kau lupa?" mendengar jawaban itu, Vian langsung menepuk kepalanya pelan. Dia lupa kalau tanggal 15 Mei adalah hari ulang tahun Akiko. Sudah 2 bulan berlalu sejak kepergian Akiko, yaitu pada akhir musim dingin tanggal 25 Februari. Kini, hubungan Vian dan Keinara semakin dekat. Mereka sering bertemu, mengobrol, dan membantu satu sama lain. "Maaf, aku lupa. Ayo aku bantu," ujar Vian. "Kau tidak sibuk hari ini?" tanya Keinara penasaran. "Tidak begitu, bagaimana denganmu? kau juga pasti sibuk mengurus perusahaan papamu," tanya Vian balik. Dia tau, kalau Keinara sudah menjadi ahli waris dan menggantikan posisi papanya di perusahaan. Bahkan, gadis itu kini terkenal dengan sifat t

  • Gadis Milik Tuan Mafia   Gadis Milik Tuan Mafia [Bab 43]

    Suasana pemakaman begitu sunyi, deru angin membuat suasana semakin menyedihkan. Hanya ada beberapa orang penting yang datang, termasuk keluarga Glen yaitu Harley, Freya dan Marlen. Mereka tidak menyangka Akiko akan pergi secepat ini, apalagi mereka tahu Glen dan Akiko sudah sangat dekat. Sedangkan Glen, entah kemana pria itu sampai tidak datang ke tempat peristirahatan terakhir Akiko. "Maafkan Papa, Akiko. Kau pasti sangat menderita selama ini," ucap Mr. Eloise sambil terus memeluk foto Akiko. Benar kata Keinara, papanya adalah orang yang paling menyesal saat Akiko pergi. Dia tau permintaan maafnya tidak akan pernah cukup, dia bahkan belum mengucapkan selamat tinggal. Bahkan jika digantikan oleh nyawa, penyesalannya tidak akan pernah hilang. "Keinara," panggil Vian saat gadis itu tengah melamun sambil duduk di samping makam Akiko. Vian terlihat kelelahan, dia membantu Keinara terus-menerus sampai detik ini. "Akiko menitipkan ini. Dia ingin aku memberikan ini padamu saat dia meningga

  • Gadis Milik Tuan Mafia   Gadis Milik Tuan Mafia [Bab 42]

    Di sebuah ruangan yang dingin, Glen tengah duduk di kursi sambil terus mengamati Akiko. Keadaannya semakin buruk, padahal untuk kanker stadium 3 sebenarnya masih ada kesempatan untuk sembuh. Hanya saja, tubuh Akiko tidak merespon apapun seolah menyerah begitu saja. Alat-alat medis dan selang oksigen yang menempel di hidung Akiko, membuat Glen mengepalkan tangan emosi. Kenapa? padahal dia sudah berusaha sebaik mungkin untuk menjaga Akiko. Dia sudah berjanji akan memberikan yang terbaik agar gadis itu bisa sembuh. Pria itu sampai tidak tidur 2 hari saking khawatirnya. Benar kata Akiko, dia tidak akan bisa bicara dan bergerak jika keadaannya memburuk. "Terimakasih, kau sudah menjaga adikku dengan baik," ucap Keinara pada Glen. Gadis itu sudah tau semuanya tentang Akiko, walau tadinya dia marah besar karena yang memberitahukan segalanya bukan Akiko langsung, melainkan Vian. Dokter itu merasa tidak tega karena Keinara masih terus mencari keberadaan Akiko. "Tidak, aku tidak menjaganya

  • Gadis Milik Tuan Mafia   Gadis Milik Tuan Mafia [Bab 41]

    Gadis itu tertidur lelap, tangannya yang dingin terus gemetaran walau Glen sudah menyelimuti seluruh tubuhnya. Sesekali ia terbatuk sambil merintih kesakitan, nafasnya begitu pelan bahkan sampai Glen sering memeriksanya karena khawatir. "Suhu tubuhnya naik," bingung Glen. Akiko kedinginan, tapi kepalanya panas sampai berkeringat. Glen terus mengusap kepala gadis itu, berusaha memberikan ketenangan agar bisa tidur dengan nyenyak. Tapi beberapa saat kemudian, Akiko terbangun dari tidurnya karena terbatuk hebat. "Minumlah," ujar Glen sembari memberikan sebotol air. Saat meminumnya, tenggorokan Akiko terasa benar-benar sakit. "Kita akan ke rumah sakit nanti," ucap Glen sambil merapikan rambut pendek Akiko. Tapi tangannya langsung terhenti, ketika melihat banyaknya rambut rontok di sela-sela jarinya. "Jangan sentuh rambutku, tanganmu bisa kotor," ucap Akiko sambil membersihkan tangan Glen. Gadis itu masih terlihat sangat tenang walau mati-matian menahan sakit. "Maaf," ucap Glen seh

  • Gadis Milik Tuan Mafia   Gadis Milik Tuan Mafia [Bab 40]

    "Kau yakin bisa menyetir?" tanya Akiko memastikan saat mereka ingin pergi ke panti asuhan. Dia khawatir Glen memaksakan diri hanya untuk mengantarnya. "Yang sakit itu kepalaku, Aiko. Kaki dan tanganku baik-baik saja," jawab Glen sambil memasangkan sabuk pengaman pada gadis di sebelahnya. Lalu, tanpa basa-basi mencium pipinya singkat. Kemudian ia mulai menyetir sambil sesekali menggenggam tangan Akiko yang dingin. Mereka baru saja pulang dari rumah Mommy-nya Glen. Pria itu sudah membeli mobil baru dengan mudahnya, karena tentu mobil lamanya sudah rusak akibat kecelakaan. Rencananya, mereka akan pulang ke apartemen malam ini setelah dari panti asuhan karena Akiko harus minum obat. Tapi sebelum pergi, mereka sempat membeli barang dan makanan untuk dibagikan ke anak panti asuhan. "Kenapa kau sangat peduli pada anak itu? bukankah dia hanya anak yang bertemu denganmu di jalan?" bingung Glen. "Nasibnya kami sama, orang tuanya benar-benar jahat. Jika tidak ada aku, dia sudah mati di tangan

  • Gadis Milik Tuan Mafia   Gadis Milik Tuan Mafia [Bab 39]

    "Aiko … Aiko…," lirih Glen sambil membuka mata. Tangannya bergerak ke sekitar, mencari keberadaan gadisnya yang entah di mana. "Glen," suara lembut itu membangunkannya. Dengan cepat dia duduk, tapi dia langsung terdiam melihat padang rumput yang sangat luas. Di hadapannya ada Akiko yang tersenyum manis dengan memakai dress warna putih, membuat gadis itu terlihat lebih cantik dengan tiupan angin yang membelai rambut pendeknya. "Kau baik-baik saja?" tanya Glen sambil mengusap wajah Akiko yang dingin. "Tempat ini sangat indah, ya?" ucap Akiko. Membuat Glen segera mengalihkan pandangan pada luasnya padang rumput dan hamparan bunga-bunga kecil. "Tapi sayang sekali, kita tidak bisa menghabiskan waktu bersama di sini," lanjut Akiko sambil berdiri sehingga Glen mengikutinya. "Kenapa? aku bisa di sini bersamamu sampai kapanpun," sahut Glen. "Tidak bisa, kau harus pulang sekarang," ujar Akiko melepaskan genggaman tangan Glen. Pria itu menggeleng cepat, kemudian hendak menyusul Akiko. Sayan

  • Gadis Milik Tuan Mafia   Gadis Milik Tuan Mafia [Bab 38]

    "Glen, sudah berhari-hari kau tidak bekerja dengan baik. Kau tidak perlu mengorbankan banyak waktu untukku," ucap Akiko karena Glen sering kali tidak masuk kantor dan memilih mengajaknya jalan-jalan atau istirahat di rumah. Bahkan, pria itu nampak kerepotan sendiri karena banyaknya pekerjaan bertumpuk.Pria dengan tubuh kekar itu menarik Akiko ke dalam pelukannya sambil tersenyum. "Justru, aku akan kehilangan banyak hal jika tidak bersamamu. Kau sudah minum obat pagi ini?" Akiko mengangguk berbohong, dia sering memuntahkan obatnya jika Glen tidak mengawasi. Dia benar-benar tidak ingin berusaha sedikitpun. "Aku ingin mengajakmu ke suatu tempat lagi, tapi sebaiknya kau istirahat sepenuhnya siang ini karena malam nanti bisa memakan banyak tenaga," ujar Glen. "Kau mau mengajakku ke mana?" tanya Akiko. "Taman bermain, aku tebak kau pasti belum pernah ke sana," kata Glen sambil terkekeh pelan. Pria itu sudah mencari tau di internet tentang hal-hal yang disukai seorang gadis. Ternyata ada

  • Gadis Milik Tuan Mafia   Gadis Milik Tuan Mafia [Bab 37]

    Glen terbangun dari tidurnya karena suara alarm, tiba-tiba dia panik karena mimpi buruk soal kematian Akiko yang terus membuatnya khawatir. Gadis itu tidak ada di tempat tidur lagi sehingga Glen buru-buru mencari. Ternyata, Akiko sedang memilih pakaian kotor untuk dimasukkan ke dalam mesin cuci. "Aiko, apa yang kau lakukan sepagi ini?" tanya Glen sambil mengusap wajah gusar. "Aku selalu bangun di jam yang sama," sahut Akiko seadanya. Dia sudah hafal pekerjaan membersihkan apartemen, sehingga tau jam berapa dia harus bangun. "Tinggalkan semua itu, mulai sekarang kau tidak perlu mengerjakan apapun. Aku sudah memanggil pembantu untuk menggantikanmu," ujar Glen sambil menarik tangan Akiko agar berdiri. Gadis itu nampak bingung, tapi dia hanya mengikuti Glen sampai suara bel terdengar. "Masuklah," titah Glen pada seorang wanita tua. Dia sudah membawa koper karena akan tinggal di apartemen itu agar bisa menemani Akiko jika Glen sedang bepergian. "Seperti yang sudah aku jelaskan, tugasmu

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status