Beranda / Romansa / Gadis Milik Tuan Mafia / Gadis Milik Tuan Mafia [Bab 3]

Share

Gadis Milik Tuan Mafia [Bab 3]

Penulis: Minkybee
last update Terakhir Diperbarui: 2023-07-26 21:51:42

"Akiko!" teriakan seseorang, membuat perhatian Akiko teralih dari ponselnya. Saat melihat ke arah samping, ternyata ada Lani yang sedang berlari ke arahnya sambil melambaikan tangan semangat.

"Hai," sapa Akiko.

"Kau ambil kelas Mr. Gio, 'kan?" tanyanya.

"Iya, kau juga?" tanya Akiko balik.

"Aku, tidak. Tapi kau akan satu kelas dengan Vivian," gadis lain muncul di samping Lani.

"Hai, aku Vivian," sapanya.

"Akiko," sahut Akiko pelan sambil berjabat tangan. Beberapa menit kemudian, Lani pergi karena dia beda kelas. Menyisakan Vivian dan Akiko, yang hanya diam dalam keheningan. Keduanya bukan tipe cerewet dan energik seperti Lani.

"Vivian, nanti malam ikut ke shoot bar, 'kan?" tanya seorang laki-laki duduk dengan nyaman di sampling Vivian.

"Nanti malam?" tanya Vivian memastikan.

"Iya, aku yang bayar, tenang saja!" tegasnya sombong.

"Tentu, aku akan ikut. Akiko, kau bagaimana?" tawar Vivian. Dia sadar kalau Akiko hanya diam saja sejak tadi. Kemudian, Akiko menggelengkan kepala pelan sebagai tanda menolak.

"Ini momen langka, loh. Pasti banyak orang populer yang akan datang nanti. Kau tau, kan, susah untuk bergabung dengan circle orang populer?" tukas Vivian.

"Tidak susah, kok. Iya kan, Akiko?" sambung seorang gadis yang baru memasuki kelas. Dia memakai pakaian kasual, memiliki rambut panjang yang indah dengan tubuh idealnya. Jam tangan classic yang menempel menambah kesan dewasa untuknya.

"Eh, Halo, Kak Kei," sapa Vivian gugup, sambil berdiri merapikan pakaian. Begitu juga dengan anak lain.

"Hai, apa aku mengenalmu?" sahut Gadis bernama Keinara itu.

"Tentu saja, tidak. Mana mungkin senior populer sepertimu mengenal mahasiswa baru seperti aku. Aku Vivian," ia memperkenalkan diri.

"Teman Akiko?" tanya Keinara.

"Bukan, kami baru saja kenal. Tapi dia tidak menarik karena terlalu banyak diam," jawab Vivian dengan enteng, bahkan sambil menjauh dari Akiko seolah jijik. Melihat reaksi itu, Keinara tersenyum tipis di sana, lalu kembali menatap Akiko.

"Akiko, boleh kita bicara nanti?" pertanyaan Keinara, langsung membuat Vivian terdiam bingung. Kenapa Keinara malah bicara pada Akiko, dari pada dirinya? Padahal sudah jelas sekali, Akiko tidak punya ketertarikan pada siapa pun. Sedangkan gadis itu, hanya mengangguk pelan.

"See you after class," pamit Keinara, lalu pergi begitu saja.

Melihat interaksi antara Keinara dan Akiko, Vivian merasa cemburu. Padahal dia yang sudah mati-matian berusaha bergabung dengan orang-orang populer agar terlihat keren. Tapi Akiko yang pendiam justru mendapat poinnya.

"Kenapa Kak Keinara bisa mengenalmu?" tanya Vivian penasaran.

"Tidak tahu," jawab Akiko singkat karena Mr. Gio sudah datang untuk memberikan materi.

***

"Kita yang berusaha, dia yang dapat," eluh Vivian sambil melirik tajam pada Akiko yang sedang menata barang-barangnya.

"Sepertinya, Kak Keinara tidak menyukai Akiko," kata Vivian pada Lani saat bertemu di lorong.

"Mana mungkin. Kalau tidak suka, dia tidak akan mengajak Akiko bicara berduaan. Kau saja yang iri," jawab Lani.

"Coba, berpikirlah dengan logika. Kak Keinara itu senior yang sangat populer, dia cantik, pintar dan kaya. Kenapa dia mau mengajak gadis pemurung seperti Akiko? Dia bahkan hanya bisa diam selama berjam-jam tadi," cibir Vivian.

"Mungkin, karena Akiko cantik. Sejak pertama aku melihatnya, dia nampak manis walau pendiam," ucap Lani. Gadis itu memang selalu bersikap positif, makannya banyak teman.

"Ah, kau tidak paham dengan pemikiranku," cetus Vivian.

Sementara itu di tempat lain, Keinara sedang bersandar di tembok bersama Akiko yang diam di hadapannya. Keduanya saling menatap, tanpa mengatakan sepatah katapun selama beberapa saat. Sesekali, Akiko meremas pakaiannya sendiri karena tidak menyangka akan bertemu dengan Keinara.

"Aku–" ucapan Akiko terpotong, karena Keinara tiba-tiba memeluknya erat sambil menangis gemetaran.

"Sudah berapa lama … sudah berapa lama kau tidak menghubungi aku, hah?" lanjutnya.

"Sorry," lirih Akiko.

Beberapa saat kemudian, Keinara melepaskan pelukannya dan mengusap wajah Akiko lembut. "Kau sudah besar, ya?"

Air mata semakin menetes di pipi Keinara, tangannya gemetaran merapikan rambut pendek Akiko. Sehingga Akiko mengangkat pandangannya, lalu mengelap air mata Keinara.

"Jangan menangis," pinta Akiko.

"Bagaimana bisa aku tidak menangis? Akhirnya aku bertemu denganmu, Adikku…," isaknya.

"Harusnya kita tidak perlu bertemu sampai kapan pun, Kak. Papa akan marah," ucap Akiko. Membuat tangisan Keinara semakin menjadi.

"Aku tau, aku tau dia pasti masih sama jahatnya. Kau pasti sangat tersiksa selama ini, iya 'kan?" tanya Keinara.

"Kenapa? Kenapa kau melakukannya? Kau bisa mati karena Papa," tukas Keinara mengingat banyak hal yang Akiko lakukan demi melindunginya. Walau, saat ini Keinara tidak tahu bahwa adiknya itu akanmenjadi tawanan demi melindunginya dan perusahaan.

"Karena itu menyakitkan," jawab Akiko pelan.

"Menyakitkan? Lalu kenapa tetap kau lakukan?" sahut Keinara.

"Karena aku tidak mau Kakak juga merasakan rasa sakit yang sama, cukup aku saja. Kakak adalah orang paling baik yang aku kenal sejak membuka mata. Aku tidak mau Papa memukulmu juga," penjelasan Akiko membuat air matanya semakin berderai.

Keinara ingat persis, bagaimana dulu tubuh kecil Akiko tersungkur di lantai yang dingin dengan penuh luka karena amarah papanya. Padahal yang sudah merobek file penting itu adalah Keinara, tapi dia terlalu takut untuk mengaku. Jadi, Akiko lah yang maju mengakui kesalahan Kakaknya.

Setelah kejadian itu, Keinara dan Akiko harus dipisah. Keinara harus masuk ke asrama khusus, karena dia adalah putri pewaris perusahaan keluarga. Walau dia sudah menolak karena tidak mau meninggalkan Akiko, papanya justru marah. Katanya, bakat dan kepintaran Keinara akan terpengaruh jika tinggal bersama Akiko.

Sementara Akiko, masih ada di tempat yang sama. Bangun dari pingsan, lalu mengobati lukanya sendiri yang tidak kunjung sembuh karena terus bertambah hari demi hari. Hebatnya, dia masih bertahan sampai saat ini.

Pernahkah Akiko punya pikiran untuk bunuh diri? tentu, tapi dia rasa, bunuh diri bukanlah jalan kematiannya. Jadi, Akiko hanya terus bertahan, selama masih bisa bernafas.

Dan baru kali ini, Keinara bertemu dengan adiknya kembali. Mungkin, papanya teledor sampai tidak ingat kalau Keinara kuliah di universitas yang sama. Padahal Keinara pikir, dia tidak akan pernah bisa bertemu dengan Akiko lagi.

Akhirnya, Keinara menghela nafas gusar. "Kau tau? sebenarnya kita bisa jadi lebih kuat jika mau mengikat satu sama lain. Tapi, dulu aku penakut, sedangkan kau selalu menyimpan segalanya sendirian."

"Padahal, sebagai Kakak seharusnya aku berperan menjagamu," tukas Keinara.

"Maaf … aku sudah menjadi Kakak yang buruk. Aku bahkan tidak tahu makanan kesukaanmu sampai saat ini," lanjutnya. Melihat wajah sedih Keinara, Akiko menatap dalam.

"Ice cream, aku suka ice cream," mendengar jawaban itu, Keinara tersenyum manis. Akhirnya Akiko mau memberitahunya sedikit hal.

"Aku akan membelikan banyak ice cream untukmu," gurau Keinara. Akhirnya, dia bisa melihat senyuman di wajah adik kecilnya itu setelah sekian lama.

Di balik senyuman itu, Akiko sedang menyembunyikan sebuah fakta bahwa dia sudah dijual oleh papanya demi perusahaan. Tapi, dia tidak ingin Keinara tau. Dia ingin Kakaknya hidup dengan baik tanpa masalah apa pun. Di tengah suasana sedih itu, tiba-tiba seorang laki-laki menendang Akiko sampai gadis itu terguling dari anak tangga ke lantai bawah.

"Kurang ajar!" desisnya, menatap benci pada Akiko. Lalu, ia berjalan menuruni tangga dan langsung menarik rambut Akiko kasar.

"What are you doing?!" panik Keinara menyusul.

"Diamlah, aku ingin memberi pelajaran pada bocah ini. Berani-beraninya kau membuat Keinara menangis!" bentaknya.

"Hggkk!" nafas Akiko tercekat karena jambakan rambutnya semakin kencang, bahkan beberapa helaian rambut sampai rontok.

"She is my Sister!" Keinara langsung mendorong laki-laki itu agar melepaskan Akiko. Sedangkan Akiko hanya bisa diam, seperti biasa. Lalu, mengambil bukunya yang berserakan di lantai.

"Tidak mungkin…," lirih laki-laki itu sambil mundur. Tak lama kemudian, datanglah banyak orang karena mendengar keributan. Termasuk Vivian, yang datang paling depan.

"Itu benar, aku melihat Akiko tidak sopan pada Kak Keinara sampai menangis. Pasti karena Akiko iri! dia pasti tidak suka karena Kak Keinara terkenal di kampus ini!" papar Vivian dengan suara lantang.

"Kau tau apa tentang aku, hah!" geram Keinara.

"Ichiko Keinara Eloise, Kakak kandung dari Akiko Eloise. Kau bahkan tidak tau nama asliku, tapi kau sudah berani masuk ke kehidupanku? dasar lantang," tegasnya dengan tatapan penuh amarah.

"Lalu apa ini?" laki-laki tadi menunjukkan video yang Vivian kirim. Yaitu saat Keinara sedang menangis di hadapan Akiko, dia pikir Keinara sedang dibully.

"Aku sudah lama tidak bertemu dengan adikku. Dan kau malah menghajar adikku dengan alasan konyol?" cibir Keinara pada laki-laki, yang berstatus sebagai kekasihnya. Kemudian, datanglah Dosen untuk melerai perdebatan. Dia kaget karena baru kali ini Keinara membuat masalah. Sebab, Keinara terkenal dengan prestasi dan kecantikannya.

"Aku ingin dia dikeluarkan dari kampus ini atau aku yang akan keluar, kalau dia masih ada di sini. Dan anda tahu, Pak, siapa yang harus anda pertahankan," ancam Keinara, karena dia punya prestasi bagus di kampus ini. Pasti, pihak kampus memilih Keinara agar tetap bertahan.

"You okay?" tanya Keinara lembut. Akiko mengangguk pelan sambil menahan sakit di bagian lengan.

"Selagi kau bisa bergerak, lawan saja. Jangan biarkan orang lain mengganggumu," ujar Keinara.

"Aku tidak sepertimu, Kakak. Aku sudah cukup lelah untuk melawan," lirihnya sambil menahan tangis karena tidak mau Keinara khawatir.

Sedangkan Keinara, langsung memeluk tubuh kurus adiknya erat, seolah menyalurkan kehangatan. Sejak kecil sampai sekarang, rasanya Keinara gagal melindungi Akiko. Tangisan kembali pecah, apalagi saat melihat wajah menyedihkan Akiko yang menyimpan begitu banyak kesedihan.

"Aku suka pelukan hangat Kakak," ucap Akiko pelan. Ingat sekali, dia hanya punya Keinara sebagai tempat ternyaman waktu kecil dulu. Bahkan sampai sekarang, Akiko ingin terus berada di pelukan itu.

"Ini," Akiko melepaskan gantungan kunci yang ada di tasnya.

"Kura-kura?" bingung Keinara. "Lucu, mirip denganmu."

"Tidak, kura-kura tidak mirip denganku," sahut Akiko.

"Kenapa?" tanya Keinara. Namun, pertanyaan itu hanya dijawab dengan senyuman tipis.

"Aku ingin pulang," kata Akiko.

"Sekarang? Boleh aku ikut?" hardik Keinara semangat. Namun justru mendapat tolakan mentah-mentah dari Akiko.

"Aku akan pindah, mungkin kita tidak akan pernah bertemu lagi," mata Keinara terbelalak kaget mendengar ucapan itu. Wajahnya langsung berubah marah, seolah tidak terima dengan keputusan Akiko.

"Aku hanya ingin istirahat sebentar, aku lelah," lanjutnya.

"Istirahat saja di rumahku. Aku tidak akan membiarkan papa melukaimu lagi," ujar Keinara. Sangat berharap Akiko jauh ikut dengannya dan mereka tidak akan berpisah.

"Tidak, Kak. Aku ingin sendirian," akhirnya, Keinara hanya bisa menghela nafas pasrah. Dia juga paham, kalau adiknya itu pasti tidak mau lagi ikut campur urusan keluarga. Jika papanya sampai tau mereka bertemu, maka dia pasti akan marah besar.

"Jaga dirimu baik-baik, okay?" Keinara mengusap rambut Akiko pelan. Sedangkan Akiko hanya mengangguk, lalu pergi begitu saja. Meninggalkan Keinara, yang bingung menatap gantungan kura-kura di tangannya.

"Kura-kura tidak mirip denganku," gumam Keinara mengikuti ucapan Akiko. Karena penasaran, akhirnya ia mencari tahu makna dari kura-kura. Saat melihat maknanya, Keinara langsung terdiam membeku.

"Simbol kura-kura adalah berumur panjang. Artinya…," lirih Keinara.

Bab terkait

  • Gadis Milik Tuan Mafia   Gadis Milik Tuan Mafia [Bab 4]

    Malam sudah datang, tapi Akiko masih berada di keluar untuk jalan-jalan malam bersama anjingnya, Kouma. Tapi suasana malam itu rasanya agak berbeda, tidak seramai biasanya. Hanya ada beberapa penjual yang bahkan sedang menutup toko padahal masih jam 8 malam. Akiko berhenti sejenak, untuk memberikan Kouma camilan. Tapi, bodohnya Akiko malah berhenti di depan lorong gang gelap. Seseorang menariknya dengan kasar, sampai dia terjatuh di tanah yang lembab. "Mau ke mana, cantik?" tanya lelaki bertubuh besar itu, sambil berjalan mendekati Akiko. Kouma menggonggong hebat, dia memang agak galak dengan orang baru. Bahkan dia ingin menggigit pria asing yang semakin mendekat. "Berisik!" pria itu memukul Kouma dengan kayu besar, sehingga Akiko buru-buru menahan tali Kouma agar tidak begitu maju. Tapi, tenaganya ternyata kalah dengan anjing ras besar itu. Alhasil, tali Kouma berhasil beralih tangan. "Lepaskan anjingku," pinta Akiko. "Tukar saja dengan tubuhmu," sahutnya sambil mengeluarkan pis

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-27
  • Gadis Milik Tuan Mafia   Gadis Milik Tuan Mafia [Bab 5]

    Akiko masih berdiri di depan cermin kamar mandi, menatap luka di bahu yang sedang dibersihkan. Semalam setelah kejadian penembakan di gang, Akiko langsung pergi ke rumah sakit terdekat. Beruntung, peluru tidak bersarang terlalu dalam sehingga tidak memerlukan operasi besar. Jadi, Dokter langsung mengizinkannya pulang saat itu juga. Gadis berambut pendek itu membersihkan sisa obat dengan kapas untuk ganti perban. Perih, tapi harus ditahan agar cepat sembuh. Apalagi, tangannya kini jadi susah digerakkan karena luka tersebut. "Kouma," panggil Akiko saat anjingnya menggonggong, seolah sedang menyapa. Kouma sudah terlatih, jadi ketika dia merasakan ada yang aneh dari Akiko, pasti langsung mengisyaratkan agar Akiko duduk. "Terima kasih," ucap Akiko sambil memberikan camilan anjing. Akiko menghela nafas kasar. Berpikir untuk berhenti kuliah saja, karena papanya pasti tidak akan lagi membiayainya. Jadi, ia memutuskan untuk mencari pekerjaan saja selagi ada waktu. Tapi, Akiko bingung kenapa

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-11
  • Gadis Milik Tuan Mafia   Gadis Milik Tuan Mafia [Bab 6]

    "Anda tidak bisa menarik perjanjian ini, Mr. Eloise," tegas seorang pria yang memakai setelan jas dengan rapi. Glen Xander McKenzie, sedang duduk dengan santainya sambil bicara dengan papa Akiko. Beberapa waktu lalu, Mr. Eloise datang ke kantor Glen untuk membicarakan soal Akiko. Mr. Eloise ingin mengambil hak putrinya kembali, dia sudah menyesal memberikan Akiko pada Glen sebagai tawanan. Dia juga ingin memperbaiki kesalahan yang telah dia perbuat selama ini pada Akiko. Namun, Glen tentu tidak akan mewujudkan keinginan Mr. Eloise dengan mudah. Pria itu memang licik dalam memperoleh apapun yang dia mau. Apalagi, dia sudah terlanjur tertarik pada Akiko. "Aku akan menggantinya dengan uang, sebanyak apapun yang kau inginkan," bujuk Mr. Eloise, berkeringat dingin saking gugupnya. Apalagi, selama ini dia tidak ingin tahu tentang putri keduanya itu. Sehingga dia juga tidak tau di mana alamat apartemen Akiko. Nomor telepon nya juga sudah tidak aktif, mungkin diblokir oleh Akiko sendiri. "

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-12
  • Gadis Milik Tuan Mafia   Gadis Milik Tuan Mafia [Bab 7]

    Glen menjentikkan jarinya di meja, merasa kesal karena Akiko telat 5 menit. Padahal gadis itu sudah berusaha cepat, tapi tetap saja telat karena jalanan agak ramai. "Aku tidak tahu kalau Mr. Eloise sudah memiliki cucu," kata Glen, mengunci pandangan pada Ethan karena sejak tadi anak itu menempel pada Akiko dengan manja. Bahkan, jelas-jelas dia memeluk Akiko erat seolah tidak mau dilepaskan. "Ini bukan anakku," tegas Akiko. Lalu, beranjak mengantar Ethan ke bangku lain agar Glen tidak merasa terganggu. Setelah memastikan Ethan mendapat makan dan minum yang dia pesan, barulah dia kembali ke hadapan Glen. "Nona Eloise, aku menyuruhmu datang ke sini bukan untuk buang-buang waktu," Glen menatap jengkel karena Akiko hanya memperhatikan Ethan saja. Bahkan, Akiko sempat menyuapi Ethan dengan lembut, tanpa memerdulikan Glen. "Sorry," ucap Akiko. "Siapa dia?" tanya Glen sambil melirik Ethan. "Ethan, dia tersesat jadi aku akan mengantarnya pulang setelah ini," jawab Akiko seadanya. Sedangk

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-13
  • Gadis Milik Tuan Mafia   Gadis Milik Tuan Mafia [Bab 8]

    "Ahh … tanganku jadi kotor," Glen mencabut pisau yang dia tancapkan pada perut mama Ethan. Kemudian, membuang pisau itu ke sembarang arah. Bersamaan dengan itu, tubuh mama Ethan ambruk dengan darah mengalir di lantai. "Hans, urusi mereka," titahnya pada seorang pria yang baru saja muncul dari balik pintu. Dia adalah asisten pribadi Glen yang bertugas mengurus segala macam urusan Glen. "Baik, Tuan," sahut Hans. Setelah memastikan orang tua Ethan tidak bernafas lagi, barulah dia pergi membersihkan tangan dengan entengnya seolah tidak ada masalah apa pun. "Berdiri," Glen menarik lengan Akiko karena gadis itu masih mematung kaget. Merasa tidak percaya kalau Glen bisa melakukan hal sekejam itu tanpa ekspresi. Sementara Akiko, segera menggendong Ethan. Padahal, tubuhnya sudah sangat sakit. Tapi, dia masih bisa memikirkan nasib Ethan jika ditinggal. "Kalau kau mati, bagaimana dengan hutang papamu, hah?" tanya Glen sembari memasangkan sabuk pengaman pada Akiko. "Sorry," lirih Akiko masih

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-14
  • Gadis Milik Tuan Mafia   Gadis Milik Tuan Mafia [Bab 9]

    "Untuk apa kau ke rumah sakit?" tanya Glen saat Akiko baru saja sampai di gedung apartemen. Ternyata, pria itu sudah menunggu Akiko, karena mungkin dia paham bahwa Akiko tidak tau password apartemennya. Sementara Akiko berpikir, pasti Glen habis mengikutinya secara diam-diam untuk memata-matai. "Kau yang menyakiti aku, kenapa malah bertanya?" sahutan ketus dari Akiko, membuat Glen terkekeh pelan. Ia tersenyum menyeringai, melingkarkan tangannya di pinggul Akiko agar berjalan mengikutinya. "Angkuh juga kau ternyata," gumam Glen. Glen berpikir, mungkin semua keluarga Eloise memiliki sifat angkuh seperti Akiko. Gadis itu bahkan tidak bergeming sedikitpun ketika tangan kekar Glen mengusap pinggulnya sensual. "Kau bertemu kekasihmu, iya, 'kan?" Glen merasa curiga pada Vian, dokter yang Akiko temui beberapa saat lalu. "Bukan," jawab Akiko seadanya. "Lalu, siapa dia? kenapa kalian terlihat begitu dekat?" tanya Glen lagi. "Dokter," jawab Akiko lagi, kali ini sambil mencuci tangan. Sedang

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-15
  • Gadis Milik Tuan Mafia   Gadis Milik Tuan Mafia [Bab 10]

    "Glen!" teriakan seorang wanita, membuat perhatian Glen dan Akiko teralihkan. Awalnya, mereka sedang duduk diam di sebuah ruangan kantor Glen untuk membahas bagaimana pekerjaan Akiko nantinya. Wanita itu memakai make up tebal, bersama dengan pakaian sexy yang membuat lekukan tubuhnya nampak indah. Yelena, wanita yang akhir-akhir ini selalu menempel pada Glen. Padahal, sebelumnya mereka hanya kenal sebagai pebisnis. Entah tujuannya apa, tapi Yelena bahkan tidak keberatan dijadikan budak nafsu oleh Glen. Yelena mencium Glen secara sepihak, sehingga tentu membuat Glen geram. Apalagi, pria itu tidak suka jika orang lain yang memulai permainan. Entah dari bisnis atau nafsu, harus dirinya yang menguasai. Karena tersulut emosi, Glen mendorong Yelena begitu saja. Mungkin karena memakai sepatu high heels, dia jadi gampang jatuh ke lantai walau dorongan tidak begitu kencang. "Awwhh…," eluh Yelena sambil mengusap telapak tangannya. "Kau tidak paham posisimu, hah?" tanya Glen dengan nada mengi

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-16
  • Gadis Milik Tuan Mafia   Gadis Milik Tuan Mafia [Bab 11]

    "Bagaimana, Aiko? mau pergi, atau tetap bersamaku?" tanya Glen pada Akiko yang masih menatap datar pada Mr. Eloise. Pria itu menaruh banyak sekali harapan pada keputusan Akiko. "Aku ingin bicara dengannya sebentar saja," Akiko meminta izin pada Glen. "Okay, 5 menit," jawab Glen singkat. Sehingga Akiko melenggang pergi keluar dari ruangan bersama Mr. Eloise yang mengikuti dengan senang. "Akiko … Papa ingin minta maaf. Papa sudah jadi orang tua yang sangat buruk untukmu, bahkan tidak pantas lagi menemuimu seperti ini. Tapi, bisakah kau ikut dengan Papa untuk pulang dan memperbaiki segalanya?" isak Mr. Eloise sambil menahan air matanya. "Telat, andai saja Papa meminta maaf sejak dulu, aku tidak akan sehancur ini. Andai Papa memperlakukan aku layaknya anak sejak dulu, aku bisa lebih memiliki semangat hidup. Sekarang, aku bahkan tidak peduli kalau nyawaku melayang di tangan Glen," papar Akiko dengan tatapan kosongnya. "Jangan begitu, Akiko. Papa benar-benar minta maaf atas segalanya,"

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-17

Bab terbaru

  • Gadis Milik Tuan Mafia   Extra Chapter II

    "Kakaaaak!" teriakan seorang anak kecil, membuat Keinara langsung memeriksa ke ruangan sebelah. "Ada apa, Sayang? Bukanlah kau dan Kakakmu sedang bermain petak umpet?" tanya Keinara. "Aku tidak suka permainan ini, Mommy. Aku ingin Kakak," jawabnya dengan polos. Anak itu bernama Keikko Eloise, anak dari Keinara dan Vian. Walau memakai marga Eloise, Vian tidak mempermasalahkan apapun. Benar, Vian bisa bertahan dengan sifat Keinara selama 5 bulan lebih sehingga mereka memutuskan untuk menikah. 2 tahun kemudian, lahirlah putri kecil mereka yang kini sudah berumur 5 tahun. Keikko, gabungan antara nama Keinara dan Akiko. Sampai kapanpun, Keinara akan tetap meletakkan nama adiknya di hati. Sementara Ethan, sudah resmi menjadi anak angkat Keinara dan Vian. Kini namanya berubah menjadi Ethan Eloise, dia menjadi remaja yang pintar dan sangat menyayangi keluarga barunya. "Kalau begitu temukan dia, sudah menjadi tanggung jawabmu dalam permainan ini," ujar Keinara sambil merapikan rambutnya ka

  • Gadis Milik Tuan Mafia   Extra Chapter I

    "Keinara?" panggil Vian ketika berpapasan dengan gadis yang tengah membawa banyak barang. Sontak, dia langsung membantu Keinara membawa barang-barang itu. "Oh, terimakasih. Aku akan mengadakan acara ulang tahun, ingin datang?" ajak Keinara, sehingga Vian menatap bingung. "Ulang tahun siapa?" tanya Vian. "Akiko, kau lupa?" mendengar jawaban itu, Vian langsung menepuk kepalanya pelan. Dia lupa kalau tanggal 15 Mei adalah hari ulang tahun Akiko. Sudah 2 bulan berlalu sejak kepergian Akiko, yaitu pada akhir musim dingin tanggal 25 Februari. Kini, hubungan Vian dan Keinara semakin dekat. Mereka sering bertemu, mengobrol, dan membantu satu sama lain. "Maaf, aku lupa. Ayo aku bantu," ujar Vian. "Kau tidak sibuk hari ini?" tanya Keinara penasaran. "Tidak begitu, bagaimana denganmu? kau juga pasti sibuk mengurus perusahaan papamu," tanya Vian balik. Dia tau, kalau Keinara sudah menjadi ahli waris dan menggantikan posisi papanya di perusahaan. Bahkan, gadis itu kini terkenal dengan sifat t

  • Gadis Milik Tuan Mafia   Gadis Milik Tuan Mafia [Bab 43]

    Suasana pemakaman begitu sunyi, deru angin membuat suasana semakin menyedihkan. Hanya ada beberapa orang penting yang datang, termasuk keluarga Glen yaitu Harley, Freya dan Marlen. Mereka tidak menyangka Akiko akan pergi secepat ini, apalagi mereka tahu Glen dan Akiko sudah sangat dekat. Sedangkan Glen, entah kemana pria itu sampai tidak datang ke tempat peristirahatan terakhir Akiko. "Maafkan Papa, Akiko. Kau pasti sangat menderita selama ini," ucap Mr. Eloise sambil terus memeluk foto Akiko. Benar kata Keinara, papanya adalah orang yang paling menyesal saat Akiko pergi. Dia tau permintaan maafnya tidak akan pernah cukup, dia bahkan belum mengucapkan selamat tinggal. Bahkan jika digantikan oleh nyawa, penyesalannya tidak akan pernah hilang. "Keinara," panggil Vian saat gadis itu tengah melamun sambil duduk di samping makam Akiko. Vian terlihat kelelahan, dia membantu Keinara terus-menerus sampai detik ini. "Akiko menitipkan ini. Dia ingin aku memberikan ini padamu saat dia meningga

  • Gadis Milik Tuan Mafia   Gadis Milik Tuan Mafia [Bab 42]

    Di sebuah ruangan yang dingin, Glen tengah duduk di kursi sambil terus mengamati Akiko. Keadaannya semakin buruk, padahal untuk kanker stadium 3 sebenarnya masih ada kesempatan untuk sembuh. Hanya saja, tubuh Akiko tidak merespon apapun seolah menyerah begitu saja. Alat-alat medis dan selang oksigen yang menempel di hidung Akiko, membuat Glen mengepalkan tangan emosi. Kenapa? padahal dia sudah berusaha sebaik mungkin untuk menjaga Akiko. Dia sudah berjanji akan memberikan yang terbaik agar gadis itu bisa sembuh. Pria itu sampai tidak tidur 2 hari saking khawatirnya. Benar kata Akiko, dia tidak akan bisa bicara dan bergerak jika keadaannya memburuk. "Terimakasih, kau sudah menjaga adikku dengan baik," ucap Keinara pada Glen. Gadis itu sudah tau semuanya tentang Akiko, walau tadinya dia marah besar karena yang memberitahukan segalanya bukan Akiko langsung, melainkan Vian. Dokter itu merasa tidak tega karena Keinara masih terus mencari keberadaan Akiko. "Tidak, aku tidak menjaganya

  • Gadis Milik Tuan Mafia   Gadis Milik Tuan Mafia [Bab 41]

    Gadis itu tertidur lelap, tangannya yang dingin terus gemetaran walau Glen sudah menyelimuti seluruh tubuhnya. Sesekali ia terbatuk sambil merintih kesakitan, nafasnya begitu pelan bahkan sampai Glen sering memeriksanya karena khawatir. "Suhu tubuhnya naik," bingung Glen. Akiko kedinginan, tapi kepalanya panas sampai berkeringat. Glen terus mengusap kepala gadis itu, berusaha memberikan ketenangan agar bisa tidur dengan nyenyak. Tapi beberapa saat kemudian, Akiko terbangun dari tidurnya karena terbatuk hebat. "Minumlah," ujar Glen sembari memberikan sebotol air. Saat meminumnya, tenggorokan Akiko terasa benar-benar sakit. "Kita akan ke rumah sakit nanti," ucap Glen sambil merapikan rambut pendek Akiko. Tapi tangannya langsung terhenti, ketika melihat banyaknya rambut rontok di sela-sela jarinya. "Jangan sentuh rambutku, tanganmu bisa kotor," ucap Akiko sambil membersihkan tangan Glen. Gadis itu masih terlihat sangat tenang walau mati-matian menahan sakit. "Maaf," ucap Glen seh

  • Gadis Milik Tuan Mafia   Gadis Milik Tuan Mafia [Bab 40]

    "Kau yakin bisa menyetir?" tanya Akiko memastikan saat mereka ingin pergi ke panti asuhan. Dia khawatir Glen memaksakan diri hanya untuk mengantarnya. "Yang sakit itu kepalaku, Aiko. Kaki dan tanganku baik-baik saja," jawab Glen sambil memasangkan sabuk pengaman pada gadis di sebelahnya. Lalu, tanpa basa-basi mencium pipinya singkat. Kemudian ia mulai menyetir sambil sesekali menggenggam tangan Akiko yang dingin. Mereka baru saja pulang dari rumah Mommy-nya Glen. Pria itu sudah membeli mobil baru dengan mudahnya, karena tentu mobil lamanya sudah rusak akibat kecelakaan. Rencananya, mereka akan pulang ke apartemen malam ini setelah dari panti asuhan karena Akiko harus minum obat. Tapi sebelum pergi, mereka sempat membeli barang dan makanan untuk dibagikan ke anak panti asuhan. "Kenapa kau sangat peduli pada anak itu? bukankah dia hanya anak yang bertemu denganmu di jalan?" bingung Glen. "Nasibnya kami sama, orang tuanya benar-benar jahat. Jika tidak ada aku, dia sudah mati di tangan

  • Gadis Milik Tuan Mafia   Gadis Milik Tuan Mafia [Bab 39]

    "Aiko … Aiko…," lirih Glen sambil membuka mata. Tangannya bergerak ke sekitar, mencari keberadaan gadisnya yang entah di mana. "Glen," suara lembut itu membangunkannya. Dengan cepat dia duduk, tapi dia langsung terdiam melihat padang rumput yang sangat luas. Di hadapannya ada Akiko yang tersenyum manis dengan memakai dress warna putih, membuat gadis itu terlihat lebih cantik dengan tiupan angin yang membelai rambut pendeknya. "Kau baik-baik saja?" tanya Glen sambil mengusap wajah Akiko yang dingin. "Tempat ini sangat indah, ya?" ucap Akiko. Membuat Glen segera mengalihkan pandangan pada luasnya padang rumput dan hamparan bunga-bunga kecil. "Tapi sayang sekali, kita tidak bisa menghabiskan waktu bersama di sini," lanjut Akiko sambil berdiri sehingga Glen mengikutinya. "Kenapa? aku bisa di sini bersamamu sampai kapanpun," sahut Glen. "Tidak bisa, kau harus pulang sekarang," ujar Akiko melepaskan genggaman tangan Glen. Pria itu menggeleng cepat, kemudian hendak menyusul Akiko. Sayan

  • Gadis Milik Tuan Mafia   Gadis Milik Tuan Mafia [Bab 38]

    "Glen, sudah berhari-hari kau tidak bekerja dengan baik. Kau tidak perlu mengorbankan banyak waktu untukku," ucap Akiko karena Glen sering kali tidak masuk kantor dan memilih mengajaknya jalan-jalan atau istirahat di rumah. Bahkan, pria itu nampak kerepotan sendiri karena banyaknya pekerjaan bertumpuk.Pria dengan tubuh kekar itu menarik Akiko ke dalam pelukannya sambil tersenyum. "Justru, aku akan kehilangan banyak hal jika tidak bersamamu. Kau sudah minum obat pagi ini?" Akiko mengangguk berbohong, dia sering memuntahkan obatnya jika Glen tidak mengawasi. Dia benar-benar tidak ingin berusaha sedikitpun. "Aku ingin mengajakmu ke suatu tempat lagi, tapi sebaiknya kau istirahat sepenuhnya siang ini karena malam nanti bisa memakan banyak tenaga," ujar Glen. "Kau mau mengajakku ke mana?" tanya Akiko. "Taman bermain, aku tebak kau pasti belum pernah ke sana," kata Glen sambil terkekeh pelan. Pria itu sudah mencari tau di internet tentang hal-hal yang disukai seorang gadis. Ternyata ada

  • Gadis Milik Tuan Mafia   Gadis Milik Tuan Mafia [Bab 37]

    Glen terbangun dari tidurnya karena suara alarm, tiba-tiba dia panik karena mimpi buruk soal kematian Akiko yang terus membuatnya khawatir. Gadis itu tidak ada di tempat tidur lagi sehingga Glen buru-buru mencari. Ternyata, Akiko sedang memilih pakaian kotor untuk dimasukkan ke dalam mesin cuci. "Aiko, apa yang kau lakukan sepagi ini?" tanya Glen sambil mengusap wajah gusar. "Aku selalu bangun di jam yang sama," sahut Akiko seadanya. Dia sudah hafal pekerjaan membersihkan apartemen, sehingga tau jam berapa dia harus bangun. "Tinggalkan semua itu, mulai sekarang kau tidak perlu mengerjakan apapun. Aku sudah memanggil pembantu untuk menggantikanmu," ujar Glen sambil menarik tangan Akiko agar berdiri. Gadis itu nampak bingung, tapi dia hanya mengikuti Glen sampai suara bel terdengar. "Masuklah," titah Glen pada seorang wanita tua. Dia sudah membawa koper karena akan tinggal di apartemen itu agar bisa menemani Akiko jika Glen sedang bepergian. "Seperti yang sudah aku jelaskan, tugasmu

DMCA.com Protection Status