Jika kamu rindu awan, siapa yang akan rindu hujan?
Mana aku tahu.
Lovani Senja, seorang gadis yang baru saja masuk ke SMA Pelita Bangsa itu sedang berjalan sendirian.
Dua bulan lalu dia selesai mengikuti acara Masa Orientasi Siswa yang menurutnya terkesan biasa saja.
Kaki Lova berjalan santai menyusuri koridor dengan pandangan mata ke depan tanpa menoleh sedikit pun. Beberapa siswa dan siswi juga sedang berlalu-lalang di sekitar Lova. Seorang laki-laki berjalan di belakang Lova dengan mata yang tak pernah lepas dari punggungnya.
Senja akan selalu kembali ke pelukan biru sekalipun sudah direbut pergi oleh gelap malam.
Senyum kecil muncul di bibirnya saat melihat Lova. Binar matanya seolah telah menemukan sesuatu yang sempat hilang.
Tap!
Lova belok ke arah kelas X IPA 1 dan membuat laki-laki di belakangnya berhenti sejenak. Mata laki-laki itu mengamati Lova hingga duduk di bangku kelasnya kemudian beranjak pergi dari sana.
"Lova! Tumben lo berangkat siang?" tanya seorang siswi dengan name tag Prisila.
Lova melirik Prisila sebentar, "Urusan lo apa nanya gitu ke gue?" ujar Lova yang langsung disambut gebrakan meja.
"Heh! Prisila tanya baik-baik ke elo! Kenapa balesan lo kayak orang ngajak ribut?" sarkas Lala yang bernotabe teman Prisila.
Lova melihat ke arah Lala dan mencibir, "Lah, terserah gue!" balas Lova yang membuat Lala geram.
"Lo-,"
"Apa!? Marah? Mental kucing lo, kena gonggong dikit langsung down!" sindir Lova.
Prisila yang melihat keadaan semakin memanas kemudian menarik tangan Lala dan mengajaknya menjauhi Lova.
"Jangan diladeni lagi, La," ucap Prisila lirih.
Lova mengabaikan dua orang yang sudah menganggu paginya itu. Dia mengeluarkan ponsel miliknya dan membuka sebuah game yang saat ini dia sukai.
Clash of Clans.
"Sial," umpat Lova saat tahu dirinya dikeluarkan dari klan tempat akun dia bernaung.
Dia menahan diri untuk tidak mengumpat lagi dan mencari klan baru yang lebih baik. Matanya mencari beberapa klan yang menurut dia baik.
Dark Storm.
Setelah beberapa kali pencarian, Lova menemukan Klan yang menurut dia layak. Kemudian, Lova melirik deskripsi klan dan menemukan pin BBM milik ketua klan. Dia sedikit penasaran seperti apa sebenarnya ketua klan barunya.
"Invite aja lah," putus Lova setelah berpikir beberapa saat.
Ting!
Lova melihat notif jika undangan pertemanannya diterima oleh ketua klannya. Dia membuka BBM dan melihat foto profil bergambar kucing.
“Apaan njir," ujar Lova kemudian langsung mendelete kontak milik ketua klannya.
Langkah kaki terdengar memasuki ruang kelas, "Pagi anak-anak, sekarang kita mulai pelajaran hari ini," ujar Bu Karti selaku guru matematika anak kelas 10.
"Ya, Bu."
🐾🐾🐾
Guru pengampu mata pelajaran matematika keluar dari kelas X IPA 1. Jam istiharat yang hanya 15 menit itu sudah dimulai.
"Lova! Ke kantin yuk bareng gue?" ajak Kezia di dekat meja Lova.
Lova melirik sekilas kemudian melanjutkan diri membereskan buku pelajaran matematikanya, "Ogah," balasnya sambil memasukan bukunya ke dalam tas.
Kezia tetap tersenyum walau mendapatkan balasan kasar dari Lova, "Oke, gue ke kantin duluan ya!" ujar Kezia lalu berjalan menuju pintu kelas.
"Lo sih, masih mau aja ngajak Lova. Dia'kan terlalu sok, udah diajak atau ditanyain baik-baik pasti balesnya kasar," ucap salah satu teman Kezia yang bernama Dara.
Lova mendongak dan melihat ke arah Dara dengan tatapan datarnya. Telinganya seolah tertutup dan mengabaikan tuduhan buruk untuk dirinya.
Dengan langkah santai Lova ke luar dari kelas dan berjalan menuju kantin. Dia terbiasa sendirian karena bagi Lova semakin banyak dia berteman maka semakin banyak juga potensi dia akan terluka.
Area kantin sekolah sangat ramai, Lova memesan bakso dan es jeruk sebelum memilih kursi yang ingin dia tempati. Hanya ada satu kursi kosong di pojok kantin, dia berjalan ke sana.
"Hmphinih, enak banget bakhpianya." Suara pujian tidak jelas terdengar di telinga Lova.
Lova menatap seorang laki-laki yang duduk bersama temannya di meja sebelah. "Enggak ada etika, " sindir Lova saat melihat seorang laki-laki yang sedang berbicara padahal mulutnya penuh dengan makanan.
"Uhuk, ini bakpianya lo beli di mana? Serius, ini enak banget!" pekik laki-laki itu kegirangan.
"Emm, Gas. Itu gue beli di Yogyakarta. Elo, doyan banget ya sama bakpia?" tanya salah satu teman sebangkunya.
"Apa? Bakpia itu ibarat istri kedua gue!" pekik Bagas bangga dan ingin menepuk dadanya sebelum sadar dia harus jaga image.
"Woy, istri pertama aja belum punya! Pake gaya ibarat istri kedua," timpal teman Bagas sambil memukul kepala Bagas dengan tangannya.
Tatapan datar Lova terarah ke meja segerombolan laki-laki itu. Benar-benar sekelompok orang berisik. Setelah Lova selesai makan, dia berjalan di samping meja laki-laki yang dia tahu namanya Bagas itu. Mata Lova menyorot jijik, "Lo enggak jijik lihat diri lo?" sindir Lova pelan kemudian berjalan menjauhi meja itu.
Bagas melihat Lova bingung, "Emang gue kenapa?" tanya Bagas kepada teman satu mejanya.
🐾🐾🐾
Lova duduk di bangku kelas sambil memainkan ponselnya. Dia kembali membuka game Clash of Clans dan melihat ketua klannya sedang online.
'Tadi lo yang invite BBM gue?'
Sebuah pesan masuk di kolom chat klannya. Alis Lova menaut, jarinya mengetik beberapa kalimat sebelum dia kirim.
'Ya, tadi gue yang invite tapi abis itu gue delete contact.'
Ting!
'Loh, kok gitu? Kenapa di delete contact, neng! Siapa tahu'kan bisa jadi temen.'
‘Males.’
‘Gue jadiin wakil klan deh.’
'Oke, gue invite lagi.'
Lova keluar dari game dan membuka aplikasi BBM. Dia mengundang pertemanan ke ketua klannya lagi.
Ting!
'Hai!'
Sapaan dari ketua klannya muncul di notif BBM Lova. Dengan malas Lova mengetik balasan untuk ketua klannya itu.
'Apa?'
Ting!
'Gue jarang buka BBM nih, boleh minta WA punya elo?'
Dahi Lova berkerut dan mulai mengetik balasan, 'Lihat profil gue.'
Setelah membalas Lova menaruh ponselnya di kolong meja karena bel dimulainya pelajaran selanjutnya sudah berbunyi.
Ting! Ting!
Suara ponsel Lova terdengar. Dia lupa mengatur mode silent di ponselnya.
Lova mengambil lagi ponsel miliknya dan melihat ada notif yang masuk. Pesan dari nomor tidak dikenal membuat Lova membukanya.'Hai!'
'Save ya, ketua klan!'
Lova menekan bagian profil ketua klannya guna menyimpan nomor. Ketika Lova melihat foto profil ketua klannya, mata Lova menyipit.
"Loh, ini dia?"
Suatu saat nanti, jika tidak ada lagi senja di langit biru. Biru hanya bisa nunggu sampai senja datang lagi atau biru akan mencari di sepanjang dunia, di langit mana senja sedang berada.
Bersambung...
Aku bertemu dan perihal rindu berhenti mengadu. Ternyata, biru yang harus mencari disepanjang langit, dimana senja berada."Lah, ternyata orang tadi,” gerutu Lova yang seketika menyesal sudah invite pertemanan dengan ketua klannya. Tangan Lova tidak jadi klik tombol save namun malah scroll ke bawah dan hampir klik tombol blok kontak.Ting!'By the way, lo cewek di kantin tadi?'Sebuah pesan masuk ke ponselnya sebelum dia bisa memblokir nomor ketua klannya.Lova menautkan alisnya,"Kok bisa tahu?" Baru Lova ingin membalas, pintu kelas sudah dibuka oleh seorang guru dengan kaca mata bundar."Selamat pagi menjelang siang anak-anak.""Pagi menjelang siang, Pak Barga."Lova memasukan ponselnya dan tidak jadi membalas pesan dari ketua klannya.Di kelas XI IPA 2, Bagas Mahendra menimang-nimang ponselnya seraya melihat jika ada pesan WhatsApp yang masuk. Dia tadi sempat terkejut ketika melihat foto profil anggota klannya yang m
Jalanan di depan sekolah sangat ramai. Lova menunggu di halte bus sambil sesekali melirik jam tangannya. Sudah hampir 15 menit dia menunggu bus di sana.Brem! Brem! Cit!"Sialan!" umpat Lova saat ada sebuah motor yang berhenti di depannya dengan posisi ban motor yang mengenai genangan air. Rok abu-abu Lova terciprat dan menjadi kotor.Laki-laki yang menaiki motor itu membuka helmnya. Lova menatap marah saat melihat bahwa laki-laki itu adalah Bagas. Tangan Bagas menyisir rambutnya dan menatap Lova dengan terkejut."Loh, kok rok lo bisa kotor?" tanya Bagas yang membuat Lova ingin melempar sepatu miliknya ke wajah sok polos Bagas."Menurut lo?" tanya Lova sambil melipat kedua tangannya di depan dada.Bagas melihat ke sekelilingnya dan mengerutkan dahinya, " Emang siapa?" tanya Bagas yang membuat Lova ingin menonjok mukanya."ELO, BEGO!" teriak Lova mulai habis kesabaran."Gue?" tanya Bagas bingung.Lova menatap Bagas malas la
Billa berjalan menuju rumahnya dengan suasana hati yang kacau. Dia membuka pintu rumahnya kasar dan membantingnya.Mama Billa yang sedang berciuman dengan seorang pria tua di sofa spontan tersentak kaget, "BILLA!" teriak Firda marah.Billa menatap mamanya dengan tatapan datar, "Apa? Mau marah? Wanita jalang enggak pantes marahin saya!" ujar Billa kemudian berjalan menuju kamarnya."BILLA, JAGA MULUT KAMU!" teriak Firda marah yang kemudian dipeluk oleh pria tua di dekatnya."Saya bayar kamu bukan buat denger kamu marah-marah," bisik pria tua itu yang membuat emosi Firda menurun."Maaf," balas Firda.Billa menaiki anak tangga dengan kesal. Persetan dengan mamanya yang jalang! Billa sama sekali tidak peduli, dia hanya peduli soal Bagas. Bagasnya Billa tidak boleh dekat orang lain.BRAK!Billa menutup pintu kamarnya dengan kasar, "Arghhh!" geram Billa sambil mengacak-acak tumpukan buku pelajaran di meja belajarnya."HARUSNYA
"BERHENTI NGIKUTIN GUE!" teriak Lova kesal. Ini sudah kelima kalinya Lova berteriak kepada Rolan. Dia benar-benar kesal dengan orang yang ditemuinya di gudang tadi. Entah kerasukan setan apa, tiba-tiba dia muncul dan mengikutinya sejak bel pulang sekolah.Tangan Rolan terlipat di depan dadanya, "Gue enggak ngikutin elo kok. Lagian kita keluar lewat gerbang sekolah yang sama loh."Lova mendengus dan berbalik. Dia berjalan dengan cepat menuju ke arah gerbang sekolah. Tudung jaket terpasang rapi di kepalanya agar menutupi luka lebam di wajahnya sejak pagi tadi setelah dia dipukuli.Sejujurnya kepala Lova sedikit pusing tapi dia tahan. Lova harus jadi sosok kuat. Dia tidak boleh kelihatan lemah di depan orang lain."EH, ADA DUIT JATUH!" teriak Rolan yang membuat Lova menoleh.Lova melihat ke arah yang ditunjuk Rolan spontan, "Hahaha. Lo ternyata mata duitan," ujar Rolan yang berhasil mengusili Lova.Lova melotot ke arah Rolan dan melanjutkan jal
PLAK!Tudung jaket yang digunakan Lova terlepas dari kepala. Seorang pria paruh baya berdiri di depannya dengan tatapan marah."Sekarang sudah jam berapa!?" tanya Jason dengan nada marah.Lova melirik jam tangannya lalu menatap ayahnya. "Jam 17.05," ujarnya dengan nada datar. Jason menggengam tangan Lova dengan erat."Tahu kesalahan kamu!?" bentak Jason lagi. Lova menatap Jason tanpa perubahan ekspresi. "Lova telat pulang 5 menit."BRAK!Lova memegang kepalanya saat terbentur pinggiran meja ruang tamu. Tubuhnya jatuh ke lantai saat didorong ayahnya."Ayah enggak mau tahu alasan kamu telat kenapa!? Ayah cuma tahu kalau putri ayah enggak pulang tepat waktu!" geram Jason kemudian menyeret Lova menuju ke ruangan di sebelah dapur.Jason membukan pintu ruangan itu dan mendorong Lova masuk ke dalam sana. Ruangan tertutup dengan ventilasi yang sangat kecil."KAMU TIDUR DI SITU SAMPAI BESOK PAGI!" teriak Jason marah kemudia
"Dengan siapa aku punya bahagia?"~ Lovani Senja🐾🐾Mata Lova mengerjap saat cahaya menyilaukan matanya. Dia melonjak kaget saat pintu ruangan ditendang oleh ayahnya. Lova duduk dari posisi tidurnya dan menatap datar."Lain kali jangan ngelanggar aturan lagi!" ujar Jason sambil melipat kedua tangannya di depan dada."Buat ayah, Lova emang selalu salah'kan?" Tas punggungnya dia gendong dan mulai berdiri."Kamu mau ngelawan ayah lagi?" Lova mengelengkan kepalanya saat mendengar ucapan ayahnya."Emang bener'kan? Buat ayah, Lova itu selalu salah dan selalu ngelawan. Valid dan tanpa alasan apa pun lagi." Dia berjalan berjalan melewati ayahnya. Lova berhenti berjalan sejenak dan menoleh,"Pantes mama pergi.""LOVA, JAGA OMONGAN KAMU!" Lova menulikan telinganya dan berjalan ke arah kamarnya.Pintu kamar Lova ditutup dengan kasar. Dia melemparkan tasnya ke lantai dan membenamkan wajahnya di atas bantal."Argh
-Ketika Senja pergi direbut gelap, apa dia masih akan ingat Biru?-Lova berjalan menyusuri koridor sekolah. Sekitar 4 meter, dia melihat sosok yang dikenalinya sedang berjongkok. Melihat sosok itu, Lova berbalik. Dia malas bertemu Bagas."Ngapa dah, tali sepatu pake copot segala. Loh, ini kok tali sepatu gue sebelah kanan sama kiri beda warna, sih?" Bagas menepuk dahinya karena teledor."Bodo ah. Orang ganteng pake apa aja pasti kelihatan good looking," gumam Bagas lalu berdiri setelah selesai mengikat tali sepatunya.Sendari tadi Bagas mencari keberadaan Elin, tapi tidak ada, bahkan dia sudah bertanya kepada beberapa orang dan mereka juga tidak tahu.Bagas tiba-tiba melihat punggung orang yang dia kenal, "Eh Lova! Lo mau kemana?" teriak Bagas saat melihat Lova berjalan membelakanginya.Lova berjalan semakin cepat. "ANAK KEBO! LO JALAN CEPET BANGET!" teriak Bagas yang membuat Lova berhenti berjalan dan menghela napas. Dia berbalik dan menata
-"Seandainya semesta tahu. Jika sebenarnya aku juga tidak ingin seperti ini. Terkadang semua di luar kendali diri."-🐾🐾🐾Suasana kelas terdengar ricuh, Lova duduk dibangkunya dengan suasana hati yang rumit. Suasana hatinya berubah dengan cepat. Dia merasa tidak ingin diusik. Tiba-tiba semerbak asap rokok menyeruak di hidungnya. Aroma permen yang aneh membuat perutnya menjadi mual. Dia melihat ke arah Brian yang merupakan teman sebangkunya. Brian terlihat sedang merokok di kursinya."Rokok lo bau," hina Lova sambil menaruh tasnya di meja dengan kasar."Kalau enggak suka ya, ga usah di sini," balas Brian yang masih menikmati rokoknya."Harusnya lo yang enggak di sini. Ini sekolah bego, bukan tempat nongkrong!" sarkas Lova."Suka-suka gue'lah!" ujar Brian sambil tersenyum sinis ke arahnya."Lo keluar sekarang dan buang rokok lo atau gue aduin ke BK?!" ujar Lova emosi.Alis Brian terangkat dan terkekeh, "Aduin aja kalau berani,"
"Kamu! Jauhi Rolan!" teriak Elin saat melihat Lova berjalan mendekatinya.Lova terlihat bingung dengan perilaku Elin. "Lo gila ya?" tanya Lova pada kakak kelasnya itu."Kamu!?" Elin menuding Lova dengan tangan gemetaran. Dia mulai menangis kencang dan menganggap Lova terlalu kasar."Siapa yang gila!? Aku enggak gila! Aku cuma mau kamu ngejauhin Rolan!" teriak gadis itu frustasi.Lova ikut frustasi. Dilihat darimana dia mendekati Rolan? Jika bisa dia menjauhi Rolan, gadis itu sangat bahagia. "Gue ga pernah deketin Rolan!" ucap Lova jujur.Tangis Elin semakin menjadi-jadi. Dia merasa Lova tidak ingin menjauhi Rolan. Dia benar-benar tidak bisa menerima keputusan Lova."Kalau kamu enggak ngejauhi Rolan, aku bakal bunuh diri!" teriak Elin kalap.Lova menggaruk kepalanya bingung. "Gue beneran enggak deketin Rolan! Dia yang deketin gue, Kak Elin," ucap Lova berusaha merendahkan suaranya. Dia menjelaskan kenyataannya dengan nada sabar."Kamu! Kamu fitnah Rolan!? Kamu enggak mau ngejauhin dia!
Rolan dan Love berjalan beriringan. Mereka menuju ke gerbang sekolah. Di sisi lain, Elin melihat mereka berdua. Perasaan gadis itu berkecambuk. Hatinya sangat sakit. Dia benar-benar tidak suka melihat Rolan berjalan dengan gadis lain. Bagas yang berada tidak jauh dari Rolan dan Lova menatap khawatir saat dia melihat Elin. Laki-laki itu berjalan mendekati Elin. "Lo gapapa, Lin?" tanya Bagas sambil memegang tangan Elin.Mendapati perilaku Bagas, gadis itu langsung menghentakkan tangan pemuda itu. "Jangan deket-deket sama Elin lagi, Gas!" ujar gadis itu. Pandangan gadis itu masih menatap ke arah Rolan. "Elin benci cewek itu!" ucap Elin dengan nada marah lalu pergi meninggalkan Bagas.Mendengar ucapan gadis yang dicintainya, Bagas ikut marah. Dia menatap ke arah Lova dengan tatapan tajam. "Lov, gue tahu lo ga ada salah apa-apa ke gue, tapi karena Elin benci sama lo artinya lo juga orang yang gue benci!" ketus Bagas.Laki-laki itu terus melihat ke arah Elin yang semakin menjauh. Melihat
Rolan bersedekap sambil menyenderkan tubuhnya di tembok dekat gudang. Seorang gadis tersenyum bahagia sambil berjalan mendekatinya. “To the point!” ujar Rolan kemudian disambut kekehan dari gadis di depannya. “Gue suka cara lo, kerja bagus! Biar Bagas benci Lova dan dia juga enggak akan bisa miliki Elin.” Tepuk tangan terdengar dari gadis itu.“Waktu gue enggak banyak,” ucap Rolan lagi.Billa di depannya memberikan sebuah foto yang robek. “Belum sepenuhnya berhasil, setengah fotonya lagi gue kasih kalau semua udah selesai.” Rolan menerima foto robek itu dan tangannya mengepal.“Dia?” tanya Rolan pada gadis yang masih berdiri di depannya.“Menurut lo?” tanya balik Billa.“Sialan!” umpat Rolan yang membuat gadis di depannya semakin tersenyum lebar.“Saling menguntungkan, bukan?” Mata Rolan menjadi dingin saat mendengar ucapan Billa. Sorot m
Setelah bel masuk yang menandakan selesainya jam istirahat pertama tadi, Elin terkejut melihat video Rolan mencium kening Lova. Dia menjadi kacau dan terlihat pucat. Guru kimia di kelas XI IPA 1 menyuruhnya untuk istirahat di UKS saja. Saat ini, Elin gemetar di dalam ruang UKS. Hatinya terasa diremuk dengan kasar. Dia takut, sangat takut. Ketakutannya saat ini adalah benar-benar kehilangan harapan kembali dengan Rolan. Diputar ulang video Rolan mencium kening Lova. Bibirnya tergigit pelan, air mata lolos mengalir ke pipinya.“Rolan pernah janji enggak bakalan ninggalin Elin. Tapi, sekarang Rolan pergi. Dulu pernah janji jagain Elin terus. Sekarang, apa udah enggak ada Elin lagi di hati Rolan?” gumam Elin dengan wajah pucat.---“Lin, sini naik! Rolan mau bonceng Elin kemana aja yang Elin mau!” teriak Rolan pada perempuan yang baru saja keluar dari rumahnya.Perempuan itu berlari ke arahnya dengan mata memerah. “E
Lala melihat ponselnya sambil tersenyum sinis, “Ada bahan gosip nih.” Dia berjalan cepat menuju kelasnya dan menghampiri sekumpulan anak kelasnya. “Eh, lo pada tau enggak. Kak Rolan sama Kak Elin ternyata udah putus,” ujar Lala heboh di kelas.“Gimana ceritanya? Bukannya Kak Elin tuh cinta banget ya sama Kak Rolan? Dia sering di bully cewek-cewek di IG nya tapi masih tetep optimis sama hubungan mereka,” sahut Taya sambil menunjukan foto IG Elin di layar ponselnya. “Enggak mungkin mereka putus deh, orang foto mereka berdua aja masih ada di IGnya Kak Elin,” lanjut Taya.“Serius demi apa kalau foto mereka belum di hapus dari IG Kak Elin?” tanya Lala merebut ponsel milik Taya. “Aneh loh, orang anak kelas 11 pada heboh kalau Kak Rolan sama Kak Elin putus kok! Beritanya baru aja pas istirahat ini,” ujar Lala lagi.“Seriusan?” tanya Taya tidak percaya.“Beneran!&rdquo
Bagas mengetuk jarinya berulang kali. Pikirannya melayang pada ucapan Billa. ‘Lova suka sama lo. Dari kalimat itu lo pasti sadar sesuatu’kan?’ Bagas menggelengkan kepala, ”Pasti ada salah paham di sini.” batinnya. Dia yakin jika Lova sama sekali tidak mungkin melakukan hal semacam itu. Sekalipun terkadang sikap Lova tidak baik, tapi dia yakin hati gadis itu tidak buruk. Bagas beranjak dari tempat duduknya. “Gue duluan, Bil,” ujar Bagas meninggalkan Billa. Melihat Bagas yang mulai menjauh itu, bibirnya mengulas senyum tipis.Di meja makan lain, Lova sedang menikmati baksonya. Entah mengapa ketika memakan bakso itu, dia menjadi teringat Bagas. Teringat perdebatannya tentang bakso bulat dan bakso runcing. Senyum di bibirnya muncul tanpa dia sadari."Woy, calon bini!" teriak Rolan sambil berlari menuju meja Lova. Orang yang ditegur itu hanya melirik sekilas dan melanjutkan makannya. Rolan yang melih
Bel istirahat berbunyi. Bagas menanyai teman sekelasnya apakah ada yang tahu siapa yang menaruh kertas kecil di lacinya, tapi tidak ada satu orang pun yang tahu. Vava melihat Bagas mencari seseorang yang menaruh secarik kertas di lacinya itu berpikir keras. Pasti orang yang menaruh kertas itu adalah fans baru Bagas. Dia harus memberitahukan berita ini ke Billa agar bisa mengantisipasi adanya saingan baru untuk Billa.‘Bil, ada orang yang naruh kertas kecil di laci Bagas. Awas lo punya saingan baru!’ Pesan itu dikirimkan oleh Vava ke nomor Billa.‘Apasih, Va. Jangan ngeledekin lagi deh.’ Vava yang membaca balasan dari Billa itu berdecak sebal. Temannya ini masih tidak mau mengakui jika dia mencintai Bagas.“Va, lo tahu ada yang ke meja gue terus naruh kertas kecil enggak?” tanya Bagas kepada Vava. Gelengan kepala Vava membuat Bagas mengangguk. “Okey kalau lo ga tahu. Thanks.” Bagas menyerah menanyai
Billa berjalan ke kelasnya sambil tersenyum kecil, dia berharap jika Bagas akan mengingat dirinya ketika mendapat secarik kertas tadi. Bel masuk sekolah sudah berbunyi. Billa masuk ke dalam kelas dan duduk satu bangku dengan Elin. Dia dan Elin memang satu kelas di XI IPA 1 sedangkan Bagas ada di kelas XI IPA 2. "Hey, Lin," sapa Billa ramah. Elin tersenyum kecil dan menganggukan kepalanya. "Billa darimana?" tanya Elin pada Billa. "Dari kelas XI IPA 2," jawab Billa. "Tadi waktu lo balik, Bagas udah sampe ke kelasnya'kan?" tanya Elin lagi memastikan jika Bagas tidak terlambat masuk kelas. Billa terdiam sejenak lalu menjawab,"Iya, udah." "Syukurlah kalau udah, soalnya tadi Bagas nemenin Elin dulu," papar Elin menunjukan jika Bagas tadi bersamanya. Billa yang mendengar hal itu tersenyum kecil. "Lo deket banget sama Bagas ya?" Senyum merekah dibibir Billa sambil menatap lekat ke arah Elin. Mata Elin bersinar, “Deket ban
Bagas berjalan dengan buru-buru menuju tempat di mana Elin berada. Dia khawatir jika terjadi apa-apa dengan Elin. Pasalnya Elin adalah gadis rapuh yang tersentuh sedikit bisa hancur.Dia membuka ruangan perpustakaan yang sepi. Bagas berjalan perlahan menuju meja baca di paling pojok ruangan. Dunianya sedang menangis di depan sana. Hati Bagas menjadi ikut sedih."Lin," panggil Bagas pelan sambil mengusap puncak kepala Elin.Elin mendongak dan matanya merah. Dia benar-benar merasa hancur dan memeluk Bagas dengan erat, "Gas, gue bener-bener enggak tahu. Hati gue rasanya remuk dan sakit. Gue enggak kuat," tangis Elin pecah semakin keras. Dia tidak tahu mengapa kebahagiaannya pergi, keluarganya hancur, dan sangga dia hilang."Jangan sedih,