Share

Ngadu

last update Last Updated: 2021-09-04 02:23:07

-"Seandainya semesta tahu. Jika sebenarnya aku juga tidak ingin seperti ini. Terkadang semua di luar kendali diri."-

🐾🐾🐾

Suasana kelas terdengar ricuh, Lova duduk dibangkunya dengan suasana hati yang rumit. Suasana hatinya berubah dengan cepat. Dia merasa tidak ingin diusik. Tiba-tiba semerbak asap rokok menyeruak di hidungnya. Aroma permen yang aneh membuat perutnya menjadi mual. Dia melihat ke arah Brian yang merupakan teman sebangkunya. Brian terlihat sedang merokok di kursinya.

"Rokok lo bau," hina Lova sambil menaruh tasnya di meja dengan kasar.

"Kalau enggak suka ya, ga usah di sini," balas Brian yang masih menikmati rokoknya.

"Harusnya lo yang enggak di sini. Ini sekolah bego, bukan tempat nongkrong!" sarkas Lova.

"Suka-suka gue'lah!" ujar Brian sambil tersenyum sinis ke arahnya.

"Lo keluar sekarang dan buang rokok lo atau gue aduin ke BK?!" ujar Lova emosi.

Alis Brian terangkat dan terkekeh, "Aduin aja kalau berani," ujar Brian dan mematikan rokok elektroniknya.

"Lo pikir gue ga berani?" Dia saat ini merasa ditantang oleh Brian.

Brian hanya tersenyum sinis dan mengabaikannya. Lova menjadi marah dan menendang kaki Brian. Sebuah pelototan mengintimidasinya dengan wajah menantang, Lova membalas pelototan dari Brian itu.

Deru napas Lova semakin kencang dan dia merasa emosi. Dia berdiri dan merebut rokok elektronik milik Brian dan membuangnya ke lantai. Brian yang melihat kelakuan teman sebangkunya itu tertawa sinis.

"LO BENERAN BERANI SAMA GUE?!" teriak Brian yang membuat Lova sedikit terkejut tapi tidak mau kalah.

"KENAPA? LO PIKIR GUE TAKUT SAMA LO?!" balasnya yang ikut teriak di depan Brian.

"Jadi cewek belagu banget sih!" Brian mendorong Lova hingga hampir jatuh. Tangannya reflek memegang meja di dekatnya.

Teman sekelasnya menjauh dari pertengkaran mereka dan beberapa orang mencibir ke arah Lova.

"Dia caper guys," ucap Lala sambil menatap Lova seperti orang yang sedang mencari perhatian.

Lova yang berhasil menyeimbangkan tubuhnya itu menatap Brian garang, "Heh, kenapa kalo gue belagu? Daripada elo yang berandalan!"

BRAK!

Brian menendang kursi di depannya dan hampir mengenai Lova. Beruntung refleknya itu baik, sehingga kursi itu sama sekali tidak mengenainya. Beberapa murid yang ada di kelas semakin menjauhi Lova dan Brian.

"APA LO?! MAU NGAJAK GUE BERANTEM?!" tantang Lova yang membuat Brian semakin emosi.

"LO DULU YANG MULAI!"

"COWOK BANCI!"

PLAK!

Sebuah tamparan mendarat di pipi Lova. Mata Lova berubah dingin dan menendang perut Brian. Tawa Brian mengema saat perutnya ditendang, dia menjambak rambut gadis di depannya, dan sekali lagi mendapatkan pukulan dari gadis itu.

"WOI GURU WOI!" teriak teman sekelas mereka dari luar kelas.

Brian dan Lova menghentikan pertengkaran mereka. Brian mencibir sinis ke arah Lova dan mengambil kursi yang sempat dia tendang.

Lova menghentakan kakinya dan menuding Brian, "Kita belum selesai!"

Seorang guru memasuki kelas, dia melihat murid di sana sudah duduk rapi dan mengeluarkan buku mereka.

"Pagi anak-anak, buka buku paket kalian di halaman 140."

🐾🐾🐾

Bel istirahat sudah berbunyi, guru yang pengajar kelas sudah keluar. Brian yang ada di samping Lova menggebrak meja dan berjalan ke pojok belakang kelas.

Lova melirik sinis ke arah Brian dan berjalan ke luar kelas. Dia berjalan dengan suasana hati hancur. Dia menuju ke arah perpustakaan dengan raut wajah datar.

Dia mengisi nama di buku pengunjung dan memilih meja baca di pojok ruangan. Kepalanya menelungkup di atas meja, sempat berpikir apakah dia salah?

Lova menangis pelan dan menghadapkan wajahnya ke tembok. Dia benar-benar merasa sangat kacau. Hatinya berfluktuasi dan merasa bingung. Kepalanya mendadak merasa pusing. Sebuah senyum terbit dibibirnya, "Gue rasa bentar lagi, gue kena bipolar!" hardik Lova sambil mencibir dirinya sendiri.

Jantungnya berdetak cepat dan badannya sedikit gemetar. Dia hanya bersikap sesuai apa yang terlintas diotaknya. Terkadang dia juga bingung dengan apa yang dia lakukan, tapi dia tidak bisa mengontrol beberapa hal dalam dirinya.

"Hah." Lova menghela napas dan beranjak dari posisinya. Dia mencari beberapa buku yang bisa mengembalikan suasana hatinya.

Sebuah cerita tentang seorang anak yang tidak pernah dihargai. Mengabaikan semua hinaan dan berusaha merubah diri.

Memaksa raga dan memperbaharui banyak hal. Melewati segala sesuatu dan berusaha melampaui. Sampai di batas akhir juang, dia tetap terus berusaha naik hingga akhirnya dia berada di puncak dunia.

Membuktikan bahwa yang lebih rendah akan bisa menukar posisi. Menjadi lebih tinggi sampai melampaui semesta.

Bibir Lova tersenyum saat membaca buku ditangannya. Dia tetap harus menjadi orang kuat, walau mungkin tanpa bantuan orang lain?

Dia menaruh buku itu kembali ke tempatnya dan keluar dari perpustakaan. Dia tiba-tiba mengingat perihal rokok di kelas tadi.

"Aduin atau enggak?" tanya Lova pada dirinya sendiri hingga akhirnya dia sudah membuat keputusan.

Tok! Tok! Tok!

"Masuk!"

Lova melangkah masuk ke ruang BK, dia duduk di depan seorang wanita paruh baya dengan kacamata, "Ada apa, Lova?" tanya Bu Jeni selaku guru BK di SMA Pelita Bangsa.

Lova menatap Bu Jeni, "Ada salah satu murid yang melanggar aturan sekolah," ujarnya yang membuat Bu Jeni menatap serius.

"Siapa?" tanya Bu Jeni yang terlihat siap untuk menghukum murid yang tidak patuh itu.

Lova menceritakan seluruh kejadian kepada Bu Jeni dan membuat Bu Jeni tahu apa yang harus dilakukan.

"Baik Lova, terima kasih. Silakan kembali ke kelas." Dia menganggukan kepalanya dan keluar dari ruang BK itu.

Suara kotak siaran di sekolah Lova berdengung.

"Diberitahukan kepada seluruh siswa dan siswi SMA Pelita Bangsa bahwa hari ini akan ada pengecekan dadakan."

🐾🐾🐾

-Hanya tentang aku yang mulai lelah dan tidak tahu arah. Semesta seolah menolak dan takdir tetap menempatkan aku di bumi. Sebegitu asiknya'kah pengendali nasib yang terus-terusan menjadikanku musuh?-

Bersambung...

Related chapters

  • Gadis Luka Tanpa Cinta   Pelik

    -"Benci aku sesuka kalian, sampai kalian sadar kalau kalian salah benci sama aku! Aku bukan orang selemah itu."-🐾🐾🐾BYUR!Baju Lova basah saat baru saja melangkah ke dalam kelasnya. Matanya terlihat dingin menatap orang yang berada di depannya. Dia melangkah maju dan merasa ingin mencekik Brian."MAKSUD LO APA GUYUR GUE!" teriaknya marah sambil menonjok Brian tapi tidak kena.Brian terkekeh sinis, "Harusnya gue yang tanya, maksud lo apa ngadu ke guru?"Lova terdiam dan menampilkan wajah tidak takut. Tangannya dia lipat di depan dadanya, "Kenapa? Lo sekarang takut'kan? Lagi siapa suruh nantang gue!" ujarnya yang membuat Brian semakin emosi."LO ITU!" tuding Brian.Lova menatap tidak takut. Sempat sejenak dia melihat ke sekeliling yang menampilkan tatapan tidak suka ke arahnya. Dia mengabaikan Brian dan berjalan ke luar kelas. Dia melangkah menuju koperasi untuk membeli seragam.Brian meninju tembok di sampingnya dan b

    Last Updated : 2021-09-04
  • Gadis Luka Tanpa Cinta   Ada yang Hilang

    "Perlahan rasa itu muncul. Awalnya merasa sedikit hilang tapi semakin lama aku jadi ketergantungan. Ketergantunyan dengan kehadirannya."🐾🐾🐾Lova membuka pintu rumahnya, dia melihat ayahnya sedang duduk di kursi ruang tamu sambil meminum segelas kopi. Jason melirik sekilas ke arahnya dan kemudian mengabaikan Lova.Napas Lova terhembus pelan, tidak ada sapaan, tidak ada pula interaksi kepedulian. Dia melangkah menuju kamarnya dengan raut wajah dingin seperti biasa. Jujur, dia ingin diperhatikan. Dia juga ingin punya tempat berkeluh kesah, ingin menyampaikan jika dia itu sedang sedih, sedang senang, atau berbagai perasaan yang sedang dia rasakan."EH ADA BABU!" teriak Rania sambil membawa berbagai paper bag belanjaan.Lova berhenti sejenak dan menoleh ke arah Rania, "Maksud lo apa?!" tanya Lova yang tidak terima dipanggil babu.Rania terkekeh sinis, "Daripada marah, sini bantuin nyonya bawa belanjaan!" suruhnya yang membuat Lova mengepalkan

    Last Updated : 2021-09-09
  • Gadis Luka Tanpa Cinta   Kacau

    "Kita kacau, sama-sama kacau. Hanya saja penyebab kacau kita berbeda, walau pasti rasa sakitnya sama saja."🐾🐾🐾Elin datang ke rumah Bagas dengan penampilan kacau. Matanya bengkak dengan pakaian kotor terkena pasir pantai. Dia berdiri di depan pintu rumah Bagas."Gas, buka!" ujar Elin sambil mengetuk pintu rumah Bagas pelan.Bagas yang sedang menonton televisi itu mendengar suara sayup-sayup. Suara itu mirip dengan Elin, senyum terbit di bibir Bagas, "Kayaknya gue terlalu cinta sama Elin deh sampai suara dia sering kedengeran di telinga gue."Tok! Tok! Tok!"Gas, elo ada di rumah?" Suara Elin terdengar lirih sambil mengetuk pintu rumah Bagas sedikit keras.Bagas yang mengetahui Elin datang ke rumahnya itu melompat bangkit dari posisi rebahannya di kursi.Dia merapikan pakaiannya dan menyisir rambutnya. Bagas berjalan dengan gaya cool ke arah pintu. Dia membuka pintu dan terkejut saat Elin tiba-tiba memeluknya."Gas...

    Last Updated : 2021-09-09
  • Gadis Luka Tanpa Cinta   Perangkap Rasa

    "Sepinya aku, sendirinya aku, tidak ada dari kalian yang tahu. Bahkan semesta terlihat berpaling layaknya aku hanya debu buangan."🐾🐾🐾"Lova harus jadi perempuan kuat."Air mata Lova menetes tanpa dia sadari. Helaan napasnya pelan, tangannya dengan erat memeluk guling di dekapannya. Dia tertidur sambil menangis."Aku ingin hilang, pergi dari hingar bingar bumi yang tajam seperti karang lautan, di mana bisa menenggelamkan perahu layar.""Mama," ucap Lova yang mengigau dalam tidurnya."Jaga diri, mama pergi.""MAMA JANGAN PERGI! HAH!" teriak Lova lalu bangun dari tidurnya.Dia menyenderkan punggung di bantal dan menelungkupkan tangan di wajahnya. Perasaan tidak nyaman mulai menjalar, dia benar-benar tidak tahu apa yang terjadi dengan dirinya. Takut, marah, kecewa, semua menjadi satu. Semakin dia berpikir, hanya pusing yang akan dia rasakan."Gue kuat!" tegas Lova berkali-kali pada dirinya. Bahkan, ribuan kali mungkin su

    Last Updated : 2021-09-10
  • Gadis Luka Tanpa Cinta   Perjanjian

    Rolan di seret hingga keluar dari bar. Gadis itu entah mengapa menjadi terlihat aneh di matanya. Kekehan sinis mulai keluar dari bibir Rolan untuk gadis yang menyeretnya itu."Ternyata sikap baik lo selama ini cuma akting ya, Bil!" sindir Rolan. Billa hanya tersenyum ketika mendengar ucapan Rolan."Heh, soal itu bukan urusan lo! Gue ke sini karena butuh bantuan lo!" balas Billato the point."Lo? Butuh bantuan? Kayaknya lo salah orang deh, lagian kita enggak pernah deket, jadi ya, ngapain juga gue bantuin elo," balas Rolan tidak tertarik membantu Billa."Gue berani dateng ke sini karena gue yakin elo bakal bantuin gue," ucap Billa yakin sembilan puluh lima persen jika Rolan akan membantunya."Sebegitu yakinnya elo? Hah, gue enggak punya waktu buat ngobrol sama lo lama-lama. Permintaan bantuan lo gue tolak!" putus Rolan kemudian berjalan meninggalkan Billa."LO BENERAN ENGGAK MAU TAHU PENYEBAB CERAINYA ORANG TUA LO KARENA SIAPA?

    Last Updated : 2021-09-10
  • Gadis Luka Tanpa Cinta   Mulai Tumbuh Rasa

    Suasana pagi ini riuh, Lova berjalan menyusuri lorong sekolah. Banyak pasang mata yang meliriknya dengan sinis."Itu ya yang namanya Lova? Anak sok baik dan ngerasa pengen jadi pahlawan? Gila kali ya, gara-gara dialipbalmbaru gue disita pas pengecekan kemarin!" keluh seorang siswi yang duduk di depan kelas IPS sambil menatap Lova sinis.Langkah kaki Lova terlihat santai seolah tidak peduli dengan sindiran di sekitarnya. Wajahnya datar walau perasaannya sedikit tidak nyaman."Tuh liat, si tukang ngadu yang mukanya belagu!""Eh, lo tahu enggak? Dia itu dari awal masuk SMA tuh enggak disukain sama anak kelasnya," rumpi seorang siswi yang baru saja berangkat dan mendengar bahan ghibah pagi ini.

    Last Updated : 2021-09-11
  • Gadis Luka Tanpa Cinta   Dia Ada Di Sini?

    Bagas berjalan dengan buru-buru menuju tempat di mana Elin berada. Dia khawatir jika terjadi apa-apa dengan Elin. Pasalnya Elin adalah gadis rapuh yang tersentuh sedikit bisa hancur.Dia membuka ruangan perpustakaan yang sepi. Bagas berjalan perlahan menuju meja baca di paling pojok ruangan. Dunianya sedang menangis di depan sana. Hati Bagas menjadi ikut sedih."Lin," panggil Bagas pelan sambil mengusap puncak kepala Elin.Elin mendongak dan matanya merah. Dia benar-benar merasa hancur dan memeluk Bagas dengan erat, "Gas, gue bener-bener enggak tahu. Hati gue rasanya remuk dan sakit. Gue enggak kuat," tangis Elin pecah semakin keras. Dia tidak tahu mengapa kebahagiaannya pergi, keluarganya hancur, dan sangga dia hilang."Jangan sedih,

    Last Updated : 2021-09-11
  • Gadis Luka Tanpa Cinta   Hasutan

    Billa berjalan ke kelasnya sambil tersenyum kecil, dia berharap jika Bagas akan mengingat dirinya ketika mendapat secarik kertas tadi. Bel masuk sekolah sudah berbunyi. Billa masuk ke dalam kelas dan duduk satu bangku dengan Elin. Dia dan Elin memang satu kelas di XI IPA 1 sedangkan Bagas ada di kelas XI IPA 2. "Hey, Lin," sapa Billa ramah. Elin tersenyum kecil dan menganggukan kepalanya. "Billa darimana?" tanya Elin pada Billa. "Dari kelas XI IPA 2," jawab Billa. "Tadi waktu lo balik, Bagas udah sampe ke kelasnya'kan?" tanya Elin lagi memastikan jika Bagas tidak terlambat masuk kelas. Billa terdiam sejenak lalu menjawab,"Iya, udah." "Syukurlah kalau udah, soalnya tadi Bagas nemenin Elin dulu," papar Elin menunjukan jika Bagas tadi bersamanya. Billa yang mendengar hal itu tersenyum kecil. "Lo deket banget sama Bagas ya?" Senyum merekah dibibir Billa sambil menatap lekat ke arah Elin. Mata Elin bersinar, “Deket ban

    Last Updated : 2021-09-12

Latest chapter

  • Gadis Luka Tanpa Cinta   Senja Dipeluk Biru (Ending)

    "Kamu! Jauhi Rolan!" teriak Elin saat melihat Lova berjalan mendekatinya.Lova terlihat bingung dengan perilaku Elin. "Lo gila ya?" tanya Lova pada kakak kelasnya itu."Kamu!?" Elin menuding Lova dengan tangan gemetaran. Dia mulai menangis kencang dan menganggap Lova terlalu kasar."Siapa yang gila!? Aku enggak gila! Aku cuma mau kamu ngejauhin Rolan!" teriak gadis itu frustasi.Lova ikut frustasi. Dilihat darimana dia mendekati Rolan? Jika bisa dia menjauhi Rolan, gadis itu sangat bahagia. "Gue ga pernah deketin Rolan!" ucap Lova jujur.Tangis Elin semakin menjadi-jadi. Dia merasa Lova tidak ingin menjauhi Rolan. Dia benar-benar tidak bisa menerima keputusan Lova."Kalau kamu enggak ngejauhi Rolan, aku bakal bunuh diri!" teriak Elin kalap.Lova menggaruk kepalanya bingung. "Gue beneran enggak deketin Rolan! Dia yang deketin gue, Kak Elin," ucap Lova berusaha merendahkan suaranya. Dia menjelaskan kenyataannya dengan nada sabar."Kamu! Kamu fitnah Rolan!? Kamu enggak mau ngejauhin dia!

  • Gadis Luka Tanpa Cinta   Rooftop

    Rolan dan Love berjalan beriringan. Mereka menuju ke gerbang sekolah. Di sisi lain, Elin melihat mereka berdua. Perasaan gadis itu berkecambuk. Hatinya sangat sakit. Dia benar-benar tidak suka melihat Rolan berjalan dengan gadis lain. Bagas yang berada tidak jauh dari Rolan dan Lova menatap khawatir saat dia melihat Elin. Laki-laki itu berjalan mendekati Elin. "Lo gapapa, Lin?" tanya Bagas sambil memegang tangan Elin.Mendapati perilaku Bagas, gadis itu langsung menghentakkan tangan pemuda itu. "Jangan deket-deket sama Elin lagi, Gas!" ujar gadis itu. Pandangan gadis itu masih menatap ke arah Rolan. "Elin benci cewek itu!" ucap Elin dengan nada marah lalu pergi meninggalkan Bagas.Mendengar ucapan gadis yang dicintainya, Bagas ikut marah. Dia menatap ke arah Lova dengan tatapan tajam. "Lov, gue tahu lo ga ada salah apa-apa ke gue, tapi karena Elin benci sama lo artinya lo juga orang yang gue benci!" ketus Bagas.Laki-laki itu terus melihat ke arah Elin yang semakin menjauh. Melihat

  • Gadis Luka Tanpa Cinta   Ternyata dia?

    Rolan bersedekap sambil menyenderkan tubuhnya di tembok dekat gudang. Seorang gadis tersenyum bahagia sambil berjalan mendekatinya. “To the point!” ujar Rolan kemudian disambut kekehan dari gadis di depannya. “Gue suka cara lo, kerja bagus! Biar Bagas benci Lova dan dia juga enggak akan bisa miliki Elin.” Tepuk tangan terdengar dari gadis itu.“Waktu gue enggak banyak,” ucap Rolan lagi.Billa di depannya memberikan sebuah foto yang robek. “Belum sepenuhnya berhasil, setengah fotonya lagi gue kasih kalau semua udah selesai.” Rolan menerima foto robek itu dan tangannya mengepal.“Dia?” tanya Rolan pada gadis yang masih berdiri di depannya.“Menurut lo?” tanya balik Billa.“Sialan!” umpat Rolan yang membuat gadis di depannya semakin tersenyum lebar.“Saling menguntungkan, bukan?” Mata Rolan menjadi dingin saat mendengar ucapan Billa. Sorot m

  • Gadis Luka Tanpa Cinta   Rencana Membuat Jauh

    Setelah bel masuk yang menandakan selesainya jam istirahat pertama tadi, Elin terkejut melihat video Rolan mencium kening Lova. Dia menjadi kacau dan terlihat pucat. Guru kimia di kelas XI IPA 1 menyuruhnya untuk istirahat di UKS saja. Saat ini, Elin gemetar di dalam ruang UKS. Hatinya terasa diremuk dengan kasar. Dia takut, sangat takut. Ketakutannya saat ini adalah benar-benar kehilangan harapan kembali dengan Rolan. Diputar ulang video Rolan mencium kening Lova. Bibirnya tergigit pelan, air mata lolos mengalir ke pipinya.“Rolan pernah janji enggak bakalan ninggalin Elin. Tapi, sekarang Rolan pergi. Dulu pernah janji jagain Elin terus. Sekarang, apa udah enggak ada Elin lagi di hati Rolan?” gumam Elin dengan wajah pucat.---“Lin, sini naik! Rolan mau bonceng Elin kemana aja yang Elin mau!” teriak Rolan pada perempuan yang baru saja keluar dari rumahnya.Perempuan itu berlari ke arahnya dengan mata memerah. “E

  • Gadis Luka Tanpa Cinta   Masalah Baru

    Lala melihat ponselnya sambil tersenyum sinis, “Ada bahan gosip nih.” Dia berjalan cepat menuju kelasnya dan menghampiri sekumpulan anak kelasnya. “Eh, lo pada tau enggak. Kak Rolan sama Kak Elin ternyata udah putus,” ujar Lala heboh di kelas.“Gimana ceritanya? Bukannya Kak Elin tuh cinta banget ya sama Kak Rolan? Dia sering di bully cewek-cewek di IG nya tapi masih tetep optimis sama hubungan mereka,” sahut Taya sambil menunjukan foto IG Elin di layar ponselnya. “Enggak mungkin mereka putus deh, orang foto mereka berdua aja masih ada di IGnya Kak Elin,” lanjut Taya.“Serius demi apa kalau foto mereka belum di hapus dari IG Kak Elin?” tanya Lala merebut ponsel milik Taya. “Aneh loh, orang anak kelas 11 pada heboh kalau Kak Rolan sama Kak Elin putus kok! Beritanya baru aja pas istirahat ini,” ujar Lala lagi.“Seriusan?” tanya Taya tidak percaya.“Beneran!&rdquo

  • Gadis Luka Tanpa Cinta   Akar Masalah Baru

    Bagas mengetuk jarinya berulang kali. Pikirannya melayang pada ucapan Billa. ‘Lova suka sama lo. Dari kalimat itu lo pasti sadar sesuatu’kan?’ Bagas menggelengkan kepala, ”Pasti ada salah paham di sini.” batinnya. Dia yakin jika Lova sama sekali tidak mungkin melakukan hal semacam itu. Sekalipun terkadang sikap Lova tidak baik, tapi dia yakin hati gadis itu tidak buruk. Bagas beranjak dari tempat duduknya. “Gue duluan, Bil,” ujar Bagas meninggalkan Billa. Melihat Bagas yang mulai menjauh itu, bibirnya mengulas senyum tipis.Di meja makan lain, Lova sedang menikmati baksonya. Entah mengapa ketika memakan bakso itu, dia menjadi teringat Bagas. Teringat perdebatannya tentang bakso bulat dan bakso runcing. Senyum di bibirnya muncul tanpa dia sadari."Woy, calon bini!" teriak Rolan sambil berlari menuju meja Lova. Orang yang ditegur itu hanya melirik sekilas dan melanjutkan makannya. Rolan yang melih

  • Gadis Luka Tanpa Cinta   Tolong Menjauh

    Bel istirahat berbunyi. Bagas menanyai teman sekelasnya apakah ada yang tahu siapa yang menaruh kertas kecil di lacinya, tapi tidak ada satu orang pun yang tahu. Vava melihat Bagas mencari seseorang yang menaruh secarik kertas di lacinya itu berpikir keras. Pasti orang yang menaruh kertas itu adalah fans baru Bagas. Dia harus memberitahukan berita ini ke Billa agar bisa mengantisipasi adanya saingan baru untuk Billa.‘Bil, ada orang yang naruh kertas kecil di laci Bagas. Awas lo punya saingan baru!’ Pesan itu dikirimkan oleh Vava ke nomor Billa.‘Apasih, Va. Jangan ngeledekin lagi deh.’ Vava yang membaca balasan dari Billa itu berdecak sebal. Temannya ini masih tidak mau mengakui jika dia mencintai Bagas.“Va, lo tahu ada yang ke meja gue terus naruh kertas kecil enggak?” tanya Bagas kepada Vava. Gelengan kepala Vava membuat Bagas mengangguk. “Okey kalau lo ga tahu. Thanks.” Bagas menyerah menanyai

  • Gadis Luka Tanpa Cinta   Hasutan

    Billa berjalan ke kelasnya sambil tersenyum kecil, dia berharap jika Bagas akan mengingat dirinya ketika mendapat secarik kertas tadi. Bel masuk sekolah sudah berbunyi. Billa masuk ke dalam kelas dan duduk satu bangku dengan Elin. Dia dan Elin memang satu kelas di XI IPA 1 sedangkan Bagas ada di kelas XI IPA 2. "Hey, Lin," sapa Billa ramah. Elin tersenyum kecil dan menganggukan kepalanya. "Billa darimana?" tanya Elin pada Billa. "Dari kelas XI IPA 2," jawab Billa. "Tadi waktu lo balik, Bagas udah sampe ke kelasnya'kan?" tanya Elin lagi memastikan jika Bagas tidak terlambat masuk kelas. Billa terdiam sejenak lalu menjawab,"Iya, udah." "Syukurlah kalau udah, soalnya tadi Bagas nemenin Elin dulu," papar Elin menunjukan jika Bagas tadi bersamanya. Billa yang mendengar hal itu tersenyum kecil. "Lo deket banget sama Bagas ya?" Senyum merekah dibibir Billa sambil menatap lekat ke arah Elin. Mata Elin bersinar, “Deket ban

  • Gadis Luka Tanpa Cinta   Dia Ada Di Sini?

    Bagas berjalan dengan buru-buru menuju tempat di mana Elin berada. Dia khawatir jika terjadi apa-apa dengan Elin. Pasalnya Elin adalah gadis rapuh yang tersentuh sedikit bisa hancur.Dia membuka ruangan perpustakaan yang sepi. Bagas berjalan perlahan menuju meja baca di paling pojok ruangan. Dunianya sedang menangis di depan sana. Hati Bagas menjadi ikut sedih."Lin," panggil Bagas pelan sambil mengusap puncak kepala Elin.Elin mendongak dan matanya merah. Dia benar-benar merasa hancur dan memeluk Bagas dengan erat, "Gas, gue bener-bener enggak tahu. Hati gue rasanya remuk dan sakit. Gue enggak kuat," tangis Elin pecah semakin keras. Dia tidak tahu mengapa kebahagiaannya pergi, keluarganya hancur, dan sangga dia hilang."Jangan sedih,

DMCA.com Protection Status