“Tidak, Kendrick.”“Jangan meminta maaf. Kau tidak salah.”“Jika Kakek berada di posisimu. Kakek pasti juga akan melakukan hal yang sama sepertimu.”Kendrick menoleh pada piring makanan yang masih utuh itu. Para pelayan biasanya diberi makan tahanan setiap jam 12 siang. Kendrick menoleh pada jam tangannya, ternyata sudah jam 1 siang.“Kenapa Kakek tidak memakan makanannya? Apa Kakek tidak lapar?”“Tolong makanlah. Ini demi kesehatanmu.”Kendrick mengambilkan piring makanan di sampingnya itu. Dia menyendok beberapa lauk dan nasinya.“Makanlah. Aku yang menyuapimu, Kek. Seperti kau menyuapiku saat kecil.”Kakek Bretton menggelengkan kepala. “Maaf, Nak. Aku tidak mau makan.”Kendrick seakan melemas mendengarnya. Dia meletakkan kembali piring makanannya itu.“Kenapa, Kek? Itu kan demi kesehatan Kakek.”Bretton menggeleng dengan senyum tipis. “Maaf, Kendrick.”“Kau benar-benar tidak tahu apa yang sedang terjadi.”Pupil mata Kendrick mengecil. “Apa yang sebenarnya terjadi, Kek?
“Sekarang aku mengerti, Kek,” ucap Kendrick tanpa sadar melanggar peraturannya.Bretton langsung memberi isyarat diam, menatap sinis pada pria itu. Kendrick menundukkan wajahnya dengan menyesal. “Maaf, Kek.”“Jadi sekarang mengapa kau tidak ingin makan?” tanya kembali Kendrick penasaran.Kakek Bretton menghela nafas berat dengan memejamkan mata.“Tadi sudah kubilang. Aku adalah ancaman untukmu, Ken.”Wajah Kendrick tampak bingung. Dia baru menyadari maksud dari kata-kata itu. Jantung pria itu tiba-tiba berdetak kencang. Air mata Kendrick menetes begitu saja menatap Kakek Bretton. “Jadi apa hubungannya dengan makanan, Kek?”“Tolong makanlah, Kek. Kau dan kakek Robin adalah satu-satunya harapanku. Aku tidak punya orang tua lagi selain kalian.”“Mereka sudah memisahkanku dari kedua orang tuaku dan sekarang kau juga ingin berpisah denganku? Tolong jangan lakukan itu.”Lily tersadar dengan maksud Kendrick. Matanya pun berkaca-kaca. Nafas gadis itu mulai memberat.Sementara itu
Melihat pada jam dinding, ternyata masih jam 9 pagi. Kendrick kembali membaca berkas-berkasnya hasil laporan pekerja-pekerjanya.Hari ini dia sangat senang. Ternyata hasil penjualan bulan ini meningkat berkali-kali lipat dari pada bulan-bulan sebelumnya. Itu adalah awal yang bagus untuk membuat perusahaannya semakin berkembang dari tahun ke tahun.Kendrick melihat pada jam dinding kembali. Tak tahu kenapa saat bekerja waktu terasa begitu lama, sedangkan saat bersantai di rumah waktu terasa lebih cepat.Saat ini dia sedang menunggu sekretarisnya. Lebih tepatnya Kendrick menunggu laporan administrasi yang dia kerjakan.“Maaf, Pak. Saya lama.”Wanita berkemeja ketat dan rok hitam itu terburu-buru menutup pintu. Dia memberikan hasil pekerjaannya pada Kendrick. Dia adalah sekretaris Kendrick, biasa dipanggil Riska.Kendrick mengeceknya. Membaca berkasnya itu dengan dekat seksama. Hasilnya lengkap dan sempurna, Kendrick menyukai pekerjaannya, dia tak pernah mengecewakan.“Bagus sekal
“Ta-tapikan, Tuan—“ Kendrick menggeleng. “Tidak ada kata tapi. Jika aku memilihmu maka kau harus mau. Aku tidak mau tahu.” Lily menelan salivanya, teringatnya terasa panas dingin. Dia tidak bisa membayangkan apa yang terjadi nanti. “Tapi aku tidak lulus SMA.” “Tidak peduli,” balas Kendrick dengan lantang. “Aku tidak bisa apa-apa.” “Aku ajari.” Kendrick menghela nafas berat, matanya memutar ke samping. “Lily, apa kau pikir aku tidak mengajari pekerjaku?” “Lagi pula sekretaris itu pekerjaan yang mudah. Menurutmu tak perlu kemampuan khusus.” Kendrick menyandarkan kepalanya pada sofa. Kepalanya teras pusing, tadi saja dia pikir gadis itu sangat senang karena diberi pekerjaan. “Tapi, Tuan—“ “Stop!” Menutup bibir Lily dengan jemarinya. Gadis itu akhirnya terdiam. “Lily, tolong. Aku sudah kesal.” “Jangan sampai aku membungkam bibirmu dengan yang lain.” Kata-kata itu terdengar aneh di telinga Lily. “M-maksudnya, Tuan?” Pertanyaan lugu itu membuat na
Melangkah memasuki bangunan kantor itu. Lily melihat orang-orang di sekelilingnya terus memerhatikannya. Dia berjalan dengan begitu canggung dan malu. Lily melihat pada sepatu dan pakaiannya sendiri, dia juga mengecek rambutnya. Menurutnya tidak ada yang salah, tapi Lily masih bingung mengapa mereka terus melihati dirinya. Pakaian yang dirinya gunakan juga hampir sama dengan wanita kantoran yang lain. Ataukah jangan-jangan mereka melihatnya karena bersama dengan Tuan Kendrick. Lily pikir itu benar. Tuan Kendrick mungkin tak pernah berjalan bersama dengan wanita selain aku. “Tuan. Mereka melihati kita,” Lirih Lily menundukkan pandangannya. “Jangan terkejut. Mereka memang biasa begitu.” “Tapi jika seseorang menyapamu. Kau juga harus menyapanya.” Seorang pria berkaca mata melangkah dengan arah berlawanan, dia tampak tersenyum pada Kendrick. “Sore, Bos!” “Sore,” balas Kendrick dengan senyum ramah. Saat itu Lily melihat padanya. “Seperti itu,” ucap Kendrick beg
Menatap pada gedung tinggi perusahaan Bahesmana Indah. Alexandria mengingat jika perusahaannya dulu sempat menjalin kerja sama dengan perusahaan ini sebelum Zamir Bahesmana dinyatakan menghilangkan.Di sepanjang langkah kakinya, Alexandria selalu teringat dengan sahabat karibnya itu. Entah di mana dia sekarang dan bagaimana keadaannya, tidak ada yang tahu.Bahkan sampai sekarang polisi pun tidak bisa menemukan keberadaan Zamir Bahesmana. Siapa pun yang telah menculik Zamir, dia benar-benar jahat dan sadis. Bahkan mereka melakukan pembunuhan pada istrinya, Marry Jasmine Bahesmana. Alexandria masih ingat tentang bagaimana wartawan memberitakan tentang penemuan mayat Marry yang terpisah antara badan dengan tubuh. Benar-benar sakit saat mengingat kejadian kelam itu.“Mbak. Saya ingin bertamu dengan Tuan Kendrick. Apakah dia ada?”Mbak-mbak staff administrasi saat itu sedang sibuk dengan komputernya.“Sebentar ya, Bu. Saya telepon dulu sekretarisnya. Takutnya dia masih sibuk,” ucapn
“Apa, Nak? Alvin?”“Alvin melakukan tes DNA?”Lily semakin bertambah panik, apalagi ketika melihat wajah Ibu Alexandria bingung. Dia benar-benar merasa bersalah.Sementara itu Kendrick merasa aneh karena ternyata si rambut merah itu tidak menanyakannya pada Alexandria tentang apa yang mereka bicarakan saat itu. Kendrick takut ternyata dia menyembunyikan semua itu. Namun Kendrick masih berusaha berpikir positif. Mungkin saat Alvin lupa ataupun masih sibuk.“Sebenarnya aku memberikan pada dia beberapa helai rambut Lily sebagai bahan tes DNA.”“Itu karena aku menyadari kemiripan antara kalian berdua. Tapi tak masalah, mungkin dia masih sibuk atau lupa.”Kemarin Alexandria sempat bertemu dengan anak laki-laki itu. Tingkah Alvin memang sedikit berbeda dari biasanya. Dia menjadi lebih pendiam dan sedikit canggung saat itu, padahal biasanya anak itu sangat ramah dan periang.“Kau benar-benar menyuruh anak itu?” tanya Bu Alexandria ragu.“Benar, Bu. Jika ibu tidak percaya, maka tany
Hari ini adalah hari minggu. Hari di mana semua pekerja beristirahat. Lily ke luar rumah, menikmati suasana pagi yang begitu sunyi dan damai.Langit mulai memerah seiring terbitnya sang mentari. Angin-angin terus berembus sejuk. Suasana pagi di halaman rumah Kendrick begitu indah, Lily masih bisa memanjakan penglihatannya memandang rerumputan dan tanaman-tanaman hijau di sekitar. Sedikit mengingatkannya saat berada di halaman rumahnya dahulu.Di sana ada Kendrick yang tengah duduk santai dengan segelas kopi. Melamun dengan menikmati keindahan sang mentari masih memerah. Menurutnya tidak ada waktu yang lebih baik dari hari minggu di pagi buta.Lily datang menghampiri dan duduk di kursi samping Kendrick.“Tuan. Apa yang kira-kira kau lakukan hari ini?”“Tidak ada.” Kendrick kemudian menyeruput kopinya. Biasanya saat hari minggu, kegiatan Kendrick hanya tidur atau bermain video game. Tak tahu kenapa dia selalu malas berlibur ke suatu tempat atau hanya untuk keluar rumah.“Memangnya