“Oh, Danielle? Kau di sini?”Langkah pria itu mendekat. Dia bersalaman dengan Danielle. Duduk di kursi kosong yang berada di samping Lily.“Di mana Kendrick? Katanya dia berada di sini?”“Dia sepertinya ke toilet. Tadi dia menelepon seseorang. Apa dia meneleponmu?” tanya DanielleAlvin menatap pada layar ponsel, ternyata Kendrick telah menutup teleponnya. Sepertinya dia mendengar percakapannya dengan Danielle.“Eh, iya. Aku meneleponnya tadi, makanya aku kaget karena Kendrick tak ada di sini.”Sementara itu Lily tak menyadari keberadaan pria berambut merah di belakangnya. Dia tetap merenung sambil menikmati pemandangan itu.Saat menatap rambut gadis di sampingan yang berwarna merah jahe bergelombang, Alvin teringat pada adiknya, Lizy. Rambut gadis itu persis dengan rambut adiknya.“Danielle. Ini siapa?” tanya Alvin dengan kode menggerakkan wajah.“Oh, itu Lily,” jawab Danielle santai dengan wajah yang tertuju pada hal lain.Mata Alvin sedikit membelalak. Dia merasa dirinya s
“Maksudnya?”Alvin kaget dengan apa yang Kendrick katakan, dia pikir Kendrick itu sudah gila. Dia menatap pada Lily dengan heran. Sebenarnya dia mengerti apa yang di maksud Kendrick, namun dia tak bisa percaya akan hal itu.“Bagaimana, sih? Kau bisa mengatakannya dengan jelas, tidak?” ucap Alvin karena sangat ragu dengan pemikirannya sendiri. Dia masih yakin jika dirinya tak memahami.Kendrick melipat kedua tangannya sambil memerhatikan bahasa tubuh pria berambut merah itu. Dia sangat paham jika Alvin masih ragu akan hal itu.“Tenanglah, jangan ragu. Apa yang sekarang kau pikirkan itu tak salah, Alvin.”“Aku telah mengatakannya dengan jelas dan kau sudah mengerti akan hal itu. Tapi kau masih ragu. Benarkan?”Alvin menundukkan kepala, dia merenungkan apa yang Kendrick ucapkan itu. Dia bisa mengakui jika temannya itu tak salah. Tapi Alvin bingung. Bagaimana cara dia mengetahui isi pikirannya?“Eh ... iya. Kau benar, Kendrick.”“Bagaimana kau bisa tahu?”Sudut bibir Kendrick t
Merasa letih setelah mengantarkan ayahnya ke bandara. Melemparkan kotak hitam pemberian Kendrick itu ke ranjang, Alvin merebahkan tubuhnya. Sorot matanya memandang langit-langit atap. Ada banyak sekali hal aneh yang terjadi hari ini.Mulai dari adik perempuan kecilnya yang meminta diambilkan bintang di langit sampai dengan pernyataan Kendrick jika sebenarnya Lily memiliki saudara pisah.Semua itu benar-benar aneh, tapi Alvin masih penasaran dengan apa yang Kendrick bicarakan. Dia ingin tahu kebenaran di balik siapa Lily sebenarnya.Alvin bangun, dia menoleh ke kotak hitam misterius itu. Dia mengambil kotak itu. Alvin penasaran, dia belum membukanya sama sekali hari ini.Penutupnya dia buka dengan perlahan. Isinya itu sangatlah aneh, Alvin meletakkan penutupnya dengan mata yang tak terpejam dari isi kotak itu. Isinya seperti kertas yang berisi tulisan dan juga sebuah kotak berwarna merah. Alvin mengambil kertas tersebut. Membuka gulungannya perlahan. Ternyata isinya membuat dia l
Di ruang tengah, Kendrick melihat Danielle sedang yang sibuk dengan komputer dan juga berkas-berkasnya. Dia mengerjakan pekerjaan yang Kendrick berikan untuk mempersiapkan materi meeting di kantor nanti.Selain menjadi salah satu anggota gangster, Danielle juga bekerja sebagai sekretaris pribadi Kendrick. Yang membantu hampir semua pekerjaan KendrickKendrick melihat pada kopinya. Itu adalah kebetulan yang menguntungkan. Kendrick pun menghampiri Danielle“Danielle. Aku punya kopi untukmu.”Kendrick meletakkannya di samping Danielle. Saat melihat kopi itu, perasaan Danielle sedikit tak enak. Selama 5 tahun bekerja di sini, Kendrick tak pernah memberinya kopi seperti ini. Danielle sangat bingung.“Tumben kau—“Kendrick memberi isyarat diam padanya, matanya memutar ke arah dapur.“Jangan keraskan suaramu. Nanti Lily mendengarnya,” ucap Kendrick dengan nada berbisik. Danielle mengerti sekarang, itu adalah kopi buatan Lily. Mungkin rasanya mengerikan, oleh karena itu Kendrick memb
Melangkah dengan tatapan kosong, gadis yang sebelumnya ceria itu sekarang menjadi tak bersemangat. Dia meletakkan roti buatannya itu di meja ruang tamu. Sekarang Lily tak punya mood untuk memberikan roti itu pada Kendrick.Lily bernafas berat. Tubuhnya sangat melemas seperti bunga yang layu. Dia menoleh ke belakang, Kendrick yang sedang berbincang dengan pesuruhnya itu bisa terlihat dari kaca. “Sepertinya dia tak sebaik yang kupikirkan.”Wajah Lily memerah, dengan alis yang berkerut kesal. Namun saat dia pikir-pikir, itu semua adalah kesalahannya.“Seharusnya saat itu aku memberitahu Kendrick jika kakek Bretton yang telah menyelamatkanku dari penculik itu dan mengantarkanmu ke rumahnya,” gumam Lily menyesal. Dia melihat ke arah Kendrick kembali. Pandangannya sangat sinis. “Tapi aku akan mengatakannya sekarang.”Melangkah dengan secepat kilat. Lily menghampiri pria itu tepat di hadapannya. Tatapannya yang tajam tampak sangat sinis dengan wajah yang memerah.Kendrick tak bisa
“Bawa aku ke sel tahananmu, Tuan.”Pupil mata Kendrick mengecil dan matanya sedikit membelalak. Dia bingung dengan maksud gadis itu.“Maksudmu bagaimana? Aku tak bisa membawamu ke sel itu.”“Kenapa tidak bisa, Tuan? Kau tak ingin aku mengunjungi kakek Bretton karena tak mau aku melihat dia disiksa di sana?” balas Lily kesal. Dia bisa melihat kepanikan di wajah pria itu. Membuatnya semakin yakin jika Kendrick sedang menutupi sesuatu.Pria itu menggelengkan kepala dengan panik. “Tidak, Lily. Bukan begitu maksudnya.”“Tadi aku hanya berpikir kau ingin pindah ke sel tahananku. Sel tahananku itu tidak aman untukmu.”“Jika iya memangnya kenapa, Tuan?” balas Lily bernada tinggi.“Aku lebih baik tinggal bersama kakek Bretton di ruang penyiksaan daripada tinggal bersama seseorang yang tak tahu berterima kasih pada pengasuhnya.”“Apa kau lupa, Tuan? Kakek Bretton pernah mengasuhmu selama lima tahun di dalam rumahnya saat kedua orang tuamu pergi ke luar negeri. Aku baru ingat jika anak l
Kendrick merasa aneh dengan gadis itu. Sejak beberapa menit yang lalu dia berdiam, tak bergerak sedikit pun.Akhirnya dia telah sampai di lantai yang dituju. Sekarang Kendrick berani melihat ke gadis itu.“Oh, Pantesan.” Ternyata gadis itu tertidur di pelukannya. Rasanya Kendrick tak kuasa membangunkan gadis itu. Dia kasihan pada gadis itu, dia pasti sangat kelelahan.Tapi gadis itu sedikit menyulitkannya membuka pintu. Dia menurunkan tubuhnya dengan hati-hati, menguatkan lengannya untuk menahan gadis itu agar tak bergerak. Pintu itu pun terbuka.Kendrick masuk ke dalamnya, tanpa menutupnya kembali.Gadis itu mengeluarkan suara. Kendrick menghentikan langkahnya. Lily membuka matanya, menoleh ke sana ke mari dengan bingung. Gadis itu menguap dan menutupnya dengan telapak tangan.“Kita sudah sampai?” tanya Lily masih melemah.Kendrick tersenyum tipis. “Iya, sayang. Turunlah.”Kendrick menurunkannya. Gadis itu celingak-celinguk ke sana ke mari, memerhatikan semua ruangan aneh
“Tidak, Kendrick.”“Jangan meminta maaf. Kau tidak salah.”“Jika Kakek berada di posisimu. Kakek pasti juga akan melakukan hal yang sama sepertimu.”Kendrick menoleh pada piring makanan yang masih utuh itu. Para pelayan biasanya diberi makan tahanan setiap jam 12 siang. Kendrick menoleh pada jam tangannya, ternyata sudah jam 1 siang.“Kenapa Kakek tidak memakan makanannya? Apa Kakek tidak lapar?”“Tolong makanlah. Ini demi kesehatanmu.”Kendrick mengambilkan piring makanan di sampingnya itu. Dia menyendok beberapa lauk dan nasinya.“Makanlah. Aku yang menyuapimu, Kek. Seperti kau menyuapiku saat kecil.”Kakek Bretton menggelengkan kepala. “Maaf, Nak. Aku tidak mau makan.”Kendrick seakan melemas mendengarnya. Dia meletakkan kembali piring makanannya itu.“Kenapa, Kek? Itu kan demi kesehatan Kakek.”Bretton menggeleng dengan senyum tipis. “Maaf, Kendrick.”“Kau benar-benar tidak tahu apa yang sedang terjadi.”Pupil mata Kendrick mengecil. “Apa yang sebenarnya terjadi, Kek?