Dua hari berlalu semenjak kejadian Hana yang hendak menjebak Gaia tetapi digagalkan oleh Fang Yin. Perempuan tersebut langsung dikeluarkan oleh perusahaan atas perintah Jiang Lie, kala melangkah keluar perempuan tersebut menatap penuh amarah ke arah Gaia. Kini waktu sudah menjelang sore, setelah pulang dari kantor dia akan segera pindah dari kediaman mertuanya. Netra wanita tersebut memandang ke langit yang terlihat semburat jingga, senyuman terus terukir di bibir.
"Apa yang kamu pikirkan? Bahagia sekali," tegur Fang Yin.Mereka tengah berada di ruangan Jiang Lie, mengerjakan pekerjaan di sana. Beberapa orang membicarakan ketiganya, gosip mulai tersebar hanya saja belum sampai ke telinga dua perempuan tersebut."Iya dong aku bahagia, akhirnya keluar dari rumah mertua dan punya rumah sendiri bareng suamiku," balas Gaia penuh semangat.Perempuan itu berbalik memandang Fang Yin, senyuman terus terbingkai di wajah anak Arka ini."Wah ...Fang Yin mendengar hal itu langsung menarik lengan sang teman. Ia melirik sekitar lalu bernapas lega kala tidak ada tanda keberadaan Gaia. "Kamu ini, jangan asal bicara. Gaia gak mungkin jadi simpanan calon suamiku. Dia udah punya suami, dan aku pernah bertemu sama suaminya dan aku jamin Gaia gak akan berpaling," seru wanita itu. Dahi perempuan tersebut berkerut kala mendengar seruan Fang Yin yang begitu yakin. "Sudah, bilang ke semua orang. Jangan bergosip begitu lagi, Gaia gak mungkin menjadi orang ketiga di hubunganku. Lie dan dia cuma murni sebagai atasan dan bawahan aja," tutur sang calon istri Jiang Lie. Mendengar penjelasan Fang Yin akhirnya perempuan tersebut menganggukkan kepala lalu mengiyakan perkataan wanita itu. Semua mulai sibuk lagi melakukan pekerjaan dan keluar perusahaan kala waktu pulang telah tiba. Senyuman Gaia terus terukir bahkan saat sampai di depan kediaman Li. "Kamu!" teriak Xin
Mereka hanyut dalam tatapan penuh cinta, menikmati setiap kulit yang bersentuhan, napas terdengar memburu. Xavier sudah melemparkan asal jas dan kemeja, kala lelaki itu mulai terburu-buru hendak melepaskan pakaian wanitanya. Bunyi pintu terbuka membuat keduanya kaget dan mengalihkan pandangan ke benda untuk akses keluar masuk. "Ka-kalian." Ucapan Bai Lisha tergagap, dia terpaku melihat pemandangan tersebut. Terpesona dengan penampilan Xavier dan tatapan penuh amarah terpancar kala memandang Gaia. "Keluar! Siapa yang menyuruhmu membuka pintu kamar kami sembarangan," teriak Xavier menggelenggar.Gaia yang baru saja tersadar dari keterkejutan segera menarik selimut dan menutupi tubuh sang suami. Xavier langsung menoleh memandang istri kecilnya, sedangkan penghuni lain mendebgar teriakan lelaki itu lekas berlari mendekat."Apa yang ter ...." Ucapan Li Jian-Long terhenti kala melihat pemandangan yang ada di kamar putranya, dia seg
Semua sudah selesai mengisi perut, kini mereka berada di luar. Xavier melihat masih ada keberadaan Bai Lisha merasa heran, sedangkan Gaia memandang geram wanita tersebut. "Sayang, kenapa wanita itu masih ada di sini? apa dia mau ikut ke rumah kita," bisik sang gadis. Mendengar ucapan sang istri dan nada bicara yang ia pahami, lelaki tersebut tersenyum kecil lalu pandangannya kembali melirik Bai Lisha dan bertepatan wanita itu menoleh menatapnya. "Dia menatapku, aku masih ada kesempatan," pekik perempuan itu dalam hati. Hati yang tadinya dipenuhi marah dan kecemburuan ini mengusap ke udara, terbawa oleh hembusan angin. "Apa yang dia lakukan di sini? istriku risih ada dia, mendingan Nona Bai silakan pulang. Ini sudah larut malam, gak pantas seorang gadis terlalu lama di luar," seru Xavier. Bai Lisha langsung memalingkan wajah mendengar perkataan yang keluar dari bibir Xavier, ucapan lelaki itu s
Xavier segera membantu sang istri untuk berdiri, sedangkan Li Jian-Long menatap tajam Xinxin membuat perempuan tersebut menundukkan kepala. "Jangan lakukan itu lagi, ingat itu! Dia tetap kakak iparmu," tegur Li Jian-Long. Setelah menegur putrinya, Li Jian-Long langsung menatap Xavier. Tatapan mata terlihat agak kecewa, mendapatkan hal ini suami Gaia menghela napas. "Ayah ...." Ucapannya terhenti kala dilirik tajam oleh sang Ayah, membuat Xavier menghela napas. Lelaki itu langsung menoleh memandang Bai Lisha, lalu melangkah dan berdiri di hadapan perempuan tersebut. "Maaf, tapi kalau permintaanmu buat bantu aku persyaratnya kaya gitu, aku gak akan mau," tutur Xavier lembut. Bai Lisha mengulas senyuman mendengar perkataan Xavier, walaupun lelaki itu menolak permintaannya tetapi dia terlihat mulai melunak dan merima ia lagi. "Okey, aku tau. Gak bisa dipaksakan, aku tetap akan membantumu, lagian emang awalnya tujuanku
"Tapi aku kan gak tau di mana rumahmu," sungutnya dengan nada kesal. Xavier memutarkan bola mata dengan malas dan mengembuskan napas kasar. Dia memandang sekilas riak wajah penuh amarah Bai Lisha lalu kembali menatap muka istrinya, ia bahkan dengan lembut merapikan anak rambut Gaia. "Itu udah aku nyalakan GPS-nya, Lisha. Kamu tinggal ikuti perintahnya aja. Gitu aja kok dibuat ribet sih. Ini udah tahun dua ribu empat puluh lima, Lisha ... sebengar lagi malah mau dua ribu empat puluh enam, masa kamu gaptek sih," balas Xavier. Lisha langsung memalingkan wajah ke depan kala mendengar sindiran Xavier, matanya sangat berapi. Dia mengepalkan tangan, apalagi melihat betapa lembut sang pujaan memperlakikan Gaia. "Awas aja kamu, aku bakal buat kamu bertekuk lutut padaku. Dan menyesal sudah menikahi gadis sialan itu," geram Bai Lisha dalam hatinya. Suara ketukan
Silvana siap meledakkan amarahnya, tetapi tangan Li Jian-Long menahan tepat waktu. perempuan tersebut spontan menoleh ke arah sang suami lalu menghentakkan kaki menunjuk kekesalan yang tak tertahankan. Li Jian-Long lekas melirik putra keduanya, ia menggerakkan kepala sebagai isyarat untuk Xavier lekas mengajak mereka memasuki kediaman. "Ayo masuk," ajak putra kedua Li Jian-Long. Xavier lekas membuka pintu dan mempersilakan sang istri untuk memasuki kediaman. Tatapan perempuan itu tidak bisa disembunyikan, pancaran terpesona sangat terlihat membuat Li Xinxin menatap sinis. Sedangkan Bai Lisha mengerutkan dahi melihat dekorasi yang sama sekali bukan terlihat hasil dari seorang Xavier. Selesai terpaku melihat ruangan ini, Gaia menoleh ke arah pasangannya lalu tersenyum lebar. ia segera berlari kecil dan mendaratkan dekapan erat di pinggang Xavier. "Sayang, makasih," pekik wanita tersebut. Xavier langsung tersenyum hangat, ia segera memb
“Ini semua salahmu! Harusnya anakku tidak menikahimu, agar dia bisa bersama Nona Bai, dari pada sama kamu yang asal usulnya gak jelas,” sungut sang Ibu mertua.Hawa di dapur terasa panas, semakin pengap oleh amarah Silvana yang menggelegak. Gaia, berusaha menyibukkan diri dengan menggosok piring, tak menghiraukan omelan mertuanya. Karena kesal Silvana menarik bahu sang menantu membuat tubuh gadis tersebut terhuyung. Gelas di tangan istri Xavier terlepas, meluncur dan menabrak lantai. “Kamu apa-apaan sih! Disuruh cuci piring aja tidak beres banget,” maki Silvana.Gaia hanya terdiam, ia berusaha bertahan demi sang suami. Sedangkan sang mertua geram karena perempuan yang dia maki sama sekali tak bereaksi, dengan gerakkan cepat mengambil pecahan gelas lalu menggores ke lengan.“Arghh … sakit! Gaia, kamu menyakitiku,” pekik wanita tersebut.Mata Gaia membulat sempurna, syok dengan apa dilakukan Ibu mertua. Silvana sungguh diluar dugaan perempuan itu, dia berani menyakiti diri sendiri hany
BAB 2Robot yang berada di dalam kamar merekam kejadian itu dan segera mengirim rekaman pada Xavier. Gaia diseret paksa ke ruang tengah, ia terus berontak, namun kalah tenaga dengan dua pria yang memegangnya.“Apa yang mau kamu lakukan, Mah!” seru Gaia.Silvana hanya menyeringai mendengar ucapan menantunya, ia miringkan kepala lalu mengetuk-ngetuk jari ke lengannya. “Menurutmu? Aku hanya mengabulkan apa yang kamu katakan,” balas sang mertua.Mata Gaia melotot mendengar perkataan mertuanya, sedangkan perempuan yang lebih tua dari sang Ibu hanya semakin tersenyum senang.“Kamu ketakutan? Di mana sikapmu tadi,” kata Ibu Xavier.Sedangkan Xinxin tersenyum bahagia melihat adegan di hadapannya, bahkan ia merekam dengan handphone untuk diabadikan.“Walaupun kamu memohon agar tidak perlu dihukum aku gak akan mendengarnya, aku harus mendidikmu agar tidak seperti tadi lagi. Kamu harus tau diri, kamu gadis gak jelas yang beruntung menikahi putraku,” lontar istri Li Jian-long.“Eum … kira-kira a
Silvana siap meledakkan amarahnya, tetapi tangan Li Jian-Long menahan tepat waktu. perempuan tersebut spontan menoleh ke arah sang suami lalu menghentakkan kaki menunjuk kekesalan yang tak tertahankan. Li Jian-Long lekas melirik putra keduanya, ia menggerakkan kepala sebagai isyarat untuk Xavier lekas mengajak mereka memasuki kediaman. "Ayo masuk," ajak putra kedua Li Jian-Long. Xavier lekas membuka pintu dan mempersilakan sang istri untuk memasuki kediaman. Tatapan perempuan itu tidak bisa disembunyikan, pancaran terpesona sangat terlihat membuat Li Xinxin menatap sinis. Sedangkan Bai Lisha mengerutkan dahi melihat dekorasi yang sama sekali bukan terlihat hasil dari seorang Xavier. Selesai terpaku melihat ruangan ini, Gaia menoleh ke arah pasangannya lalu tersenyum lebar. ia segera berlari kecil dan mendaratkan dekapan erat di pinggang Xavier. "Sayang, makasih," pekik wanita tersebut. Xavier langsung tersenyum hangat, ia segera memb
"Tapi aku kan gak tau di mana rumahmu," sungutnya dengan nada kesal. Xavier memutarkan bola mata dengan malas dan mengembuskan napas kasar. Dia memandang sekilas riak wajah penuh amarah Bai Lisha lalu kembali menatap muka istrinya, ia bahkan dengan lembut merapikan anak rambut Gaia. "Itu udah aku nyalakan GPS-nya, Lisha. Kamu tinggal ikuti perintahnya aja. Gitu aja kok dibuat ribet sih. Ini udah tahun dua ribu empat puluh lima, Lisha ... sebengar lagi malah mau dua ribu empat puluh enam, masa kamu gaptek sih," balas Xavier. Lisha langsung memalingkan wajah ke depan kala mendengar sindiran Xavier, matanya sangat berapi. Dia mengepalkan tangan, apalagi melihat betapa lembut sang pujaan memperlakikan Gaia. "Awas aja kamu, aku bakal buat kamu bertekuk lutut padaku. Dan menyesal sudah menikahi gadis sialan itu," geram Bai Lisha dalam hatinya. Suara ketukan
Xavier segera membantu sang istri untuk berdiri, sedangkan Li Jian-Long menatap tajam Xinxin membuat perempuan tersebut menundukkan kepala. "Jangan lakukan itu lagi, ingat itu! Dia tetap kakak iparmu," tegur Li Jian-Long. Setelah menegur putrinya, Li Jian-Long langsung menatap Xavier. Tatapan mata terlihat agak kecewa, mendapatkan hal ini suami Gaia menghela napas. "Ayah ...." Ucapannya terhenti kala dilirik tajam oleh sang Ayah, membuat Xavier menghela napas. Lelaki itu langsung menoleh memandang Bai Lisha, lalu melangkah dan berdiri di hadapan perempuan tersebut. "Maaf, tapi kalau permintaanmu buat bantu aku persyaratnya kaya gitu, aku gak akan mau," tutur Xavier lembut. Bai Lisha mengulas senyuman mendengar perkataan Xavier, walaupun lelaki itu menolak permintaannya tetapi dia terlihat mulai melunak dan merima ia lagi. "Okey, aku tau. Gak bisa dipaksakan, aku tetap akan membantumu, lagian emang awalnya tujuanku
Semua sudah selesai mengisi perut, kini mereka berada di luar. Xavier melihat masih ada keberadaan Bai Lisha merasa heran, sedangkan Gaia memandang geram wanita tersebut. "Sayang, kenapa wanita itu masih ada di sini? apa dia mau ikut ke rumah kita," bisik sang gadis. Mendengar ucapan sang istri dan nada bicara yang ia pahami, lelaki tersebut tersenyum kecil lalu pandangannya kembali melirik Bai Lisha dan bertepatan wanita itu menoleh menatapnya. "Dia menatapku, aku masih ada kesempatan," pekik perempuan itu dalam hati. Hati yang tadinya dipenuhi marah dan kecemburuan ini mengusap ke udara, terbawa oleh hembusan angin. "Apa yang dia lakukan di sini? istriku risih ada dia, mendingan Nona Bai silakan pulang. Ini sudah larut malam, gak pantas seorang gadis terlalu lama di luar," seru Xavier. Bai Lisha langsung memalingkan wajah mendengar perkataan yang keluar dari bibir Xavier, ucapan lelaki itu s
Mereka hanyut dalam tatapan penuh cinta, menikmati setiap kulit yang bersentuhan, napas terdengar memburu. Xavier sudah melemparkan asal jas dan kemeja, kala lelaki itu mulai terburu-buru hendak melepaskan pakaian wanitanya. Bunyi pintu terbuka membuat keduanya kaget dan mengalihkan pandangan ke benda untuk akses keluar masuk. "Ka-kalian." Ucapan Bai Lisha tergagap, dia terpaku melihat pemandangan tersebut. Terpesona dengan penampilan Xavier dan tatapan penuh amarah terpancar kala memandang Gaia. "Keluar! Siapa yang menyuruhmu membuka pintu kamar kami sembarangan," teriak Xavier menggelenggar.Gaia yang baru saja tersadar dari keterkejutan segera menarik selimut dan menutupi tubuh sang suami. Xavier langsung menoleh memandang istri kecilnya, sedangkan penghuni lain mendebgar teriakan lelaki itu lekas berlari mendekat."Apa yang ter ...." Ucapan Li Jian-Long terhenti kala melihat pemandangan yang ada di kamar putranya, dia seg
Fang Yin mendengar hal itu langsung menarik lengan sang teman. Ia melirik sekitar lalu bernapas lega kala tidak ada tanda keberadaan Gaia. "Kamu ini, jangan asal bicara. Gaia gak mungkin jadi simpanan calon suamiku. Dia udah punya suami, dan aku pernah bertemu sama suaminya dan aku jamin Gaia gak akan berpaling," seru wanita itu. Dahi perempuan tersebut berkerut kala mendengar seruan Fang Yin yang begitu yakin. "Sudah, bilang ke semua orang. Jangan bergosip begitu lagi, Gaia gak mungkin menjadi orang ketiga di hubunganku. Lie dan dia cuma murni sebagai atasan dan bawahan aja," tutur sang calon istri Jiang Lie. Mendengar penjelasan Fang Yin akhirnya perempuan tersebut menganggukkan kepala lalu mengiyakan perkataan wanita itu. Semua mulai sibuk lagi melakukan pekerjaan dan keluar perusahaan kala waktu pulang telah tiba. Senyuman Gaia terus terukir bahkan saat sampai di depan kediaman Li. "Kamu!" teriak Xin
Dua hari berlalu semenjak kejadian Hana yang hendak menjebak Gaia tetapi digagalkan oleh Fang Yin. Perempuan tersebut langsung dikeluarkan oleh perusahaan atas perintah Jiang Lie, kala melangkah keluar perempuan tersebut menatap penuh amarah ke arah Gaia. Kini waktu sudah menjelang sore, setelah pulang dari kantor dia akan segera pindah dari kediaman mertuanya. Netra wanita tersebut memandang ke langit yang terlihat semburat jingga, senyuman terus terukir di bibir. "Apa yang kamu pikirkan? Bahagia sekali," tegur Fang Yin. Mereka tengah berada di ruangan Jiang Lie, mengerjakan pekerjaan di sana. Beberapa orang membicarakan ketiganya, gosip mulai tersebar hanya saja belum sampai ke telinga dua perempuan tersebut. "Iya dong aku bahagia, akhirnya keluar dari rumah mertua dan punya rumah sendiri bareng suamiku," balas Gaia penuh semangat. Perempuan itu berbalik memandang Fang Yin, senyuman terus terbingkai di wajah anak Arka ini. "Wah ...
Ketegangan langsung memenuhi ruangan saat mendengar suara Fang Yin, perkataannya begitu tajam dan menusuk bak pisau yang baru saja selesai diasah. Nada suara sarat akan amarah, membuat pasang nata beralih tertuju padanya. Sedangkan dia menatap Hana yang terlihat jelas wajah berubah seketika menjadi memucat. Keterkejutan, takut tergambar jelas. "Apa-apaan sih, kamu! Gak jelas banget," gerutu Hana. Suaranya terdengar gemetar,perempuan itu menyembunyikan keterkejutannya dan bahkan tangan spontan menyembunyikan sebuah berkas di belakang tubuh. "Kamu tau kalau Gaia alergi seafood, dan kamu malah mau menyuruh dia buat pergi bertemu orang yang sangat gila seafood. Kamu gila, ha!" balas wanita itu sengit.Gaia mendengar perkataan Fang Yin mengerutkan dahi dan melirik yang dimarahi perempuan itu sebentar, sedangkan Hana membulatkan mata ia segera mendekati temannya ini."Kamu apaan sih, aku harus menyingkirkan dia. Kamu sudah terpengaruh s
Xavier terdiam mendengar ucapan Bai Lisha membuat wanita itu menyeringai, perempuan tersebut langsung menepuk pakaiannya lalu mendaratkan bokong di meja kerja lelaki berstatus suami orang lain ini."Kamu benar gak berbohong?" tanya Xavier memastikan.Bai Lisha menganggukkan kepala sebagai jawaban, tatapan lelaki itu kini menatap sang lawan bicara dengan tatapan menelisik mencari kebenaran. Xavier menghela napas kala tidak mendapati kebohongan dalam diri perempuan tersebut."Kamu pasti gak mau rugi, kamu mau membantu imbalannya apa kalau berhasil?" balas lelaki tersebut.Wanita itu menyeringai mendengar perkataan Xavier, ia langsung menopang kaki bergaya begitu angkuh. Sedangkan lelaki ini segera memalingkan wajah, ia memilih melangkah menjauh dan mendaratkan bokong di sofa."Aku ingin kamu menceraikan wanita itu dan menikahiku, mudah bukan!" Mata Xavier melotot mendengar ucapan Bai Lisha, lelaki itu bahkan langsung berdiri dan m