Share

Bab 3. Pacar?

Penulis: Sweet Ramen
last update Terakhir Diperbarui: 2023-08-31 11:45:07

Kembali ke meja masing-masing, Tanisha dan kawan-kawan langsung melanjutkan pekerjaan yang sempat tertunda. Menjawab semua telepon sambil menginformasikan promo baru. Saking banyaknya customer yang harus dihubungi, orang-orang itu sampai merelakan kehilangan jam makan siangnya. Lembur bukanlah sebuah pilihan karena Nisha sudah memesan tiket bioskop.

Bunyi nyaring terdengar dari gawai yang tersimpan dalam laci meja Tanisha. Mengira itu adalah customer yang biasa menghubunginya via WhasApp, Nisha mengeluarkan benda itu dari dalam sana. Namun ketika dilihatnya nama yang tertera di layar, dia langsung mencelos.

‘Stranger’.

Ya, begitulah dia menamai Ansell di kontak ponselnya. Stranger alias orang asing. Sekalipun mereka sudah bersama selama satu bulan, itu sama sekali tidak berarti apa-apa. Bagi Tanisha, Ansell tetaplah seorang asing yang kebetulan menumpang hidup kepadanya. Yang menguras isi rekeningnya hingga nyaris collaps seperti sekarang.

Selain persoalan uang, ada lagi yang membuat gadis itu merasa sedikit terganggu. Ya seperti sekarang ini. Ansell mengiriminya pesan berupa reminder untuk makan siang. Ini sudah terjadi selama seminggu terakhir. Tidak hanya itu, setiap sore laki-laki itu juga mulai rajin bertelepon hanya untuk bertanya kenapa Nisha belum sampai di rumah. Iya kali kena macet harus lapor-lapor? Lagian siapa dia? Cih!

Stranger (13.12) : Don’t forget to having lunch, Tanisha.

Pffft!

Seperti biasa Nisha hanya membacanya. Sama sekali tidak berniat untuk membalas. Kalaupun dia ingin membalas, bisa dipastikan hanya untuk melabrak Ansell dan terang-terangan memberi tahu kalau uangnya sudah habis, sehingga dia harus mengirit agar laki-laki itu bisa makan fast food setiap hari. Namun Tanisha sudah bisa menebak kalau benalu itu tidak akan sadar diri.

Please, siapa pun yang punya cara jitu untuk mengusir bule kesasar itu dari apartemennya, Tanisha berjanji akan memberinya imbalan yang setimpal. Asal nggak minta satu milyar aja.

Jam di dinding ruangan kembali berputar dengan cepat. Mungkin sebenarnya tidak, hanya saja orang-orang di dalam ini terlalu sibuk sehingga tidak punya waktu untuk bersantai. Targetnya adalah pekerjaan harus selesai saat jam pulang kerja. Termasuk report yang Ken minta. Menjelang jam lima sore, Tanisha mulai ketar-ketir. Khawatir dia tidak akan keburu menyelesaikan semuanya.

“Ayo? Udah jam lima nih!” Apalagi saat Hana sudah bersuara dari meja sebelah. Makin gusar!

“Bentar, aku tinggal send email!” Nisha setengah memekik.

“Aku juga donee!” Keisya malah sudah selebrasi. Hari ini sepertinya sangat menegangkan. Jadi, ketika semua pekerjaan bisa selesai tepat pada waktunya, rasanya terlalu bahagia.

“Ah, sent!!” Akhirnya Tanisha juga finished! Emailnya sudah terkirim ke email iternal Kennedy Valery.

“Aku juga udah.” Fransiska menyahut dari mejanya.

“Samaaa. Akhirnya ya gaiiiis,” disambut senada oleh Jill. Jill ini adalah member yang pacarnya posesif tidak karuan. Mungkin karena dia secantik dan seseksi itu.

Kelimanya tak menunggu lama lagi. Menyambar tas masing-masing dan segera keluar dari ruangan. Langsung masuk lift dan turun ke basement, tempat dimana parkir mobil berada. Kebetulan Jill dan Keisya itu punya mobil sendiri. Jadi cukup gampang kalau mau ke mana-mana.

Tanisha dan Hana nebeng di mobil Jill karena apartemen mereka masih searah. Jadi nanti kalau pulang akan lebih gampang. Begitupun dengan Fransiska yang nebeng di mobil Keisya.

***

Sampai di mall, kelima perempuan dewasa itu cepat-cepat naik lift menuju lantai empat. Jamnya sudah mepet. Mana masih mau beli popcorn segala. Harus gerak cepat.

Sesampainya di atas, Tanisha langsung menuju mesin untuk mencetak tiket online ke tiket fisik, sedangkan yang lain antri beli minum dan popcorn. Berhubung ini pemutaran film hari pertama, antrian cukup panjang dan bikin jantung berdebar tidak tenang. Semoga nggak telat deh masuknya.

Tanisha sudah selesai mencetak tiket saat ponselnya kembali berbunyi. Sebelum melihat id caller, dia melirik jam tangannya. Sudah jam enam sore. Sepertinya itu adalah panggilan absen dari Ansell. Malas banget deh!

Gadis itu abai. Dia malah menyimpan benda itu kembali ke dalam saku celananya. Biarin deh bergetar terus. Dia tidak peduli. Mending nyamperin anak-anak aja.

“Masih tiga orang lagi. Keburu lah ya.” Hana cemas. Berulang kali melihat jam di pergelangan tangan. Film akan dimulai tujuh menit lagi. Oh God!

“Nggak apa-apalah kalau telat dikit. Paling nanti iklan-iklan dulu.” Tanisha berusaha tenang. Meski pikirannya masih terbagi pada getaran yang tak kunjung berhenti di saku celananya.

“Iya sih. Semoga ya.”

Ck! Tanisha merasa harus menjawab panggilan dari Ansell, dari pada diteror selama menonton. Gadis itu kembali menjauhi baris antrian dan mengeluarkan benda pipih itu dari dalam saku.

“Hm,” jawabnya malas.

“Tanisha, kamu di mana?”

“Di kantor lah. Memangnya kamu? Pengangguran!” jawab gadis itu berbohong. Dia memang sengaja menghindar ke tempat yang lebih sepi agar tidak ketahuan sedang berada di mall.

“Bukannya ini sudah lewat jam pulang kantor? Ingat, pulang kantor nanti jangan keluyuran, langsung balik apartemen.” Seperti biasa, Ansell memberinya warning. Entah untuk apa.

“Itu apartemen aku by the way. Aku mau pulang malam pun, nggak ada yang ber hak ngelarang.”

“Ada. Saya.”

Bola mata Tanisha berputar kesal. Ingin sekali menjawab ‘memangnya kamu siapa?’, tapi itu hanya akan memperpanjang pembicaraan. Buang-buang waktu.

“Kamu mendengar saya, Tanisha?”

“Lo kira gue budek?”

“In Indonesia, Miss,” tegus Ansell dengan tegas. Maksudnya kalau bicara itu pakai bahasa Indonesia yang baik dan benar. Ingat ‘kan kalau dia tidak terlalu paham bahasa gaul?

“Iya, bentar lagi aku pulang!”

“Good girl.”

Setelah mengucapkan itu, Ansell memutuskan sambungan telepon. Tanisha mencelos pelan. Sampai kapan coba dia membiarkan laki-laki aneh itu memerintah ini dan itu? Saudara bukan, pacar juga bukan. Tapi posesifnya minta ampun. Iya kalau berduit. Ini kere level dewa. Huh!!

“Nisha, ayo.” Tiba-tiba Hana sudah ada di belakangnya. Gadis itu sempat terlihat kaget. Sejak kapan Hana di sana? Semoga dia tidak mendengar apa-apa. Karena tidak ada yang tau soal Ansell.

“Udah? Asiikk! Yuk!” Tanisha bergegas menyimpan ponselnya lagi dan menggandeng Hana yang sudah menunggu.

“Kamu barusan nelfon siapa, Beb?”

“Hm?”

“Kok bahas-bahas pulang malam dan apartemen? Kamu ... udah ada pacar?”

Ehh?

***

Bab terkait

  • Gadis Incaran Bule CEO Tampan   Bba 4. Kena SP.

    Apartmen Tanisha yang sederhana itu menjadi saksi kegelisahan Ansell ketika dia harus menunggu sampai empat jam lamanya. Seperti sengaja tidak memegang ponselnya, semua pesan dan panggilan yang Ansell kirim kepada gadis itu sama sekali tidak ada respon. Ansell geram, marah dan hampir saja melampiaskan emosi itu pada barang-barang yang sama sekali tidak bersalah. Apalagi jam estetik yang menggantung di tembok ruang tamu, yang selalu bergerak tak kenal lelah. Dia bagai mengolok-olok Ansell yang sejak tadi berharap Tanisha muncul di angka-angka tertentu yang ada di tubuh benda kecil itu.Ya, walau akhirnya doanya terjawab saat tangan pendek benda sialan itu menunjuk ke angka sebelas dan tangan panjangnya di angka satu. Tepatnya jam sebelas malam lewat lima menit, suara berisik dari kuncian pintu pun terdengar. Ansell yang sejak tadi berbaring di atas sofa spontan berdiri. Darahnya langsung mendidih dan naik ke ubun-ubun.Gadis yang biasanya sudah sampai di apartemen setiap jam tujuh mala

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-31
  • Gadis Incaran Bule CEO Tampan   Bab 5. Teler berat.

    Efek belum pernah mendapat hukuman seperti ini, Tanisha merasa sangat down. Apalagi ini langsung mendapat SP 3. Anggapannya dia sudah melakukan sebuah kesalahan yang sangat fatal. Padahal itu hanya perkara mengirim report. Setelah kembali ke kubikelnya, gadis itu tidak berhenti menangis dalam diam. Teman-temannya silih berganti datang untuk menghibur dan memberinya penguatan. Hanya dengan pelukan. Tidak dengan kata-kata. Karena, kalau posisinya lagi down seperti ini, terkadang tidak ada kata yang cukup baik untuk diucapkan. Karena bisa jadi itu hanya akan menambah nelangsa di hati orang yang sedang bersedih.Pekerjaan Tanisha jadi sedikit terbengkalai? Jelas. Karena tidak mungkin dia menelepon mitra toko ataupun customer dalam keadaan seperti ini. Itu bukanlah sesuatu hal yang akan dia lakukan. Dia tidak ingin dicap sebagai karyawan yang tidak profesional. Ujung-ujungnya dia memilih untuk lembur. Segala report harian yang seharusnya meluncur ke email Kennedy tepat jam lima sore, hari

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-31
  • Gadis Incaran Bule CEO Tampan   Bab 6. Si 'Tuan Besar'?

    Tanisha terbangun karena suhu air conditioner yang terasa menembus permukaan kulitnya. Kenapa dingin sekali? Perasaan suhu AC di kamarnya tidak pernah sedingin ini. Kelopak mata wanita itu terbuka secara perlahan. Rasanya berat sekali. Apakah dia tidur seharian? Tapi tidak mungkin. Dia masih ingat kalau tadi malam dia lembur di kantor perkara kena SP 3 dari Kennedy. “Ssssshhhh.” Gadis itu memegangi kepalanya. Kenapa dia bisa sampai se pusing ini? Seperti ada bom aktif yang akan meledak di dalam sana. Wait wait wait! Kenapa seperti ada yang aneh? MANA PAKAIANNYA?! Jarum penunjuk kesadaran Tanisha seakan melompat dari angka terendah ke angka tertinggi. Semua sakit kepala itu mendadak hilang karena menyadari kalau dirinya sedang telanjang. TELANJANG!! SHITTT! Gadis itu refleks terduduk di atas kasur dengan selimut yang membalut tubuh hingga sebatas dada. Dia juga baru menyadari kalau ini bukan kamarnya.Di mana ini?Jantung Tanisha tiba-tiba saja memukul dua kali lebih cepat. Dia t

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-31
  • Gadis Incaran Bule CEO Tampan   Bab 7. Finally gone?

    Tanisha memutuskan untuk makan dulu. Dia lapar. Entah sebanyak apa tenaga yang dia keluarkan tadi malam sampai keroncongan parah se pagi ini. Dan lagi, si Tuan Besar itu ... dia benar-benar pengecut. Apakah dia sudah terbiasa meniduri perempuan lalu meninggalkannya saat matahari terbit? Cuih! Pecundang!Makanan ini sungguh enak. Atau pengaruh Nisha sedang kelaparan saja? Entahlah. Padahal ini hanya krim sup jagung biasa, ditambah ayam siram jamur. Bukan menu aneh-aneh yang sama sekali tidak pernah dia makan. Fix tadi malam dia terlalu kelelahan. Apa saja yang sudah dia lakukan bersama laki-laki berotot liat itu?Hah?Sepertinya Tanisha mulai mengingat tentang malam erotis kemarin, walau hanya sedikit. Ya itu, soal otot-otot six pack yang sering menjadi sasaran telapak tangan Tanisha. Gadis itu sampai memejamkan kedua matanya hanya untuk mengingat lebih detail lagi.“Ansel? Kenapa kemarin aku menyebutkan namanya?” Kunyahan Tanisha berhenti ketika samar-samar lenguhannya kemarin kembali

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-31
  • Gadis Incaran Bule CEO Tampan   Bab 8. Rencana clubbing.

    Tanisha memutuskan untuk segera pulang ke apartemen. Ponsel Ansell sudah tidak aktif dan hatinya sama sekali tidak tenang. Ingin memastikan dengan mata kepalanya sendiri kalau laki-laki itu sudah benar-benar pergi. Setengah hatinya berharap itu tidak benar. Berharap Ansell hanya ingin menggertak dia perihal jam pulang kantor. Soalnya pria itu sama sekali tidak punya tempat untuk pulang. Mustahil dia nekat meninggalkan apartemen Tanisha yang menjadi zona nyamannya selama satu bulan terakhir.Namun kunci apartemen cadangan yang selama ini ada pada Ansell, benar-benar Nisha temukan tertinggal di resepsionis. Wanita itu seketika lemas. Tidak mungkin kuncinya ada di sini kalau orangnya masih ada di dalam ‘kan? Atau dia hanya sedang keluar untuk cari angin? Bisa aja ‘kan?“Mba Yul, maaf, mau tanya ... tadi, bule yang kasih kunci ini, ada nitip pesan nggak ke Mba? Entah apa tapi yang harus disampaikan ke saya? Misal tentang dia akan pergi ke mana?”“Nggak ada, Mba Nisha. Kenapa gitu, Mba?” S

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-31
  • Gadis Incaran Bule CEO Tampan   Bab 9. Teler ronde dua.

    Tiga puluh menit perjalanan, akhirnya taksi itu berhenti di depan sebuah tempat, yang kalau dilihat dari luar saja sudah sangat besar dan megah. Itu adalah club yang akan mereka masuki sebentar lagi. “Kamu yakin kita bisa masuk ke sana, Beb?” Nisha mendadak tidak yakin. Secara mereka masih pakai seragam kantor. Takut dipandang sebelah mata.“Yakinnn. Asal udah di atas dua puluh, bisa kok. Yuk?” Hana menarik tangan Tanisha setelah urusan dengan driver taksi selesai. Sepertinya gadis itu sudah tidak sabaran ingin masuk ke tempat bising dan minim cahaya itu.Seperti janjinya tadi, Hana mengenal salah satu security yang selalu berjaga di pintu masuk. Hanya dengan satu kedipan genit, dia dan Tanisha langsung lolos tanpa perlu mengecek kartu identitas.“Beb! Kamu kenal dia dari mana? Bahaya banget ih!” Melihat itu tentu saja Tanisha jadi khawatir. Jangan-jangan Hana dan petugas security itu ada ‘sesuatu’?“Aku ‘kan udah beberapa kali ke sini, Nisha sayang. Tenang aja.”Ah, kenapa juga dia

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-31
  • Gadis Incaran Bule CEO Tampan   Bab 10. Hectic morning.

    Rasa nyeri di area selangkangannya membuat Tanisha lagi-lagi tidak bisa berdiri dari atas kasur. Kali ini lebih nyeri dari hari pertama kemarin. Apakah karena tidak memakai pengaman sehingga dia dan pria asing itu kebablasan sampai pagi? Sepertinya iya. Seluruh tubuh Tanisha seakan remuk tak berbentuk. “Mhhhh ...” Dia menggeliat di bawah selimut tebal yang begitu hangat dan nyaman. Tubuhnya masih naked, tanpa sehelai benang pun. Bagaimana ceritanya dia bisa kembali ke kamar ini? Gadis itu mencoba mengingat-ingat kejadian tadi malam. Kalau dia kembali ke kamar president suites yang ada di club kemarin lusa, siapa orang yang sudah membawanya? Seingatnya dia dan Hana tidak datang ke club ini. Apakah ...?Ck! Pantas saja mereka mabuk! Sepertinya minuman mereka sudah disabotase oleh orang yang sangat terobsesi akan dirinya. Siapa lagi kalau bukan si ‘Tuan Besar’? Tanisha sangat ingat, di surat kecil kemarin, orang itu memang bilang ingin bertemu dengannya lagi. Tapi Nisha tidak tau kalau

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-02
  • Gadis Incaran Bule CEO Tampan   Bab 11. Ansell Arthur Benedict.

    Hana, Jill, Keisha dan Fransiska menoleh ke arah kubikel Tanisha. Ada apa lagi?“B—Baik, Pak.” Gadis itu berdiri meninggalkan kursinya. Tidak sempat berpikir apa-apa karena itu akan mengulur waktu lagi. Dia juga tidak sempat membalas tatapan teman-temannya dengan tersenyum agar mereka tidak khawatir.Mengetuk pelan pintu ruangan Kennedy, Tanisha mendengar suara khas yang mengijinkannya untuk masuk.“Selamat pagi, Pak.” Dia menyapa dengan sopan.“Kamu tadi datang terlambat?” Kennedy to the point. Tanisha meneguk ludah. Ternyata dosa-dosanya tidak pernah luput dari pantauan atasannya ini.“Absen jam sembilan kurang tiga menit, Pak,” tuturnya. Secara administrasi, itu tidak bisa dikatakan terlambat. Karena kantor ini masuknya memang jam sembilan teng.“Menurut kamu itu sudah terlambat atau tidak?”Tapi kalau ditodong pertanyaan seperti ini, Tanisha tentu tidak berani menjawab sesuai dengan kebenarannya. Kennedy pasti akan punya segudang teori lain yang bisa mematahkan peraturan itu.“Ka

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-02

Bab terbaru

  • Gadis Incaran Bule CEO Tampan   Bab 15. Kunjungan sore.

    Kedua bola mata Tanisha membesar kala menyadari Ansell sudah menyadap ponselnya. Sejak kapan? Dan bagaimana caranya dia memasang penyadap di barang yang ... akh! Pasti saat Nisha mabuk malam-malam kemarin![Kau! Menyadap ponselku?!][Sejak aku tinggal di apartemenmu, Sayang.]“Hahhh?!” Tanisha tanpa sadar memekik di kursinya. Dia semakin shock! Sejak dia masih di apartemen?! Sinting!!“Kenapa, Beb?” Hana tentu saja ikut kaget. Soalnya suara Tanisha terdengar cukup kencang.“E—eh. Enggak kok.” Nisha cepat-cepat menutup layar ponselnya, sebelum Hana nekat mengintip karena penasaran dengan siapa dia sedang berkirim pesan. Untungnya gadis itu tidak seantusias itu. Hana kembali fokus ke gadget yang ada di tangannya sendiri.Hufftt, jadi selama ini Ansell mengawasinya?? Apa saja yang sudah dia dengar? Berarti, malam dimana dia lembur karena diamuk Kenendy, Ansell tau penyebab yang sebenarnya? Oh God. Apa lagi? Apa Tanisha pernah membahas yang tidak-tidak dengan yang lain? Apa ada aib yang t

  • Gadis Incaran Bule CEO Tampan   Bab 14. Membungkam Kennedy.

    Tanisha masih bengong mendengar apa yang Ansell ucapkan barusan. Bukan karena kata-kata itu terdengar kurang jelas, melainkan karena dia tidak percaya kalimat seperti itu bisa keluar dari mulut direkturnya sendiri. Menikahi Tanisha secepatnya? Dia sedang kerasukan jin apa kah?“Dan itu akan lebih berbahaya dari pada memecat Kennedy,” jawab perempuan itu akhirnya. Tatapan matanya kembali tegas seperti setiap kali dia marah pada Ansell di apartemen. “Apa pun rencanamu terhadap Kennedy, bisa tolong jangan bawa-bawa aku? Aku sudah dipecat hari ini dan aku sudah memutuskan akan keluar.”“Coba saja. Aku ingin lihat sejauh apa kau berhasil pergi dari aku.”Senyum miring di wajah Ansell sempat membuat Tanisha ragu. Apa lagi rencana laki-laki ini? Sebenarnya dia sangat penasaran, tapi memilih untuk tidak mau mau tau. Semuanya masih terlalu membingungkan. Gadis itu butuh waktu.“Aku mau keluar. Buka pintunya.”Ansel mengangguk. Tidak berencana menahan Tanisha lagi walau sejujurnya dia sangat in

  • Gadis Incaran Bule CEO Tampan   Bab 13. Rencana Ansell.

    Apa? Ke ruangan Ansell?Ngapain?Nggak! Tanisha nggak mau!Ansell berbalik. Perintahnya tadi seperti tidak untuk diulang dua atau tiga kali. Keempat bodyguard-nya juga sudah ikut berbalik. Namun Hans dan para dewan direksi masih menunggu Tanisha bergerak.“Ibu Tanisha? Ayo?” Hans menekankan suaranya. “Saya ...” Tanisha berpikir keras untuk mencari alasan. Ngapain coba harus ke ruangan Ansell? Di sini saja ‘kan bisa?“Sebelum beliau mengulangi instruksinya lagi,” desak Hans. Jangan sampai Ansell marah karena perempuan ini.Duhh. Tanisha harus bagaimana? Dia menoleh ke kiri dan kanan, seperti ingin meminta pendapat teman-temannya. “Pergi aja, Beb, siapa tau nggak jadi dikeluarin.” Hana mendukung seratus persen. “Iya. Jujur aja kalau kamu nggak salah!” Jill juga ikut mengompori. Diliriknya Kennedy yang sudah diam tak berkutik. Mampus aja dia! Ketar-ketir nggak tuh?Tanisha menarik napas ragu. Diam-diam dia melirik atasannya. Apakah dia akan aman kalau membongkar kejahatan pria ini? Ja

  • Gadis Incaran Bule CEO Tampan   Bab 12. Di ruangan saya.

    Tanisha merasa hidupnya seperti sedang dipermainkan oleh takdir. Dua hari ini dia uring-uringan karena kehilangan seseorang yang baru dia sadari ternyata cukup berarti dalam hidupannya. Orang asing yang dia temui di trotoar apartemen, yang sudah menyusahkan hidup Tanisha selama satu bulan terakhir. Yang kemudian pergi begitu saja tanpa itikad baik sebagaimana seseorang yang sudah menumpang di apartemen orang lain sampai se-lama itu.Dia mengenal laki-laki itu dengan nama ‘Ansell’. Ansell saja. Tidak ada embel-embel Arthur Benedict seperti nama pria yang saat ini menjadi pusat perhatian semua anak divisi marketing. Tapi ... Tanisha tidak buta. Mereka adalah orang yang sama. Bedanya, Ansell yang dia kenal memelihara banyak rambut tipis di area wajahnya. Kumis, jambang, janggut. Sedangkan wajah Ansell yang ini bersih. Klimis. Bahkan model sisiran rambutnya pun berbeda. Ansell yang kemarin lebih urakan. Yang ini benar-benar rapi, hingga menunjukkan jidatnya yang lebar.Sejak nama itu diu

  • Gadis Incaran Bule CEO Tampan   Bab 11. Ansell Arthur Benedict.

    Hana, Jill, Keisha dan Fransiska menoleh ke arah kubikel Tanisha. Ada apa lagi?“B—Baik, Pak.” Gadis itu berdiri meninggalkan kursinya. Tidak sempat berpikir apa-apa karena itu akan mengulur waktu lagi. Dia juga tidak sempat membalas tatapan teman-temannya dengan tersenyum agar mereka tidak khawatir.Mengetuk pelan pintu ruangan Kennedy, Tanisha mendengar suara khas yang mengijinkannya untuk masuk.“Selamat pagi, Pak.” Dia menyapa dengan sopan.“Kamu tadi datang terlambat?” Kennedy to the point. Tanisha meneguk ludah. Ternyata dosa-dosanya tidak pernah luput dari pantauan atasannya ini.“Absen jam sembilan kurang tiga menit, Pak,” tuturnya. Secara administrasi, itu tidak bisa dikatakan terlambat. Karena kantor ini masuknya memang jam sembilan teng.“Menurut kamu itu sudah terlambat atau tidak?”Tapi kalau ditodong pertanyaan seperti ini, Tanisha tentu tidak berani menjawab sesuai dengan kebenarannya. Kennedy pasti akan punya segudang teori lain yang bisa mematahkan peraturan itu.“Ka

  • Gadis Incaran Bule CEO Tampan   Bab 10. Hectic morning.

    Rasa nyeri di area selangkangannya membuat Tanisha lagi-lagi tidak bisa berdiri dari atas kasur. Kali ini lebih nyeri dari hari pertama kemarin. Apakah karena tidak memakai pengaman sehingga dia dan pria asing itu kebablasan sampai pagi? Sepertinya iya. Seluruh tubuh Tanisha seakan remuk tak berbentuk. “Mhhhh ...” Dia menggeliat di bawah selimut tebal yang begitu hangat dan nyaman. Tubuhnya masih naked, tanpa sehelai benang pun. Bagaimana ceritanya dia bisa kembali ke kamar ini? Gadis itu mencoba mengingat-ingat kejadian tadi malam. Kalau dia kembali ke kamar president suites yang ada di club kemarin lusa, siapa orang yang sudah membawanya? Seingatnya dia dan Hana tidak datang ke club ini. Apakah ...?Ck! Pantas saja mereka mabuk! Sepertinya minuman mereka sudah disabotase oleh orang yang sangat terobsesi akan dirinya. Siapa lagi kalau bukan si ‘Tuan Besar’? Tanisha sangat ingat, di surat kecil kemarin, orang itu memang bilang ingin bertemu dengannya lagi. Tapi Nisha tidak tau kalau

  • Gadis Incaran Bule CEO Tampan   Bab 9. Teler ronde dua.

    Tiga puluh menit perjalanan, akhirnya taksi itu berhenti di depan sebuah tempat, yang kalau dilihat dari luar saja sudah sangat besar dan megah. Itu adalah club yang akan mereka masuki sebentar lagi. “Kamu yakin kita bisa masuk ke sana, Beb?” Nisha mendadak tidak yakin. Secara mereka masih pakai seragam kantor. Takut dipandang sebelah mata.“Yakinnn. Asal udah di atas dua puluh, bisa kok. Yuk?” Hana menarik tangan Tanisha setelah urusan dengan driver taksi selesai. Sepertinya gadis itu sudah tidak sabaran ingin masuk ke tempat bising dan minim cahaya itu.Seperti janjinya tadi, Hana mengenal salah satu security yang selalu berjaga di pintu masuk. Hanya dengan satu kedipan genit, dia dan Tanisha langsung lolos tanpa perlu mengecek kartu identitas.“Beb! Kamu kenal dia dari mana? Bahaya banget ih!” Melihat itu tentu saja Tanisha jadi khawatir. Jangan-jangan Hana dan petugas security itu ada ‘sesuatu’?“Aku ‘kan udah beberapa kali ke sini, Nisha sayang. Tenang aja.”Ah, kenapa juga dia

  • Gadis Incaran Bule CEO Tampan   Bab 8. Rencana clubbing.

    Tanisha memutuskan untuk segera pulang ke apartemen. Ponsel Ansell sudah tidak aktif dan hatinya sama sekali tidak tenang. Ingin memastikan dengan mata kepalanya sendiri kalau laki-laki itu sudah benar-benar pergi. Setengah hatinya berharap itu tidak benar. Berharap Ansell hanya ingin menggertak dia perihal jam pulang kantor. Soalnya pria itu sama sekali tidak punya tempat untuk pulang. Mustahil dia nekat meninggalkan apartemen Tanisha yang menjadi zona nyamannya selama satu bulan terakhir.Namun kunci apartemen cadangan yang selama ini ada pada Ansell, benar-benar Nisha temukan tertinggal di resepsionis. Wanita itu seketika lemas. Tidak mungkin kuncinya ada di sini kalau orangnya masih ada di dalam ‘kan? Atau dia hanya sedang keluar untuk cari angin? Bisa aja ‘kan?“Mba Yul, maaf, mau tanya ... tadi, bule yang kasih kunci ini, ada nitip pesan nggak ke Mba? Entah apa tapi yang harus disampaikan ke saya? Misal tentang dia akan pergi ke mana?”“Nggak ada, Mba Nisha. Kenapa gitu, Mba?” S

  • Gadis Incaran Bule CEO Tampan   Bab 7. Finally gone?

    Tanisha memutuskan untuk makan dulu. Dia lapar. Entah sebanyak apa tenaga yang dia keluarkan tadi malam sampai keroncongan parah se pagi ini. Dan lagi, si Tuan Besar itu ... dia benar-benar pengecut. Apakah dia sudah terbiasa meniduri perempuan lalu meninggalkannya saat matahari terbit? Cuih! Pecundang!Makanan ini sungguh enak. Atau pengaruh Nisha sedang kelaparan saja? Entahlah. Padahal ini hanya krim sup jagung biasa, ditambah ayam siram jamur. Bukan menu aneh-aneh yang sama sekali tidak pernah dia makan. Fix tadi malam dia terlalu kelelahan. Apa saja yang sudah dia lakukan bersama laki-laki berotot liat itu?Hah?Sepertinya Tanisha mulai mengingat tentang malam erotis kemarin, walau hanya sedikit. Ya itu, soal otot-otot six pack yang sering menjadi sasaran telapak tangan Tanisha. Gadis itu sampai memejamkan kedua matanya hanya untuk mengingat lebih detail lagi.“Ansel? Kenapa kemarin aku menyebutkan namanya?” Kunyahan Tanisha berhenti ketika samar-samar lenguhannya kemarin kembali

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status