Home / Romansa / Gadis Incaran Bule CEO Tampan / Bab 6. Si 'Tuan Besar'?

Share

Bab 6. Si 'Tuan Besar'?

Author: Sweet Ramen
last update Last Updated: 2023-08-31 11:59:00

Tanisha terbangun karena suhu air conditioner yang terasa menembus permukaan kulitnya. Kenapa dingin sekali? Perasaan suhu AC di kamarnya tidak pernah sedingin ini. Kelopak mata wanita itu terbuka secara perlahan. Rasanya berat sekali. Apakah dia tidur seharian? Tapi tidak mungkin. Dia masih ingat kalau tadi malam dia lembur di kantor perkara kena SP 3 dari Kennedy.

“Ssssshhhh.” Gadis itu memegangi kepalanya. Kenapa dia bisa sampai se pusing ini? Seperti ada bom aktif yang akan meledak di dalam sana.

Wait wait wait!

Kenapa seperti ada yang aneh?

MANA PAKAIANNYA?!

Jarum penunjuk kesadaran Tanisha seakan melompat dari angka terendah ke angka tertinggi. Semua sakit kepala itu mendadak hilang karena menyadari kalau dirinya sedang telanjang. TELANJANG!! SHITTT! Gadis itu refleks terduduk di atas kasur dengan selimut yang membalut tubuh hingga sebatas dada. Dia juga baru menyadari kalau ini bukan kamarnya.

Di mana ini?

Jantung Tanisha tiba-tiba saja memukul dua kali lebih cepat. Dia tidak berani menebak-nebak apa yang terjadi sekarang. Dia dalam keadaan tidak berbusana, di dalam sebuah kamar mewah yang sama sekali belum pernah dia masuki. Dan ... perasaan apa ini?

“Akhhh!” Nisha meringis saat lagi-lagi menyadari ada yang tak biasa di salah satu bagian tubuhnya. Lebih tepatnya di area intim yang belum pernah dijamah oleh siapa pun. Nyeri, perih, pedas, sakit, semuanya terasa berkumpul menjadi satu.

Apa yang sudah terjadi kepadanya? Kenapa rasanya sakit sekali sampai ke dalam-dalam? Apakah ada yang berusaha memasukinya saat dia sedang tertidur? Oh Tuhan!

Tanisha memeluk dirinya sendiri dengan erat. Kakinya ditekuk untuk menahan sakit yang masih menggerogoti area selangkangannya. Dia belum pernah merasakan sakit sejenis ini, jadi dia sangat yakin kalau sesuatu telah terjadi di saat dia sedang ... mabuk! Ya! Akhirnya Tanisha mengingat kalau dia sempat menenggak beberapa cangkir alkohol yang membuatnya nyaris kehilangan kesadaran. Sepertinya bukan ‘nyaris’ lagi karena sesudah itu dia sama sekali tidak mengingat apa pun. Termasuk kenapa dia ada di sini.

Oh Tuhan, Tanisha tidak bisa mengingat apa-apa. Kedua matanya sampai berair lantaran kebingungan. Dilihatnya jam di dinding, sudah jam lima pagi. Jadi dia semalaman tidak pulang ke apartemen? Ya ampun! Ansell pasti mencarinya!

Gadis itu sampai mengabaikan rasa sakit di celah kedua paha demi mencari ponsel yang entah di mana rimbanya. Dia turun dari atas kasur dan menarik selimut berat itu ikut menyapu karpet. Mencari-cari sling bag berukuran sedang yang selalu dia pakai ke kantor. Seharusnya semua barang-barangnya ada di sini bukan?

Tapi kenapa tidak ada? Bahkan pakaiannya pun tidak terlihat sejauh mata memandang. Kalau begini ceritanya, bagaimana dia bisa pulang? Tanisha harus berbicara dengan seseorang! Siapa pun itu!

Gadis itu kembali berjalan menuju ranjang besar di tengah ruangan dan duduk di salah satu sisinya. Dia tidak tau ini di mana. Tidak ada tulisan apa pun atau semacam guest book kalau memang ini adalah sebuah hotel. Pada siapa dia harus berbicara? Hendak keluar, masak harus bawa-bawa selimut?

Tok ... tok ... tok.

Ah! Tanisha langsung berdiri. Akhirnya ada orang yang datang!

Sebentar, dia harus memperbaiki selimut yang melorot ini agar tidak membuat masalah saat dia membuka pintu. Hah! Lagian dia tidak akan memunculkan tubuhnya. Paling hanya mengeluarkan kepalanya saja.

“Selamat pagi, Nona Tanisha.” Seorang perempuan cantik, bertubuh langsing, memakai setelan serba hitam menyapa setelah gadis itu membuka sedikit pintu. Siapa dia? Kalau dari name tag-nya sih namaya Anggi.

“Selamat pagi, Bu Anggi. Boleh saya bertanya di mana saya sekarang?” Tanisha tidak menunggu lama untuk meluncurkan pertanyaan yang sejak tadi bercokol di dalam kepalanya.

“Nona berada di unit president suites di club ini.

“Club??”

Ya ampun! Jadi dia masih ada di club yang dia datangi tadi malam? Jadi siapa yang sudah berani-beraninya membawa dia ke dalam kamar president suit seperti ini?

“Apa Ibu Anggi tau kenapa saya bisa ada di sini? Dan di mana barang-barang saya?”

Perempuan itu mengangguk. Jelas dia tau. “Nona Tanisha dibawa oleh pria bertanggung jawab. Jangan khawatir. Dan mengenai barang-barang Nona, petugas akan membawanya setelah ini, bersama dengan sarapan Nona. Saya datang hanya untuk memastikan kalau Nona sudah bangun, karena saya harus melaporkannya ke Tuan Besar. Kalau begitu, saya permisi.”

“E—eh ... Bu.” Tanisha menahan langkah wanita bergaya elegan itu. Sepertinya dia bukan perempuan biasa. Apa dia ini sejenis kaki tangan orang yang membawanya ke tempat ini?

“Ada lagi yang bisa saya bantu, Nona?”

“Siapa ... Tuan Besar yang Ibu maksud?”

Wajah perempuan itu tetap tenang. Pertanyaan Tanisha yang straight to the point tak membuatnya bereaksi lebih. Sepertinya itu bukanlah sebuah pertanyaan yang menakutkan baginya.

“Mohon maaf, Nona. Tugas saya pagi ini sudah selesai.” Jawabannya sangat template. Pantas saja tidak merasa terbeban dengan rasa ingin tahu Tanisha. Mungkin memang sudah di-setting agar tidak memberikan informasi apa pun selain yang ditugaskan oleh si ‘Tuan Besar’.

“Saya harus tau siapa laki-laki kurang ajar yang berani-beraninya meniduri perempuan yang sedang mabuk.” Tanisha berucap lagi dengan cepat sebelum wanita itu berbalik. Harapannya, sebagai sesama perempuan, dia akan memahami posisi Tanisha saat ini.

“Sekali lagi mohon maaf, Nona. Saya harus permisi sekarang.”

Tanisha benar-benar tidak habis pikir. Perempuan bernama Anggi itu sama sekali tidak bisa diajak kompromi. Nisha menutup pintu dengan terpaksa. Dengan hati yang masih gelisah perihal si ‘Tuan Besar’. Siapa dia? Kenapa dia membawa Tanisha dan melewati malam kemarin bersamanya? Apakah Tanisha mengenalnya? Atau sebaliknya? Arrghh!

Belum selesai dia berpikir, pintu kamar megah itu sudah diketuk kembali. Itu pasti orang suruhan Anggi yang bertugas mengantar pakaiannya! Akhirnya dia akan terbebas dari selimut tebal ini. Tanisha bergerak cepat dan ... sshhh, selangk*ngannya terasa perih lagi.

“Selamat pagi, Nona.”

“Pagi.” Dia menjawab dari celah yang dia ciptakan seperti tadi. Yang datang kali ini adalah dua orang berseragam maid yang tengah meng-handle bawaannya masing-masing. Satu mendorong troli makanan, yang satunya lagi memegang setelan kerja Tanisha yang berada dalam bungkusan plastik putih.

“Pakaian Nona sudah selesai di laundry. Sarapan Nona juga sudah ready.”

“Oh.” Gadis itu refleks menarik pintu mundur. Celah itu semakin terbuka lebar hingga memungkinkan troli itu bisa masuk.

“Maaf ... kalau tas saya, di mana ya? Apa kalian membawa tas saya juga?”

“Kalau tas, kita tidak tau, Nona. Dan kami sudah meletakkan semuanya di tempat yang semestinya. Kami permisi.”

“Tunggu!” Tanisha tentu saja tidak akan membiarkan mereka pergi dengan mudah.

“Iya, Nona? Ada lagi yang bisa kamu bantu?”

“Apa kalian tau siapa Tuan Besar di tempat ini?”

Kedua maid itu bertukar pandang. Sama sekali tidak terkejut. Sepertinya keberadaan Tanisha di sini sudah menjadi rahasia umum. Apakah si Tuan Besar itu sering membawa wanita ke kamar ini? Makanya mereka sudah nggak kaget lagi? Hah! Sepertinya iya.

“Maafkan kami, Nona. Kami tidak punya kapasitas untuk menjawab pertanyaan Nona. Kami mohon undur diri, karena kami masih punya banyak pekerjaan di dapur.” Kedua wanita itu sama-sama membungkukkan bahunya. Meminta pengertian dari Tanisha. Bagaimanapun mereka hanya pekerja di sini. Tidak berhak membuka mulut atas sesuatu sekalipun mereka tau tentang hal tersebut.

Melihat itu Tanisha jadi merasa bersalah. Maid itu juga sama sepertinya yang kemarin siang mendapat surat peringatan dari Ken. Dia tidak ingin mereka terkena masalah. Jadinya Nisha mengikhlaskan kedua perempuan itu keluar dari kamarnya tanpa berniat menahan langkah mereka lagi.

Ahhh, ke mana dia harus mencari tasnya? Dia harus menghubungi Ansel!

***

Related chapters

  • Gadis Incaran Bule CEO Tampan   Bab 7. Finally gone?

    Tanisha memutuskan untuk makan dulu. Dia lapar. Entah sebanyak apa tenaga yang dia keluarkan tadi malam sampai keroncongan parah se pagi ini. Dan lagi, si Tuan Besar itu ... dia benar-benar pengecut. Apakah dia sudah terbiasa meniduri perempuan lalu meninggalkannya saat matahari terbit? Cuih! Pecundang!Makanan ini sungguh enak. Atau pengaruh Nisha sedang kelaparan saja? Entahlah. Padahal ini hanya krim sup jagung biasa, ditambah ayam siram jamur. Bukan menu aneh-aneh yang sama sekali tidak pernah dia makan. Fix tadi malam dia terlalu kelelahan. Apa saja yang sudah dia lakukan bersama laki-laki berotot liat itu?Hah?Sepertinya Tanisha mulai mengingat tentang malam erotis kemarin, walau hanya sedikit. Ya itu, soal otot-otot six pack yang sering menjadi sasaran telapak tangan Tanisha. Gadis itu sampai memejamkan kedua matanya hanya untuk mengingat lebih detail lagi.“Ansel? Kenapa kemarin aku menyebutkan namanya?” Kunyahan Tanisha berhenti ketika samar-samar lenguhannya kemarin kembali

    Last Updated : 2023-08-31
  • Gadis Incaran Bule CEO Tampan   Bab 8. Rencana clubbing.

    Tanisha memutuskan untuk segera pulang ke apartemen. Ponsel Ansell sudah tidak aktif dan hatinya sama sekali tidak tenang. Ingin memastikan dengan mata kepalanya sendiri kalau laki-laki itu sudah benar-benar pergi. Setengah hatinya berharap itu tidak benar. Berharap Ansell hanya ingin menggertak dia perihal jam pulang kantor. Soalnya pria itu sama sekali tidak punya tempat untuk pulang. Mustahil dia nekat meninggalkan apartemen Tanisha yang menjadi zona nyamannya selama satu bulan terakhir.Namun kunci apartemen cadangan yang selama ini ada pada Ansell, benar-benar Nisha temukan tertinggal di resepsionis. Wanita itu seketika lemas. Tidak mungkin kuncinya ada di sini kalau orangnya masih ada di dalam ‘kan? Atau dia hanya sedang keluar untuk cari angin? Bisa aja ‘kan?“Mba Yul, maaf, mau tanya ... tadi, bule yang kasih kunci ini, ada nitip pesan nggak ke Mba? Entah apa tapi yang harus disampaikan ke saya? Misal tentang dia akan pergi ke mana?”“Nggak ada, Mba Nisha. Kenapa gitu, Mba?” S

    Last Updated : 2023-08-31
  • Gadis Incaran Bule CEO Tampan   Bab 9. Teler ronde dua.

    Tiga puluh menit perjalanan, akhirnya taksi itu berhenti di depan sebuah tempat, yang kalau dilihat dari luar saja sudah sangat besar dan megah. Itu adalah club yang akan mereka masuki sebentar lagi. “Kamu yakin kita bisa masuk ke sana, Beb?” Nisha mendadak tidak yakin. Secara mereka masih pakai seragam kantor. Takut dipandang sebelah mata.“Yakinnn. Asal udah di atas dua puluh, bisa kok. Yuk?” Hana menarik tangan Tanisha setelah urusan dengan driver taksi selesai. Sepertinya gadis itu sudah tidak sabaran ingin masuk ke tempat bising dan minim cahaya itu.Seperti janjinya tadi, Hana mengenal salah satu security yang selalu berjaga di pintu masuk. Hanya dengan satu kedipan genit, dia dan Tanisha langsung lolos tanpa perlu mengecek kartu identitas.“Beb! Kamu kenal dia dari mana? Bahaya banget ih!” Melihat itu tentu saja Tanisha jadi khawatir. Jangan-jangan Hana dan petugas security itu ada ‘sesuatu’?“Aku ‘kan udah beberapa kali ke sini, Nisha sayang. Tenang aja.”Ah, kenapa juga dia

    Last Updated : 2023-08-31
  • Gadis Incaran Bule CEO Tampan   Bab 10. Hectic morning.

    Rasa nyeri di area selangkangannya membuat Tanisha lagi-lagi tidak bisa berdiri dari atas kasur. Kali ini lebih nyeri dari hari pertama kemarin. Apakah karena tidak memakai pengaman sehingga dia dan pria asing itu kebablasan sampai pagi? Sepertinya iya. Seluruh tubuh Tanisha seakan remuk tak berbentuk. “Mhhhh ...” Dia menggeliat di bawah selimut tebal yang begitu hangat dan nyaman. Tubuhnya masih naked, tanpa sehelai benang pun. Bagaimana ceritanya dia bisa kembali ke kamar ini? Gadis itu mencoba mengingat-ingat kejadian tadi malam. Kalau dia kembali ke kamar president suites yang ada di club kemarin lusa, siapa orang yang sudah membawanya? Seingatnya dia dan Hana tidak datang ke club ini. Apakah ...?Ck! Pantas saja mereka mabuk! Sepertinya minuman mereka sudah disabotase oleh orang yang sangat terobsesi akan dirinya. Siapa lagi kalau bukan si ‘Tuan Besar’? Tanisha sangat ingat, di surat kecil kemarin, orang itu memang bilang ingin bertemu dengannya lagi. Tapi Nisha tidak tau kalau

    Last Updated : 2023-09-02
  • Gadis Incaran Bule CEO Tampan   Bab 11. Ansell Arthur Benedict.

    Hana, Jill, Keisha dan Fransiska menoleh ke arah kubikel Tanisha. Ada apa lagi?“B—Baik, Pak.” Gadis itu berdiri meninggalkan kursinya. Tidak sempat berpikir apa-apa karena itu akan mengulur waktu lagi. Dia juga tidak sempat membalas tatapan teman-temannya dengan tersenyum agar mereka tidak khawatir.Mengetuk pelan pintu ruangan Kennedy, Tanisha mendengar suara khas yang mengijinkannya untuk masuk.“Selamat pagi, Pak.” Dia menyapa dengan sopan.“Kamu tadi datang terlambat?” Kennedy to the point. Tanisha meneguk ludah. Ternyata dosa-dosanya tidak pernah luput dari pantauan atasannya ini.“Absen jam sembilan kurang tiga menit, Pak,” tuturnya. Secara administrasi, itu tidak bisa dikatakan terlambat. Karena kantor ini masuknya memang jam sembilan teng.“Menurut kamu itu sudah terlambat atau tidak?”Tapi kalau ditodong pertanyaan seperti ini, Tanisha tentu tidak berani menjawab sesuai dengan kebenarannya. Kennedy pasti akan punya segudang teori lain yang bisa mematahkan peraturan itu.“Ka

    Last Updated : 2023-09-02
  • Gadis Incaran Bule CEO Tampan   Bab 12. Di ruangan saya.

    Tanisha merasa hidupnya seperti sedang dipermainkan oleh takdir. Dua hari ini dia uring-uringan karena kehilangan seseorang yang baru dia sadari ternyata cukup berarti dalam hidupannya. Orang asing yang dia temui di trotoar apartemen, yang sudah menyusahkan hidup Tanisha selama satu bulan terakhir. Yang kemudian pergi begitu saja tanpa itikad baik sebagaimana seseorang yang sudah menumpang di apartemen orang lain sampai se-lama itu.Dia mengenal laki-laki itu dengan nama ‘Ansell’. Ansell saja. Tidak ada embel-embel Arthur Benedict seperti nama pria yang saat ini menjadi pusat perhatian semua anak divisi marketing. Tapi ... Tanisha tidak buta. Mereka adalah orang yang sama. Bedanya, Ansell yang dia kenal memelihara banyak rambut tipis di area wajahnya. Kumis, jambang, janggut. Sedangkan wajah Ansell yang ini bersih. Klimis. Bahkan model sisiran rambutnya pun berbeda. Ansell yang kemarin lebih urakan. Yang ini benar-benar rapi, hingga menunjukkan jidatnya yang lebar.Sejak nama itu diu

    Last Updated : 2023-09-03
  • Gadis Incaran Bule CEO Tampan   Bab 13. Rencana Ansell.

    Apa? Ke ruangan Ansell?Ngapain?Nggak! Tanisha nggak mau!Ansell berbalik. Perintahnya tadi seperti tidak untuk diulang dua atau tiga kali. Keempat bodyguard-nya juga sudah ikut berbalik. Namun Hans dan para dewan direksi masih menunggu Tanisha bergerak.“Ibu Tanisha? Ayo?” Hans menekankan suaranya. “Saya ...” Tanisha berpikir keras untuk mencari alasan. Ngapain coba harus ke ruangan Ansell? Di sini saja ‘kan bisa?“Sebelum beliau mengulangi instruksinya lagi,” desak Hans. Jangan sampai Ansell marah karena perempuan ini.Duhh. Tanisha harus bagaimana? Dia menoleh ke kiri dan kanan, seperti ingin meminta pendapat teman-temannya. “Pergi aja, Beb, siapa tau nggak jadi dikeluarin.” Hana mendukung seratus persen. “Iya. Jujur aja kalau kamu nggak salah!” Jill juga ikut mengompori. Diliriknya Kennedy yang sudah diam tak berkutik. Mampus aja dia! Ketar-ketir nggak tuh?Tanisha menarik napas ragu. Diam-diam dia melirik atasannya. Apakah dia akan aman kalau membongkar kejahatan pria ini? Ja

    Last Updated : 2023-09-05
  • Gadis Incaran Bule CEO Tampan   Bab 14. Membungkam Kennedy.

    Tanisha masih bengong mendengar apa yang Ansell ucapkan barusan. Bukan karena kata-kata itu terdengar kurang jelas, melainkan karena dia tidak percaya kalimat seperti itu bisa keluar dari mulut direkturnya sendiri. Menikahi Tanisha secepatnya? Dia sedang kerasukan jin apa kah?“Dan itu akan lebih berbahaya dari pada memecat Kennedy,” jawab perempuan itu akhirnya. Tatapan matanya kembali tegas seperti setiap kali dia marah pada Ansell di apartemen. “Apa pun rencanamu terhadap Kennedy, bisa tolong jangan bawa-bawa aku? Aku sudah dipecat hari ini dan aku sudah memutuskan akan keluar.”“Coba saja. Aku ingin lihat sejauh apa kau berhasil pergi dari aku.”Senyum miring di wajah Ansell sempat membuat Tanisha ragu. Apa lagi rencana laki-laki ini? Sebenarnya dia sangat penasaran, tapi memilih untuk tidak mau mau tau. Semuanya masih terlalu membingungkan. Gadis itu butuh waktu.“Aku mau keluar. Buka pintunya.”Ansel mengangguk. Tidak berencana menahan Tanisha lagi walau sejujurnya dia sangat in

    Last Updated : 2023-09-07

Latest chapter

  • Gadis Incaran Bule CEO Tampan   Bab 15. Kunjungan sore.

    Kedua bola mata Tanisha membesar kala menyadari Ansell sudah menyadap ponselnya. Sejak kapan? Dan bagaimana caranya dia memasang penyadap di barang yang ... akh! Pasti saat Nisha mabuk malam-malam kemarin![Kau! Menyadap ponselku?!][Sejak aku tinggal di apartemenmu, Sayang.]“Hahhh?!” Tanisha tanpa sadar memekik di kursinya. Dia semakin shock! Sejak dia masih di apartemen?! Sinting!!“Kenapa, Beb?” Hana tentu saja ikut kaget. Soalnya suara Tanisha terdengar cukup kencang.“E—eh. Enggak kok.” Nisha cepat-cepat menutup layar ponselnya, sebelum Hana nekat mengintip karena penasaran dengan siapa dia sedang berkirim pesan. Untungnya gadis itu tidak seantusias itu. Hana kembali fokus ke gadget yang ada di tangannya sendiri.Hufftt, jadi selama ini Ansell mengawasinya?? Apa saja yang sudah dia dengar? Berarti, malam dimana dia lembur karena diamuk Kenendy, Ansell tau penyebab yang sebenarnya? Oh God. Apa lagi? Apa Tanisha pernah membahas yang tidak-tidak dengan yang lain? Apa ada aib yang t

  • Gadis Incaran Bule CEO Tampan   Bab 14. Membungkam Kennedy.

    Tanisha masih bengong mendengar apa yang Ansell ucapkan barusan. Bukan karena kata-kata itu terdengar kurang jelas, melainkan karena dia tidak percaya kalimat seperti itu bisa keluar dari mulut direkturnya sendiri. Menikahi Tanisha secepatnya? Dia sedang kerasukan jin apa kah?“Dan itu akan lebih berbahaya dari pada memecat Kennedy,” jawab perempuan itu akhirnya. Tatapan matanya kembali tegas seperti setiap kali dia marah pada Ansell di apartemen. “Apa pun rencanamu terhadap Kennedy, bisa tolong jangan bawa-bawa aku? Aku sudah dipecat hari ini dan aku sudah memutuskan akan keluar.”“Coba saja. Aku ingin lihat sejauh apa kau berhasil pergi dari aku.”Senyum miring di wajah Ansell sempat membuat Tanisha ragu. Apa lagi rencana laki-laki ini? Sebenarnya dia sangat penasaran, tapi memilih untuk tidak mau mau tau. Semuanya masih terlalu membingungkan. Gadis itu butuh waktu.“Aku mau keluar. Buka pintunya.”Ansel mengangguk. Tidak berencana menahan Tanisha lagi walau sejujurnya dia sangat in

  • Gadis Incaran Bule CEO Tampan   Bab 13. Rencana Ansell.

    Apa? Ke ruangan Ansell?Ngapain?Nggak! Tanisha nggak mau!Ansell berbalik. Perintahnya tadi seperti tidak untuk diulang dua atau tiga kali. Keempat bodyguard-nya juga sudah ikut berbalik. Namun Hans dan para dewan direksi masih menunggu Tanisha bergerak.“Ibu Tanisha? Ayo?” Hans menekankan suaranya. “Saya ...” Tanisha berpikir keras untuk mencari alasan. Ngapain coba harus ke ruangan Ansell? Di sini saja ‘kan bisa?“Sebelum beliau mengulangi instruksinya lagi,” desak Hans. Jangan sampai Ansell marah karena perempuan ini.Duhh. Tanisha harus bagaimana? Dia menoleh ke kiri dan kanan, seperti ingin meminta pendapat teman-temannya. “Pergi aja, Beb, siapa tau nggak jadi dikeluarin.” Hana mendukung seratus persen. “Iya. Jujur aja kalau kamu nggak salah!” Jill juga ikut mengompori. Diliriknya Kennedy yang sudah diam tak berkutik. Mampus aja dia! Ketar-ketir nggak tuh?Tanisha menarik napas ragu. Diam-diam dia melirik atasannya. Apakah dia akan aman kalau membongkar kejahatan pria ini? Ja

  • Gadis Incaran Bule CEO Tampan   Bab 12. Di ruangan saya.

    Tanisha merasa hidupnya seperti sedang dipermainkan oleh takdir. Dua hari ini dia uring-uringan karena kehilangan seseorang yang baru dia sadari ternyata cukup berarti dalam hidupannya. Orang asing yang dia temui di trotoar apartemen, yang sudah menyusahkan hidup Tanisha selama satu bulan terakhir. Yang kemudian pergi begitu saja tanpa itikad baik sebagaimana seseorang yang sudah menumpang di apartemen orang lain sampai se-lama itu.Dia mengenal laki-laki itu dengan nama ‘Ansell’. Ansell saja. Tidak ada embel-embel Arthur Benedict seperti nama pria yang saat ini menjadi pusat perhatian semua anak divisi marketing. Tapi ... Tanisha tidak buta. Mereka adalah orang yang sama. Bedanya, Ansell yang dia kenal memelihara banyak rambut tipis di area wajahnya. Kumis, jambang, janggut. Sedangkan wajah Ansell yang ini bersih. Klimis. Bahkan model sisiran rambutnya pun berbeda. Ansell yang kemarin lebih urakan. Yang ini benar-benar rapi, hingga menunjukkan jidatnya yang lebar.Sejak nama itu diu

  • Gadis Incaran Bule CEO Tampan   Bab 11. Ansell Arthur Benedict.

    Hana, Jill, Keisha dan Fransiska menoleh ke arah kubikel Tanisha. Ada apa lagi?“B—Baik, Pak.” Gadis itu berdiri meninggalkan kursinya. Tidak sempat berpikir apa-apa karena itu akan mengulur waktu lagi. Dia juga tidak sempat membalas tatapan teman-temannya dengan tersenyum agar mereka tidak khawatir.Mengetuk pelan pintu ruangan Kennedy, Tanisha mendengar suara khas yang mengijinkannya untuk masuk.“Selamat pagi, Pak.” Dia menyapa dengan sopan.“Kamu tadi datang terlambat?” Kennedy to the point. Tanisha meneguk ludah. Ternyata dosa-dosanya tidak pernah luput dari pantauan atasannya ini.“Absen jam sembilan kurang tiga menit, Pak,” tuturnya. Secara administrasi, itu tidak bisa dikatakan terlambat. Karena kantor ini masuknya memang jam sembilan teng.“Menurut kamu itu sudah terlambat atau tidak?”Tapi kalau ditodong pertanyaan seperti ini, Tanisha tentu tidak berani menjawab sesuai dengan kebenarannya. Kennedy pasti akan punya segudang teori lain yang bisa mematahkan peraturan itu.“Ka

  • Gadis Incaran Bule CEO Tampan   Bab 10. Hectic morning.

    Rasa nyeri di area selangkangannya membuat Tanisha lagi-lagi tidak bisa berdiri dari atas kasur. Kali ini lebih nyeri dari hari pertama kemarin. Apakah karena tidak memakai pengaman sehingga dia dan pria asing itu kebablasan sampai pagi? Sepertinya iya. Seluruh tubuh Tanisha seakan remuk tak berbentuk. “Mhhhh ...” Dia menggeliat di bawah selimut tebal yang begitu hangat dan nyaman. Tubuhnya masih naked, tanpa sehelai benang pun. Bagaimana ceritanya dia bisa kembali ke kamar ini? Gadis itu mencoba mengingat-ingat kejadian tadi malam. Kalau dia kembali ke kamar president suites yang ada di club kemarin lusa, siapa orang yang sudah membawanya? Seingatnya dia dan Hana tidak datang ke club ini. Apakah ...?Ck! Pantas saja mereka mabuk! Sepertinya minuman mereka sudah disabotase oleh orang yang sangat terobsesi akan dirinya. Siapa lagi kalau bukan si ‘Tuan Besar’? Tanisha sangat ingat, di surat kecil kemarin, orang itu memang bilang ingin bertemu dengannya lagi. Tapi Nisha tidak tau kalau

  • Gadis Incaran Bule CEO Tampan   Bab 9. Teler ronde dua.

    Tiga puluh menit perjalanan, akhirnya taksi itu berhenti di depan sebuah tempat, yang kalau dilihat dari luar saja sudah sangat besar dan megah. Itu adalah club yang akan mereka masuki sebentar lagi. “Kamu yakin kita bisa masuk ke sana, Beb?” Nisha mendadak tidak yakin. Secara mereka masih pakai seragam kantor. Takut dipandang sebelah mata.“Yakinnn. Asal udah di atas dua puluh, bisa kok. Yuk?” Hana menarik tangan Tanisha setelah urusan dengan driver taksi selesai. Sepertinya gadis itu sudah tidak sabaran ingin masuk ke tempat bising dan minim cahaya itu.Seperti janjinya tadi, Hana mengenal salah satu security yang selalu berjaga di pintu masuk. Hanya dengan satu kedipan genit, dia dan Tanisha langsung lolos tanpa perlu mengecek kartu identitas.“Beb! Kamu kenal dia dari mana? Bahaya banget ih!” Melihat itu tentu saja Tanisha jadi khawatir. Jangan-jangan Hana dan petugas security itu ada ‘sesuatu’?“Aku ‘kan udah beberapa kali ke sini, Nisha sayang. Tenang aja.”Ah, kenapa juga dia

  • Gadis Incaran Bule CEO Tampan   Bab 8. Rencana clubbing.

    Tanisha memutuskan untuk segera pulang ke apartemen. Ponsel Ansell sudah tidak aktif dan hatinya sama sekali tidak tenang. Ingin memastikan dengan mata kepalanya sendiri kalau laki-laki itu sudah benar-benar pergi. Setengah hatinya berharap itu tidak benar. Berharap Ansell hanya ingin menggertak dia perihal jam pulang kantor. Soalnya pria itu sama sekali tidak punya tempat untuk pulang. Mustahil dia nekat meninggalkan apartemen Tanisha yang menjadi zona nyamannya selama satu bulan terakhir.Namun kunci apartemen cadangan yang selama ini ada pada Ansell, benar-benar Nisha temukan tertinggal di resepsionis. Wanita itu seketika lemas. Tidak mungkin kuncinya ada di sini kalau orangnya masih ada di dalam ‘kan? Atau dia hanya sedang keluar untuk cari angin? Bisa aja ‘kan?“Mba Yul, maaf, mau tanya ... tadi, bule yang kasih kunci ini, ada nitip pesan nggak ke Mba? Entah apa tapi yang harus disampaikan ke saya? Misal tentang dia akan pergi ke mana?”“Nggak ada, Mba Nisha. Kenapa gitu, Mba?” S

  • Gadis Incaran Bule CEO Tampan   Bab 7. Finally gone?

    Tanisha memutuskan untuk makan dulu. Dia lapar. Entah sebanyak apa tenaga yang dia keluarkan tadi malam sampai keroncongan parah se pagi ini. Dan lagi, si Tuan Besar itu ... dia benar-benar pengecut. Apakah dia sudah terbiasa meniduri perempuan lalu meninggalkannya saat matahari terbit? Cuih! Pecundang!Makanan ini sungguh enak. Atau pengaruh Nisha sedang kelaparan saja? Entahlah. Padahal ini hanya krim sup jagung biasa, ditambah ayam siram jamur. Bukan menu aneh-aneh yang sama sekali tidak pernah dia makan. Fix tadi malam dia terlalu kelelahan. Apa saja yang sudah dia lakukan bersama laki-laki berotot liat itu?Hah?Sepertinya Tanisha mulai mengingat tentang malam erotis kemarin, walau hanya sedikit. Ya itu, soal otot-otot six pack yang sering menjadi sasaran telapak tangan Tanisha. Gadis itu sampai memejamkan kedua matanya hanya untuk mengingat lebih detail lagi.“Ansel? Kenapa kemarin aku menyebutkan namanya?” Kunyahan Tanisha berhenti ketika samar-samar lenguhannya kemarin kembali

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status