Pagi hari.
Ayu yang baru saja datang dari kota berencana untuk menemui Dyra dan Robin.Dia berjalan keluar, saat tengah berjalan Ayu melihat sosok pria tampan ada di penginapannya. Pria itu tengah duduk di kursi deret dengan secangkir kopi hangat.Ayu yang penasaran langsung pergi menuju penginapan, dia bertanya pada karyawan di sana tentang tamu yang tengah duduk itu.Tentu karyawan itu jelas mengingat siapa dia. Pria tampan yang bernama Aoran itu tidak sulit diingat.Setelah mendengar penjelasan karyawan. Ayu mulai mendekat dan berdiri agak jauh memandangi wajah Aoran."Aduh, ada ya manusia setampan itu. Bahkan di kota aku gak pernah ketemu," gumam Ayu."Permisi, boleh saya lewat." Evan dengan secangkir kopi di tangannya."Oh. Maaf," ucap Ayu menyingkir.Ketika Ayu berbalik, Evan merasa tertarik dengan wajah manis Ayu. Dari tadi Evan tidak melihat ada gadisHari ketiga Aoran di pulau, seperti biasa dia sedang jogging, kali ini dia jogging lebih jauh dari penginapan hingga sampai ke pelabuhan. Aoran yang sedang jogging melewati pelabuhan dikejutkan dengan suara orang menangis.Aoran melihat seorang wanita berjongkok, wajahnya ditelengkup, Aoran tidak dapat melihat wajahnya dengan jelas. Aoran yang berdiri dibelakangnya mendengar suara tangisan terisak sedih."Hiks. Sakit."Aoran mendengarnya merasa kasihan, namun dia juga tidak ingin berurusan dengan orang asing. Aoran mulai beranjak menjauh, diliriknya sekali lagi, kakinya terhenti."Huh, sial." Ucapnya pelan. Aoran ingin mengabaikannya tapi ntah kenapa Aoran berbalik arah dan mendekat. "Adik kecil, kamu kenapa menangis," ucap Aoran mendekat.Karena melihat tubuhnya kecil Aoran berpikir bahwa mungkin hanya seorang anak kecil. Ternyata suara wanita yang sedang menangis adalah Ardella. Waktu berjalan menuju pelabuhan
Keesokan hari.Aoran yang telah menunggu dua jam dipelabuhan berjalan bolak-balik melihat ke arah jalan. Aoran dengan setelan rapi dengan jaket abu-abu.Gadis yang ditunggunya bahkan belum muncul, dengan gelisah dan resah Aoran kembali mondar-mandir menatap sekeliling tetapi Ardella belum juga terlihat.Situasi Dyra.Dyra yang masih bertengkar dengan ayahnya membuatnya tidak terlalu betah dirumah, karena hari ini Dyra tidak pergi bekerja, dia ingin jalan-jalan kerumah Ayu.Tiba dirumah Ayu. Dilihatnya tidak ada seorangpun dirumah. Akhirnya Dyra memutuskan kepelabuhan lagi.Menuju pelabuhan Dyra berjalan dengan santai, diperjalanan Dyra melihat seorang nelayan mengangkat jaringnya, Dyra tertarik dan memperhatikan nelayan tersebut. Nelayan itu adalah asli penduduk setempat. Dyra memangil nelayan dengan sebutan paman.Nelayan yang melihat Dyra asyik memperhatikannya memutar balik kapal k
Pagi hari.Dikediaman Robin. Seperti biasanya Dyra akan menunggu Robin untuk berangkat kerja. Masih dalam keaadan menunggu Dyra duduk sebentar untuk menghilangkan rasa lelahnya karena berjalan dari rumah."Sudah siap Rob?" tanya Dyra ketika melihat Ririn keluar."Udah. Kita berangkat sekarang," saut Robin.Dyra dan Robin menuju ke perkebunan cengkeh.Sepanjang jalan Robin melihat Ardella. "Sampai kapan kamu begini, apa tidak bisa kamu dan ayahmu berbaikan," ucap Robin dengan sedih.Dyra melihat Robin mengerti apa yang dikatakan sahabatnya. "Tidak bisa Rob, aku sudah lelah bertengkar dengan ayahku, dan juga tidak mau diatur oleh ibu tiriku," Dyra yang tidak tahu harus mengucapkan apa pada sahabatnya."Memangnya kamu gk pernah berpikir untuk menikah aja. Daripada hidup seperti ini rasanya aku ingin ada seseorang disampingmu. Punya suami yang menghidupimu, punya anak yang imut. Merawat su
Robin dalam perjalanan bertanya pada Dyra tentang pertemuannya dengan laki-laki barusan."Kami hanya bertemu beberapa kali, hanya itu saja. Dia terus menggangguku," ucap Dyra kesal."Sebaiknya kamu menjauh darinya."*** Ayu didalam kamarnya sedang bersendung, dia terus menata rambutnya dan mengoleskan make up le wajahnya."Ayu cepat turun, Robin dan Dyra sudah datang," panggil Ibu Ayu."Ok Ma, sebentar lagi siap."Ayu keluar, saat dia baru saja keluar wangi parfum menyebar ke seluruh ruangan."Wangi sekali," ucap ibu Ayu."Anak gadis Ma, biar cepat kecentol jodoh," cengir Ayu.Dyra dan Robin sudah menunggu di ruang tamu, hari ini mereka ingin ngumpul-ngumpul dan bakar ayam untuk merayakan kepulangan Ayu.Acara bakar ayamnya di laksanakan di penginapan Ayu. Luas halaman yang biasa dipakai untuk pengunjung sangat nyaman untuk berkumpul d
Aoran sedang melakukan jogging di tempat biasa, berharap bahwa dia akan bertemu Dyra.Dyra berjalan dengan wajah cemberut, Aoran yang ada didekatnya tidak dilihat.Mengingat uangnya diambil Dyra ingin menambah pekerjaannya lagi, apapun itu yang penting Dyra bisa menghasilkan uang secepatnya."Hei!" panggil Aoran keras.Dyra menoleh. "Dia lagi," gumam Dyra kembali berbalik badan dan tetap berjalan.Aoran mengejar Dyra, kini mereka saling berjalan beriringan. "Kami kenapa? Sedang ada masalah ya?" tanya Aoran tanpa henti."Bukan urusanmu," saut Dyra.Gadis itu sungguh membuat hati Aoranenggenu, sikapnya yang cue membuat Aoran semakin penasara. Aoran tetap mengikuti Dyra dari belakang.Dyra yang mengira dirinya sendirian berteriak keras ke arah danau."Yahhh, enyahlah kalian semua," teriaknya keras. Lalu Dyra kembali beraut sedih. "Apa aku tidak me
Suara berat yang memanggilnya ialah Aoran."Kau masih disini?"Perlahan Dyra berjalan mendekat. Namun karena belum makan seharian, Dyra merasa pusing, langkah kakinya sempoyongan menuju Aoran.Langkah berikutnya Dyra Sudah ambruk, untungnya Aoran langsung menangkap Dyra."Dyra kamu kenapa?" Aoran mengguncang tubuh Dyra.Ayu dan Evan mendengar suara teriakan Aoran. Dengan sangat cepat Evan pergi memastikan.Dilihatnya Dyra tengah tidak sadarkan diri, ditambah wajahnya pucat."Dyra kamu kenapa?" Ayu terlihat cemas dengan kondisi Dyra.Dyra dibawa ke penginapan, Aoran tanpa segan membaringkan Dyra di atas kasurnya, dia berusaha memanggil nama Dyra, namu belum ada reaksi apapun dari Dyra.Ayu mencari bantuan, dia memanggil seorang dokter yang ada di desa.Evan dan Ayu pergi mencari dokter, sementara Aoran menjaga Dyra."Gadis kecil ban
Bagi Aoran mencintai seseorang tidaklah mudah, rasa cinta dalam hatinya tidak pernah tumbuh pada seorang wanita. Sekalipun dia tidak pernah bergetar ataupun merindukan seseorang. Tapi tidak untuk kali ini hanya butuh 3 detik untuk membuatnya tertarik pada seorang gadis.Aoran berencana mengikuti Dyra bekerja, entah diterima atau tidak, Aoran hanya ingin dekat dengan Dyra.Keesokan hari.Aoran mulai siap-siap berangkat, semangat pagi terpancar di wajahnya. Sambil bersiul kesana kemari, dia merapikan pakaian. Mengenakan pakaian training dia bersiap untuk berangkat.Evan yang dari tadi memperhatikan Aoran. "Lu serius ne." Tanya Evan melihat Aoran."Iya. Untuk sementara lu senang-senang sendiri." Saut Aoran tersenyum lebar."Ok. Tapi gue bakal tetap ingetin lu." Kata Evan.Aoran pergi meninggalkan Evan yang masih menggerutu atas tingkahnya. Memulai perjalanannya Aoran kembali memikirkan apa yang akan terjadi, jika memang dia betul-betul jatuh cinta. Meski seribu kali dia memikirkannya jaw
"Apa rasanya masih gatal," tanya Robin melihat Aoran resah menggaruk bahunya."Iya," ucapnya sibuk menggaruk bahunya.Dyra merasa kasihan dengan kondisi Aoran. "Sini biar kulihat." Dengan wajah lembut dan perhatian.Diam menatap, Aoran menundukkan sedikit bahunya, agar Dyra bisa melihat kearah bahunya.Sulit sekali rasanya Dyra melihat ke arah bahu Aoran, dia bahkan sampai berjinjit-jinjit. "Sedikit lagi lebih menunduk," ucapnya."Oke.""Apa boleh bajunya dibuka sedikit." Dyrla yang melihat kulit Aoran bentol-bentol.Aoran mendengar perkataan Dyra bingung. "Untuk apa. Jangan-jangan kamu berusaha melihat tubuhku," saut Aoran bercanda menggoda.Dyra tidak terima dengan candaan Aoran, candaan seperti itu membuat Dyra merasa malu mendengarnya.PlakkDyra memukul bahu Aoran dengan pelan."Jangan bercanda, aku sedang serius," ucap Dyra."Ok. Sorry." Senyum Aoran lebar.Aoran membuka bajunya sesuai perintah. Tubuh Aoran dengan berbentuk kotak-kotak di bagian perutnya, ototnya kekar, serta ku