Tangan Rachel terayun ke depan, dengan sigap Jonathan menangkapnya sebelum tangan Rachel mendarat di pipinya.“Gue cuma bercanda lagi, serius amat sih!” ucapnya sembari mengerlingkan satu matanya.Wajah Rachel memerah seperti kepiting rebus. Godaan Jonathan begitu frontal, membuatnya kembali mengingat akan kejadian tidak sengaja saat Jonathan menyentuh dadanya.“Dasar mesum! Cowok tengil!” gerutu Rachel dengan bibir mengerucut.Namun akhirnya dia pun keluar dari mobil. Jaket Jonathan yang berukuran besar, membungkus tubuh atasnya. Bahkan panjang jaket itu hampir sama dengan panjang dress yang Rachel kenakan.Jonathan memimpin langkah mereka menuju salah satu pedagang makanan yang menyediakan beraneka ragam jenis masakan.“Lu mau makan apa?” tanya Jonathan sebelum dirinya memesan makanan.Rachel melihat pada menu yang ditempel di sisi etalase kaca. Dan menyebutkan satu menu yang memang jarang dia makan.“Mie pangsit.”Jonathan segera mengucapkan pesanannya pada pedagang makanan. Lalu b
Kini mereka sudah berada di dalam mobil. Rachel sengaja membuang pandangannya ke arah jendela untuk menghindari tatapan Jonathan. “Ngambek? Gitu aja ngambek, gue cuma bercanda kali,” ucap Jonathan. Namun Rachel masih bergeming tak menjawab. Jonathan segera menyalakan mesin mobil. Saat hendak memasangkan sabuk pengaman di tubuh Rachel, gadis itu menolak dan memilih untuk memasangnya sendiri. Mobil pun melaju. Keduanya sama-sama terdiam selama di perjalanan. Hingga tiba di rumah, Rachel tak juga mengucapkan sepatah katapun meskipun Jonathan terus mengajaknya berbicara. “Mau masuk dulu mas Jonathan?” sapa Prasetyo ketika Jo keluar dari mobilnya. Niatnya untuk mengantar Rachel hingga ke dalam rumah pun dia urungkan. “Kayaknya enggak, Pak. Saya sampai sini saja. Om Jacob di rumah?” “Tuan dan nyonya baru saja pergi. Apa mas Jonathan mau menunggu di dalam?” tanya satpam itu lagi. Jo menggeleng, “tidak pak, mungkin lain kali. Saya mau langsung pulang.” “Lagi marahan ya mas sama
Garis bibir Rachel melengkung, membaca isi pesan itu. Siapa lagi jika bukan Jonathan pengirimnya?Nenek Maria yang sedari tadi merasa penasaran, ikut melirik untuk membaca isi pesan itu.Namun beliau tampak kesusahan membaca tulisan yang terlihat amburadul itu. Belum sempat nenek membaca seluruh isi pesan, Rachel sudah menutup kertas itu dan menyimpannya.“Ponselmu rusak? Siapa nama pengirimnya, Chel? Apa dia menuliskan namanya?” tanya nenek Maria yang baru sempat membaca kalimat pertama.Rachel mengangguk lalu menjawab, “ponsel Rachel tak sengaja jatuh kemarin, nek.”“Kok bisa? Terus, siapa yang mengirim ponsel baru itu?” ucap nenek Maria mengulangi pertanyaannya.“Jonathan,” jawab Rachel singkat.“Benarkah? Wah memang calon suamimu itu orang yang baik dan bertanggung jawab. Apa Jonathan yang merusak ponselmu?”Rachel menggeleng, “bukan dia, tapi temannya.”“Sekarang hubungi tunanganmu itu, dan ajak dia makan siang bersama,” perintah nenek Maria. “Tapi nek..” Rachel masih mencoba un
“Hai Tante apa kabar?” tanya Jessi mengulas senyum ramah.Debora yang sudah mengenal Jessi, membalas sapaan teman putranya itu dengan senyum tipis.“Baik, kok tumben kamu ke sini?”“Aku mau bertemu Jonathan. Jo nya ada, Tan?” tanya Jessi seraya menatap sinis ke arah Rachel. Namun Rachel sengaja membuang mukanya.“Jo sedang tidak di rumah,” jawab Debora, lalu dia kembali menatap pada Rachel. “Apa kamu datang bersamanya?”Rachel menggeleng pelan sebagai jawaban.“Kebetulan aja Tante kita datang barengan. Kemana Jonathan, Tan?” sahut Jessi sok ramah. Dia bahkan sengaja menyenggol lengan Rachel agar gadis Cupu itu sedikit menyingkir.Rachel hanya mampu diam tak membalas, tentu dia tahu sikap Jessi disengaja. Namun Rachel tahu posisinya saat ini. Dengan adanya mama Jonathan, Rachel harus bersabar untuk tidak terpancing amarah karena sikap Jessi yang seenaknya.“Tadi Jo bilang sih ke bengkel mau benerin motor. Sudah dari tadi sih, cuma lebih baik kamu pulang. Takutnya Jonathan lama,” jelas
Jessi tampak bahagia melihat kehadiran pemuda yang dinanti-nanti. Berbeda dengan Rachel yang terlihat sedikit panik. Andai saja mempunyai kekuatan menghilang, tentu Rachel memilih menghilang dari rumah ini. Sayangnya dia tak memilikinya dan hanya bisa menyesali niatnya untuk datang ke rumah Jonathan. Harusnya dia mengikuti saran neneknya. Lebih baik Jo sendiri yang datang ke rumahnya, sehingga dia tidak mungkin terjebak dalam situasi ini. “Jo, akhirnya lu datang juga. Gue hubungi lu dari kemarin malam, lu gak jawab sama sekali. Makanya gue ke sini, nyariin lu langsung. Dan mami ngajak gue makan siang bareng,” ucap Jessi dengan rasa bangga. Jessi beranjak dari kursi, lalu menarik tangan Jonathan untuk duduk di sampingnya. Jo hanya pasrah, namun tatapannya tertuju pada Rachel. Gadis berkacamata itu sengaja menghindari kontak mata dengannya. Makan dengan lahap seakan mengabaikan kehadiran Jonathan di sana. Sementara itu, Debora memandang putranya dengan tajam. Andai dia tak ingat ak
“Tan, kita kok ke sini? Bukankah tadi Tante bilang mau beli..”“Ya setelah dari sini, kita akan cari buah tangan untuk nenekmu.”Debora melangkah dengan anggun menghampiri meja resepsionis.“Perawatan untuk dua orang, dan saya minta karyawan yang terbaik dari salon ini,” ucap Debora pada petugas resepsionis.“Baik nyonya Lesham, kami akan melakukannya seperti permintaan anda,” sambut petugas itu dengan sangat ramah.Mereka pun diantarkan ke sebuah ruangan khusus tamu VIP. Beberapa karyawan telah menunggu dan tak kalah ramah menyambut kedatangan tamu langganan yang selalu menggelontorkan banyak uang setiap berada di tempat itu.“Mungkin nanti ke depannya mami akan sering mengajakmu perawatan di sini. Sebagai perempuan kita harus bisa merawat diri, Rachel. Nanti juga kamu akan terbiasa. Sering-seringlah main ke rumah mami,” ucap Debora sembari menikmati pijatan dari salah satu therapist.Rachel yang juga sedang melakukan treatment body message pun terlihat sangat nyaman. Seumur hidupnya
“Gimana Jo? Kamu suka, kan?” Ucapan Debora menyadarkan Jonathan.“Maksud mami?” Jo mengalihkan tatapannya ke arah maminya.“Penampilan Rachel dong. Apalagi?” tegas Debora diakhiri helaan nafas. “Cantik kan calon istrimu?”“Biasa aja,” jawab Jonathan singkat seraya mengusap wajahnya lalu membuang pandangannya ke samping. Mendadak Jonathan merasakan debaran di dadanya. Tak bisa dipungkiri jika ucapan ibunya ada benarnya. Rachel memang terlihat berbeda dan sangat cantik. Tapi Jo tidak ingin mengiyakan, agar gadis cupu itu tidak besar kepala.“Jo, kamu udah belikan pesanan mami?” Debora melangkah tanpa melepaskan genggaman tangannya di lengan Rachel. Mau tak mau, Rachel mengikuti kemana wanita itu membawanya. Meskipun dalam hati dia merasa belum siap menemui Jonathan dengan penampilan tak biasa ini.“Sudah, Jo taruh di mobil mami,” jawab Jo tanpa menoleh ke arah ibunya.Debora mengangguk, lalu memimpin langkah mereka menuju mobil. Supir sudah membukakan pintu mobil untuknya.“Mi, kita ma
“Bukannya gue udah bilang tadi, hm? Kalau lagi jalan, jangan kebanyakan melamun, lihat ke depan!” ucap Jonathan sembari menatap lekat manik mata Rachel. Tangan panjang Jonathan berada di pinggang gadis itu. Sementara kedua tangan Rachel mencengkeram erat kemeja Jonathan.Dalam jarak sedekat ini Rachel bisa merasakan hembusan nafas Jonathan dengan aroma mint, yang menguar memasuki indra penciumannya. Sorot matanya yang tajam namun tersimpan kelembutan di dalamnya. Gambaran pria dengan sosok yang nyaris sempurna terpampang jelas di penglihatan Rachel. Sejenak Rachel hanyut dalam pesona tampan Sang Kapten Basket.Wajah Jonathan semakin mendekat hingga bibir mereka nyaris bersentuhan jika tangan Rachel tidak menghalanginya.“Mau ngapain lu? Jangan aneh-aneh deh!” celetuk Rachel dengan tatapan tajam. Tangan kanan Rachel membungkam mulut Jonathan sementara yang kiri mendorong dada Jonathan.Wajah Jonathan terlihat memerah. Keinginannya tadi muncul secara tiba-tiba, dan entah mengapa diriny
“Auwwwhh.. sakit, Bae!” ucap Jonathan dengan wajah meringis sembari menatap lengannya yang terdapat bekas gigitan Rachel.“Jangan ngomong yang enggak-enggak deh, Jo! Mana ada nenek bilang gitu?” elak Rachel seraya membuang pandangannya agar Jonathan tak melihat wajahnya yang sudah memerah itu.“Masak sih nenek gak bilang gitu? Apa gue salah denger ya?”‘Astaga, nenek! Kenapa sih pakai acara ngomong yang enggak-enggak?’ gerutu Rachel dalam hati.“Jangan mikir yang enggak-enggak deh. Buruan ganti baju!” perintah Rachel seraya mendorong punggung Jonathan menuju kamar mandi.Blam!Rachel sendiri yang menutup pintu kamar mandi. Mengalihkan perhatian Jonathan agar tak lagi membicarakan sesuatu yang bisa memancing hal yang mengancam ketenangannya.Selama Jonathan berada di kamar mandi, Rachel segera menyelesaikan rutinitasnya. Membersihkan wajah dan mengoleskan skincare di wajahnya. Lalu segera berbaring di atas ranjang dengan selimut yang menutup seluruh tubuhnya.Rasa was-was masih menggan
“Uhuukkk.. uhuukkk..!” Jonathan bergegas mengambil air mineral dan memberikannya pada Rachel. Merasa bersalah telah membuat istrinya itu tersedak karena kata-kata yang keluar dari mulutnya. Suara bel pintu terdengar menyentak perhatian Rachel dan Jonathan. Sontak keduanya pun menoleh ke arah pintu. “Ck, siapa sih?! Ganggu aja!” gerutu Jonathan sebelum akhirnya melangkah ke arah pintu. Membuka pintu untuk melihat siapa yang datang. Salah satu staf hotel membawakan koper milik Rachel. “Maaf mengganggu, tuan Jonathan. Kami hanya mengantarkan barang milik nona Rachel,” ucap staf hotel seraya menyerahkan koper itu. Setelah staf hotel pamit pergi, Jonathan segera menutup kembali pintu kamar. Menarik koper ke lemari penyimpanan. Lalu kembali melangkah menuju meja makan. Rachel beranjak dari kursi. Meskipun makanan di piringnya masih tersisa setengah, namun perutnya sudah terasa kenyang. “Mau kemana, Bae? Kok gak dihabisin makanannya?” tanya Jonathan dengan raut bingung. “Gue mau gant
Rachel melangkah mundur kala menyadari langkah Jonathan semakin mendekat. Namun baru beberapa langkah ke belakang, punggungnya sudah membentur dinding membuat langkahnya terhenti di tempat. Pengaruh alkohol itu sudah hilang sejak Rachel bangun tidur tadi. Jadi dalam keadaan sadar seperti ini, akal sehat Rachel kembali bekerja. Rachel menyilangkan kedua tangan di depan dada, sebagai isyarat agar Jonathan jangan mendekat. Namun sepertinya suaminya itu tak memahami maksudnya. Langkah Jonathan semakin mendekat, mengunci tubuh mungil istrinya di antara kedua tangannya yang diletakkan di sisi tubuh Rachel. Lagi dan lagi Rachel dibuat diam tak berkutik. Wajah tampan sang kapten basket yang telah berstatus menjadi suaminya, begitu membuat gadis cupu itu terpesona. Dalam jarak sedekat ini, Rachel bisa merasakan hembusan nafas Jonathan yang beraroma mint. Tatapan Jonathan yang begitu tajam namun ada kelembutan di dalamnya, membuat Rachel semakin hanyut dalam rasa nyaman. Bibir merah Jonath
“Mohon maaf tuan Jonathan, mengganggu waktu istirahat anda. Saya diminta nyonya Debora untuk membawakan sarapan ini,” ucap seorang wanita yang merupakan staf hotel. “Astaga mami! Ngapain sih pakai suruh orang buat bawa sarapan segala. Mengganggu aja!” gerutu Jonathan dengan suara kecil, namun masih bisa didengar oleh staf wanita yang masih berdiri di hadapannya dengan membawa nampan berisi sarapan. “Maaf tuan Jonathan, bolehkah saya masuk untuk menaruh makanan ini?” “Gak perlu, biar aku sendiri yang menaruhnya!” Jonathan meraih paksa nampan itu. “Sekarang pergilah!” perintah Jonathan lalu kembali masuk. Menutup pintu dengan kakinya. Meletakkan nampan di atas meja, kemudian melangkah menuju kamar. Berdiri di sisi ranjang dengan pandangan tertuju pada wanita yang masih tertidur lelap. Jonathan sedikit membungkukkan badan. Tangannya terulur memindahkan helaian rambut yang menutupi wajah cantik Rachel. Garis bibir Jonathan melengkung, membentuk sebuah senyuman. Pagi pertama yang menj
Jonathan kembali memagut bibir manis sang istri. Tangannya bergerak mengusap lembut dada Rachel sebelum memulai permainan inti. Rasa takut yang sempat bersarang di hati Rachel saat melihat milik Jonathan yang panjang dan keras itu, kini perlahan memudar. Desahan tertahan dari bibir Rachel, kembali terdengar. Mengiringi permainan yang akan Jonathan mulai, sesaat lagi. Jonathan mengusap lembut ujung miliknya sebelum mempertemukannya pada milik sang istri. Mata Rachel terpejam, bibirnya terus mengeluarkan suara yang semakin memancing hasrat sang suami. “Can I come in?” Suara Jonathan menyentak kesadaran Rachel. Perlahan mata lentik itu terbuka. Sorot mata Rachel terlihat sayu. Ada rasa ingin, penasaran, juga rasa takut yang bercampur aduk dalam hatinya. Namun sudah kepalang tanggung. Pengaruh alkohol masih menguasai tubuh Rachel dan keinginan Jonathan pun sudah tidak bisa ditahan lagi. Tanpa mendengar dahulu jawaban dari mulut sang istri, Jonathan memasukkan miliknya ke dalam liang
Posisi Rachel kini berada di atas tubuh Jonathan. Kedua kakinya diletakkan di kedua sisi pinggang Jonathan. Posisi yang sama seperti sedang naik kuda. Jonathan menggerakkan kepalanya ke kanan dan ke kiri untuk menghindari ciuman Rachel. Karena dia tahu, jika istrinya itu sedang mabuk. “Astaga, Bae.. mphhhh..” Posisi Jonathan yang terjepit, membuatnya sulit untuk menghindar. Apalagi kedua tangan Rachel kini mencengkeram erat pipinya, hingga membuat Jo tak bisa menghindar lagi. Ciuman yang tak pernah Jonathan rasakan sebelumnya. Jika dalam keadaan sadar, istrinya itu sangatlah pasif. Beda halnya dalam keadaan mabuk, ciuman Rachel terasa begitu liar dan panas. Jo bisa merasakan lidah basah Rachel yang mulai membasahi permukaan bibirnya yang tertutup. Dengan mata terpejam, Jo berusaha mempertahankan diri agar tidak tergoda. Sungguh istrinya ini benar-benar menguji pertahanannya. Haruskah Jo meladeni Rachel dalam keadaannya yang setengah sadar? Jonathan tak ingin dianggap sengaja mema
Jonathan meraih cardlock dari dalam dompet. Membuka pintu kamar dengan perasaan campur aduk. Mengingat kondisi Rachel terakhir kali ditinggal dalam keadaan takut. Mana mungkin dia bisa melakukan keinginan papi untuk membuatkan cucu? “Bae, udah tidur?” Jonathan menutup kembali pintu. Ruangan masih dalam keadaan setengah redup, sama persis dengan yang terakhir kali dia lihat. Dia tak menyadari akan keberadaan Rachel di ruang tamu, hingga melewatinya menuju kamar tidur. Kondisi ranjang yang masih rapi, namun selimut terlihat sedikit berantakan. Jonathan tak menemukan keberadaan istrinya di dalam kamar. Menduga jika istrinya masih mandi atau mungkin melanjutkan acara berendam. Tetapi, bukankah ini sudah terlalu lama? Jonathan menghitung sudah sejam lebih dia meninggalkan Rachel. Mendadak rasa takut bersarang dalam pikiran Jonathan. Takut akan hal buruk terjadi pada istrinya ketika berada di kamar mandi. Bergegas Jonathan melangkah ke kamar mandi guna memastikan. Namun di sana, juga t
Kini tubuh sepasang pengantin baru saling melekat tanpa penghalang. Jonathan telah berhasil membuat Rachel tak berdaya dan tak menyadari jika dirinya kini sudah telanjang. Kesadaran Rachel kembali, ketika dia merasakan sesuatu yang keras menyundul pangkal paha bagian belakang. Perlahan mata lentik itu terbuka, pandangannya langsung tertuju pada wajah Jonathan yang tampak sedikit memerah. Ketika menyadari posisinya telah berubah, bahkan tangan lebar Jonathan mulai menangkup bagian sensitif di dadanya, Rachel pun menjadi panik. Segera meraih pergelangan tangan Jonathan dan berusaha menjauhkan dari tubuhnya. “Mphhhh…” Rachel berusaha berteriak, namun ciuman itu menahan suaranya. Pikiran Jonathan sudah dikuasai oleh hawa nafsu, membuat pemuda itu buta dan tuli akan reaksi sang istri yang mulai menolak. Saat dirasa kekuatannya tak akan mampu melawan tenaga Jonathan, Rachel pun menggigit lidah Jonathan. “Akhhhh..!” desis Jonathan seraya melepaskan pagutan bibirnya. Rasa ngilu pada lida
Kini posisi Jonathan duduk di belakang Rachel tanpa penghalang, membuat tubuh mereka saling bersentuhan. Mata Rachel semakin melebar kala tanpa sengaja Jonathan menyentuh bagian kenyal miliknya di depan dada. “Mpphhhh..” Rachel berusaha berteriak namun tangan lebar Jonathan menutup hampir setengah dari wajahnya. Sontak Rachel berusaha menepis tangan Jonathan dari dadanya. “Please, jangan banyak gerak Bae! Gue..” Ucapan Jonathan terhenti ketika mulai merasakan miliknya yang semakin mengeras. Keinginan Jo untuk menyentuh gadis yang sudah berstatus sebagai istrinya semakin kuat. Namun langkahnya terhalang oleh sikap Rachel yang terlihat jelas menolak. Seakan tak kehabisan akal, Rachel sekuat tenaga menggerakkan siku tangan kanannya ke belakang. Duagh!! Ujung siku Rachel yang runcing tepat mengenai perut Jonathan. Membuat pemuda itu meringis kesakitan dan akhirnya melepaskan tangannya dari mulut Rachel. Tak menyia-nyiakan waktu, Rachel pun berpindah posisi. Duduk di ujung bath-up,