Sudah beberapa bulan Aji tinggal di rumah bosnya yang ada di Singapura dan dia berinteraksi setiap hari dengan kepala pelayan rumah itu yang muda serta berpenampilan menarik. Namanya Marcella Wrigley, blasteran Melayu dan barat. Namun, genetik kaukasoid ayahnya yang berasal dari Amerika Serikat mendominasi penampilan fisik wanita itu.Marcella bertubuh tinggi semampai 173 cm dengan mata biru dan rambut cokelat kemerahan seperti boneka Barbie. Dia fasih berbahasa Melayu selain bahasa Inggris. Dan Aji sering menggodanya dengan kata-kata di kartun Upin Ipin 'betul betul betul?' yang terkadang membuat Marcella tertawa renyah dan mencubiti Aji dengan gemas.Hingga suatu hari Aji nekad mengajak gadis bukan perawan itu berkencan makan malam saat hari libur Marcella. Dia berjanji untuk menjemput wanita itu di rumah keluarga Wrigley. Dan di sanalah dia sekarang berdiri di depan pintu teras rumah bertipe sederhana bercat putih itu menekan tombol bel dan menunggu harap-harap cemas sembari menyem
"Jadi jawaban kamu gimana, Cella?" ulang Aji dengan rasa pesimis mulai menyusup ke hatinya saat melihat Marcella Wrigley seolah berpikir keras, mungkin pula wanita itu berpikir tentang cara menolak tawarannya.Kemudian Marcella tersenyum seraya bertanya, "Kurasa aku harus tahu alasanmu memintaku menjadi kekasih itu karena apa, Ji?""A—aku ... aku menyukaimu dan sepertinya kamu cocok dengan kriteria wanita ideal dalam benakku, Cella. Emm ... sedikit memalukan, tapi kurasa aku tergila-gila denganmu. Bayanganmu selalu hadir dalam setiap mimpiku," jawab Aji jujur dengan perasaannya.Marcella tertawa kecil menatap pemuda asal Indonesia itu. Dia pun menyukai sosok Aji dengan kepribadian dan juga kebiasaannya yang ia amati beberapa bulan terakhir ini. Kesannya 'rempong', tetapi Aji itu seorang pria yang sangat perhatian dan tulus. Bahkan, ketika menginginkan sesuatu Aji selalu berusaha keras untuk mendapatkannya."Oya, tiket konser Ed Sheeran yang kamu inginkan apa sudah dapat, Ji?" tanya Ma
"Selamat ultah ya, Mas Sayang!" ucap Maya saat membuka matanya di pagi hari sembari mendaratkan kecupan-kecupannya di wajah suaminya yang masih tertidur.Akhirnya Ananda pun terbangun dan perlahan membuka matanya. Dia menangkap tubuh istrinya yang berbaring miring di sebelahnya dengan sepasang lengan kekarnya. "Kasih kado apa dong, May? Bercinta di pagi hari juga boleh kok, nggak nolak. Gimana?" ujarnya sambil menyusuri leher dan dada penuh Maya dengan bibirnya. "Nggak spesial dong Mas kadonya—nanti malam deh pas perayaan ulang tahunnya Mas Nanda sepulang kerja. Maya sudah nyiapin kejutannya, jadi sabar ya?" jawab Maya lalu memejamkan matanya pasrah menikmati sentuhan intim Ananda yang menjalar dari kepala hingga ujung kaki membuatnya merinding. Kemudian Ananda mulai melebarkan sepasang paha wanita yang paling dicintainya, perlahan dia memasuki tubuh Maya dengan keperkasaannya. "Apa terasa penuh di bawah sana, Maya Sayang?" bisiknya di tepi telinga istrinya."Banget, Mas. Punya Mas
Setelah pesta ulang tahun Ananda bubar, pasangan suami istri yang teramat mesra itu berjalan bersisian masuk ke kamar tidur mereka. "Maya, kalau aku boleh meminta satu hadiah lagi darimu ... apa kamu mau menemaniku berdansa di dalam kamar kita?" pinta Ananda memeluk pinggang istrinya yang berdiri berhadapan dengannya.Mendengar permintaan suaminya, Maya pun terkikik seraya menjawab, "Boleh dong ... spesial buat yang lagi ulang tahun hari ini! Apa ada lagu pengiringnya, Mas Nanda?""Sebentar—" Ananda segera mengambil ponsel di saku dada jasnya lalu memutar sebuah lagu Christian Bautista yang berjudul Since I Found You. Tangan kirinya merengkuh punggung Maya dan tangan kanannya menggenggam tangan Maya lalu mereka berdua pun memulai langkah pelan dansa yang romantis di tengah kamar tidur itu."Since I found you my world seems so brand new.You've show me the love I never knew. Your presence is what my whole life through since I found you ..." Suara merdu penyayi pria asal Filipina itu m
"Mbak Maya, kami berharap Mbak akan bersedia menjadi bintang iklan produk perusahaan kami," bujuk manager pemasaran PT. Juwita Bintang Jaya melalui sambungan telepon antar negara.Kabar mengenai kesembuhan kaki mantan top model nomor 1 di Indonesia beberapa tahun lalu itu telah tersebar di infotainment. Ditambah lagi suaminya memang pengusaha pemilik jaringan mall dan hotel bintang 5 terkenal. Hanya saja bedanya Maya sekarang bukan lagi wanita single, dia harus minta persetujuan suaminya ditambah kondisinya yang sedang hamil besar.Maka wanita itu pun menjawab, "Maaf, Pak Yudi. Bukan saya ingin menolak, tetapi sebelum menerima tawaran perusahaan Bapak, saya perlu berdiskusi dengan suami saya terlebih dahulu.""Ohh—tentu saja, silakan didiskusikan terlebih dahulu dengan Pak Nanda. Saya tunggu kabar baiknya, Mbak Maya. Besok pagi akan saya hubungi kembali," ujar Pak Yudi Senja lalu mengakhiri panggilan teleponnya.Ini bukan hanya satu tawaran pekerjaan model yang datang kepada Maya mela
"Ndre, tolong kamu tenang dulu! Ini bukan akhir karir kamu di jagad hiburan tanah air kok—" Reyvan menemani Andre menenangkan diri di Cafe Luxury seberang jalan gedung agency lama Andre. Pria itu duduk di samping mamanya sembari menyeruput Iced Coffee Americano. Hatinya masih sangat membara karena merasa ditendang begitu saja oleh bosnya ketika pamornya meredup. "Siapa bilang ini akhir riwayatku, Mas Reyvan?! Kurang aja tuh si Brandon. FUCK!" rutuk Andre kasar."Wajar sih, soalnya KSE memang artisnya banyak dan rata-rata ngetop. Setoran mereka kenceng ke atasan, Ndre. Kebetulan kamu apes bener niat mau healing di Singapore malah leak hot video begitu. Terus rencanamu apa selanjutnya?" balas Reyvan dengan kalem. Dia masih menjadi manager Andre dan harus tahu keinginan anak asuhnya itu bagaimana ke depannya.Kemudian Andre pun menjawab, "Pindahin portofolio kerjaanku ke NSE aja, Mas. Aku banyak kenalan juga petinggi di sana, bagus kok. Cuma aku minta tolong ... cariin kerjaan biar nama
"Mas Nanda, apa kita akan pulang ke rumah mama papanya kamu dulu?" tanya Maya yang duduk bersebelahan di mobil jemputan yang dikendarai sopir pribadi Ananda di Jakarta.Ananda memeriksa jam tangannya dan menjawab, "Sepertinya mampir sebentar nggakpapa, May. Sebentar aku bilang ke sopir buat nganterin kita ke Senopati dulu." Kemudian dia memberi tahu tujuan perjalanan mereka yang diiyakan oleh sopir pribadi itu.Mereka berpisah dari Aji di Bandara Soekarno-Hatta tadi karena pemuda itu minta izin untuk menemui orang tuanya di rumah keluarga yang ada di Sumedang. Rencananya Aji ingin membicarakan lamaran untuk Marcella Wrigley di Singapura. Agak sensitif karena memang status wanita itu single, tetapi sudah janda bukan gadis.Maya dan Ananda memberi dukungan semangat agar Aji percaya diri mengutarakan keinginannya berkeluarga bersama Marcella. Kepribadian wanita blasteran Amerika-Melayu itu sangat baik, seharusnya akan menjadi istri yang cocok untuk mendampingi Aji.Setelah lama tinggal d
"Sudah malam, Nak Nanda. Kalian berdua menginap di sini saja ya?" ujar Pak Roy yang sedari tadi asik mengobrol dengan puteri dan menantunya di ruang keluarga. Ananda saling bertatapan dengan Maya untuk menanyakan keinginan istrinya. Kemudian Maya menganggukkan kepalanya seraya berkata, "Kami tidur di rumah ini saja, Pa. Apa kamar Maya perlu dirapikan atau nggak?""Sepertinya bersih kok, May. Coba ditengok aja dulu, kalau perlu bantuan mama kamu atau Virna, kamu bilang aja, oke?" sahut Pak Roy sambil bangkit berdiri dari sofa untuk mengambilkan kunci kamar Maya yang dulu di lemari bajunya.Ananda menyuruh sopirnya menurunkan kedua kopernya dan Maya ke teras lalu memintanya pulang ke kediaman Kusuma Mulia saja. Besok pagi pukul 08.00 WIB, sopir pribadinya itu harus ke mari lagi menjemput dia dan istrinya.Semenjak direnovasi memang kamar Maya hanya dikosongkan saja sekalipun ada perabotan lengkap di dalamnya. Dan Nyonya Melita masih rajin membersihkan kamar puterinya dengan harapan sua