"Ehh ... Maya 'kan?! Apa kabar?" seru Nyonya Astrid berpura-pura baru melihat Maya di meja makan food court yang bersebelahan dengan yang dia tempati.Sedikit jengah dan ragu dengan kehadiran pasangan ibu anak yang dulu pernah mencampakkan dirinya pasca kecelakaan tertabrak mobil dulu, tetapi Maya mencoba bersikap sopan dan menjawab, "Halo, Tante Astrid, Kak Andre. Kabar saya baik, Tante. Kebetulan ketemu di sini ya."Namun, suaminya melirik mengamati dua sosok yang tidak disukainya itu. Sok ramah sok dekat begitu, padahal dulu mereka jahat kepada Maya. Setelah waiter mengantarkan pesanan makanan mereka, Ananda memilih untuk tetap cuek dan menikmati makan siangnya tanpa menimbrung obrolan penuh basa-basi tersebut.Dia justru berkata kepada Maya, "Yuk dimakan dulu Shabu-shabu itu, Sayang. Nanti dingin 'kan nggak enak!""Tante, Kak Andre, aku makan dulu ya. Ohh—itu pesanannya juga sudah datang. Selamat makan ya semua!" ujar Maya seraya tersenyum melihat suaminya begitu perhatian mengamb
Ananda memang datang terlambat ke studio 5 Surya TV. Dia segera berlari-lari kecil menuju ke pintu masuk khusus untuk penonton di studio. Namun, setelah dia duduk di salah satu bangku yang kosong di deretan belakang. Ananda menangkap sosok Andre di sofa duduk bersebelahan dengan istrinya.Awalnya Ananda mencoba positif thinking sekalipun Maya tidak menceritakan sebelumnya perihal menjadi bintang tamu acara talkshow terpopuler itu bersama mantan kekasihnya. Bisa jadi Maya lupa atau memang tidak tahu, duganya. Dia mencoba mengikuti perbincangan di panggung yang ditayangkan secara live acaranya saat ini. Seluruh pemirsa Surya TV di penjuru tanah air pastinya sedang menonton acara Prime Time Night Show."Jadi perasaan Mas Andre ke Mbak Maya sekarang sudah move on dong pastinya?" pancing Alfi Rahmad sambil tertawa kecil melirik ke arah Andre.Dengan tenang Andre menatap balik Maya yang tentunya harus memerhatikan pihak yang sedang disorot oleh kamera TV. Dia berkata, "Masih susah move on l
Ketika Ananda sampai di rumahnya yang ada di Kebayoran Baru, beberapa polisi berseragam resmi dan juga berpakaian sipil tengah menunggunya di teras depan rumah. Awalnya dia tidak mengerti ada apa gerangan. Namun, dia bergegas turun dari mobilnya dan membantu Maya turun juga.Ananda menyapa mereka dan menerima uluran tangan salah satu petugas polisi itu untuk berjabat tangan. "Selamat malam, Pak Polisi. Ada keperluan apa ya?" ujarnya mengerutkan keningnya."Selamat malam. Apa benar Anda, Bapak Ananda Kusuma?" sahut Iptu Rohan Saputra sembari menyerahkan sepucuk surat berkop Kepolisian Indonesia kepada Ananda."Benar, Pak. Apa surat ini untuk saya?" Pria itu membaca tujuan penerimanya memang atas nama Ananda Kusuma. Namun, untuk apa pikirnya bingung."Kami ditugasi untuk menjemput Bapak Ananda Kusuma untuk menjalani pemeriksaan interogasi atas pemukulan artis Andre Cornelius Wijaya," terang Iptu Rohan Saputra menunggu respon dari tersangka.Kemudian Maya yang ikut mendengarkan percakapa
"Mas Reyvan, tolong dong ... saya juga butuh pekerjaan. Sudah 4 bulan ini saya vakum dari dunia entertainment!" ujar Andre mengiba di telepon kepada managernya.Sementara managernya juga sedikit kebingungan harus melakukan usaha apalagi. Semua stasiun TV semenjak Surya TV mendapat somasi dari Ananda Kusuma seolah anti untuk memberi Andre tawaran project acara apa pun. Hanya ada satu tawaran yaitu jalur underground dan kalau Andre mau menerimanya artinya Reyvan akan melepaskan jabatannya sebagai manager Andre."Ndre, begini saja ... aku ada ide sebenarnya sih—hanya saja kalau memang kamu kepepet sudah mentok lagi dipertimbangin ya. Itu juga dengan catatan aku sudah nggak bisa jadi manager kamu!" jawab Reyvan dengan berat hati mendesah lelah dan memijit pelipisnya yang nyeri sekalipun hari masih pagi begini."Apa tuh idenya, Mas?" sahut Andre penasaran kenapa seperti terkesan rahasia.Dengan volume pelan Reyvan berbicara di ponselnya, "Aku sempat dapat tawaran buat kamu yang intinya pih
"Kamera ... roll ... action!" teriak sutradara film panas yang mengamati dari layar monitor adegan-adegan penuh godaan bergairah antara aktor bokep yang baru bergabung dengan seorang wanita berbuah dada besar. Kebetulan lawan main Andre kali pertama ini adalah seorang aktris panas senior bernama panggung Mimi Perry. Tampangnya seperti wanita Asia Timur berkulit terang yang sipit dan berhidung mancung dengan bibir merah ranum seperti buah Cherry. Bentuk tubuhnya sintal dan lekuk-lekuknya sangat menggoda mata lelaki. Gerak-gerik Mimi Perry yang ditangkap kamera film begitu panas. Apalagi lawan mainnya yang piawai menyentuh tubuhnya membuat Andre benar-benar terangsang hebat. Pemuda tampan itu sampai tak menyadari setiap tindakannya terekam oleh kamera. Dia seolah tersihir oleh aura sexy dari Mimi Perry hingga lupa daratan. Pergumulan yang panas bergelora dalam pose berdiri di dekat jendela kamar hotel bintang 5 membuat kedua insan yang diburu hasrat birahi itu mengabaikan sekitarnya.
Selama tinggal di Singapura pasca memohon restu kepada orang tuanya di Sumedang, Aji berusaha memantapkan hatinya untuk melamar Marcella Wrigley, kekasihnya.Malam minggu itu dia sengaja mengajak Marcella berkencan ke kawasan Marina Bay Sands, panorama malam hari di tempat itu sungguh mengesankan dengan banyak lampu-lampu hias di sekitar pantai pasir putih. Banyak hotel bintang 5 dan restoran mewah mengelilingi pantai yang bisa dinikmati dengan berjalan kaki di malam hari yang berangin sejuk.Usai berkendara sepeda motor berboncengan, sepasang kekasih itu pun turun di parkiran motor sebuah restoran tepi pantai dan memutuskan untuk makan malam terlebih dahulu sebelum berjalan kaki menikmati suasana pantai."Ayo, Cella Sayang kita masuk!" ajak Aji seraya menggandeng tangan mungil kekasihnya. Ada rasa bangga di dalam hati pemuda itu karena penampilan Marcella begitu menarik dengan rambut pirang alami dan mata biru, sedangkan dirinya berwajah Melayu.Namun, Marcella justru memuji Aji, "Ka
Sekitar pukul 19.30 waktu Singapura, usai makan malam di rumah Ananda dan Maya. Mereka sengaja tidak memberikan pekerjaan tambahan untuk Aji dan Marcella karena hari ini adalah hari istimewa pernikahan pasangan unik itu."Cella Cantik, yuk kita belah duren!" goda Aji sembari menggendong tubuh ramping pengantin barunya itu dari koridor ruang makan ke kamarnya. Istrinya terkikik dengan wajah merona sembari bergelanyut di leher Aji. "Durennya sudah lama kebuka, nggak ingat ya kamu, Sayangku yang ganteng?" balas Marcella."Hmm ... ya sudah kita aseekk aseekk ajalah apa pun istilahnya. Ohh iya, berarti aku yang malam ini hilang perjaka dong. Apa tuh istilahnya—itulah pokoknya, Yang!" sahut Aji tak sabar. Dia lalu menendang pintu kamarnya hingga menutup dan bergegas ke arah ranjang. Perlahan dia menurunkan tubuh Marcella Wrigley lalu melepaskan pakaiannya sendiri yang berupa kaos dan celana pendek kolor warna hitam. Sedangkan, istrinya yang terbaring terlentang di bawahnya cekikikan melih
Desahan pria dan dua wanita bersahutan saling berbagi sentuhan intim terekam jelas oleh lensa kamera video. Adegan panas dua wanita tanpa busana melayani sang aktor bintang video khusus dewasa yang sedang naik daun memang terlihat meyakinkan.Andre Cornelius Wijaya selain berparas tampan dengan tubuh kekar berotot memiliki stamina bak kuda pacu jantan, dia melayani dua wanita berambut panjang lurus dicat berwarna pirang dan cokelat. Wanita yang dipanggil Carissa berambut pirang sedang menservis Andre dengan mulutnya melumat batang berurat pria itu di bawah sana. Andre bersandar di sofa dengan posisi paha terentang lebar. Sementara Yuki yang berambut cokelat menyodorkan sepasang bulatan padat seukuran melon Honey Dew ke wajah Andre untuk dinikmati. Wanita itu mendesah-desah dengan mata terpejam dan kepala tengadah ke langit-langit kamar berpencahayaan remang-remang. Bibir dan lidah Andre membuatnya terangsang dan jemari tangannya menggodai 'gadis kecil' Yuki yang basah."Mass ... arrh
Beberapa bulan kemudian sesuai janji Maya kepada Dokter Joyo Baskara, usai kelahiran anak kembar laki-laki dan perempuannya berselang masa nifasnya. Dia mengunjungi TPU Tanah Kusir bersama suaminya kali ini. Mereka hanya berdua saja dan ketiga anak mereka dititipkan di rumah kakek neneknya.Langit pagi itu biru cerah dengan gumpalan awan putih di angkasa. Musim kemarau baru berjalan tak lama di Indonesia waktu itu. Angin di taman pemakaman yang asri dan tenang itu bertiup sepoi-sepoi menerbangkan rambut panjang Maya yang tergerai. Suara serangga tongeret terdengar nyaring mengisi kesunyian tempat dimana ratusan jasad terkubur di bawah tanah berlapis rumput hijau yang terpangkas rapi.Ananda berjalan sembari menggenggam tangan kanan Maya dengan tangan satunya membawakan keranjang bunga mawar tabur untuk makam mendiang Andre dan mamanya.Dari kejauhan mereka dapat mengenali nisan putih bertuliskan nama sepasang ibu dan anak yang telah tiada tak lama berselang itu. Mereka berdua melangka
"Maafkan kami, Bu Maya. Kondisi fisik Nyonya Astrid semakin hari semakin melemah. Secara kejiwaan dan juga pikiran memang terapi psikologisnya berhasil membawa akal sehatnya kembali normal. Hanya saja—semangat hidupnya telah sirna, di situlah letak kesulitannya," terang Dokter Joyo Baskara yang merawat mama Andre selama berbulan-bulan terakhir ini.Maya pun menanggapi perkataan Dokter Joyo melalui sambungan telepon antar negara itu, "Baik, Dok. Kalau boleh saya tahu apakah Tante Astrid masih mau makan teratur setiap hari?""Masih, hanya terlalu sedikit. Dia juga lebih banyak tidur dibanding beraktivitas. Jarang berkomunikasi dengan orang lain yang ada di sekitarnya. Saya yang paling sering berbicara dengan beliau untuk menjalani konseling kejiwaan," ujar Dokter Joyo berusaha menjelaskan situasi sulit yang dihadapinya terkait pasien yang ditanganinya.Setelah berpikir sejenak, Maya pun bertanya, "Seandainya saya datang ke sana, apa beliau mau berbicara dengan tenang?""Nyonya Astrid me
Ketika Ananda sarapan pagi bersama Maya dan Bayu, di sekeliling meja makan juga ada Aji dan Marcella yang sudah dianggap seperti anggota keluarga kecil mereka."Ji, bikinin janji ke rumah sakit sepulang kerja nanti buat Maya ya. Kami mau periksa kehamilan," ujar Ananda santai sambil menikmati menu sarapan paginya.Mendengar perintah bosnya, Aji dan Marcella saling bertukar pandang kikuk. Mereka lalu diam-diam tersenyum satu sama lain. Aji pun menjawab, "Siap, Pak Nanda. Nanti saya buatkan janji ke dokter Obsgyn. Oya, kalau nanti kami nebeng berangkat ke rumah sakit apa boleh, Pak?"Kali ini Maya dan Ananda yang heran lalu Maya yang bereaksi terlebih dahulu, "Siapa yang sakit nih?""Cella juga mau periksa kehamilan sore ini, Bu Maya!" jawab Aji yang membuat seisi meja makan tertawa.Ananda pun menanggapi, "Kok bisa barengan nih jadinya. Padahal bikinnya nggak janjian 'kan?" Mendengar candaan suaminya, Maya mencubit pinggang pria itu hingga mengaduh-aduh. "Mas Nanda ini bisa-bisanya—"
"Hai, Hubby ... apa kamu capek?" sambut Marcella Wrigley saat bayi besarnya memeluknya erat-erat di balik pintu kamar tidur mereka sepulang kerja.Dengan manja Aji menyurukkan wajahnya di lekuk leher istrinya yang menguarkan aroma parfum feminin nan lembut. Dia menyesap kulit putih terang itu, tetapi Marcella membiarkannya begitu sekalipun akan membekas tanda kepemilikan berwarna merah tua nantinya yang tentu saja bertahan cukup lama."Baby Cella, Sayangku ...," gumam Aji sembari meraup tubuh istrinya menuju ke tempat tidur mereka.Wanita berambut pirang dengan sepasang mata biru itu melingkarkan kedua lengannya di leher Aji sambil menatap wajah pemuda berondong menggemaskan yang sedang menggendongnya. "Ji ... aku punya kabar mengejutkan untukmu," ujar Marcella hati-hati saat tubuhnya dibaringkan di atas ranjang. "Apa tuh, Cella?" sahut Aji santai seolah yakin dia tak akan terkejut mendengar pemberitahuan istrinya. Mereka sudah menikah berbulan-bulan dan kipernya telalu ahli menjaga
"Terdakwa penculikan putera dari CEO Grup Kusuma Mulia yaitu pasangan ibu dan anak Hartadinata telah menerima vonis bersalah dari pengadilan dan dijatuhi hukuman kurungan selama 5 tahun. Demikian laporan Desti Triana dan cameraman Rizky Setiadi dari depan ruang sidang. Kembali ke studio 5 Surya TV!" Berita siaran petang itu menjadi tayangan yang menyita perhatian Pak Alan dan Nyonya Belina. Mereka saling bertukar pandang prihatin. Kemudian Nyonya Belina berkata, "Kasihan sebenarnya, Pa. Sekeluarga kok bisa masuk bui semua. Mas Arifian juga masih 14 tahun penjara hukumannya."Pak Alan mendesah lelah, dia pun menanggapi, "Itu keluarga kacau balau, Ma. Kita telah salah mengenali di awal berteman dengan mereka. Tadinya konglomerat, sekarang malah sudah jatuh miskin masih harus tinggal di hotel prodeo. Malunya berlipat-lipat kalau dulu kita jadi berbesan sama mereka, tingkah mereka aneh-aneh begini!""Benar, Pa. Memang Mama dulu salah menilai, justru keluarganya Maya yang baik-baik saja m
Selang 24 jam pasca menghilangnya Bayu dari kediaman Kusuma Mulia. Pihak kepolisian dan juga Ananda Kusuma ditemani oleh sekretarisnya mendatangi Royal Heir Dharmawangsa apartment."TING TONG." Bunyi bel apartment milik Nyonya Shinta terdengar mengejutkan dia dan puterinya yang memang sengaja tidak keluar kemana pun dari apartment itu sejak kemarin malam."Ehh—siapa tuh, Ma?" tanya Deana cemas bertukar pandang dengan mamanya di sofa.Kemudian Nyonya Shinta berjalan ke pintu keluar unit apartmentnya dan mengintip siapa tamunya dari lubang intip. Ketika dia melihat petugas polisi berseragam, makin paniklah dia. "Dea ... Dea, ada polisi di depan!" serunya berlari menuju ke sofa.Namun, gedoran di pintu terdengar bersama suara amarah Ananda. "Buka pintunya atau perlu didobrak?!" teriaknya mengancam dari balik pintu. "Waduh Ma, gimana nih? Kok Mas Nanda tahu kita ada di sini?" Deana mencicit panik.Sementara Bayu yang tadinya diam mulai menjerit-jerit, "PAAPAA ... PAAAPAAA ...."Setelah m
Suara tangisan dan rengekan bayi terdengar memenuhi mobil Alphard putih yang tengah melaju di jalanan ibu kota yang padat oleh kendaraan bermotor petang itu. Sang sopir melirik curiga melalui spion tengah mobil yang dia kemudikan. 'Perasaan tadi nyonya besar dan nyonya muda berangkat nggak bawa bocah. Lha ini ... lantas anak siapa? Jangan-jangan mereka nyulik anak orang!' batin Pak Suryo gelisah sembari berjibaku dengan lalu lintas yang begitu ramai."Rewel banget sih nih bocah!" keluh Deana yang memangku putera Maya. Dia memang tidak suka anak kecil. "Sabar, Dea. Sebentar lagi juga sampai di apartment," bujuk Nyonya Shinta melirik puterinya dan Bayu yang menangis tak henti-hentinya. Memang mereka berdua tidak mengerti kalau bocah laki-laki itu kelaparan, tadi Suster Sisca pergi ke dapur untuk membuatkan susu untuk Bayu dan Nyonya Shinta membawa pergi bocah itu diam-diam.Mobil Alphard putih itu membelok ke apartment Royal Heir Dharmawangsa yang mewah. Pasca hotel milik keluarga Ha
Sore itu kediaman Keluarga Kusuma Mulia ramai dikunjungi oleh serombongan nyonya-nyonya sosialita. Ada arisan elite bulanan yang digelar di sana. Tempat acara bergengsi itu berpindah-pindah sesuai giliran dan kebetulan kali ini jatuh di rumah mama Ananda.Maya pun diundang bersama putera tunggalnya untuk diperkenalkan ke teman-teman arisan Nyonya Belina. Sekalipun Maya sebenarnya tidak terbiasa mengikuti acara semacam itu, mau tak mau demi menghormati mama suaminya dia pun hadir."Jeng-jeng, kenalkan ini Maya Angelita, menantu saya. Mungkin sebagian sudah kenal ya karena dia ini penulis dongeng anak terkenal lho, nggak cuma di Indonesia ... sampai luar negeri juga bukunya dijual. Dan yang ini cucu saya, namanya Bayu. Lucu ya?!" tutur Nyonya Belina berdiri bersama Maya dan Bayu yang digendong mamanya di hadapan teman-teman arisan yang tajir melintir itu.Apa pun yang bisa disombongkan harus ditonjolkan, itulah prinsip anggota arisan elite yang diikuti Nyonya Belina. Para wanita itu pun
Pagi dengan gerimis rintik-rintik sisa hujan besar semalam masih mengguyur kota Jakarta. Wanita cantik dengan gaun hitam selutut itu menguatkan tekadnya untuk mengunjungi TPU Tanah Kusir, tempat dimana mendiang Andre dimakamkan. Mungkin sedikit terlambat, tetapi dia memang baru mengetahui berita duka cita itu belakangan.Payung hitam yang dia bawa untuk menaungi tubuhnya meneteskan air di ujung-ujung rusuk benda itu. Angin dingin yang menerpanya serasa menusuk tulang, pipinya basah oleh air mata yang mengalir di balik kaca mata hitam yang menutupi sebagian wajahnya.Selangkah demi selangkah Maya menuju ke sebuah gundukan tanah merah yang masih baru dibuat. Ada sebentuk nisan yang tertancap bertuliskan nama familiar seorang pemuda yang pernah begitu berarti dalam hidupnya.Keranjang bunga mawar tabur terayun pelan di tangan kanannya. Semakin dekat ia melangkah, dadanya terasa semakin sesak. Maya mungkin telah memiliki cinta baru yang indah bersama Ananda. Namun, kenangan manis masa pac