Saat menu sarapan pagi telah terhidang di meja di hadapan mereka bertiga, dua pria yang pernah menjadi sosok spesial bagi Maya itu hanya terdiam saling lirik satu sama lain sembari menikmati makanan masing-masing.Maya menyadari situasi jengah itu, maka ia pun berusaha mencairkan suasana dengan berbicara, "Setelah sarapan Kak Andre mau pergi kemana? Kami berdua akan ke rumah sakit untuk terapi akupuntur kakiku."Setelah menghela napas untuk mendinginkan hatinya, Andre pun menjawab, "Hanya jalan-jalan mengisi waktu luang. Aku memang ke Singapore hanya untuk healing dan juga menenangkan diri pasca kecelakaan kemarin.""Oya, gimana kabar Sherrin, Kak? Kalian kapan akan merid?" sambung Maya tanpa mengetahui bahwa Sherrin juga telah ditinggalkan oleh Andre pasca mengetahui gadis itu menjadi buta karena matanya cedera terkena serpihan kaca mobil."Nggak usah nanya hal yang bukan urusanmu deh, May! Lagian aku males bahas tentang Sherrin—" Andre berkata seenak perutnya sendiri dan perkataanny
Sudah beberapa bulan Aji tinggal di rumah bosnya yang ada di Singapura dan dia berinteraksi setiap hari dengan kepala pelayan rumah itu yang muda serta berpenampilan menarik. Namanya Marcella Wrigley, blasteran Melayu dan barat. Namun, genetik kaukasoid ayahnya yang berasal dari Amerika Serikat mendominasi penampilan fisik wanita itu.Marcella bertubuh tinggi semampai 173 cm dengan mata biru dan rambut cokelat kemerahan seperti boneka Barbie. Dia fasih berbahasa Melayu selain bahasa Inggris. Dan Aji sering menggodanya dengan kata-kata di kartun Upin Ipin 'betul betul betul?' yang terkadang membuat Marcella tertawa renyah dan mencubiti Aji dengan gemas.Hingga suatu hari Aji nekad mengajak gadis bukan perawan itu berkencan makan malam saat hari libur Marcella. Dia berjanji untuk menjemput wanita itu di rumah keluarga Wrigley. Dan di sanalah dia sekarang berdiri di depan pintu teras rumah bertipe sederhana bercat putih itu menekan tombol bel dan menunggu harap-harap cemas sembari menyem
"Jadi jawaban kamu gimana, Cella?" ulang Aji dengan rasa pesimis mulai menyusup ke hatinya saat melihat Marcella Wrigley seolah berpikir keras, mungkin pula wanita itu berpikir tentang cara menolak tawarannya.Kemudian Marcella tersenyum seraya bertanya, "Kurasa aku harus tahu alasanmu memintaku menjadi kekasih itu karena apa, Ji?""A—aku ... aku menyukaimu dan sepertinya kamu cocok dengan kriteria wanita ideal dalam benakku, Cella. Emm ... sedikit memalukan, tapi kurasa aku tergila-gila denganmu. Bayanganmu selalu hadir dalam setiap mimpiku," jawab Aji jujur dengan perasaannya.Marcella tertawa kecil menatap pemuda asal Indonesia itu. Dia pun menyukai sosok Aji dengan kepribadian dan juga kebiasaannya yang ia amati beberapa bulan terakhir ini. Kesannya 'rempong', tetapi Aji itu seorang pria yang sangat perhatian dan tulus. Bahkan, ketika menginginkan sesuatu Aji selalu berusaha keras untuk mendapatkannya."Oya, tiket konser Ed Sheeran yang kamu inginkan apa sudah dapat, Ji?" tanya Ma
"Selamat ultah ya, Mas Sayang!" ucap Maya saat membuka matanya di pagi hari sembari mendaratkan kecupan-kecupannya di wajah suaminya yang masih tertidur.Akhirnya Ananda pun terbangun dan perlahan membuka matanya. Dia menangkap tubuh istrinya yang berbaring miring di sebelahnya dengan sepasang lengan kekarnya. "Kasih kado apa dong, May? Bercinta di pagi hari juga boleh kok, nggak nolak. Gimana?" ujarnya sambil menyusuri leher dan dada penuh Maya dengan bibirnya. "Nggak spesial dong Mas kadonya—nanti malam deh pas perayaan ulang tahunnya Mas Nanda sepulang kerja. Maya sudah nyiapin kejutannya, jadi sabar ya?" jawab Maya lalu memejamkan matanya pasrah menikmati sentuhan intim Ananda yang menjalar dari kepala hingga ujung kaki membuatnya merinding. Kemudian Ananda mulai melebarkan sepasang paha wanita yang paling dicintainya, perlahan dia memasuki tubuh Maya dengan keperkasaannya. "Apa terasa penuh di bawah sana, Maya Sayang?" bisiknya di tepi telinga istrinya."Banget, Mas. Punya Mas
Setelah pesta ulang tahun Ananda bubar, pasangan suami istri yang teramat mesra itu berjalan bersisian masuk ke kamar tidur mereka. "Maya, kalau aku boleh meminta satu hadiah lagi darimu ... apa kamu mau menemaniku berdansa di dalam kamar kita?" pinta Ananda memeluk pinggang istrinya yang berdiri berhadapan dengannya.Mendengar permintaan suaminya, Maya pun terkikik seraya menjawab, "Boleh dong ... spesial buat yang lagi ulang tahun hari ini! Apa ada lagu pengiringnya, Mas Nanda?""Sebentar—" Ananda segera mengambil ponsel di saku dada jasnya lalu memutar sebuah lagu Christian Bautista yang berjudul Since I Found You. Tangan kirinya merengkuh punggung Maya dan tangan kanannya menggenggam tangan Maya lalu mereka berdua pun memulai langkah pelan dansa yang romantis di tengah kamar tidur itu."Since I found you my world seems so brand new.You've show me the love I never knew. Your presence is what my whole life through since I found you ..." Suara merdu penyayi pria asal Filipina itu m
"Mbak Maya, kami berharap Mbak akan bersedia menjadi bintang iklan produk perusahaan kami," bujuk manager pemasaran PT. Juwita Bintang Jaya melalui sambungan telepon antar negara.Kabar mengenai kesembuhan kaki mantan top model nomor 1 di Indonesia beberapa tahun lalu itu telah tersebar di infotainment. Ditambah lagi suaminya memang pengusaha pemilik jaringan mall dan hotel bintang 5 terkenal. Hanya saja bedanya Maya sekarang bukan lagi wanita single, dia harus minta persetujuan suaminya ditambah kondisinya yang sedang hamil besar.Maka wanita itu pun menjawab, "Maaf, Pak Yudi. Bukan saya ingin menolak, tetapi sebelum menerima tawaran perusahaan Bapak, saya perlu berdiskusi dengan suami saya terlebih dahulu.""Ohh—tentu saja, silakan didiskusikan terlebih dahulu dengan Pak Nanda. Saya tunggu kabar baiknya, Mbak Maya. Besok pagi akan saya hubungi kembali," ujar Pak Yudi Senja lalu mengakhiri panggilan teleponnya.Ini bukan hanya satu tawaran pekerjaan model yang datang kepada Maya mela
"Ndre, tolong kamu tenang dulu! Ini bukan akhir karir kamu di jagad hiburan tanah air kok—" Reyvan menemani Andre menenangkan diri di Cafe Luxury seberang jalan gedung agency lama Andre. Pria itu duduk di samping mamanya sembari menyeruput Iced Coffee Americano. Hatinya masih sangat membara karena merasa ditendang begitu saja oleh bosnya ketika pamornya meredup. "Siapa bilang ini akhir riwayatku, Mas Reyvan?! Kurang aja tuh si Brandon. FUCK!" rutuk Andre kasar."Wajar sih, soalnya KSE memang artisnya banyak dan rata-rata ngetop. Setoran mereka kenceng ke atasan, Ndre. Kebetulan kamu apes bener niat mau healing di Singapore malah leak hot video begitu. Terus rencanamu apa selanjutnya?" balas Reyvan dengan kalem. Dia masih menjadi manager Andre dan harus tahu keinginan anak asuhnya itu bagaimana ke depannya.Kemudian Andre pun menjawab, "Pindahin portofolio kerjaanku ke NSE aja, Mas. Aku banyak kenalan juga petinggi di sana, bagus kok. Cuma aku minta tolong ... cariin kerjaan biar nama
"Mas Nanda, apa kita akan pulang ke rumah mama papanya kamu dulu?" tanya Maya yang duduk bersebelahan di mobil jemputan yang dikendarai sopir pribadi Ananda di Jakarta.Ananda memeriksa jam tangannya dan menjawab, "Sepertinya mampir sebentar nggakpapa, May. Sebentar aku bilang ke sopir buat nganterin kita ke Senopati dulu." Kemudian dia memberi tahu tujuan perjalanan mereka yang diiyakan oleh sopir pribadi itu.Mereka berpisah dari Aji di Bandara Soekarno-Hatta tadi karena pemuda itu minta izin untuk menemui orang tuanya di rumah keluarga yang ada di Sumedang. Rencananya Aji ingin membicarakan lamaran untuk Marcella Wrigley di Singapura. Agak sensitif karena memang status wanita itu single, tetapi sudah janda bukan gadis.Maya dan Ananda memberi dukungan semangat agar Aji percaya diri mengutarakan keinginannya berkeluarga bersama Marcella. Kepribadian wanita blasteran Amerika-Melayu itu sangat baik, seharusnya akan menjadi istri yang cocok untuk mendampingi Aji.Setelah lama tinggal d
Beberapa bulan kemudian sesuai janji Maya kepada Dokter Joyo Baskara, usai kelahiran anak kembar laki-laki dan perempuannya berselang masa nifasnya. Dia mengunjungi TPU Tanah Kusir bersama suaminya kali ini. Mereka hanya berdua saja dan ketiga anak mereka dititipkan di rumah kakek neneknya.Langit pagi itu biru cerah dengan gumpalan awan putih di angkasa. Musim kemarau baru berjalan tak lama di Indonesia waktu itu. Angin di taman pemakaman yang asri dan tenang itu bertiup sepoi-sepoi menerbangkan rambut panjang Maya yang tergerai. Suara serangga tongeret terdengar nyaring mengisi kesunyian tempat dimana ratusan jasad terkubur di bawah tanah berlapis rumput hijau yang terpangkas rapi.Ananda berjalan sembari menggenggam tangan kanan Maya dengan tangan satunya membawakan keranjang bunga mawar tabur untuk makam mendiang Andre dan mamanya.Dari kejauhan mereka dapat mengenali nisan putih bertuliskan nama sepasang ibu dan anak yang telah tiada tak lama berselang itu. Mereka berdua melangka
"Maafkan kami, Bu Maya. Kondisi fisik Nyonya Astrid semakin hari semakin melemah. Secara kejiwaan dan juga pikiran memang terapi psikologisnya berhasil membawa akal sehatnya kembali normal. Hanya saja—semangat hidupnya telah sirna, di situlah letak kesulitannya," terang Dokter Joyo Baskara yang merawat mama Andre selama berbulan-bulan terakhir ini.Maya pun menanggapi perkataan Dokter Joyo melalui sambungan telepon antar negara itu, "Baik, Dok. Kalau boleh saya tahu apakah Tante Astrid masih mau makan teratur setiap hari?""Masih, hanya terlalu sedikit. Dia juga lebih banyak tidur dibanding beraktivitas. Jarang berkomunikasi dengan orang lain yang ada di sekitarnya. Saya yang paling sering berbicara dengan beliau untuk menjalani konseling kejiwaan," ujar Dokter Joyo berusaha menjelaskan situasi sulit yang dihadapinya terkait pasien yang ditanganinya.Setelah berpikir sejenak, Maya pun bertanya, "Seandainya saya datang ke sana, apa beliau mau berbicara dengan tenang?""Nyonya Astrid me
Ketika Ananda sarapan pagi bersama Maya dan Bayu, di sekeliling meja makan juga ada Aji dan Marcella yang sudah dianggap seperti anggota keluarga kecil mereka."Ji, bikinin janji ke rumah sakit sepulang kerja nanti buat Maya ya. Kami mau periksa kehamilan," ujar Ananda santai sambil menikmati menu sarapan paginya.Mendengar perintah bosnya, Aji dan Marcella saling bertukar pandang kikuk. Mereka lalu diam-diam tersenyum satu sama lain. Aji pun menjawab, "Siap, Pak Nanda. Nanti saya buatkan janji ke dokter Obsgyn. Oya, kalau nanti kami nebeng berangkat ke rumah sakit apa boleh, Pak?"Kali ini Maya dan Ananda yang heran lalu Maya yang bereaksi terlebih dahulu, "Siapa yang sakit nih?""Cella juga mau periksa kehamilan sore ini, Bu Maya!" jawab Aji yang membuat seisi meja makan tertawa.Ananda pun menanggapi, "Kok bisa barengan nih jadinya. Padahal bikinnya nggak janjian 'kan?" Mendengar candaan suaminya, Maya mencubit pinggang pria itu hingga mengaduh-aduh. "Mas Nanda ini bisa-bisanya—"
"Hai, Hubby ... apa kamu capek?" sambut Marcella Wrigley saat bayi besarnya memeluknya erat-erat di balik pintu kamar tidur mereka sepulang kerja.Dengan manja Aji menyurukkan wajahnya di lekuk leher istrinya yang menguarkan aroma parfum feminin nan lembut. Dia menyesap kulit putih terang itu, tetapi Marcella membiarkannya begitu sekalipun akan membekas tanda kepemilikan berwarna merah tua nantinya yang tentu saja bertahan cukup lama."Baby Cella, Sayangku ...," gumam Aji sembari meraup tubuh istrinya menuju ke tempat tidur mereka.Wanita berambut pirang dengan sepasang mata biru itu melingkarkan kedua lengannya di leher Aji sambil menatap wajah pemuda berondong menggemaskan yang sedang menggendongnya. "Ji ... aku punya kabar mengejutkan untukmu," ujar Marcella hati-hati saat tubuhnya dibaringkan di atas ranjang. "Apa tuh, Cella?" sahut Aji santai seolah yakin dia tak akan terkejut mendengar pemberitahuan istrinya. Mereka sudah menikah berbulan-bulan dan kipernya telalu ahli menjaga
"Terdakwa penculikan putera dari CEO Grup Kusuma Mulia yaitu pasangan ibu dan anak Hartadinata telah menerima vonis bersalah dari pengadilan dan dijatuhi hukuman kurungan selama 5 tahun. Demikian laporan Desti Triana dan cameraman Rizky Setiadi dari depan ruang sidang. Kembali ke studio 5 Surya TV!" Berita siaran petang itu menjadi tayangan yang menyita perhatian Pak Alan dan Nyonya Belina. Mereka saling bertukar pandang prihatin. Kemudian Nyonya Belina berkata, "Kasihan sebenarnya, Pa. Sekeluarga kok bisa masuk bui semua. Mas Arifian juga masih 14 tahun penjara hukumannya."Pak Alan mendesah lelah, dia pun menanggapi, "Itu keluarga kacau balau, Ma. Kita telah salah mengenali di awal berteman dengan mereka. Tadinya konglomerat, sekarang malah sudah jatuh miskin masih harus tinggal di hotel prodeo. Malunya berlipat-lipat kalau dulu kita jadi berbesan sama mereka, tingkah mereka aneh-aneh begini!""Benar, Pa. Memang Mama dulu salah menilai, justru keluarganya Maya yang baik-baik saja m
Selang 24 jam pasca menghilangnya Bayu dari kediaman Kusuma Mulia. Pihak kepolisian dan juga Ananda Kusuma ditemani oleh sekretarisnya mendatangi Royal Heir Dharmawangsa apartment."TING TONG." Bunyi bel apartment milik Nyonya Shinta terdengar mengejutkan dia dan puterinya yang memang sengaja tidak keluar kemana pun dari apartment itu sejak kemarin malam."Ehh—siapa tuh, Ma?" tanya Deana cemas bertukar pandang dengan mamanya di sofa.Kemudian Nyonya Shinta berjalan ke pintu keluar unit apartmentnya dan mengintip siapa tamunya dari lubang intip. Ketika dia melihat petugas polisi berseragam, makin paniklah dia. "Dea ... Dea, ada polisi di depan!" serunya berlari menuju ke sofa.Namun, gedoran di pintu terdengar bersama suara amarah Ananda. "Buka pintunya atau perlu didobrak?!" teriaknya mengancam dari balik pintu. "Waduh Ma, gimana nih? Kok Mas Nanda tahu kita ada di sini?" Deana mencicit panik.Sementara Bayu yang tadinya diam mulai menjerit-jerit, "PAAPAA ... PAAAPAAA ...."Setelah m
Suara tangisan dan rengekan bayi terdengar memenuhi mobil Alphard putih yang tengah melaju di jalanan ibu kota yang padat oleh kendaraan bermotor petang itu. Sang sopir melirik curiga melalui spion tengah mobil yang dia kemudikan. 'Perasaan tadi nyonya besar dan nyonya muda berangkat nggak bawa bocah. Lha ini ... lantas anak siapa? Jangan-jangan mereka nyulik anak orang!' batin Pak Suryo gelisah sembari berjibaku dengan lalu lintas yang begitu ramai."Rewel banget sih nih bocah!" keluh Deana yang memangku putera Maya. Dia memang tidak suka anak kecil. "Sabar, Dea. Sebentar lagi juga sampai di apartment," bujuk Nyonya Shinta melirik puterinya dan Bayu yang menangis tak henti-hentinya. Memang mereka berdua tidak mengerti kalau bocah laki-laki itu kelaparan, tadi Suster Sisca pergi ke dapur untuk membuatkan susu untuk Bayu dan Nyonya Shinta membawa pergi bocah itu diam-diam.Mobil Alphard putih itu membelok ke apartment Royal Heir Dharmawangsa yang mewah. Pasca hotel milik keluarga Ha
Sore itu kediaman Keluarga Kusuma Mulia ramai dikunjungi oleh serombongan nyonya-nyonya sosialita. Ada arisan elite bulanan yang digelar di sana. Tempat acara bergengsi itu berpindah-pindah sesuai giliran dan kebetulan kali ini jatuh di rumah mama Ananda.Maya pun diundang bersama putera tunggalnya untuk diperkenalkan ke teman-teman arisan Nyonya Belina. Sekalipun Maya sebenarnya tidak terbiasa mengikuti acara semacam itu, mau tak mau demi menghormati mama suaminya dia pun hadir."Jeng-jeng, kenalkan ini Maya Angelita, menantu saya. Mungkin sebagian sudah kenal ya karena dia ini penulis dongeng anak terkenal lho, nggak cuma di Indonesia ... sampai luar negeri juga bukunya dijual. Dan yang ini cucu saya, namanya Bayu. Lucu ya?!" tutur Nyonya Belina berdiri bersama Maya dan Bayu yang digendong mamanya di hadapan teman-teman arisan yang tajir melintir itu.Apa pun yang bisa disombongkan harus ditonjolkan, itulah prinsip anggota arisan elite yang diikuti Nyonya Belina. Para wanita itu pun
Pagi dengan gerimis rintik-rintik sisa hujan besar semalam masih mengguyur kota Jakarta. Wanita cantik dengan gaun hitam selutut itu menguatkan tekadnya untuk mengunjungi TPU Tanah Kusir, tempat dimana mendiang Andre dimakamkan. Mungkin sedikit terlambat, tetapi dia memang baru mengetahui berita duka cita itu belakangan.Payung hitam yang dia bawa untuk menaungi tubuhnya meneteskan air di ujung-ujung rusuk benda itu. Angin dingin yang menerpanya serasa menusuk tulang, pipinya basah oleh air mata yang mengalir di balik kaca mata hitam yang menutupi sebagian wajahnya.Selangkah demi selangkah Maya menuju ke sebuah gundukan tanah merah yang masih baru dibuat. Ada sebentuk nisan yang tertancap bertuliskan nama familiar seorang pemuda yang pernah begitu berarti dalam hidupnya.Keranjang bunga mawar tabur terayun pelan di tangan kanannya. Semakin dekat ia melangkah, dadanya terasa semakin sesak. Maya mungkin telah memiliki cinta baru yang indah bersama Ananda. Namun, kenangan manis masa pac