Ginda yang kini melangkah menyusuri koridor kampus, langkah jenjangnya membuat semua pandangan yang ada kini tertuju padanya, hadirnya Ginda membuat tempat seketika sunyi karena semua yang ada tampak tertegun memperhatikan Ginda yang melangkah dengan begitu anggun.
Salah satunya adalah seorang wanita berambut bob, bernama Dela yang tidak lain adalah sahabat baik Ginda di kampus.Matanya terbelalak, pandangannya tak berkedip memperhatikan kehadiran Ginda yang membuatnya tak menyangka."Ginda," sapa Dela yang membuat langkah Ginda seketika terhenti."Dela."Tak menunggu lama, kini keduanya pun saling berpelukan, setelah hari dimana Ginda keluar dari kampus semenjak itu juga Ginda dan Dela tak pernah bertemu."Kamu apa kabar, Del?""Aku baik baik aja, Nda. Kamu... jadi sekarang kamu udah bisa melihat lagi, Nda? yaampun dan kamu tambah cantik," ucap Dela dengan pandangan yang terus memperhatikan dari ujung rambut hingga kaki"Apa, jadi dia suamimu? oh my god."Tak menunggu lama, laki laki bersetelan jas berwarna hitam itu kini berjalan mendekati Ginda disana."Sudah selesai kuliahnya?" tanya Marvin yang membuat Ginda hanya mengangguk."Yasudah, ayo pulang!" ajak Marvin yang membuat Ginda mengangkat kedua alisnya.Lagi lagi karena tak menyangka, apa ia sedang bermimpi? Seorang Marvin Marcello menjemputnya pulang? meski laki laki itu adalah suaminya, namun jarak diantaranya masih cukup jauh, nyatanya hal sekecil ini pun membuat Ginda terkejut."Ginda, tunggu apa lagi? ayo pulang!" tambah Marvin yang membuat renungan Ginda seketika terbuyar, dan dengan cepat menganggukkan kepala."Emm. Dela, aku duluan ya, kamu hati hati dijalan.""Oh iya, Nda. Kalian juga hati hati dijalan."Tak menunggu lama, kini Ginda dan Marvin pun melangkah memasuki mobilnya, membuat pandangan Dela tak kunjung berkedip, seolah ia terhipnotis dengan hubungan Ginda dan Marvin Marcello.Sepanjang perjalanan, Ginda dan Marvin hanya terdiam,
Rapat kali ini berjalan cukup lama hingga membuat Ginda yang menunggunya merasa bosan, kali ini ia beranjak dari duduknya dan melangkah keluar ruangan, melihat wanita itu meninggalkan ruangannya pandangan Marvin seketika tertuju padanya, tak lagi menghiraukan dua koleganya berbicara, pandangannya seolah bertanya hendak kemana Ginda?"Bagaimana Tuan Marvin, apakah penjelasan saya sudah cukup?" tanya Tuan Dolf yang membuat pandangan Marvin kini terbuyar."Oh, ya sudah cukup Tuan Dolf.""Baiklah, semoga kerja sama ini dapat berjalan dengan baik ya. Kalau begitu kami permisi Tuan Marvin, selamat sore.""Selamat sore, Tuan Dolf."Keduanya kini pun meninggalkan ruangan, sementara Marvin yang sudah tak sabar hendak mencari Ginda, kemana kah perginya? Marvin tak tahu yang jelas ia harus mencarinya sekarang.Sementara Ginda yang kini terhenti di loteng kantor, pandangannya tak berkedip memperhatikan indahnya kota Jakarta dari atas gedung
Melihat Marvin membopong Ginda, beberapa karyawan yang melihatnya pun saling pandang. Tak menyangka jika ternyata bosnya bisa romantis juga, mereka pikir selama ini Marvin adalah orang yang tak bisa bersikap hangat, namun ternyata tidak."Yaampun, ternyata Tuan Marvin bisa romantis juga?""Iya, ngga nyangka ya. aku pikir dia cuma bisa marah marah doang, tapi ternyata tidak,""Kalau begini, jadi keliatan makin ganteng."Begitulah beberapa celetukan dari para karyawan, yang tak dihiraukan oleh Marvin, ia yang terus membopong Ginda hingga memasuki mobilnya.Setelah kini Ginda dan Marvin sampai dimobilnya, dengan cepat Marvin pun melajukan mobilnya dan melaju ke rumah.Sementara Ginda yang ingatannya masih terus terbayang pada saat Marvin menggendongnya tadi, betapa bahagia hati Ginda saat ini, hingga ia tak dapat menyembunyikan senyumannya."Kamu kenapa sih? senyum senyum terus? kesambet?" tanya Marvin yang membuat senyuman
Saat ini Marvin yang sedang sibuk mencari sesuatu di ruangan kerjanya, sebuah kotak kecil berwarna merah berisi sebuah cincin, adalah benda yang saat ini ia cari."Dimana sih? kemarin aku letakkan di sini, kenapa sekarang tidak ada?" gumam Marvin dengan terus mencari.Sementara Ginda yang melihat itu pun kini menghampiri, memperhatikan gerak sibuk sang suami yang entah sedang mencari apa ia tak tahu."Mas, cari apa?" tanya Ginda yang membuat Marvin seketika mendongak.Tak menjawab apa apa, Marvin malah kembali sibuk hingga kekolong kolong mejanya, Ginda yang memperhatikan pun terdiam dengan pandangannya, menunggu jawaban dari sang suami agar ia dapat membantu."Mas, Mas cari apa? mungkin aku bisa bantu," tambah Ginda yang kembali bertanya karena tak kunjung ada jawaban dari pertanyaan sebelumnya."Kamu bisa diam tidak? gimana saya bisa fokus mencari kalau kamu berisik terus," jawab Marvin dengan nada sedikit tinggi."Ya
Sesampainya di taman kota.Kini Ginda pun menuruti sang anak untuk membeli es krim, setelah es krim didapatkan, kini mereka pun terduduk tak jauh dari jalan."Gimana, enak es krimnya?" tanya Ginda pada Inggit yang begitu lahap memakan es krim dalam genggamannya."Enak banget, Ma. Inggit suka banget," jawab Inggit dengan terus memakan es krimnya hingga habis.Ditengah tengah kebersamaannya, tiba tiba pandangan Ginda memperhatikan sebuah mobil yang melintas.Mobil Mercy berwarna hitam dengan nomor polisi yang tak asing untuknya, seketika Ginda pun melebarkan mata."I-itu kan mobil pembunuh itu?" ucap Ginda terbelalak.Dengan cepat ia beranjak, bergegas hendak mengejar mobil tersebut, namun sayangnya mobil itu melintas begitu cepat."Tungguuu," pekik Ginda dengan terus memperhatikan mobil itu berlalu pergi."Aku ngga salah lihat kan? mobil itu benar benar mobil laki laki pembunuh itu, itu artinya pembunuh
"Vin, Vin. Kamu dari mana aja sih? Ibu dari tadi telpon kamu ngga kamu angkat angkat," tanya Sukma dengan wajah panik setelah kini Marvin kembali ke rumah."Tadi ada meeting mendadak, Bu. Ibu kenapa sih? kok kayanya panik banget?"Belum menjawab Sukma yang lebih dulu meraih tangan Marvin dan membawanya masuk keruangan kerjanya."Ada hal penting yang mau Ibu bicarakan Vin.""Hal penting apa, Bu?""Vin, sebenernya mobil itu udah kamu jual belum sih?""Mobil Mercy itu? udah lah, Bu. Kan aku udah bilang yang beli orang Surabaya, emang ada apa sih, Bu?"Perlahan Sukma pun menjelaskan jika Ginda telah melihat mobil itu tadi siang, ucapan itu membuat Marvin mengerutkan dahi."Ginda, lalu apa hubungannya, Bu? biar aja lah Ginda lihat mobil itu, dia juga ngga tau apa apa," jawab Marvin yang membuat Sukma menggelengkan kepala."Kamu salah, Marvin. Justru setelah Ginda melihat mobil itu kamu terancam, Vin. Kamu te
Cukup lama terdiam, membiarkan hati Ginda tetap bertanya tanya, pandangan Ginda tertuju ngeri nan penasaran sebenarnya apa maksud Marvin memanggilnya?Sampai kini Marvin menghela nafas, sebelum akhirnya angkat bicara."Apa saya boleh minta tolong?" tanyanya dengan pandangan tajam.Kali ini tatapan itu membuat hati Ginda bergetar, pasalnya meskipun sudah lama bersama namun ini pertama kalinya Marvin memandang Ginda sedekat ini."Boleh ada apa, Mas?""Rasanya saya kurang enak badan apa kamu bisa memijit saya?" ucap Marvin yang membuat Ginda mengangkat alis sebelah kirinya.Memijit, apakah ia tak salah mendengar? bukankah selama ini Marvin tak pernah mau disentuh oleh Ginda? lalu mengapa sekarang ia meminta dipijit?"Pi-pijit?""Ya, Saya lelah sekali setelah meeting seharian tadi."Mendengar ucapan Marvin, Ginda sejenak berpikir itu artinya tadi ia pergi untuk meeting, dan ternyata tidak seperti yang ia ki
"Seharusnya kamu berterimakasih pada saya, bukan malah mencurigai saya, seperti ini. Lagi pula kalau pun saya berniat macam macam denganmu bukankah itu boleh boleh saja? saya kan suamimu," tambah Marvin yang kini kembali mendekat.Menatap Ginda dengan pandangan tajam, tak dapat dipungkiri ternyata wajah itu benar benar ayu, semakin dekat justru semakin cantik. Bulu mata lentik membuat kedipan matanya begitu mempesona.Tak dapat menjawab apa apa, Ginda yang kini menunduk, tak sanggup memperhatikan mata sang suami lagi.Dengan menundukkan wajahnya, Ginda pikir ia akan terbebas dari pandangan tajam yang membuat hatinya bergetar itu, namun ternyata tidak. Kini Marvin meraih dagu Ginda hingga membuat wajahnya terangkat.Memintanya untuk kembali menatap matanya, entahlah apa yang hendak dilakukan Marvin? Apa yang terjadi pada Marvin? Mengapa tingkahnya hari ini benar benar membuat Ginda grogi."M-Mas m-mau ngapain?" tanya Ginda gugup.