Home / Fiksi Remaja / Gadis 200 juta / Bab 13. Menjadi Perawat Nyonya Yulia

Share

Bab 13. Menjadi Perawat Nyonya Yulia

Author: Aluna Dzakira
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Mbak Kiran kenapa sih mempekerjakan gadis itu? Dia bukan gadis yang bener, Mbak!" Bara mengungkapkan kemarahannya kepada kakaknya.

"Kamu bisa menyimpulkan darimana kalau dia gadis yang tidak benar? Kamu tidak tahu kan bagaimana perjuangannya bisa bekerja demi membiayai hidupnya agar tetap bisa kuliah," Kirana malah terkekeh mendengar pengaduan adiknya.

"Dia itu...." Belum sempat Bara melanjutkan bicaranya, sudah dipotong oleh Kirana yang menyilakan masuk Bibi Rindi, selaku perawat Bu Yulia.

"Masuk, Bi Rindi," Ujar Kirana, Bibi Rindipun memasuki ruangan Kirana.

"Den Ayu Kirana, sebelumnya saya minta maaf kalau saya sudah lancang dan tidak tahu diri, tapi ini satu-satunya pilihan. Emm kalau saya merawat Nyonya Yulia hanya sampai sore saja bagaimana, soalnya malam saya juga harus merawat ibu saya yang juga sakit." Bibik Rindi mengucapkan sambil menunduk takut.

"Loh, Ibunya Bik Rindi memangnya sakit apa?" Tanya Kirana, raut mukanya tampak khawatir.

"Ibu sakit stroke, dia juga lumpuh
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Gadis 200 juta   Bab 14. Andai Mereka Tahu...

    Hampir saja nampan yang dibawanya jatuh. Saking asyiknya melihat profil Mischa yang ada di situ, sampai tidak sadar kalau dia sedang berada di kamar milik kulkas 4 pintu. "Ng... Ngantar kopi, Tuan." Jawab Alana dengan sopan. "Kalau cuma sekedar mengantarkan kopi tidak usah kepo dengan pekerjaan saya. Jadi ART jangan lancang! ART tugasnya hanya membantu pekerjaan masak dan bersih-bersih. Kamu tahu kode etik ART kan? Sudah dijelaskan sama kepala ART di sini kan bagaimana cara berperilaku yang baik selama bekerja di sini?" Rentetan kemarahan itu meluncur lancar sekali dari mulut si kulkas empat pintu. Sedangkan Alana yang ketangkap basah berlaku salah, hanya menunduk, tidak berani menatap anak majikannya yang angkuh itu. "Maaf, Tuan. Lain kali tidak akan saya ulangi lagi," Ujar Alana dengan wajah yang masih tertunduk. "Sudah, sana pergi!" Usir Bara. Alana segera keluar dari ruangan yang sudah membuatnya membeku sejenak tersebut. Selepas dari ruangan bernuansa hitam itu, kelegaan me

  • Gadis 200 juta   Bab 15. Lebih Baik Pergi Jauh

    "Kok Papamu?" Putri mengernyit heran. "Ya, karena kamu menyebut Om Anton, dia adalah Papaku sendiri, menikahi gadis baru lulus SMA, dan gadis itu mau saja karena demi uang 200 juta. Dan ternyata gadis itu adalah kamu, Alana? Ya Tuhan, aku tidak menyangka," Kirana terus berkata dan menunjuk-nunjuk Alana. "Maaf, Den Ayu," Alana hanya menundukkan kepalanya, ingin membela diri namun tidak sanggup."Kirana, tapi ini bukan salah Alana. Dia hanya korban....""Ah sudahlah, Alana, kita selesaikan masalah ini di rumah." Tatapan Kirana yang ramah kini sudah berubah. Alana masih menunduk, pasrah dengan apapun takdir yang bakal menimpanya setelah ini. "Putri, aku permisi dulu." Tanpa menunggu jawaban dari Putri, Kirana pergi begitu saja. Suasana di dalam mobil hening mencekam. Raut wajah Kirana yang tadinya ramah dan familiar, kini berubah menjadi muram seperti awan mendung yang bergelayut di langit. "Kamu tahu tidak, karena pernikahan itu, mamaku sakitnya lebih parah. Bahkan dia sempat ingi

  • Gadis 200 juta   Bab 16. Kulkas 4 Pintu

    "Mama kenapa malah melarang Alana untuk pergi?" Desis Kirana. "Karena Mama tahu, Alana tidak bersalah. Dia hanya korban.""Tapi, Ma....""Dia gadis yang baik, Mama tidak akan membiarkan dia pergi,"Semua tercengang mendengar jawaban Nyonya Yulia. Bukankah Nyonya Yulia membenci siapa saja istri Om Anton? Terlebih gadis yang dianggap tidak tahu diri? "Kenapa semua diam? Bara, ambil ranselnya, dan taruh di kamar Alana kembali." Perintah Nyonya Yulia terhadap anak lelakinya. Tampak sekali Bara keberatan melakukan perintah Mamanya, namun karena takut Mama semakin marah, mau tidak mau diturutilah perintah tersebut. "Aku sudah memaafkan segala kelakuan suamiku. Karena meski sesakit apapun yang aku rasakan, aku tidak ingin dia menderita di alam sana. Dan aku paham, tidak semua yang dia nikahi itu mau menerima. Termasuk Alana yang sudah berjuang mati-matian menghindar dari pernikahan paksa itu."Alana terkejut, bagaimana Nyonya Yulia tahu kalau dia sebenarnya hanya korban nikah paksa? "Ny

  • Gadis 200 juta   Bab 17. Cepu

    "Dia majikanku," Jawab Alana. "Hah?! Yang bener saja dia itu majikan kamu? Mana ada majikan mau berbaik hati nganterin bekal pembantunya? Jangan-jangan dia itu pacar kamu ya kan?" Nata nyerocos terus tiada henti. "Sst, diamlah. Lanjutin makanmu nanti kamu tersedak. Lagian mana ada orang seperti dia mau sama aku yang kumal begini," Ujar Alana. Waktu sudah menunjukkan pukul 7 tepat. Untung saja Nata sudah selesai makannya, meskipun disambi nyerocos, ngoceh, terpana melihat Mr. kulkas 4 pintu, dan membuka-buka materi statistik. Entah bagaimana cara dia memakan makanan bekal sebanyak tadi, mungkin langsung ditelan tanpa dikunyah. Pelajaran statistika yang sangat membosankan bagi Nata, namun tidak dengan Alana, setiap pelajaran yang disampaikan dosen dia cermati dengan baik-baik. Tidak ada mata kuliah yang tidak disukainya. Dia memang anak yang rajin dan cerdas. Pantaslah beasiswa di Universitas ternama mampu dia dapatkan dengan mudah. "Kurang berapa menit lagi sih, ngantuk, laper jug

  • Gadis 200 juta   Bab 18. Harus Sembuh Dalam Waktu 1 Minggu

    "Kak Bara?" Bisik Alana dalam hati.Dan ternyata Bara tidak sendiri, dia datang bersama Galih, temannya yang pernah menggoda Alana waktu itu. Sedangkan Bara setelah menangkap tangan Mischa, lalu memluntirnya. Dan kini Mischa berteriak kesakitan. "Argh! Ampun Kak Bara! Jangan kau plintir tanganku, sakiit!! Lepaskan! Aargh!!!" Teriak Mischa kesakitan. "Berani bertingkah dengan Alana lagi, nyawamu akan melayang! Ngerti kamu?" Ujar Bara sambil menatap Mischa dengan tatapan menghunus. Sedangkan Galih kini sedang mengobati Alana dengan mengusap darah yang terus menetes menggunakan tissue. "Biar aku usap sendiri, Kak Galih." Ujar Alana, yang merasa risih hidungnya di sentuh oleh lelaki asing. Meskipun sentuhan itu tidak langsung, yakni melalui tissue. Tiba-tiba sebuah mobil polisi datang, dan polisi turun untuk menangkap pelaku penganiayaan. "Jangan bawa saya, Pak. Tolong jangan penjarakan saya. Saya harus bekerja demi menghidupi ibu yang sakit-sakitan," Teriak Mischa saat polisi mem

  • Gadis 200 juta   Bab 19. Menjadi Teman Kondangan?

    Alana merasa ada yang aneh dengan Bara saat ini. Dia semakin perhatian meski sikap dingin dan galaknya masih melekat di dirinya. Akhirnya dia memutuskan untuk menuruti perintah majikannya itu. Istirahat agar cepat sembuh, meski penasaran masih menderanya, kenapa Bara ingin dia segera sembuh dalam waktu seminggu? Alana memang sangat lelah hari ini, karena rasa shocknya tiba-tiba mendapat perlawanan dari Mischa. "Huft, kukira kamu sudah bahagia pesta uang 200 juta, tapi ternyata masih juga menganiayaku. Mau kamu apa sih, Kak?" Ujar Alana geram. "Lama, kamu tidak tidur siang?" Tiba-tiba Bik indah masuk ke kamarnya. Alana menoleh sambil tersenyum. "Gak biasa, Bik. Kalau dipaksakan malah pusing." Jawab Alana. "Kalau disuruh istirahat sama Bos tuh lakukan saja, jarang-jarang loh ada Majikan menyuruh pembantunya tidur." "Bagi Alana istirahat tidak harus tidur kok, Bi. Lagian Alana tidak terbiasa tidur siang.""Mulai sekarang sebaiknya kamu biasakan, Alana. Karena setiap malam kamu ha

  • Gadis 200 juta   Bab 20.Bagaikan Langit dan Bumi

    "Oh ya? Boleh tunjukkan buktinya bahwa Bu Rika ini menjual anak tirinya?" Tanya Polisi. Bara menunjukkan handphone almarhum papanya, di situ masih terdapat semua chat semasa almarhum masih hidup. Om Anton: "Hutang Abdurrahman sudah lunas, sekarang giliran hutangmu, jika kamu tidak mau membayar, maka serahkan Alana padaku."Bu Rika: "Tidak, aku tidak akan menyerahkan dia padamu. Dia sumber penghasilanku selama ini," Om Anton: "Aku akan membayarmu 200 juta, dan hutangmu kuanggap lunas."Bu Rika: "Wah, oke, Om Anton mau menikahinya kapan? Aku bakal mempersiapkan acaranya."Om Anton: "Besok aku akan membawa penghulu, beritahu bocahnya, pastikan dia harus mau, kalau tidak mau, sekap saja,"Bu Rika: "Baik."Polisi membaca cuplikan chat antara Pak Anton dan Bu Rika di hadapan semua yang ada di situ, Alana terkejut bukan kepalang, tanpa sadar dia mengepalkan tangan, dan menatap nyalang kearah ibu tirinya. "Berarti hutang Papa sudah lunas? Dan Mama tetap memanfaatkan aku untuk melunasi hut

  • Gadis 200 juta   Bab 21. Malam Mingguan

    Pegawai butik menyapa kedatangan Bara dengan sangat ramah, bahkan sampai membungkukkan badan juga. Lalu tiba-tiba dari arah dalam muncul seorang perempuan cantik dan berpenampilan fashionable. "Hai Bara, akhirnya kamu sampai sini juga. Hmm ini cewek kamu?" Sapa perempuan modus itu tak kalah ramah dari para penjaga butik. "Tidak, Kak. Saya hanya AR...." "Melinda, tolong siapkan baju yang sudah aku pesan buat Alana." Bara memotong pembicaraan Alana dengan berbicara kepada Melinda. "Baik, ayo masuk, Alana."Alana mengikuti langkah Melinda, sang pemilik butik. Dan sesampainya di dalam ruangan, dia di suguhi sebuah dress berbahan silk dan panjang di bawah lutut, dia juga disuruh memakai high heels berwarna silver. Kakinya yang jenjang dan berkulit putih bersih semakin terlihat cantik. Ya Tuhan cantik sekali.... " Puji Melinda berdecak kagum melihat penampilan Alana sekarang. "Ah, Kak Melinda bercanda." Ujar Alana. Baginya Melinda memang berlebihan karena dia jauh lebih modis dandanan

Latest chapter

  • Gadis 200 juta   Bab 36

    Satu tahun telah berlalu. Alana dan teman-temannya sudah menyelesaikan program pertukaran mahasiswa yang ditugaskan kepada mereka. Banyak sekali ilmu-ilmu yang diraih selama berada di negri Singapura. Tentang bagaimana suasana belajar di sana, dan juga kehidupan sehari-harinya. Banyak bertemu dengan orang baru, banyak berkenalan dan tukar pikiran dengan orang-orang dari berbagai penjuru dunia, membuat Alana semakin melek dengan keadaan. Membuat pikirannya semakin terbuka, bahwa ternyata dunia itu sangat luas, ternyata diluar sana banyak orang yang memiliki toleransi begitu tinggi, ternyata dirinya bisa diterima oleh dunia, ternyata banyak yang bersikap ramah terhadapnya, ternyata di luar sana. dirinya begitu dihargai. Sangat bertolak belakang dengan kehidupannya sebelumnya, yang mana terlalu banyak sisi kelam yang dia lalui, sehingga sempat membuatnya ingin bunuh diri karena dunia yang tidak ramah padanya. "Ah, seandainya aku tidak nekat melarikan diri kala itu, mungkin hidupku han

  • Gadis 200 juta   Bab 35. Berangkat Ke Singapura

    " Barang-barangmu sudah kebawa semua?" Nata bertanya memastikan bahwa koper Alana sudah terisi semua barang yang seharusnya dia bawa. "Sudah masuk koper semua, Nat." Jawab Lana. " Kamu tidak ingin berpamitan dengan siapapun?" Tanya Nata lagi. "Nanti aku pamitan sama kamu, kalau pesawatnya sudah datang." "Orang lain, ehm... Kak Bara misalnya?" Nata mencoba menggoda Alana. "Aku tidak memiliki siapa-siapa lagi," Alana menjawab dengan getir. "Maaf, aku cuma bercanda. Dah yuk, kita berangkat sekarang. Takut ketinggalan pesawat." Ujar Nata. Mereka keluar dari kontrakan Lana. Lana tidak lupa mengunci dan menyerahkan kuncinya pada ibu kost. "Semoga ilmu yang kamu dapatkan dari negri seberang berkah ya, Alana. Kalau akan kembali nanti, hubungi Ibu lagi saja. Ibu carikan kamar buat kamu." Ujar Ibu kost tatkala Alana berpamitan akan ke luar negri, guna mengikuti program pertukaran mahasiswa. "Amin. Terima kasih, Bu." Jawab Alana. Nata dan Alana lalu menuju ke mobil milik Nata yang sed

  • Gadis 200 juta   Bab 34. Dendam Kesumat Mischa

    "Ini warungnya?" Tanya Nata. "Ya." Alana lalu turun dari atas motor Nata. Setelah itu melepas helm yang dikenakannya. Mereka berdua lalu memasuki warung yang selalu ramai pembeli tersebut. Mata Alana lalu menangkap sosok tua pemilik warung yang selama ini berjasa padanya. Dia berniat untuk mendatangi Bu Mirah, sang pemilik warung. Namun niat itu dia urungkan, Bu Mirah tampak sibuk melayani orang yang hendak membayar makanan yang dijualnya. "Sepertinya enak-enak semua ya, menunya." Ujar Nata sambil melihat berbagai macam lauk yang berderet rapi di balik meja etalase. "Iya, enak kok. Apalagi kalau lagi lapar begini." Jawab Lana. "Yang paling enak yang mana?" Bisik Nata lagi. "Itu tuh, ayam kecapnya enak, manis, gurih. Tapi tergantung selera sih." Jawab Lana. Tiba-tiba ingatannya berputar pada beberapa bulan lalu, saat dia masih bekerja di sini. Hampir setiap hari sebelum pulang, Bu Mirah menyuruhnya makan terlebih dahulu. Dan melarang membawa pulang makanan seperti pekerja lain.

  • Gadis 200 juta   Bab 33. Tukang Cuci Piring

    "Sory, aku tidak mau!" Jawab Mischa dengan cepat dan lantang. "Kamu harus mau! Jika tidak, maka kamu akan kuteriaki habis mencuri di warungku!" Ancam Bu Mirah. Karena diancam seperti itu, Mischa jadi takut, sepertinya orang tua dihadapannya ini memang suka nekat. Galaknya setengah mati. Bikin nyalinya menciut. Mischa mau tidak mau berjalan masuk ke warung Bu Mirah, sesampainya di dalam dia dihadang oleh tatapan para karyawan orang tua tersebut dengan tatapan heran. Semua karyawannya pasti sudah tahu Mischa dan juga wataknya yang sombong serta tidak tahu sopan santun. Apalagi mereka semua masih ingat akan kejadian kemarin dimana Mischa dengan mulut besarnya membuat keributan di warung ini. Namun hari ini anehnya dia tampak begitu tunduk terhadap Bu Mirah. "Bik Yem, ini aku carikan tukang cuci piring baru, Bibik hari ini mending bantu saya njualin di depan saja." Ujar BU Mirah sambil melirik ke arah Mischa. Bik Yem tentu saja kaget. Dia yang biasa bekerja dengan gesit mencuci semu

  • Gadis 200 juta   Bab 32. Diusir Dari Rumah Sendiri

    Untuk sesaat, Mischa kembali dibuat semakin terkejut. Bagaimana bisa hutang mamanya tidak dibayarkan selama setahun? Bukankah mamanya habis menerima uang 200 juta? Ah, petugas bank ini pasti mengada-ada. Dia pasti mau mencari keuntungan sendiri dengan meminta tagihan kesini. Pagi-pagi sudah mau cari ribut rupanya. Tidak sadar dia dengan siapa berhadapan? "Heh! Yang benar saja kamu mau menyita rumah ini?? Mamaku pasti sudah melunasinya, dia habis mendapatkan uang 200 juta. Kamu mau cari gara-gara? Mau ambil keuntungan sendiri, kan?? Hayo ngaku!!" Hardik Mischa. Petugas itu tidak bereaksi sama sekali dengan kemarahan Mischa, wajah mereka tetap saja datar, dan kemudian menunjukkan surat penyitaan kepada Mischa, surat tersebut berstempel dan bertanda tangan resmi dari bank BNK. "Ini kalau tidak percaya. Sebaiknya Nona segera mengosongkan isi rumah ini, dan pergi sekarang juga. Karena rumah ini sudah kami lelang." Jawab Petugas itu, tidak gentar sedikitpun dengan hardikan Mischa. Lagian

  • Gadis 200 juta   Bab 31. Ponsel Hilang

    Selepas Mischa pergi dari warung, semua menghela nafas lega, Bu Mirah meminta maaf kepada semua pengunjung atas ketidak nyamanan mereka makan di warung hari ini, akibat ulah si mantan napi yang tidak dididik dengan baik oleh orang tuanya. "Maaf ya semuanya, dia memang gadis yang tidak memiliki sifat yang baik, dia juga baru keluar dari penjara, sekarang dia mau pergi ke bank mengambil uang katanya, entah uang siapa yang dia ambil. Konon Mamanya banyak uang, tapi hampir tiap hari didatangi oleh debt collector untuk menagih utang." Bu Mirah menjelaskan kepada para pengunjung warung sambil terkekeh, sehingga ada beberapa yang menimpali. "Oalah, masih muda kelakuannya seperti demit. Mau jadi apa dia nanti? Apa ya ada lelaki yang bakal mau menikahinya?" Ujar Bu Romlah, salah satu pengunjung warung. "Entahlah, sepertinya kelakuannya itu menurun dari ibunya. Ibunya kan juga tidak ada akhlak, buah jatuh tak jauh dari pohonnya." Ujar Bu Warni menimpali. "Semoga dia segera mendapatkan hiday

  • Gadis 200 juta   Bab 30. Hutang di Warung Bu Mirah

    Mischa membuka laci meja di kamar Mamanya, tempat biasa Bu Rika menaruh dompet. Dan benar saja, dompet yang doa cari tergeletak di laci tersebut. Dengan penuh kegirangan, Mischa ambil dompet tersebut, di timang-timangnya karena sepertinya isinya tebal sekali. Ah, pasti ini uang, pikirnya. Namun, betapa terkejutnya dia, yang membuat tebal dompet Mamanya ternyata adalah kertas-kertas berbagai catatan hutang, yang ada beberapa diantaranya sudah lunas, namun ada juga yang belum lunas. Hanya terdapat selembar uang sepuluh ribu rupiah, itupun bentuknya sudah sangat lusuh, selisih dompet yang dia pegang. "Sialan! Di mana sih sebenernya Mama menaruh uang-uangnya?? Setelah mendapat uang 200 juta dari Om Anton itu apa sekarang sudah habis? Atau jangan-jangan dia tabung di bank?" Batin Mischa. Dalam hati Mischa, dia membenarkan dugaannya sendiri, bahwa Mamanya pasti menyimpan uang tersebut di Bank. Tidak mungkin uang sekoper yang diberikan leh Om Anton itu langsung habis. Ya, aku akan tany

  • Gadis 200 juta   Bab 29. Mendapatkan Pekerjaan Baru

    Alana menutup bukunya. Pelajaran bersama Dosen Aris memang mampu memeras otak. Sepertinya membeli es teh harga tiga ribuan mampu mendinginkan otaknya yang kemebul."Alana," Tiba-tiba Pak Aris memanggilnya. Membuat Alana menghentikan langkah, dan menghampiri dosen tersebut."Iya, Pak Aris. Ada apa?" Tanya Alana."Begini, aku ada tawaran job untuk kamu. Kamu mau tidak mengajar di bimbel milik saya? Untuk jadwalnya bisa sepulang dari kampus. Kalau dari sini jaraknya sekitar 4 kilometer. Kalau bawa motor sendiri lebih cepet."Bagai tersiram air pegunungan di gurun Sahara. Tawaran dari Pak Aris itu seperti jawaban atas do'anya semalam."Daripada keluyuran tidak jelas kan mending ngajar di bimbel saja, dapet duit, jadi tidak ngandelin kiriman ortu dari kampung. Gimana, mau tidak?"[Ya Alloh, ternyata Allah memay benar-benar Maha Baik. Disaat membutuhkan, dia datang membawa pertolongannya.]"Gimana, mau nggak? Malah bengong kayak sapi ompong?" Tanya Pak Aris yang memperhatikan ekspresi Alana

  • Gadis 200 juta   Bab 28. Susahnya Cari kerja

    "Tidak apa-apa. Aku mau pindah kerja saja di tempat yang lebih nyaman. Kamu ada info lowongan nggak?" Tanya Alana. "Mana tahu aku hal-hal begituan. Kamu mau kerja lagi?" Tanya Nata. Alana menghela nafasnya. Lalu menghembuskannya lagi. "Kalau aku tidak kerja, nanti kebutuhanku mau di penuhi oleh siapa?" Ujar Lana, dengan tatapan mata kosong."Maaf, kalau boleh tahu, memang Bapak Ibumu kemana?" Nata yang seketika langsung paham dengan kondisi Alana, bertanya dengan hati-hati. "Sudah nggak ada. Aku bisa kuliah juga karena dapat beasiswa. Sedangkan untuk kebutuhan sehari-hari, aku harus kerja juga, kan? Makanya aku harus segera mendapatkan pekerjaan lagi kalau masih pengen hidup." Cerita Alana. Nata mengangguk tanda paham. "Maaf, Alana. Aku kira selama ini kamu bilang kalau yang antar jemput kamu itu adalah majikanmu, aku tidak percaya. Lagian mana ada sih majikan mau mengantar jemput karyawannya. Baru kali ini saja sepertinya di muka bumi ini. Aku kira dia itu kakakmu." Ujar Nata.

DMCA.com Protection Status