Nabila berpamitan untuk menginap di rumah ibunya selama satu minggu dengan membawa putranya yang baru berumur satu tahun. Ibu Nabila sedang struk, karena itu Nabila jadi sering menginap di rumah sang ibu untuk bantu merawatnya bergiliran dengan saudaranya yang lain. Selama ini suami Nabila juga mengijinkan, dia tidak pernah masalah ketika Nabila tinggalkan dua atau tiga hari di rumah ibunya. Tapi kali ini Nabila tidak pergi ke rumah ibunya, Nabila sengaja berbohong. Nabila hanya menitipkan putranya di rumah salah seorang teman kemudian dia kembali pulang ke rumah.
Nabila sering mendengar dari para tetangga jika suaminya sering terlihat pulang bersama teman wanita setiap kali Nabila menginap di rumah sang ibu. Awalnya Nabila tidak percaya sampai suatu hari dia melihat jejak sapuan lipstik di krah baju suaminya yang hendak dia masukkan ke dalam mesin cuci. Sejak saat itu pikiran Nabil jadi tidak karuan dan hari ini dia nekat untuk membuktikannya sendiri.Sebenarnya Nabila juga takut jika ternyata suaminya benar-benar berselingkuh. Tapi Nabila tidak bisa pura-pura diam saja ketika para tetangga terus bergosip. Hari sudah sore ketika Nabila kembali ke rumahnya, kira-kira di jam pulang kantor. Nabila melihat mobil suaminya sudah ada di garasi yang rolling door nya belum kembali ditutup, artinya Riko sudah pulang dan masih ingin keluar lagi. Pintu depan tidak dikunci hanya ditutup seperti biasanya. Nabila sengaja masuk pelan-pelan tanpa mengucapkan salam. Nabila langsung naik ke lantai dua untuk mencari Riko di kamar mereka. Ketika baru melintas di depan kamar tamu Nabila heran melihat pintunya yang sedikit terbuka. Nabila iseng untuk mengintip ke dalam dan syok luarbiasa. Nabila dan Riko menikah karena saling jatuh cinta, mereka saling percaya satu sama lain. Ikatan yang Nabila pikir sangat kuat itu tiba-tiba mulai berceceran sama seperti celana serta kemeja suaminya yang juga terlihat berceceran di lantai bersama dengan pakaian dalam wanita."Aduh Mas jangan keras-keras," terdengar suara rintihan dan desahan seorang pria serta wanita dari dalam bilik kamar mandi yang airnya juga sedang mengalir deras.Dada Nabila langsung berdenyut hebat, isi kepalanya padam, dan semua yang dia pikirkan selama ini tiba-tiba lenyap, dunianya hilang dalam sekejap. Kebaikan, cinta, dan perhatian suaminya seperti tidak ada yang nyata. Bahkan ketika Nabila melangkah ke dalam kamar itu pun rasanya masih seperti tidak nyata.
Nabila tetap melangkah masuk ke dalam kamar dengan menguatkan tekatnya setebal baja. Nabila tidak boleh menangis ketika terus mendengar suara rintihan nikmat dari seorang perempuan yang sedang disetubuhi oleh suaminya di bilik kamar mandi. Berbagai desahan dari pasangan yang saling menyatukan hasrat itu juga sedang ikut Nabila simak dengan daun telinganya yang menjalar panas dan dadanya yang berdenyut sakit luar biasa.Nabila mendengar suara suaminya beberapa kali mengeram keenakan memuji kenikmatan yang sedang membungkus kejantanannya. Tadinya Nabila pikir Riko hanya membutuhkan semua itu bersamanya. Ternyata selama ini hanya Nabila sendiri yang berpikir demikian. Tiba-tiba Nabila merasa sudah hidup bersama pria yang tidak dia kenal perangainya ketika telah terkubur oleh nafsu di dalam tubuh wanita.*******
Setelah selesai menyalurkan hasratnya kepada Novie, Riko segera kembali menguyur tubuhnya di bawah shower yang dari tadi dibiarkan mengalir.
"Apa Mas Riko tidak takut ketahuan istri jika sering-sering mengajakku pulang seperti ini?""Istriku akan berada di rumah ibunya selama satu minggu, kau bisa menginap dan besok pagi kita berangkat ke kantor bersama." Riko mencium Novie yang baru memberinya kepuasan dan sedikit meremas kembali gumpalan lembut di dada Novie yang kenyal."Aduh jangan kencang-kencang Mas." Novie yang lumayan binal tersenyum centil sambil menggosok bagian tubuhnya yang masih lembab dan licin dengan sabun.Novie adalah asisten baru Riko di kantor, masih sangat muda dan memang lumayan cantik dan centil. Sudah sejak tiga bulan ini mereka berkerja dalam satu ruangan hingga menumbuhkan benih-benih perhatian yang akhirnya berujung dengan eksekusi di atas ranjang. Mereka pertama kali melakukan hubungan badan ketika Riko mengajak Novie meeting ke Bandung dua bulan yang lalu. Riko menyewa satu kamar untuk mereka berdua. Novie memang sudah bukan perawan jadi dia tidak keberatan sama sekali diajak menginap dan ditiduri oleh laki-laki yang dia tahu juga sudah beristri."Istriku sedang sibuk mengurusi ibunya dan jarang ada di rumah akhir-akhir ini, kau tidak perlu khawatir untuk sering-sering menginap."Riko mendekat untuk mengecup bibir Novie yang basah hingga menimbulkan suara berdecak. Novie segera mengaitkan lengan ke leher Riko agar pria itu menariknya lebih erat untuk digumuli lagi. Dada dan perut mereka kembali saling menempel, berpelukan dan berciuman sambil berdiri di bilik shower."Apa kau lapar?""Iya Mas, aku ingin makan di restoran yang kemarin malam, menunya enak di sana?" Novie pilih restoran mahal yang sekali makan saja bisa cukup untuk kebutuhan belanja Nabila selama satu minggu."Hemmm." Riko mencubit puncak keras wanita muda itu sampai merintih."Oh, Mas .... " Novie menggeliat manja merapatkan tubuhnya.Kadang laki-laki baik pun juga bisa ikut berubah jadi binal jika bersama perempuan penggoda. Sebenarnya Nabila tidak kalah cantik dari Novie tapi sebuah perselingkuhan ternyata memberi sensasi tersendiri dan Riko semakin ketagihan."Kau harus cepat berpakaian jika tidak mau kita mulai lagi." Riko sengaja memukul bokong Novie sebelum dia keluar lebih dulu untuk mengambil handuk. Tadi mereka terburu-buru melucuti pakaian dan tidak sempat berpikir jika tidak ada handuk di kamar tamu."Tunggu sebentar biar kuambilkan handuk untukmu."Bukannya menunggu, Novie malah ikut berjalan bugil mengikuti Riko. Novie memang sangat percaya diri karena merasa masih sangat muda dan dimanja. Perempuan itu bergelayut manja di lengan Riko saat mereka berdua keluar dari bilik kamar mandi.Riko terkejut luar biasa ketika melihat Nabila sedang duduk di ujung ranjang menatap mereka berdua yang masih sama-sama belum berpakaian."Nabila ...!" gugup Riko. "Sejak kapan kau pulang?" Mata Riko membelalak syok seperti bola bekel yang mau lepas."Sudah dari tadi Mas, apa kalian sudah selesai?" tanya Nabila seolah tanpa getaran emosi ketika menatap suaminya dan wanita muda yang pasti juga sedang malu luar biasa ketika ditatap oleh Nabila dalam kondisi telanjang bulat bersama suaminya.Tatapan Riko jadi nyalang karena malu dan panik. "Di mana pakaianku?" Riko sudah tidak melihat pakaiannya yang tadi berceceran di lantai."Sudah aku buang ke luar jendela," jawab Nabila dengan begitu santai seolah hatinya tidak sedang sakit sama sekali.Riko juga segera berpaling ke arah pintu, sudah tertutup rapat dan kuncinya tidak ada."Di mana kunci pintunya?" Riko kembali menoleh pada Nabila yang tetap duduk tenang di ujung ranjang.
"Juga sudah kubuang ke luar jendela."Nabila sama sekali tidak terlihat murka atau menangis histeris layaknya wanita yang menangkap basah perselingkuhan suaminya. Nabila justru ikut mengunci dirinya bertiga di dalam kamar bersama wanita selingkuhan suaminya yang masih telanjang dan tidak memiliki pakaian lagi untuk membungkus tubuhnya. Nabila cuma memperhatikan mereka berdua dengan jijik."Aku tidak sedang bercanda, Nabila, " Riko coba memohon karena tidak tahan dipandang jijik seperti itu oleh Nabila."Aku juga tidak!" tegas Nabila sambil menatap remeh pada wanita yang bersembunyi malu di belakang sisi tubuh suaminya.Riko juga sedang tidak bisa menutupi aibnya degan apapun. Tapi Nabila tetap tidak perduli, dia hanya menyaksikan cara wanita itu mendekap buah dada dan kemaluannya sediri dengan telapak tangan."Apa kau masih memiliki rasa malu setelah merentangkan kaki untuk suamiku dan bersenang-senang di rumah kami?"Novie tidak sanggup bicara kecuali hanya tertunduk dalam-dalam dan Riko juga sedang tidak bisa membelanya."Lanjutkan lagi saja Mas, aku juga ingin lihat kuat berapa lama saat Mas Riko main dengan perempuan lain." Nabila memang terdengar gila tapi dia serius dengan ucapannya.Nabila dan Riko sudah tiga tahun menikah, Nabila tahu betul selama apa suaminya kuat menyetubuhinya. Sebenarnya Riko memiliki durasi tidak terlalu panjang ketika berhubungan sex, karena itu Nabila benar-benar jadi ingin melihat apa kepuasannya sebanding dengan kehinaan yang mereka dapatkan."Aku benar-benar ingin melihat kuat berapa lama Mas. Riko menyetubuhinya." Nabila sengaja menatap wanita muda di samping suaminya dengan senyum menyepelekan."Ayo lakukan lagi! rentangkan kakimu untuk suamiku lebar-lebar biar aku langsung melihat perbuatan kalian!" tantang Nabila. "Jangan sampai aku cuma melihat tontonan membosankan dengan rintihan jelekmu yang kau buat-buat.""Jangan main-main, Nabila!" tegas Riko yang terus merasa diejek oleh ketenangan istrinya."Mas Riko yang sedang mempermainkan pernikahan kita!" Nabila makin mengangkat dagunya. "Mempermainkan keluargaku, orang tua kita dan masa depan putra kita hanya demi kesenangan sesaat ketika Mas sedang terkubur ke dalam tubuhnya!" Nabila menunjuk Novie yang masih tidak berani bersuara karena rasa malu tak terukur."Berikan kunci pintunya padaku, kita harus keluar!" Riko benar-bear tidak sanggup menghadapi Nabila yang tidak murka tapi justru menyerangnya dengan cara sangat tidak terduga seperti ini."Mas bisa berteriak memanggil tetangga untuk mengambil tangga dan mengeluarkan kita lewat jendela."Nabila memang sudah membuang kuncinya utuk menantang keberanian Riko yang sedang telanjang untuk benar-benar berteriak minta tolong pada tetangga mereka. Jika ada yang menemukan mereka bertiga dalam kondisi seperti ini pasti juga akan segera heboh tapi Nabila sedang tidak perduli, sama seperti Riko yang tidak perduli dengan perasaanya ketika mulai berselingkuh dengan perempuan lain.
"Aku serius Nabila, berikan kuncinya padaku!""Aku juga serius Mas, karena setelah ini kita akan bercerai!"Tidak ada wanita manapun yang mengharapkan jadi janda ketika dinikahi oleh seorang pria. Tapi kadang kondisi menjadikan mereka tidak memiliki pilihan."Jadi kau memergoki suamimu sedang membawa wanita lain ke rumah kalian?" Kedua sahabat Nabila, Moy dan Elice terkejut mendengar cerita Nabila yang luar biasa tidak masuk akal. "Kenapa kau tidak menjambak rambutnya dan mencakar wajah wanita murahan itu!" gemas Moy mendengar cerita tenang Nabila ketika membahas penyebab dirinya menjadi janda. "Aku pilih berpisah dari Mas Riko agar bisa hidup lebih tenang untuk membesarkan anakku." Dari sejak mereka bertiga masih di bangku SMU memang Nabila yang paling slow meghadapi masalah. "Dasar laki-laki sama saja!" Moy tetap tidak terima. Moy juga bercerai dari suaminya karena suaminya berselingkuh. Moy memiliki bisnis kecantikan yang lumayan suksek dia mandiri secara finansial tapi malah diselingkuhi suaminya yang malas bekerja dan cuma bergantung hidup padanya. Parahnya suami Moy berselingkuh dengan sahabat Moy sendiri yang sudah Moy anggap seperti saudara perempuan. Kisah perceraian Moy dan suaminya sudah tidak perlu diceritakan lagi karen
Nabila lebih banyak bengong selama Moy terus menjelaskan mengenai 'Grup Kumpulan Janda dan Duda' yang dia buat. Rasanya imajinasi Nabila belum sampai seekstrim itu untuk sampai ikut bergabung ke dalam grup begituan. "Tidak apa-apa kalian bisa pakai akun samaran jika malu atau takut ketahuan identitas asli kalian. Ada banyak anggota yang benar-benar bisa bertemu jodoh di grup yang sudah kukelola satu tahun ini." Moy terus membujuk kedua sahabatnya untuk mau ikut bergabung. "Tidak aku tidak mau!" Elice tetap tegas menggeleng. "Kau, Nabila?" Moy menunjuk sahabatnya yang lebih datar. Nabila juga menggeleng. "Emang kau tidak mau anakmu punya bapak lagi yang bertanggung jawab?" "Dari mana kau tahu mereka malah bukan penjahat kelamin!" tegas Elice hampir jijik. "Berkenalan lewat media sosial juga bukan melulu penjahat kelamin, sekarang semua orang mengunakan media sosial karena lebih mudah dan bisa langsung to the point tanpa basa-basi canggung." Moy menggeser tempat duduknya agar le
Elice mengantar Nabila sampai di depan rumah orang tuanya dan bantu menurunkan stroller bayi Nabila sementara anak laki-lakinya terus minta gendong tidak mau turun. "Bagaimana koindisi ibumu?" tanya Elice. "Sudah lebih baik tapi masih harus rutin menjalani terapi." "Sampaikan salamku ke padanya, aku tidak sempat mampir karena harus buru-buru, mungkin lain kali nanti aku akan main ke rumah kalian. "Ya, terimakasih." Tadi pagi sebenarnya Elice yang menjemput Nabila setelah kemarin mereka tidak sengaja kembali bertukar komentar di media sosial dan Elice baru tahu jika Nabila telah bercerai dari suaminya. Elice menjemput Nabila dan mereka membuat janji bertemu dengan Moy. Ide yang awalnya hanya untuk sekedar kembali berkumpul setelah sekian tahun sudah tidak pernah lagi nongkrong bareng. "Da-da ... ganteng ... " Elice sudah duduk kembali di dalam mobil dan hendak mulai menjalankan mobilnya ketika melambai pada putra Nabila. "Ayo da-da sama tante Elice," Nabila berbisik sambil menge
Hari Senin siang Nabila kembali nekat menelpon Riko yang seharusnya sedang berada di kantor. "Selamat siang Mas." Nabila juga membuka dengan salam untuk tetap menghormati mantan suaminya seperti dulu, karena Riko tetap ayah dari putranya. "Ya kenapa?" nada sura Riko justru terdengar agak ketus hingga rasanya Nabila igin kembali menelan kata-katanya ke tengorokan. Rico memang jadi ketus seperti itu sejak Nabila bersikeras minta bercerai dan tidak mau mendengarkan perkataanya.. "Sudah dua bulan Mas Riko tidak memberikan jatah bulanan untuk Bagas." "Apa sudah habis lagi?" "Sudah dua bulan Mas Riko tidak mengirim apa-apa." Nabila kembali mengingatkan. "Dengar Nabila, sekarang Novie juga sedang hamil kami juga memiliki banyak kebutuhan sendiri jadi jangan terlalau bergantung terus padaku!" "Ini untuk Bagas, Mas. Bukan untuk kebutuhanku!" tegas Nabila mulai ikut tersulut Emosi degan perkatan suaminya yang juga sudah mulai mirip dengan Novie. Sepertinya dua orang yang tidur bersama l
"Ini untuk Bagas, cuma lima ratus ribu, Abang belum gajian bulan ini." Togar menyerahkan lima lembar uang seratus ribuan dari dompetnya ketangan Nabila. "Jangan Bang, minggu lalu Bang Togar sudah ngasih uang buat beli susu Bagas." "Tidak apa-apa ini uang simpanan abang sendiri, Mbak Fitri tidak tahu." "Jangan Bang, sungguh nabila gak enak sama Mbak Fitri." Sebenarnya kaka ipar Nabila sudah tahu jika tiap bulan suaminya akan menyisihkan uang satu setengah juta rupiah untuk Bagas dan terimakasihnya karena Nabila bantu mengurus ibu mereka. Tapi kadang Bang Togar juga masih sering tidak tega melihat kondisi Nabila. Biasanya Nabila baru akan menemuinya diam-diam seperti ini jika sudah sangat terdesak. "Sudahlah Nabila, terima saja, Abang tahu kau sedang tidak bisa minta pada mantan suamimu." Nabila malah kembali meneteskan air mata ketika Bang Togar memaksakan uang tersebut ke dalam genggamannya. Nabila memang sangat butuh uang tapi seperti ini membuat Nabila sangat sedih dan tidak be
Riko beruntung karena ketika dia tiba kebetulan Bang Togar pas ijin pulang, jadi tinggal Nabila dan putra mereka. Padahal sudah dari tadi Bang Togar mau ngajak Riko kelahi karena sampai lewat tengah hari dia belum muncul juga."Bagaiman kondisinya?" tanya Riko yang baru tiba karena Bagas sedang tidur."Masi demam Mas." Sebenci apapun Nabila terhadap Rico nyatanya ketika sedang dalam kondisi seperti ini dia sedang sama sekali tidak sempat memikirkan kebenciannya. Nabila hanya terus mencemaskan Bagas yang demamnya sama sekali belum turun sejak kemarin."Kupikir Bagas cuma flu." Rico menempelkan punggung tangan ke dahi putranya yang masih tertidur."Mungkin Bagas rindu sama Mas Riko."Riko tidak bicara apa-apa begitu mendengar ucapan Nabila, dia hanya ikut duduk di samping ranjang untuk memperhatikan putranya. Sebenarnya tadi malam Riko juga tahu jika Nabila mengirim pesan dan menelpon beberapa kali tapi Novie juga berulang kali mengatakan jika Nabila hanya berusaha mencari-cari alasan u
Novie kembali menelepon Riko tiap hampir sepuluh menit sampai suaranya membuat telinga gatal, padahal Riko masih belum bisa menigalkan putranya yang sedang sakit. "Mas Riko lama banget, cepat bawain makanan pesanan aku. Ini lagi mual, gak bisa makan apa-apa dari pagi," rengek Novie terdengar manja untuk minta perhatian. "Ya, sebentar tunggu Bagas selesai minum obat." Nabila dan Moy ikut mendengarkan percakapan mereka karena Riko mengangkat panggilan telepon sambil menggendong Bagas untuk minum sirup penurun demam yang disuapkan Nabila. "Aku tunggu sepuluh menit lagi, jangan lama-lama sama mantan!" Novie pura-pura ngambek kemudian menutup telepon lebih dulu. Akhirnya Riko berpamitan pulang karena Novie pasti akan terus ribut, bahkan Moy yang ikut mendengarkan saja jadi jengkel. "Rasanya pingin kucekik itu leher perempuan tidak tahu diri! Sudah merebut suami orang masih juga sok-sokan paling minta dimanja kayak cuma dia aja yang pernah bunting!" gerutu Moy setelah riko pergi. "Pa
Begitu Riko pulang dan meletakkan ponselnya di atas meja, Novie segera mengambil benda tersebut dan memeriksa semua jejak percakapan suaminya. Novie kaget ketika melihat laporan pesan SMS banking transfer dana yang dikirimkan Riko ke rekening Nabila. Dada Novie langsung bergemuruh panas mengetahui Riko mengirim uang lima juta rupiah ke pada mantan istrinya. Bukan hanya masalah jumlah nominalnya yang membuat dada Novie seperti sedang direbus, tapi Novie juga sedang sangat cemburu karena menduga Riko masih suka memperhatikan mantan istrinya. Meskipun Nabila kalah muda dari Novie yang baru dua puluh tiga tahun tapi Nabila juga masih cantik, badannya Bagus, pantas untuk dicemburui. "Jadi Mas Riko ngasih uang lima juta buat mantan istri Mas?" tanya Novie begitu Riko keluar dari kamar mandi. "Itu untuk bagas." "Lima juta hanya untuk anak umur satu tahun?" sewot Novie sama sekali tidak percaya. "Mas yakin itu bukan untuk ibunya juga? Ingat Mas, dia sudah mantan istri, sudah bukan tanggun
Ketika Sunan masuk, dia syok melihat kehebohan tangis dua bayi sekaligus. Sunan malihat Elice sudah menggendong bayinya demikian pulan dengan Marko. Elice melahirkan di atas ranjang dan Nabila melahirkan di sofa."Apa yang terjadi?""Nabila ikut melahirkan karena stres melihat kondisi Elice." Moy yang menjawab sementara Marko masih gemetaran menggendong bayinya."Oh Tuhan!""Dia sehat." Elice tersenyum menunjukkan bayinya dan ternyata Sunan menangis meski tanpa suara isakan.Sunan segera memeluk Elice serta bayinya yang masih kemerahan."Biarkan Nabila yang memberi Nama.""Ya." Sunan terus mengangguk karena tidak perduli dengan apapun asal istrinya selamat."Bagaiman ini?" Marko bingung melihat bayinya menangis masih dengan tali plasenta yang membuat dia takut."Berikan padaku!" Moy meminta bayinya untuk dibawa pada bidan.Setelah memberikan bayinya pada Moy, Marko segera memeluk Nabila dan menciuminya sejadi-jadinya. Rasanya masih sulit dipercaya jika dia sendiri yang baru membantu pe
Nabila sedang melakukan panggilan video dengan Moy dan bayinya yang sekarang sudah berumur tiga bulan. Bayi cantik yang Elice beri nama Moza itu sudah pintar tersenyum dan membalas suara orang dewasa dengan dengungan. Nabila benar-benar gemas hingga tidak sabar menunggu kelahiran bayinya sendiri."OH ... anak perempuan memang mengemaskan!" Nabila melayangkan kecupan pada bayi montok yang menyeringaikan tawa di layar ponselnya."Tapi sepertinya ini laki-laki." Marko meraba perut Nabila yang kebetulan ada di sampingnya."Ini anak perempuan, aku bisa merasakannya!" Nabila ngotot.Setelah memiliki Bagas, sangat wajar jika Nabila sedang sangat menginginkan anak perempuan meski sampai sekarang Nabila sengaja belum mau mengetahui jenis kelamin bayinya."Apa Moza sudah bisa tengkurap?" Nabila melanjutkan obrolannya dengan Moy walaupun Marko terus mengganggu."Baru miring belum bisa terbalik.""Lihat Marko dia tersenyum padamu!" Nabila menghadapkan kameranya ke arah Marko yang sedang memangku l
"Kau tidak akan percaya jika sebenarnya sudah sejak lama aku menatapmu!"Elice berhenti mengunyah makanannya untuk balas menatap Sunan."Aku hanya tidak pernah berani berpikir kau akan mau menikah dengan pria sepertiku, mengandung darah dagingku, dan menghabiskan sarapan bersamaku."Dari dulu Sunan hanya standar, tidak sejenius Clavin yang dapat menahlukkan Elice."Kenapa kau berpikir seperti itu?" Elice juga masih kaget."Aku merasa bukan tipemu.""Siapa yang perduli!" tegas Elice persis seperti gayanya dari dulu.Elice memang tidak akan bertele-tele seperti kebanyakan wanita yang suka main perasaan. Tapi bukan berarti hati Elice tidak tersentuh dengan perhatian tulus yang selama ini diberikan Sunan. Elice hanya tidak pernah membahasnya.Mereka masih saling menatap sampai kemudian Elice kembali bicara lebih dulu."Boleh aku minta brokolimu?" Elice menunjuk potongan brokoli di piring Sunan yang belum dimakan."Kemari, biar kusuapkan." Sunan tersenyum sambil menepuk pahanya agar Elice d
Kehamilan Moy sudah memasuki bulan ke sembilan dengan perut bulat besar dan buah dada makin memadat kencang. Kehamilan anak perempuan ternyata justru membuat wanita terlihat semakin cantik. Moy sedang berbaring lembut di atas ranjang ketika Clavin bantu menarik melepas sisa gaun malamnya yang berbahan ringan. Mereka sedang disarankan untuk lebih banyak berhubungan intim mendekati masa-masa persalinan. "Apa kau tidak kesulitan bergerak?" Clavin ikut merangkak naik ke atas ranjang kemudian menyentuh lembut pada gumpalan buah dada wanitanya yang sedang membengkak penuh. "Tidak, ini masih nyaman." Moy juga mempersilahkan lelaki itu membuka kakinya untuk direntangkan. Clavin memperhatikan Moy sejenak, kemudian membelai ke lipatan lembutnya yang semakin hari semakin sesak untuk dimasuki pria. Clavin terus mengulas-ngulas puncak wanitanya sampai melembut hangat dan tiba-tiba menurunkan kepala untuk menyesap puncak kecilnya hingga mengejang. "Oh ...." Moy melenguh panjang. Rasanya sangat
Kehamilan Moy membuat kedua orang tua Clavin yang sudah lama menunggu keturunan dari putra tunggalnya ikut sangat bahagia dan tidak sabar. Kehamilan Moy sudah memasuki bulan ke enam dengan jenis kelamin bayi perempuan. Setelah resmi menikah bersama Clavin Moy juga selalu dimanja oleh keluarga suaminya. Moy merupakan anak tunggal yang dibesarkan oleh seorang janda, ayah Moy sudah tidak pernah perduli dengan kehidupan sulit mereka sejak bercerai dengan ibunya. Ibu Moy meninggal beberapa tahun lalu, Moy tidak punya sanak saudara lagi di ibukota. Moy berjuang sendiri untuk menjadi wanita mandiri meski dia cuma lulusan SMU dan berhasil sukses. "Istirahatlah jika kau capek." Clavin tahu Moy sudah sibuk dengan keluarganya sejak siang. "Biar aku saja yang menemani tamu." "Aku mau menunggu Nabila dulu." "Apa masih lama?" Clavin menengok arloji di pergelangan tangannya. "Sebentar lagi mereka sudah di jalan." "Jangan terlalu capek." Clavin menggosok puncak perut Moy yang makin membulat besa
"Bagaimana?" Marko sudah tidak sabar menunggu dua garis merah pada benda pipih yang sedang dipegang Nabila."Tunggu sebentar."Mereka sama-sama tegang setelah usaha keras siang dan malam penuh perjuangan."Ya!" Nabila segera menunjukkan dua garis merah yang langsung membuat Marko melompat untuk mengangkatnya."Oh, Tuhan ... terima kasih .... terimakasih ..." Marko terus menciumi perut Nabila yang dia angkat cukup tinggi seperti benda enteng kemudian membawanya berputar."Hentikan Marko! nanti anakmu pusing!"Marko masih terlalu bahagia hingga tidak bisa berhenti tersenyum bangga dengan dirinya sendiri."Terima kasih karena telah menjadikanku seorang ayah." Marko menurunkan Nabila untuk dia cium."Dia masih jentik kecil," Nabila mengingatkan."Berapa kira-kira usianya?" marko meraba perut Nabila."Mungkin sudah memasuki bulan ke dua."Nabila sudah terlambat satu bulan sejak menikah dua bulan lalu."Bagas harus tahu jika akan punya adik!" Marko menangkup pipi Nabila kemudian menciumnya
[Lusa aku akan kembali ke New York, apa malam ini aku boleh menginap?] pesan yang dikirim Noah untuk Elice tapi kebetulan Sunan yang membacanya. [Jangan ganggu istriku!] tegas Sunan dengan kalimat singkat. Mungkin karena kaget, Noah langung beralih menelpon. Sunan juga tidak segan untuk langung menjawab panggilan dari anak muda itu. "Di mana Elice?" tanya Noah begitu mendengar suara pria dewasa yang menjawab panggilan teleponnya. "Dia masih mandi." Sunan tidak berbohong. "Kau siapa?" Noah bertanya lagi karena masih penasaran. "Aku suaminya!" "Mustahil!" Noah tidak percaya. "Elice tidak pernah memberitahuku jika dia sudah menikah." "Sekarang aku yang memberitahumu!" Sunan terus mempertegas tanpa basa-basi. "Siapa?" tanya Elice yang baru keluar dari bilik kamar mandi dan melihat Sunan sedang menjawab panggilan teleponnya. "Keponakan Marko!" Sunan yakin Noah juga ikut mendengar percakapan mereka dari seberang telepon. "Berikan padaku?" Elice meminta ponselnya tapi tidak Sunan b
Tiba-tiba ponsel Nabila berbunyi dengan sebuah notifikasi pesan. "Moy, membubarkan grupnya!" Nabila terkejut. "Kenapa?" tanya Marko. "Aku tidak tahu, biar nanti aku telepon." Nabila memang tidak tahu dengan apa yang sedang bergulir, dia cuma terkejut jika Moy sampai membubarkan grup kesayangannya. "Bukankah kau ada meeting siang ini?" Nabila mengingatkan Marko. "Aku tidak akan lama dan akan segera pulang," Marko berbisik sambil memeluk Nabila dari belakang dan tidak berhenti menciumi sisi kening serta lehernya. Mereka berdua sedang berdiri di depan cermin meja wastafel setelah mandi bersama di tengah hari mumpung Bagas sedang tidur siang. "Cepatlah berpakaian, nanti kau terlambat." Nabil menoleh agar Marko bisa menggapai bibirnya. Mereka bertukar lumatan lembut saling mengais dan semuanya sedang terasa sangat manis untuk dinikmati. Marko dan Nabila adalah pasangan pengantin baru yang sedang lengket-lengketnya tidak ingin terpisah meski cuma sejengkal, tapi Elice tetap memaksa
Clavin benar-benar syok melihat Elice ada di apartemen Sunan, hari masih pagi, Elice kelihatan baru bangun dengan kemeja pria milik Sunan."Bagaimana kau bisa ada di sini?"Tatapan Clavin terus mengoreksi penampilan mantan istrinya sementara otak Elice sudah benar-benar padam tidak bisa berpikir. Clavin jelas melihat jejak cupang merah kemerahan bekas hisapan pria di kulit leher Elice. "Siapa yang datang?" tanya Sunan yang baru ikut menyusul ke depan dan langkahnya terhenti mendadak begitu melihat Clavin sudah berdiri di ambang pintu. Sunan masih menggenggam ponsel yang baru dia matikan dan cuma memakai celana pendek pria tanpa pakaian yang lain. "Apa yang kalian lakukan?" Elice dan Sunan benar-benar sudah tertangkap basah tidak bisa mengelak. Clavin segera menerobos masuk dan melihat celana dalam Elice yang masih tergeletak di samping sofa. Otak Clavin ikut padam membayangkan mantan istrinya telah dicumbu oleh sahabatnya sendiri. "Beri aku alasan yang masuk akal dengan semua in