"Kamu mungkin bisa memanggil makhluk mistis naga. Tapi, apa kamu bisa mengendalikan kekuatannya?" Cibir Ray meremehkan kemampuan Awan. Makhluk mistis bukanlah sesuatu yang mudah dikendalikan dan selain itu, mereka juga bukan makhluk yang penurut, yang bisa dikendalikan begitu saja.Ray menangkupkan kedua tangannya ke depan dada dan sebuah bola energi besar berwarna biru keemasan muncul di mulut Wariga dan siap untuk ditembakkan ke arah Awan.Satu hal yang tidak diketaui oleh Ray saat itu, adalah Awan bukan hanya sekedar bisa menggunakan kekuatan Naga, tapi juga telah membuat kontrak jiwa dengan naga sebenarnya.Melihat itu, Awan tersenyum acuh tak acuh, "Tembakan api? Kalau soal api, aku masih bisa melakukannya dengan lebih baik darimu!"Awan mengingat cara Dinara menembakkan api dari dalam mulutnya ketika terakhir kali dan itu merupakan salah satu kemampuan andalan dari sososk naga. Dengan mengingat setiap prosesnya dengan hati-hati, Awan membayangkannya dan coba melakukan hal yang s
"Berhentilah mencoba dan menyerah saja! Seperti apapun kamu coba menghancurkannya, nyatanya, kamu tidak membuat kemajuan apapun!" Cibir Ray Elbar mengejek semua usaha Awan untuk menghancurkan perisai pertahanan absolutnya. Jurus perisai pertahanan Ray yang merupakan ajaran dari Wariga, memiliki tujuh tingkatan berbeda. Level pertama adalah perisai emas Wariga. Komandan Bintang klan Sanjaya telah mencoba menghancurkan pertahanan ini sebelumnya dan Alexis tidak berhasil meski telah mengerahkan semua kekuatannya. Namun, Awan berhasil menghancurkannya dengan api birunya saat pertama kali datang. Apalagi, Awan juga bisa menggunakan semburan api naga yang 'aneh', membuat Ray tidak berani meremehkannya dan menghindari resiko yang tidak perlu dan selanjutnya, ia berpikir untuk langsung menggunakan jurus pertahanan puncaknya, 'Pertahanan Absolut Wariga'. Jurus ini terbentuk oleh energi murni Wariga yang ia warisi dan juga penyerapan kekuatan alam. Ini juga pertama kalinya Ray menggunakan ju
Tidak ada sesuatu yang sempurna di dunia ini. Segala sesuatunya ada kelemahannya.Dua penggal kalimat tersebut, semakin akrab dalam kamus kehidupan Awan setelah melewati banyak pertarungan dan itu memberi Awan pengalaman lebih dalam menghadapi setiap pertarungannya.Semua serangan Awan sebelumnya, tidak hanya sekedar melakukan serangan secara membabi buta. Awan mempelajari setiap celah yang bisa ia jadikan sebagai jalan untuk menembus pertahanan lawan.Akhirnya, serangan terakhir Awan berhasil membuat celah tersebut.'Aku mengerti sekarang. Pertahanannya tidak hanya sekedar memadatkan energi murni menjadi perisai pertahanan yang sangat kuat. Perisainya juga terbuat dari elemen cahaya. Itu sebabnya, semua seranganku api tidak berhasil menembusnya.'Setelah menyadari kelemahan perisai lawan, Awan tampak lebih tenang dan percaya diri."Hohoho, kamu berpikir bahwa pertahananmu itu adalah yang terkuat dan mustahil untuk ditembus, bukan? Kalau begitu, perhatikan baik-baik! Hari ini, aku aka
'Tidak akan ada bantuan, sampai wanita itu berhasil dikalahkan. Tapi, sepertinya, waktunya masih lama. Aku harus memprioritaskan keselamatan Arthur.' Pikir Ray cemas, melihat belum ada tanda-tanda keluarga utama lainnya akan muncul di sana saat ini.Itu artinya, mereka semua masih belum berhasil mengalahkan Amanda Pitaloka, meski sudah mendapat bantuan dari dua orang yang dipanggil oleh Leon. Jebakan ini, sebenarnya ditujukan untuk ketua klan Sanjaya, mengingat reputasinya. Hanya saja, kemampuan Amanda serta Awan yang belum datang saat itu, membuat mereka berubah pikiran dan memutuskan untuk menjatuhkan Amanda terlebih dahulu dengan memancingnya ke lembah naga klan Royal. "Arthur, awas!" Teriak Ray tiba-tiba.Dua kelebat cahaya hitam melesat cepat ke arah mereka dan membuat Ray dengan cepat bereaksi. Ia segera mendorong tubuh Arthur menjauh dan menghadang serangan tersebut dengan sisa kekuatannya.Wus!Slash!"Argghh!"Ray berhasil menahan serangan pertama Awan, namun tidak dengan s
Gundala tidak menyia-nyiakan suntikan energi murni Awan yang masih ada di dalam dirinya dan ingin menjatuhkan sebanyak mungkin pasukan musuh di sekitarnya.Sementara itu, saat Ray masih larut dalam kesedihannya, Awan sudah mendarat tepat di depannya dan di belakangnya, terdapat genangan darah dengan lusinan tumpukan mayat pasukan Royal yang menghentikan Awan sebelumnya."Sepertinya, kamu bukan sekedar menangisi kematian putra dari ketua klan Royal!"Mata Awan sangat jeli dan cukup jelas membedakan lolongan kesedihan Ray dan segera menemukan kejanggalan dalam tangisan tersebut. Saat ia menebak hal tersebut dengan benar, Ray yang masih berduka tiba-tiba mengangkat wajahnya yang kini sudah dipenuhi oleh air mata. Matanya tampak memerah karena emosi yang membuncah dalam dirinya.Dengan penuh kebencian, Ray berteriak ke arah Awan, "Kamu telah membunuh putraku, matilah!" Ray tidak bisa mengendalikan dirinya lagi dan berteriak seperti orang gila dan sekaligus, tanpa sadar telah mengungkapka
"Komandan Bintang, aku serahkan tempat ini padamu! Bersiaplah untuk segala kemungkinan!" Pesan Awan singkat pada Alexis. Awan tidak ingin, euforia kemenangan saat itu membuat, mereka menjadi lengah dan memberikan kesempatan pada lawan untuk menyergap mereka."Serahkan pada saya, ketua!"Awan tidak bsempat icara banyak karena mengkhawatirkan keseloamatan Amanda dan segera melesat terbang ke arah sumber ledakan sebelumnya. Awan terus coba menghubungi Amanda lewat koneksi bathin mereka. Hanya saja, ada sesuatu yang menghalangi komunikasi bathin mereka dan membuat mereka tidak bisa terhubung satu sama lain. Namun, setelah terbang selama beberapa saat lamanya, Awan tiba-tiba bisa merasakan keberadaan Amanda. Awalnya hanya tanda samar dan semakin jauh ia bergerak ke arah ledakan, Awan semakin bisa merasakan keberadaan Amanda dengan jelas. Mungkin karena jarak mereka yang sudah semakin dekat. Awan yakin ada sesuatu yang menghalangi komunikasi bathin mereka saat itu dan itu semua, pasti a
Awan muncul tepat di tengah pasukan aliansi berada, tidak lama kemudian.Dengan buru-buru, Awan segera memerikisa kondisi Amanda dan ia dibuat tercengang, saat menyadari bahwa Amanda menderita luka lebih parah dari yang ia duga. "Jangan bergerak dulu, aku akan menyembuhkan lukamu!" Ujar Awan menahan tubuh Amanda dan segera mengeluarkan spirit pohon Ara. Seketika, akar kehidupan bercahaya kehijauan, keluar dari tubuh Awan dan melilit tubuh Amanda dan membungkusnya seperti kepompong hidup.Pasukan aliansi yang melihat kemunculan mereka, segera mengerubungi keduanya. Tidak ada yang berani bertanya saat itu, karena melihat Awan sedang berkonsentrasi menyembuhkan Amanda. Jadi, mereka hanya berani menebak-nebak dengan pikiran liar dan rasa penasaran.'Apa yang terjadi?''Bagaimana nona Amanda bisa terluka seperti ini?''Apa musuh yang mereka hadapi begitu kuat?' Banyak pikiran liar dalam benak pasukan aliansi saat ini. Apalagi, Awan muncul sangat cepat, tidak lama setelah ia menghilang se
'Klan Sanjaya memiliki pemimpin yang luar biasa! Hanya beberapa patah kata darinya, mampu membuat moril semua orang berubah dalam sekejap.' Puji Abimana dalam hati menyaksikan kemampuan Alexis dalam menaikan mental pasukannya.Pasukan aliansi yang semula tertekan karena kehadiran Leon dan tiga orang lainnya, kini berbalik menjadi semangat juang yang pantang menyerah.Di sisi lain, Leon mencibir semangat juang yang ditunjukkan oleh pasukan aliansi. Di matanya, mereka semua tidak ada artinya.Namun, ekspresinya segera berubah menjadi gelap, saat melihat lautan mayat pasukan Royal dan termasuk anggota utama keluarganya.Leon tidak pernah melihat mayat dalam jumlah sebanyak itu sebelumnya. Terlebih, mayat-mayat ini berasal dari klannya. Biasanya, keluarga Royal yang selalu menentukan nasib suatu klan ataupun negara di bawah perintah absolut Leon. Kapan situasinya jadi berbalik?Leon merasakan seluruh sel dalam tubuhnya bergejolak. Namun, ia masih menahan diri demi rencana mereka. Satu ha
Satu setengah tahun kemudian.Tiga istri Awan, Annisa, Amanda dan Calista, tampak sedang cemas menunggu di luar kamar di rumah tuo, kampung halaman Awan. Di tengah mereka, tampak dua orang balita yang sedang digendong oleh Annisa dan Calista, sementara Amanda tampak sedang bermain dengan kedua balita berjenis kelamin perempuan tersebut dengan sesekali mencubit gemas pipi keduanya.Kalian mungkin bertanya-tanya, di mana Rhaysa alias Raine? Awan belum berhasil melamarnya hingga detik ini. Awan pernah mencoba melamar Raine setengah tahun yang lalu. Hanya saja, lamarannya langsung ditolak. Ratu Samudera memberikan syarat yang sangat berat jika Awan ingin melamar putrinya, yaitu Awan harus berada di level Divine atau dewa terlebih dahulu. Hasilnya, Awan telah berjuang keras di selama berada di tanah dewa untuk terus meningkatkan kemampuannya. Meski begitu, sepertinya ia masih harus bersabar untuk bisa melamar Raine.Kembali ke ruang tamu, rumah tua Awan.Tidak sama seperti Amanda yang terl
Rombongan Cakar Hitam mencibir ucapan Awan yang dinilai terlalu berani dan tidak bercermin, siapa lawan yang akan ia hadapi. Sementara, Datuk Cakar Putih dan bangsa harimau Bukit Larangan lebih mencemaskan nasib Awan. Mereka masih mengira. jika Awan hanya mengandalkan kekuatan warisan Gumara. Itu semua tidak akan cukup untuk menghadapi Cakar Hitam. "Uda!" Andini menarik ujung baju belakang Awan dan terang-terangan menunjukkan kekhawatirannya. Namun, Awan hanya tersenyum cuek dan memintanya untuk tidak perlu khawatir. Entah karena kalimat yang diucapkan Awan padanya atau cara penyampaian dan ketenangan yang ditunjukkan oleh Awan, membuat Andini merasa jauh lebih tenang dan merasa bisa mempercayai Awan. Roaaar! Cakar Hitam melompat ke depan dan tibat-tiba saja, ia sudah berubah wujud menjadi harimau besar dengan belang hitam di sekujur tubuhnya. Untuk bisa mengalahkan Awan, Cakar Hitam sudah bertekad untuk mengerahkan seluruh kekuatan dan berubah menjadi wujud terbaiknya. Cakar H
Wajah Taring Hitam seketika memerah panas melihat sikap Andini yang dengan terang-terangan menjatuhkan dirinya ke dalam pelukan seorang pria asing seperti Awan. Ia telah mengagumi Andini sejak lama, bagaimana ia bisa menerima, wanita yang disukainya bermesraan dengan pria lain tepat di depan hidungnya? Tidak peduli, apa pria itu dicintai Andini atau tidak. Bagi Taring Hitam, hanya dialah yang pantas menjadi pasangan Andini. Dia tidak habis pikir dengan sikap bodoh Andini, bagaimana ia bisa memilih seorang pria yang bukan apa-apa jika dibanding dirinya? Dia kuat dengan seluruh tubuh dipenuhi oleh otot-otot baja. Selain itu, dia adalah seorang pangeran dengan masa depan cerah. Bersamanya, Andini pasti akan jauh lebih bahagia. Bangsa harimau rata-rata memiliki tubuh yang besar dan berotot. Sehingga melihat tubuh Awan yang biasa, membuat Taring Hitam menilainya sebagai sosok yang sangat lemah. Dengan tatapan penuh kecemburuan dan kebencian, Taring Hitam akhirnya tidak bisa lagi menaha
Tatapan Cakar Hitam menjadi dingin dan tidak lagi menunjukkan keramahan pura-puranya, "Cakar Putih, apa kamu tahu konsekuensi dari pilihanmu hari ini?" Sambil menekan rasa gugup dalam hatinya, Datuk Cakar Putih berusaha tersenyum tenang dan berkata, "Keputusan kami bersifat final dan anda bisa kembali." "Kamu?" Kilat kemarahan terbesit di mata Cakar Hitam dan tiba-tiba saja ia sudah menghilang dari tempat ia semula berdiri. Wus! Terlalu cepat! Datuk Cakar Putih terkesiap. Meski ia sudah menduga reaksi akhir dari Cakar Hitam. Namun, gerakannya terlalu cepat untuk bisa ia ikuti dan detik berikutnya, Cakar Hitam sudah muncul tepat di depan Datuk Cakar Putih dan melayangkan sebuah serangan yang tidak bisa ditahannya. Braaak. Datuk Cakar Putih tidak bisa menahan pukulan itu sepenuhnya dan membuatnya terbang membelah barisan pasukan di belakangnya. "Datuk Cakar Putih?" Pekik orang-orang tertahan dan terkejut melihat keberanian Cakar Hitam yang telah menyerang tetua mereka tepan dih
Suasana di alam bangsa harimau tampak tegang dan semua penjaga perbatasan memasang wajah serius dan penuh waspada.Awan sengaja menyamarkan penampilannya dan mengeluarkan aura harimau yang ada di dalam tubuhnya dan membuat ia berhasil membaur dengan para penduduk bangsa harimau tanpa ketahuan. Setelah kedatangannya terakhir kali ke tempat itu, Awan memiliki memori yang sangat tajam tentang semua sudut tempat ini, yang memungkinkannya bisa berpindah kemanapun yang ia inginkan.Tidak lama setelah kedatangan Awan, rombongan Taring Hitam juga datang bersama ayah, para tetua dan juga puluhan prajurit terbaik bangsanya.Taring Hitam tampak tidak main-main dengan ancamannya. Hal itu, membuat gelisah bangsa harimau yang tinggal di Bukit Larangan.Para petinggi yang dipimpin oleh Datuk Cakar Putih tampak serius membahas masalah ini di aula tetua."Datuk, kita tidak bisa membiarkan mereka mendapatkan apa yang mereka mau. Bagaimanapun, raja sedang tidak ada di sini dan kita semua berkewajiban me
Seminggu yang lalu, ada sekolompok orang asing yang datang ke Kampung Tuo. Anehnya, mereka melewati batas Kampung Tuo begitu saja dan ternyata, tujuan mereka adalah kampung mistis yang ada di Bukit Larangan, tempat di mana bangsa harimau tinggal. Kelompok ini dipimpin oleh seorang pemuda bernama Taring Hitam, putra dari raja harimau Cakar Hitam yang berasal dari gunung Medan. Tujuan mereka datang, karena Taring Hitam yang sudah cukup usia untuk menikah, menginginkan Andini sebagai istrinya. Meski mereka tahu bahwa Andini adalah pasangan yang disiapkan untuk raja. Hanya saja, bangsa harimau dari gunung Medan ini tahunya bahwa raja Gumara telah lama tiada dan tidak memiliki pewaris sama sekali. Hal itu, coba dimanfaatkan oleh Taring Hitam untuk mendapatkan Andini. Taring Hitam yang terpesona dengan kecantikan Andini, ketika berkunjung ke bukit Larangan beberapa tahun lalu, berniat menjadikan Andini sebagai miliknya dan begitu ia mencapai usia layak menikah, Taring Hitam langsung me
Fikri dan Purnama yang semula berdebat, bahkan sampai berhenti dan tercengang mendengar wanita pujaan mereka dilamar oleh pria lain, tepat di depan mereka. Bagaimana mungkin mereka menerimanya?Jika pria lainnya, mungkin akan diam. Namun, mereka tidak mungkin bisa membiarkan ada lelaki lain merebut wanita yang mereka idamkan dari tangan mereka."Hei, bung! Apa maksudmu melamar dokter Nisa siang hari bolong begini?""Apa kamu tahu, siapa dokter Annisa? Sepuluh kamu, tidak bisa dibandingkan dengan seorang dokter Nisa.""Lebih baik kamu pergi dari sini! Atau kami akan memanggil satpam untuk mengusirmu."Ujar Fikri dan Purnama yang kali ini bisa kompak. Melihat reaksi keduanya, Awan cukup terkejut dan selanjutnya justru terkekeh geli. Ia melihat keduanya tidak ubahnya seperti badut yang sedang membuat pertunjukan.Awan melirik Annisa sekilas untuk menanyakan siapa mereka dan tampak balasan wajah jengah Anisa dan ketidakberdayaannya. Annisa membisikan identitas keduanya ke telinga Awan.
Rumah sakit umum ASA.Meski terletak di lokasi terpencil karena berada di bawah kampung Tuo dan lokasi yang jauh dari kabupaten, ditambah akses jalan ke sana yang tidak selebar jalan kabupaten. Kenyataannya, rumah sakit ini memiliki fasilitas medis yang sangat lengkap dan tidak kalah dengan rumah sakit yang berstandar internasional sekalipun. Sebuah alasan yang membuat rumah sakit ini banyak dihuni oleh tenaga medis terampil dan membuat reputasinya cepat terkenal hingga ke berbagai daerah di ranah Minang. Ditambah, kepala rumah sakit dan sekaligus menjadi dokter spesialis bedah di sana merupakan seorang wanita berparas cantik dan terkenal dengan keramahannya, Dr. Annisa Azzahra, Sp.B.Meski terkenal dengan keramahannya, sebagai penanggung jawab rumah sakit, Dokter Nisa menerapkan standar tinggi bagi tenaga medis yang bekerja di rumah sakitnya. Semua itu tentu saja sepadan dengan gaji tinggi yang mereka terima selama bekerja di sana. Banyak yang memuji dan banyak juga pihak yang mera
Setelah sekian lama, Awan kembali melihat tangis mama angkatnya tersebut. Namun kali ini, bukan tangisan yang membuatnya kehilangan kembali akal sehatnya. Itu adalah tangis kerinduan dan juga kebahagiaan. Tangis kerinduan seorang ibu yang telah lama tidak berjumpa dengan anaknya. Awan membiarkan Lina menumpahkan segala tangisannya dalam pelukan Amanda seraya memberi kode pada Amanda dan syukurnya, Amanda cukup peka dengan keadaan tersebut. Ada sekitar sepuluh menit lamanya, Lina menumpahkan tangis kebahagiaannya dalam pelukan Amanda. Sampai, Lina tersadar kembali dan mengurai pelukan mereka. "Maaf ya, nak. Tante terlalu sentimentil, kamu terlalu mirip dengan..." "Tidak apa-apa, ma." Sebelum Lina menyelesaikan kalimatnya, Amanda sudah lebih dulu menyelanya. Ia sekarang mengerti alasan Awan membawanya kemari dan Amanda sama sekali tidak keberatan untuk menggantikan posisi Renata untuk sesaat dan memberi kebahagiaan untuk ibunya Renata. Selama arwah Renata masih bersamanya dahulu,