Ezel, melihat kedatangan Awan di sana, ekspresinya seketika memburuk. Serangan terakhir Awan masih menyisakan trauma dalam memorinya. Karena serangan itu hampir saja merenggut nyawanya.Ezel masih beruntung, karena masih bisa berkelit saat terakhir dan berhasil terhindar dari kehilangan nyawanya. Meski begitu, saat melihat kemunculan Awan saat ini, luka lebar di dada kirinya kembali berdenyut. Seolah mengingatkannya dengan luka tusukan pedang Awan sebelumnya.Di sisi lain, Awan hanya melirik sekilas Ezel yang saat itu masih meringkuk dalam jaring baja. Awan mengacuhkannya untuk sementara, karena tahu bahwa Ezel tidak mungkin bisa ke mana-mana.Awan lebih memperhatikan Alroy dan duo pengawal Yin dan Yang-nya, sambil menganalisis kekuatan ketiganya dari pancaran aura mereka."Awan, hati-hatilah dengan mereka bertiga. Mereka sangat kuat!" Ujar Argana mengingatkan.Lebih lanjut, Argana menjelaskan secara singkat tentang tiga orang musuh yang ada di hadapan Awan. Argana tidak meragukan ke
Argana dan dua komandannya yang merasakan keseriusan dari duo yin dan yang tersebut, bergidik ngeri! Khususnya Argana.Sebelumnya, ia sudah sangat serius menghadapi Kane dan Killian. Namun, dirinya masih kalah.Setelah melihat kekuatan penuh keduanya, Argana segera sadar, bahwa keduanya masih belum mengeluarkan kekuatan puncak mereka saat melawan dirinya.Tiba-tiba saja, ia mencemaskan keselamatan Awan. Ia ingin memberi peringatan pada Awan agar lebih berhati-hati. Namun, begitu teringat dengan ucapan Awan padanya terakhir kali. Argana hanya bisa menahan napas cemas dan berharap Awan tidak akan kalah melawan keduanya.Saat Kane dan Killian mengeluarkan kekuatan puncak mereka, aura keduanya berubah menjadi putih dan hitam yang mewakili unsur Yin dan Yang itu sendiri. Hanya dengan melihat auranya saja, seseorang sudah bisa merasakan ancaman sangat besar dari keduanya.Tidak terkecuali Alroy. Ia sangat yakin, pria sombong yang telah meremehkannya itu akan tewas dengan cara paling menggen
Alroy tidaK percaya jika pemuda di depannya itu sekuat apa yang dikatakan oleh Ezel. Pasti ada trik yang coba dimainkannya, sampai membuat dua pengawal pribadinya terpedaya dan bisa dalam satu serangan. Itu alasan paling logis yang terpikir dalam benak Alroy saat itu. Ia melihat sendiri, kalau Awan sama sekali tidak melakukan gerakan apapun untuk coba menghadapi serangan andalan Kane dan Killian. Alasan yang membuat Alroy berpikir, kalau Awan sebenarnya melakukan sebuah tindakan curang untuk mengelabui dua pengawal pribadinya itu. Bagi Alroy, cara paling mudah adalah dengan membuktikannya secara langsung. Untuk menunjukkan keseriusannya, Alroy langsung menggunakan jurus andalannya. Selain untuk mengungkap trik yang digunakan Awan untuk membunuh dua pengawal pribadinya. Alroy memiliki misi membalaskan kematian dua pengawalnya tersebut. Alroy tidak akan pernah puas, sebelum bisa membunuh Awan dengan kedua tangannya. Saat Alroy menggunakan jurus andalannya, kulit tubuhnya terlihat s
Bunyi suara tulang berderak terdengar jelas, saat tubuh Alroy secara perlahan mulai membesar. Perubahan fisik paling jelas, setelah Alroy meminum pil iblis adalah fisiknya yang berubah menjadi lebih tinggi dengan tulang-tulang ditubuhnya terlihat lebih menonjol keluar. Pakaian yang ia kenakan, bahkan tidak cukup untuk menampung perubahan fisik Alroy. Fisiknya bertambah tinggi dan bola matanya juga berubah menjadi merah total, yang membuat orang melihatnya akan merinding ketakutan.Penampilan Alroy seperti perpaduan antara sosok vampir dan monster, dingin dan haus darah.Di sisi lain, Awan yang melihat perubahan fisik Alroy, tersenyum dingin tanpa rasa khawatir sama sekali."Brother, apa kamu ingin memakai kekuatanku sekarang?" Tanya Gundala dalam diri Awan. Ia sudah tidak sabar untuk beraksi, ketika melihat lawan yang mereka hadapi menunjukkan asnya. "Belum, untuk saat ini. Aku ingin mencoba sesuatu dengan kekuatan Gumara yang ada dalam diriku." Balas Awan memikirkan suatu rencana da
Alroy tidak menyerah begitu saja. Dalam sejarahnya, Alroy hampir tidak pernah kalah bertarung. Kecuali saat ia dia ditundukkan oleh ketua organisasi the Snake, Flyn atau yang dikenal dengan julukan Black Mamba. Menurut Alroy, Flyn berada dilevel yang sama sekali berbeda dan hampir menembus level dewa. Meski sudah menggunakan pil iblis sekalipun, Alroy tetap tidak bisa mengalahkannya.Sekarang, saat Alroy berhadapan dengan Awan, membuatnya kembali merasakan sensasi yang sama saat ia berhadapan dengan ketuanya tersebut.Perlahan, ada rasa takut yang mulai merasuk ke dalam jiwanya. Meski begitu, ada sisi lain dirinya yang menolak untuk mengakui bahwa ada orang lain yang bisa sekuat masternya. Apalagi, orang itu berasal dari negeri antah berantah seperti negeri ini.Di lain sisi, Awan yang sudah mulai terbiasa dengan wujud hibridanya, tampak cerah. Ia terlihat senang dengan perkembangan adaptasinya dan membuatnya mulai terbiasa dengan wujud baru tersebut. Untung saja Awan tidak bercermi
Kenyataannya, Awan sendiri juga terkejut dengan ketahanan fisiknya saat ini.Fisiknya bukan hanya sekedar bertambah lapisan daging dan otot semata. Di saat bersamaan, juga memberinya lapisan perisai pertahanan yang sangat kuat. Yang selama ini, hanya bisa ia lakukan dengan membuat lapisan energi pelindung dari energi murninya. Sekarang, lapisan energi murni tersebut, secara alami menjadi bagian dari fisik hibridanya."Menarik! Dengan begini, aku bisa bertarung bebas tanpa perlu takut lagi dengan cakar beracunnya." Gumam Awan bersemangat.Lebih lanjut, Awan sengaja memprovokasi lawan dengan berkata, "Majulah! Tunjukan semua kemampuan yang kamu miliki!"Alroy yang sedang kesal, terlihat semakin marah. Rahang wajahnya terlihat mengeras dan terdengar bunyi gertakan gigi di dalamnya, "Matilah!" Teriaknya sebelum melesat ke arah Awan dengan kekuatan penuhnya.Pertarungan mereka semakin menjadi dan terlihat begitu brutal. Karena kali ini, Awan tidak lagi menghindar dan terlihat bersenang-sen
Senyum kematian terpampang di bibir Ezel dan siap memasukan pil iblis ke dalam mulutnya.Sling.Slash."Aargh."Ezel yang sudah bersiap memasukan pil iblis ke dalam mulutnya, tidak menyadari ada api berwarna biru yang menyasar dirinya. Dalam sepersekian detik berikutnya, api panas yang berbentuk wujud pedang tersebut, menebas lengan kanannya dan membuat lengan yang sedang mengenggam pil iblis tersebut melayang jatuh tepat di depan matanya dan menyisakan rasa sakit yang tidak terkira.Ezel berteriak kesakitan dan berguling di atas tanah, saat menyadari bahwa tangannya baru saja putus.Teriakan Ezel ternyata juga menarik perhatian dari Nana dan yang lainnya.Mereka dikejutkan dengan kondisi Ezel yang terlihat menggenaskan dengan satu tangan sudah putus, tergeletak di atas tanah. Tangan itu, terlihat sedang memegang sebuah pil di sela-sela jarinya."Sialan! Pria ini berniat mengkonsumsi pil iblis!" Seru Rosie terkejut.Mereka merasa beruntung, karena ada seseorang yang datang tepat waktu
Saat Awan menjelaskan tindakannya sebelumnya dan siapa yang mengajarinya hal itu, Gandawati terkejut, "Jadi, kamu adalah muridnya master Kaibo?" Awan tidak tahu alasan Gandawati sampai seterkejut itu dan berkata, "Benar, aku sempat belajar beberapa minggu dari beliau. Apa anda mengenal guru saya?" Ujar Awan balik bertanya. Ekspresi Gandawati terlihat begitu rumit saat mendengar Awan pernah belajar dari mr. Kaibo dan sekilas, tampak kecemburuan dalam matanya. Gandawati coba menghibur diri dan menarik napas dalam. "Iya, aku pernah bertemu dengannya dan sempat berbagi pengalaman dengan beliau." Gandawati menceritakan. Saat itu, Gandawati masih sangat muda dan mereka bertemu saat pertukaran ilmu kedokteran antar negara. Saat itu, Gandawati terkesan dengan ketinggian ilmu mr. Kaibo yang dianggap sebagai dewa kedokteran dan Gandawati bahkan bersedia menjadi muridnya. Hanya saja, mr. Kaibo tidak ingin menerima murid saat itu. Mr. Kaibo juga tidak menjelaskan alasannya. Sekarang, sete
Satu setengah tahun kemudian.Tiga istri Awan, Annisa, Amanda dan Calista, tampak sedang cemas menunggu di luar kamar di rumah tuo, kampung halaman Awan. Di tengah mereka, tampak dua orang balita yang sedang digendong oleh Annisa dan Calista, sementara Amanda tampak sedang bermain dengan kedua balita berjenis kelamin perempuan tersebut dengan sesekali mencubit gemas pipi keduanya.Kalian mungkin bertanya-tanya, di mana Rhaysa alias Raine? Awan belum berhasil melamarnya hingga detik ini. Awan pernah mencoba melamar Raine setengah tahun yang lalu. Hanya saja, lamarannya langsung ditolak. Ratu Samudera memberikan syarat yang sangat berat jika Awan ingin melamar putrinya, yaitu Awan harus berada di level Divine atau dewa terlebih dahulu. Hasilnya, Awan telah berjuang keras di selama berada di tanah dewa untuk terus meningkatkan kemampuannya. Meski begitu, sepertinya ia masih harus bersabar untuk bisa melamar Raine.Kembali ke ruang tamu, rumah tua Awan.Tidak sama seperti Amanda yang terl
Rombongan Cakar Hitam mencibir ucapan Awan yang dinilai terlalu berani dan tidak bercermin, siapa lawan yang akan ia hadapi. Sementara, Datuk Cakar Putih dan bangsa harimau Bukit Larangan lebih mencemaskan nasib Awan. Mereka masih mengira. jika Awan hanya mengandalkan kekuatan warisan Gumara. Itu semua tidak akan cukup untuk menghadapi Cakar Hitam. "Uda!" Andini menarik ujung baju belakang Awan dan terang-terangan menunjukkan kekhawatirannya. Namun, Awan hanya tersenyum cuek dan memintanya untuk tidak perlu khawatir. Entah karena kalimat yang diucapkan Awan padanya atau cara penyampaian dan ketenangan yang ditunjukkan oleh Awan, membuat Andini merasa jauh lebih tenang dan merasa bisa mempercayai Awan. Roaaar! Cakar Hitam melompat ke depan dan tibat-tiba saja, ia sudah berubah wujud menjadi harimau besar dengan belang hitam di sekujur tubuhnya. Untuk bisa mengalahkan Awan, Cakar Hitam sudah bertekad untuk mengerahkan seluruh kekuatan dan berubah menjadi wujud terbaiknya. Cakar H
Wajah Taring Hitam seketika memerah panas melihat sikap Andini yang dengan terang-terangan menjatuhkan dirinya ke dalam pelukan seorang pria asing seperti Awan. Ia telah mengagumi Andini sejak lama, bagaimana ia bisa menerima, wanita yang disukainya bermesraan dengan pria lain tepat di depan hidungnya? Tidak peduli, apa pria itu dicintai Andini atau tidak. Bagi Taring Hitam, hanya dialah yang pantas menjadi pasangan Andini. Dia tidak habis pikir dengan sikap bodoh Andini, bagaimana ia bisa memilih seorang pria yang bukan apa-apa jika dibanding dirinya? Dia kuat dengan seluruh tubuh dipenuhi oleh otot-otot baja. Selain itu, dia adalah seorang pangeran dengan masa depan cerah. Bersamanya, Andini pasti akan jauh lebih bahagia. Bangsa harimau rata-rata memiliki tubuh yang besar dan berotot. Sehingga melihat tubuh Awan yang biasa, membuat Taring Hitam menilainya sebagai sosok yang sangat lemah. Dengan tatapan penuh kecemburuan dan kebencian, Taring Hitam akhirnya tidak bisa lagi menaha
Tatapan Cakar Hitam menjadi dingin dan tidak lagi menunjukkan keramahan pura-puranya, "Cakar Putih, apa kamu tahu konsekuensi dari pilihanmu hari ini?" Sambil menekan rasa gugup dalam hatinya, Datuk Cakar Putih berusaha tersenyum tenang dan berkata, "Keputusan kami bersifat final dan anda bisa kembali." "Kamu?" Kilat kemarahan terbesit di mata Cakar Hitam dan tiba-tiba saja ia sudah menghilang dari tempat ia semula berdiri. Wus! Terlalu cepat! Datuk Cakar Putih terkesiap. Meski ia sudah menduga reaksi akhir dari Cakar Hitam. Namun, gerakannya terlalu cepat untuk bisa ia ikuti dan detik berikutnya, Cakar Hitam sudah muncul tepat di depan Datuk Cakar Putih dan melayangkan sebuah serangan yang tidak bisa ditahannya. Braaak. Datuk Cakar Putih tidak bisa menahan pukulan itu sepenuhnya dan membuatnya terbang membelah barisan pasukan di belakangnya. "Datuk Cakar Putih?" Pekik orang-orang tertahan dan terkejut melihat keberanian Cakar Hitam yang telah menyerang tetua mereka tepan dih
Suasana di alam bangsa harimau tampak tegang dan semua penjaga perbatasan memasang wajah serius dan penuh waspada.Awan sengaja menyamarkan penampilannya dan mengeluarkan aura harimau yang ada di dalam tubuhnya dan membuat ia berhasil membaur dengan para penduduk bangsa harimau tanpa ketahuan. Setelah kedatangannya terakhir kali ke tempat itu, Awan memiliki memori yang sangat tajam tentang semua sudut tempat ini, yang memungkinkannya bisa berpindah kemanapun yang ia inginkan.Tidak lama setelah kedatangan Awan, rombongan Taring Hitam juga datang bersama ayah, para tetua dan juga puluhan prajurit terbaik bangsanya.Taring Hitam tampak tidak main-main dengan ancamannya. Hal itu, membuat gelisah bangsa harimau yang tinggal di Bukit Larangan.Para petinggi yang dipimpin oleh Datuk Cakar Putih tampak serius membahas masalah ini di aula tetua."Datuk, kita tidak bisa membiarkan mereka mendapatkan apa yang mereka mau. Bagaimanapun, raja sedang tidak ada di sini dan kita semua berkewajiban me
Seminggu yang lalu, ada sekolompok orang asing yang datang ke Kampung Tuo. Anehnya, mereka melewati batas Kampung Tuo begitu saja dan ternyata, tujuan mereka adalah kampung mistis yang ada di Bukit Larangan, tempat di mana bangsa harimau tinggal. Kelompok ini dipimpin oleh seorang pemuda bernama Taring Hitam, putra dari raja harimau Cakar Hitam yang berasal dari gunung Medan. Tujuan mereka datang, karena Taring Hitam yang sudah cukup usia untuk menikah, menginginkan Andini sebagai istrinya. Meski mereka tahu bahwa Andini adalah pasangan yang disiapkan untuk raja. Hanya saja, bangsa harimau dari gunung Medan ini tahunya bahwa raja Gumara telah lama tiada dan tidak memiliki pewaris sama sekali. Hal itu, coba dimanfaatkan oleh Taring Hitam untuk mendapatkan Andini. Taring Hitam yang terpesona dengan kecantikan Andini, ketika berkunjung ke bukit Larangan beberapa tahun lalu, berniat menjadikan Andini sebagai miliknya dan begitu ia mencapai usia layak menikah, Taring Hitam langsung me
Fikri dan Purnama yang semula berdebat, bahkan sampai berhenti dan tercengang mendengar wanita pujaan mereka dilamar oleh pria lain, tepat di depan mereka. Bagaimana mungkin mereka menerimanya?Jika pria lainnya, mungkin akan diam. Namun, mereka tidak mungkin bisa membiarkan ada lelaki lain merebut wanita yang mereka idamkan dari tangan mereka."Hei, bung! Apa maksudmu melamar dokter Nisa siang hari bolong begini?""Apa kamu tahu, siapa dokter Annisa? Sepuluh kamu, tidak bisa dibandingkan dengan seorang dokter Nisa.""Lebih baik kamu pergi dari sini! Atau kami akan memanggil satpam untuk mengusirmu."Ujar Fikri dan Purnama yang kali ini bisa kompak. Melihat reaksi keduanya, Awan cukup terkejut dan selanjutnya justru terkekeh geli. Ia melihat keduanya tidak ubahnya seperti badut yang sedang membuat pertunjukan.Awan melirik Annisa sekilas untuk menanyakan siapa mereka dan tampak balasan wajah jengah Anisa dan ketidakberdayaannya. Annisa membisikan identitas keduanya ke telinga Awan.
Rumah sakit umum ASA.Meski terletak di lokasi terpencil karena berada di bawah kampung Tuo dan lokasi yang jauh dari kabupaten, ditambah akses jalan ke sana yang tidak selebar jalan kabupaten. Kenyataannya, rumah sakit ini memiliki fasilitas medis yang sangat lengkap dan tidak kalah dengan rumah sakit yang berstandar internasional sekalipun. Sebuah alasan yang membuat rumah sakit ini banyak dihuni oleh tenaga medis terampil dan membuat reputasinya cepat terkenal hingga ke berbagai daerah di ranah Minang. Ditambah, kepala rumah sakit dan sekaligus menjadi dokter spesialis bedah di sana merupakan seorang wanita berparas cantik dan terkenal dengan keramahannya, Dr. Annisa Azzahra, Sp.B.Meski terkenal dengan keramahannya, sebagai penanggung jawab rumah sakit, Dokter Nisa menerapkan standar tinggi bagi tenaga medis yang bekerja di rumah sakitnya. Semua itu tentu saja sepadan dengan gaji tinggi yang mereka terima selama bekerja di sana. Banyak yang memuji dan banyak juga pihak yang mera
Setelah sekian lama, Awan kembali melihat tangis mama angkatnya tersebut. Namun kali ini, bukan tangisan yang membuatnya kehilangan kembali akal sehatnya. Itu adalah tangis kerinduan dan juga kebahagiaan. Tangis kerinduan seorang ibu yang telah lama tidak berjumpa dengan anaknya. Awan membiarkan Lina menumpahkan segala tangisannya dalam pelukan Amanda seraya memberi kode pada Amanda dan syukurnya, Amanda cukup peka dengan keadaan tersebut. Ada sekitar sepuluh menit lamanya, Lina menumpahkan tangis kebahagiaannya dalam pelukan Amanda. Sampai, Lina tersadar kembali dan mengurai pelukan mereka. "Maaf ya, nak. Tante terlalu sentimentil, kamu terlalu mirip dengan..." "Tidak apa-apa, ma." Sebelum Lina menyelesaikan kalimatnya, Amanda sudah lebih dulu menyelanya. Ia sekarang mengerti alasan Awan membawanya kemari dan Amanda sama sekali tidak keberatan untuk menggantikan posisi Renata untuk sesaat dan memberi kebahagiaan untuk ibunya Renata. Selama arwah Renata masih bersamanya dahulu,