"Hahaha, dia pasti bermimpi! Lihat, dia hanya dua orang dan coba mengancam kita semua? Yang benar saja! Hahaha.""Karena dia bersikeras untuk mencari kematiannya sendiri, mari kita kabulkan keinginannya.""Baim Wong, bawa orang-orangmu dan patahkan seluruh tubuh bocah sombong ini!" Perintah Viktor pada salah satu ketua klan.Meski tidak senang mendapat perintah dari Viktor, Baim Wong yang berada dibarisan terdepan bersama dua ketua klan lainnya, dengan segera membawa seratus lebih orang anak buah mereka untuk menyerang Awan. Baim Wong berserta dua ketua klan lain dan seluruh anak buah mereka, berteriak keras seraya menyerang ke arah Awan. Segera, gelombang besar pria dengan senjata terhunus, menyerang ke arah Awan dan siap mencincang tubuhnya.Siapapun yang menyaksikan pertempuran itu, akan melihatnya sebagai pertarungan yang tidak imbang. Dua orang melawan seratus lebih mafia, apa itu mungkin?Namun bagi Awan, orang sebanyak itu tidak cukup untuk membuatnya gentar. Jika bukan karen
Wajah Akbar terlihat begitu pucat dan hampir kehabisan napas karena cengkeraman Awan dilehernya. Tapi, ketakutan yang melanda dirinya, membuat Akbar tidak ingin menyerah begitu saja. Tatapannya dipenuhi dengan kebencian, "Bunuh saja aku jika kamu memang berani dan... selamanya, kamu tidak akan pernah berjumpa dengan tunanganmu lagi." Tantang Akbar.Awan dipenuhi oleh niat membunuh. Bukan hal yang sulit baginya, jika ia ingin membunuh Akbar saat itu juga. Namun, ucapan Akbar membuat Awan menjadi ragu dan terpaksa harus menahan dirinya. Apalagi, ia masih belum tahu di mana keberadaan Rhaysa saat ini.Sedari awal datang ke tempat ini, ia sudah mempelajari seluruh tempat ini dengan indera ke tujuhnya. Hanya saja, ia tidak menemukan jejak keberadaan Rhaysa di manapun dan itu membuat Awan terpaksa harus menahan diri dari keinginannya membunuh Akbar.Kuncinya adalah Akbar. Karena hanya dia yang tahu di mana keberadaan Rhaysa saat itu.Melihat keraguan di mata Awan, Akbar tersenyum sinis dan
Suasana seketika menjadi mencekam dengan pemandangan horor yang terjadi di tengah ruangan. Bahkan, para pengawal pribadi Akbar dibuat tidak berdaya untuk menyelamatkan tuan mereka.Awan seakan tidak mempedulikan status Akbar yang berasal dari keluarga Malik dan hanya fokus pada tujuannya. Seolah, nama keluarga 'Malik' ini tidak cukup untuk menakutinya."Bajingan, kau lepaskan tuan muda Akbar sekarang juga. Jika tidak! Bukan hanya kamu, tapi seluruh teman-teman dan juga keluargamu akan ikut menanggung pembalasan keluarga Malik kami.""Keluargamu bahkan akan menanggung akibat yang paling parah karena pembalasan keluarga Malik." Ancam Sadas dengan mata memerah karena emosinya yang memuncak.Awan menyipitkan matanya dan menatap dingin ke arah dua pengawal kembar Akbar tersebut."Kalian coba mengancamku dan juga keluargaku?" Awan tertawa sinis."Sayangnya, keluarga Malik kalian tidak cukup memenuhi kualifikasi untuk menakutiku."Plak!
Sayangnya, Awan tidak berniat berhenti saat ini. Selama Akbar, masih bungkam dan belum mengembalikan Rhaysa dalam keadaan selamat padanya. Maka, selama itu juga ia akan meneruskan siksaanya. Meski jika dengan begitu, ia sampai harus memotong-motong seluruh tubuh Akbar.Ketika Awan berniat untuk meneruskan siksaan, seseorang datang dengan gerakan yang begitu cepat menuju ke arahnya.Wosh!Awan tidak bisa menganggap main-main orang yang baru saja datang tersebut, karena kekuatannya cukup bisa membuat dirinya merasa tertekan.Orang tersebut langsung menyerbu ke arahnya dan Awan berhasil menghindarinya. Hanya saja, pria tersebut berhasil meraih Akbar dari cengkeraman Awan.Tidak jauh dari tempatnya berdiri, seorang pria tua dengan jubah putih mendarat ke lantai dengan Akbar di tangannya. Terlihat ekspresinya yang terlihat begitu sedih dan penuh penyesalan, ketika melihat kondisi Akbar yang terlihat begitu menggenaskan. Pria tua ini, meletakkan Akbar de
Tidak masalah, jika cucu ketiganya itu melakukan hal yang disebutkan Awan barusan terhadap wanita lain. Tapi, cucunya itu telah berani menculik tunangan dari seorang Sanjaya dan bahkan memperkosa temannya. Seorang Khaled pun, bahkan kehilangan rona wajahnya ketika menyadari betapa seriusnya masalah ini. 'Sial, anak ini telah mengundang kiamat dalam keluarga.' Pikir Khaled dipenuhi kemarahan. Bahkan dirinya pun, tidak yakin bisa menyelesaikan masalah ini dengan damai, mengingat betapa besarnya kesalahan yang telah dilakukan oleh cucunya tersebut. Jika Khaled tidak menyelasaikan masalah ini dengan baik. Tidak tertutup kemungkinan, keluarga Maliknya akan ikut menanggung akibat dari masalah ini. Meski Khaled kuat, ia tidak akan sanggup menghadapi kemarahan seluruh klan Sanjaya. Ekspresi Khaled semakin memburuk ketika membayangkan kemungkinan tersebut. Ia melirik cucunya yang tidak tahu diri itu, yang menyebabkan masalah besar seperti ini. De
"Kakek, aku benar-benar tidak tahu apa yang terjadi." "Aku- aku tidak bisa menghubungi seorangpun dari mereka." Jawab Akbar bingung."Katakan, berapa nomor seri helikopter yang digunakan oleh anak buahmu?" Tanya Khaled berpikir cepat untuk menemukan solusi dari masalah ini.Selanjutnya, ia segera menelusuri nomor seri helikopter yang diberikan oleh Akbar. Bagi Khaled, bukan hal yang sulit untuk menelusuri keberadaan heli ini, dengan begitu kuatnya sumber daya yang keluarganya miliki.Hanya dalam beberapa detik, Khaled segera mendapatkan informasi tentang helikopter ini. Tapi, berita yang didapatkannya sama sekali tidak menyenangkan untuk didengar."Apa- apa yang kamu katakan? Heli ini kehilangan kontak dan menghilang dari radar?" Ujar Khaled dengan wajah tegang. Jantungnya berdegub kencang dan ia merasa tidak tahu lagi, bagaimana harus menjelaskan masalah ini pada Awan. Khaled hanya bisa memaksa orang-orangnya untuk terus mencari jejak keberadaan helikopter dan penumpangnya. Kalau pe
"Mau menyerang ketua? Tidak semudah itu." Teriak pasukan bintang dan segera melompat ke depan untuk menghadang serangan dua orang yang baru datang tersebut.Dhuar!Tabrakan dua energi yang sangat besar, pecah di udara.Namun, keberuntungan sepertinya tidak berpihak pada pasukan bintang. Karena kekuatannya sama sekali tidak cukup untuk menghadang dua orang pendatang tersebut.Seketika, tubuhnya meluncur deras ke belakang dan terhempas di lantai dalam jarak lima puluh meter dari posisi Awan.Kondisi pasukan bintang cukup menggenaskan dan ia mengalami cidera yang cukup parah dan membuatnya sulit untuk bisa berdiri lagi."Ke-ketua, ma-maafkan aku. Aku.." Pasukan bintang tidak sempat meneruskan kalimatnya, sebelum ia muntah darah untuk kedua kalinya dan jatuh pingsan.Tatapan Awan menjadi dingin, tapi ia tidak terpengaruh dengan kekalahan pengawalnya tersebut."Ternyata kamu sudah mempersiapkan mereka dari awal? Dua orang dengan kekuatan setara dewa perang. Lumayan!"Khaled sendiri, cukup
Awan terdorong satu langkah mundur, begitu kakinya terjejak ke atas lantai.Hal berbeda terjadi dengan Khaled, ia mundur sampai empat langkah jauhnya begitu terjejak ke atas lantai dengan wajah terlihat sedikit pucat.Selain itu, lengan jubahnya terlihat hancur dan berubah gosong.Khaled tidak percaya dengan apa yang terjadi."Kekuatanku kalah darinya?" Gumam Khaled dengan ekspresi tidak percaya."Hoergh."Khaled bahkan sampai memuntahkan seteguk darah hitam setelah itu. Dari sini, sudah terlihat siapa yang lebih unggul sebenarnya. Kekuatan Awan masih berada satu tingkat di atasnya, 'Bagaimana itu mungkin terjadi?'Di Asia dan bahkan dunia, Khaled adalah salah satu kekuatan yang disegani. Dia adalah satu dari sedikit orang yang hampir menerobos level immortal atau setengah dewa. Hanya sedikit orang yang bisa menghadapinya saat ini dan kemampuannya setara dengan Abimana, presiden Divisi Zero.Namun hari ini, ia mendapati kenyataan yang sangat pahit. Bahwa seorang pemuda seperti Awan b
Satu setengah tahun kemudian.Tiga istri Awan, Annisa, Amanda dan Calista, tampak sedang cemas menunggu di luar kamar di rumah tuo, kampung halaman Awan. Di tengah mereka, tampak dua orang balita yang sedang digendong oleh Annisa dan Calista, sementara Amanda tampak sedang bermain dengan kedua balita berjenis kelamin perempuan tersebut dengan sesekali mencubit gemas pipi keduanya.Kalian mungkin bertanya-tanya, di mana Rhaysa alias Raine? Awan belum berhasil melamarnya hingga detik ini. Awan pernah mencoba melamar Raine setengah tahun yang lalu. Hanya saja, lamarannya langsung ditolak. Ratu Samudera memberikan syarat yang sangat berat jika Awan ingin melamar putrinya, yaitu Awan harus berada di level Divine atau dewa terlebih dahulu. Hasilnya, Awan telah berjuang keras di selama berada di tanah dewa untuk terus meningkatkan kemampuannya. Meski begitu, sepertinya ia masih harus bersabar untuk bisa melamar Raine.Kembali ke ruang tamu, rumah tua Awan.Tidak sama seperti Amanda yang terl
Rombongan Cakar Hitam mencibir ucapan Awan yang dinilai terlalu berani dan tidak bercermin, siapa lawan yang akan ia hadapi. Sementara, Datuk Cakar Putih dan bangsa harimau Bukit Larangan lebih mencemaskan nasib Awan. Mereka masih mengira. jika Awan hanya mengandalkan kekuatan warisan Gumara. Itu semua tidak akan cukup untuk menghadapi Cakar Hitam. "Uda!" Andini menarik ujung baju belakang Awan dan terang-terangan menunjukkan kekhawatirannya. Namun, Awan hanya tersenyum cuek dan memintanya untuk tidak perlu khawatir. Entah karena kalimat yang diucapkan Awan padanya atau cara penyampaian dan ketenangan yang ditunjukkan oleh Awan, membuat Andini merasa jauh lebih tenang dan merasa bisa mempercayai Awan. Roaaar! Cakar Hitam melompat ke depan dan tibat-tiba saja, ia sudah berubah wujud menjadi harimau besar dengan belang hitam di sekujur tubuhnya. Untuk bisa mengalahkan Awan, Cakar Hitam sudah bertekad untuk mengerahkan seluruh kekuatan dan berubah menjadi wujud terbaiknya. Cakar H
Wajah Taring Hitam seketika memerah panas melihat sikap Andini yang dengan terang-terangan menjatuhkan dirinya ke dalam pelukan seorang pria asing seperti Awan. Ia telah mengagumi Andini sejak lama, bagaimana ia bisa menerima, wanita yang disukainya bermesraan dengan pria lain tepat di depan hidungnya? Tidak peduli, apa pria itu dicintai Andini atau tidak. Bagi Taring Hitam, hanya dialah yang pantas menjadi pasangan Andini. Dia tidak habis pikir dengan sikap bodoh Andini, bagaimana ia bisa memilih seorang pria yang bukan apa-apa jika dibanding dirinya? Dia kuat dengan seluruh tubuh dipenuhi oleh otot-otot baja. Selain itu, dia adalah seorang pangeran dengan masa depan cerah. Bersamanya, Andini pasti akan jauh lebih bahagia. Bangsa harimau rata-rata memiliki tubuh yang besar dan berotot. Sehingga melihat tubuh Awan yang biasa, membuat Taring Hitam menilainya sebagai sosok yang sangat lemah. Dengan tatapan penuh kecemburuan dan kebencian, Taring Hitam akhirnya tidak bisa lagi menaha
Tatapan Cakar Hitam menjadi dingin dan tidak lagi menunjukkan keramahan pura-puranya, "Cakar Putih, apa kamu tahu konsekuensi dari pilihanmu hari ini?" Sambil menekan rasa gugup dalam hatinya, Datuk Cakar Putih berusaha tersenyum tenang dan berkata, "Keputusan kami bersifat final dan anda bisa kembali." "Kamu?" Kilat kemarahan terbesit di mata Cakar Hitam dan tiba-tiba saja ia sudah menghilang dari tempat ia semula berdiri. Wus! Terlalu cepat! Datuk Cakar Putih terkesiap. Meski ia sudah menduga reaksi akhir dari Cakar Hitam. Namun, gerakannya terlalu cepat untuk bisa ia ikuti dan detik berikutnya, Cakar Hitam sudah muncul tepat di depan Datuk Cakar Putih dan melayangkan sebuah serangan yang tidak bisa ditahannya. Braaak. Datuk Cakar Putih tidak bisa menahan pukulan itu sepenuhnya dan membuatnya terbang membelah barisan pasukan di belakangnya. "Datuk Cakar Putih?" Pekik orang-orang tertahan dan terkejut melihat keberanian Cakar Hitam yang telah menyerang tetua mereka tepan dih
Suasana di alam bangsa harimau tampak tegang dan semua penjaga perbatasan memasang wajah serius dan penuh waspada.Awan sengaja menyamarkan penampilannya dan mengeluarkan aura harimau yang ada di dalam tubuhnya dan membuat ia berhasil membaur dengan para penduduk bangsa harimau tanpa ketahuan. Setelah kedatangannya terakhir kali ke tempat itu, Awan memiliki memori yang sangat tajam tentang semua sudut tempat ini, yang memungkinkannya bisa berpindah kemanapun yang ia inginkan.Tidak lama setelah kedatangan Awan, rombongan Taring Hitam juga datang bersama ayah, para tetua dan juga puluhan prajurit terbaik bangsanya.Taring Hitam tampak tidak main-main dengan ancamannya. Hal itu, membuat gelisah bangsa harimau yang tinggal di Bukit Larangan.Para petinggi yang dipimpin oleh Datuk Cakar Putih tampak serius membahas masalah ini di aula tetua."Datuk, kita tidak bisa membiarkan mereka mendapatkan apa yang mereka mau. Bagaimanapun, raja sedang tidak ada di sini dan kita semua berkewajiban me
Seminggu yang lalu, ada sekolompok orang asing yang datang ke Kampung Tuo. Anehnya, mereka melewati batas Kampung Tuo begitu saja dan ternyata, tujuan mereka adalah kampung mistis yang ada di Bukit Larangan, tempat di mana bangsa harimau tinggal. Kelompok ini dipimpin oleh seorang pemuda bernama Taring Hitam, putra dari raja harimau Cakar Hitam yang berasal dari gunung Medan. Tujuan mereka datang, karena Taring Hitam yang sudah cukup usia untuk menikah, menginginkan Andini sebagai istrinya. Meski mereka tahu bahwa Andini adalah pasangan yang disiapkan untuk raja. Hanya saja, bangsa harimau dari gunung Medan ini tahunya bahwa raja Gumara telah lama tiada dan tidak memiliki pewaris sama sekali. Hal itu, coba dimanfaatkan oleh Taring Hitam untuk mendapatkan Andini. Taring Hitam yang terpesona dengan kecantikan Andini, ketika berkunjung ke bukit Larangan beberapa tahun lalu, berniat menjadikan Andini sebagai miliknya dan begitu ia mencapai usia layak menikah, Taring Hitam langsung me
Fikri dan Purnama yang semula berdebat, bahkan sampai berhenti dan tercengang mendengar wanita pujaan mereka dilamar oleh pria lain, tepat di depan mereka. Bagaimana mungkin mereka menerimanya?Jika pria lainnya, mungkin akan diam. Namun, mereka tidak mungkin bisa membiarkan ada lelaki lain merebut wanita yang mereka idamkan dari tangan mereka."Hei, bung! Apa maksudmu melamar dokter Nisa siang hari bolong begini?""Apa kamu tahu, siapa dokter Annisa? Sepuluh kamu, tidak bisa dibandingkan dengan seorang dokter Nisa.""Lebih baik kamu pergi dari sini! Atau kami akan memanggil satpam untuk mengusirmu."Ujar Fikri dan Purnama yang kali ini bisa kompak. Melihat reaksi keduanya, Awan cukup terkejut dan selanjutnya justru terkekeh geli. Ia melihat keduanya tidak ubahnya seperti badut yang sedang membuat pertunjukan.Awan melirik Annisa sekilas untuk menanyakan siapa mereka dan tampak balasan wajah jengah Anisa dan ketidakberdayaannya. Annisa membisikan identitas keduanya ke telinga Awan.
Rumah sakit umum ASA.Meski terletak di lokasi terpencil karena berada di bawah kampung Tuo dan lokasi yang jauh dari kabupaten, ditambah akses jalan ke sana yang tidak selebar jalan kabupaten. Kenyataannya, rumah sakit ini memiliki fasilitas medis yang sangat lengkap dan tidak kalah dengan rumah sakit yang berstandar internasional sekalipun. Sebuah alasan yang membuat rumah sakit ini banyak dihuni oleh tenaga medis terampil dan membuat reputasinya cepat terkenal hingga ke berbagai daerah di ranah Minang. Ditambah, kepala rumah sakit dan sekaligus menjadi dokter spesialis bedah di sana merupakan seorang wanita berparas cantik dan terkenal dengan keramahannya, Dr. Annisa Azzahra, Sp.B.Meski terkenal dengan keramahannya, sebagai penanggung jawab rumah sakit, Dokter Nisa menerapkan standar tinggi bagi tenaga medis yang bekerja di rumah sakitnya. Semua itu tentu saja sepadan dengan gaji tinggi yang mereka terima selama bekerja di sana. Banyak yang memuji dan banyak juga pihak yang mera
Setelah sekian lama, Awan kembali melihat tangis mama angkatnya tersebut. Namun kali ini, bukan tangisan yang membuatnya kehilangan kembali akal sehatnya. Itu adalah tangis kerinduan dan juga kebahagiaan. Tangis kerinduan seorang ibu yang telah lama tidak berjumpa dengan anaknya. Awan membiarkan Lina menumpahkan segala tangisannya dalam pelukan Amanda seraya memberi kode pada Amanda dan syukurnya, Amanda cukup peka dengan keadaan tersebut. Ada sekitar sepuluh menit lamanya, Lina menumpahkan tangis kebahagiaannya dalam pelukan Amanda. Sampai, Lina tersadar kembali dan mengurai pelukan mereka. "Maaf ya, nak. Tante terlalu sentimentil, kamu terlalu mirip dengan..." "Tidak apa-apa, ma." Sebelum Lina menyelesaikan kalimatnya, Amanda sudah lebih dulu menyelanya. Ia sekarang mengerti alasan Awan membawanya kemari dan Amanda sama sekali tidak keberatan untuk menggantikan posisi Renata untuk sesaat dan memberi kebahagiaan untuk ibunya Renata. Selama arwah Renata masih bersamanya dahulu,