Melihat rekan-rekannya banyak yang tewas terkena ledakan, tiga ketua gengster yang masih hidup dan belum tahu siapa Awan, terlihat begitu marah, "Kamu mencari kematianmu sendiri anak muda."Menurut mereka, Awan telah menggunakan peledak berdaya hancur tinggi untuk bisa menghancurkan pintu masuk. Karena mustahil, bisa menghancurkan pintu baja setebal itu hanya menggunakan sebuah pedang.'Pasti begitu caranya menghancurkan pintu.' Pikir mereka.Meski mereka tidak melihat sisa bahan peledak yang mereka maksud, karena mungkin saja sudah hancur bersamaan dengan ledakan besar sebelumnya.Mereka menatap Awan dengan tatapan penuh kebencian. Karena selain dua orang ketua klan yang tewas, banyak anak buah mereka juga ikut terkena dampak ledakan."Bajingan, kamu telah membunuh anak buah kami! Hari ini juga, kami pasti akan membunuhmu untuk menemani mereka di alam baka sana." Teriak yang lainnya dan menginginkan Awan mati untuk membayar perbuatannya.Tapi, Awan sama sekali tidak terpengaruh denga
"Hahaha, dia pasti bermimpi! Lihat, dia hanya dua orang dan coba mengancam kita semua? Yang benar saja! Hahaha.""Karena dia bersikeras untuk mencari kematiannya sendiri, mari kita kabulkan keinginannya.""Baim Wong, bawa orang-orangmu dan patahkan seluruh tubuh bocah sombong ini!" Perintah Viktor pada salah satu ketua klan.Meski tidak senang mendapat perintah dari Viktor, Baim Wong yang berada dibarisan terdepan bersama dua ketua klan lainnya, dengan segera membawa seratus lebih orang anak buah mereka untuk menyerang Awan. Baim Wong berserta dua ketua klan lain dan seluruh anak buah mereka, berteriak keras seraya menyerang ke arah Awan. Segera, gelombang besar pria dengan senjata terhunus, menyerang ke arah Awan dan siap mencincang tubuhnya.Siapapun yang menyaksikan pertempuran itu, akan melihatnya sebagai pertarungan yang tidak imbang. Dua orang melawan seratus lebih mafia, apa itu mungkin?Namun bagi Awan, orang sebanyak itu tidak cukup untuk membuatnya gentar. Jika bukan karen
Wajah Akbar terlihat begitu pucat dan hampir kehabisan napas karena cengkeraman Awan dilehernya. Tapi, ketakutan yang melanda dirinya, membuat Akbar tidak ingin menyerah begitu saja. Tatapannya dipenuhi dengan kebencian, "Bunuh saja aku jika kamu memang berani dan... selamanya, kamu tidak akan pernah berjumpa dengan tunanganmu lagi." Tantang Akbar.Awan dipenuhi oleh niat membunuh. Bukan hal yang sulit baginya, jika ia ingin membunuh Akbar saat itu juga. Namun, ucapan Akbar membuat Awan menjadi ragu dan terpaksa harus menahan dirinya. Apalagi, ia masih belum tahu di mana keberadaan Rhaysa saat ini.Sedari awal datang ke tempat ini, ia sudah mempelajari seluruh tempat ini dengan indera ke tujuhnya. Hanya saja, ia tidak menemukan jejak keberadaan Rhaysa di manapun dan itu membuat Awan terpaksa harus menahan diri dari keinginannya membunuh Akbar.Kuncinya adalah Akbar. Karena hanya dia yang tahu di mana keberadaan Rhaysa saat itu.Melihat keraguan di mata Awan, Akbar tersenyum sinis dan
Suasana seketika menjadi mencekam dengan pemandangan horor yang terjadi di tengah ruangan. Bahkan, para pengawal pribadi Akbar dibuat tidak berdaya untuk menyelamatkan tuan mereka.Awan seakan tidak mempedulikan status Akbar yang berasal dari keluarga Malik dan hanya fokus pada tujuannya. Seolah, nama keluarga 'Malik' ini tidak cukup untuk menakutinya."Bajingan, kau lepaskan tuan muda Akbar sekarang juga. Jika tidak! Bukan hanya kamu, tapi seluruh teman-teman dan juga keluargamu akan ikut menanggung pembalasan keluarga Malik kami.""Keluargamu bahkan akan menanggung akibat yang paling parah karena pembalasan keluarga Malik." Ancam Sadas dengan mata memerah karena emosinya yang memuncak.Awan menyipitkan matanya dan menatap dingin ke arah dua pengawal kembar Akbar tersebut."Kalian coba mengancamku dan juga keluargaku?" Awan tertawa sinis."Sayangnya, keluarga Malik kalian tidak cukup memenuhi kualifikasi untuk menakutiku."Plak!
Sayangnya, Awan tidak berniat berhenti saat ini. Selama Akbar, masih bungkam dan belum mengembalikan Rhaysa dalam keadaan selamat padanya. Maka, selama itu juga ia akan meneruskan siksaanya. Meski jika dengan begitu, ia sampai harus memotong-motong seluruh tubuh Akbar.Ketika Awan berniat untuk meneruskan siksaan, seseorang datang dengan gerakan yang begitu cepat menuju ke arahnya.Wosh!Awan tidak bisa menganggap main-main orang yang baru saja datang tersebut, karena kekuatannya cukup bisa membuat dirinya merasa tertekan.Orang tersebut langsung menyerbu ke arahnya dan Awan berhasil menghindarinya. Hanya saja, pria tersebut berhasil meraih Akbar dari cengkeraman Awan.Tidak jauh dari tempatnya berdiri, seorang pria tua dengan jubah putih mendarat ke lantai dengan Akbar di tangannya. Terlihat ekspresinya yang terlihat begitu sedih dan penuh penyesalan, ketika melihat kondisi Akbar yang terlihat begitu menggenaskan. Pria tua ini, meletakkan Akbar de
Tidak masalah, jika cucu ketiganya itu melakukan hal yang disebutkan Awan barusan terhadap wanita lain. Tapi, cucunya itu telah berani menculik tunangan dari seorang Sanjaya dan bahkan memperkosa temannya. Seorang Khaled pun, bahkan kehilangan rona wajahnya ketika menyadari betapa seriusnya masalah ini. 'Sial, anak ini telah mengundang kiamat dalam keluarga.' Pikir Khaled dipenuhi kemarahan. Bahkan dirinya pun, tidak yakin bisa menyelesaikan masalah ini dengan damai, mengingat betapa besarnya kesalahan yang telah dilakukan oleh cucunya tersebut. Jika Khaled tidak menyelasaikan masalah ini dengan baik. Tidak tertutup kemungkinan, keluarga Maliknya akan ikut menanggung akibat dari masalah ini. Meski Khaled kuat, ia tidak akan sanggup menghadapi kemarahan seluruh klan Sanjaya. Ekspresi Khaled semakin memburuk ketika membayangkan kemungkinan tersebut. Ia melirik cucunya yang tidak tahu diri itu, yang menyebabkan masalah besar seperti ini. De
"Kakek, aku benar-benar tidak tahu apa yang terjadi." "Aku- aku tidak bisa menghubungi seorangpun dari mereka." Jawab Akbar bingung."Katakan, berapa nomor seri helikopter yang digunakan oleh anak buahmu?" Tanya Khaled berpikir cepat untuk menemukan solusi dari masalah ini.Selanjutnya, ia segera menelusuri nomor seri helikopter yang diberikan oleh Akbar. Bagi Khaled, bukan hal yang sulit untuk menelusuri keberadaan heli ini, dengan begitu kuatnya sumber daya yang keluarganya miliki.Hanya dalam beberapa detik, Khaled segera mendapatkan informasi tentang helikopter ini. Tapi, berita yang didapatkannya sama sekali tidak menyenangkan untuk didengar."Apa- apa yang kamu katakan? Heli ini kehilangan kontak dan menghilang dari radar?" Ujar Khaled dengan wajah tegang. Jantungnya berdegub kencang dan ia merasa tidak tahu lagi, bagaimana harus menjelaskan masalah ini pada Awan. Khaled hanya bisa memaksa orang-orangnya untuk terus mencari jejak keberadaan helikopter dan penumpangnya. Kalau pe
"Mau menyerang ketua? Tidak semudah itu." Teriak pasukan bintang dan segera melompat ke depan untuk menghadang serangan dua orang yang baru datang tersebut.Dhuar!Tabrakan dua energi yang sangat besar, pecah di udara.Namun, keberuntungan sepertinya tidak berpihak pada pasukan bintang. Karena kekuatannya sama sekali tidak cukup untuk menghadang dua orang pendatang tersebut.Seketika, tubuhnya meluncur deras ke belakang dan terhempas di lantai dalam jarak lima puluh meter dari posisi Awan.Kondisi pasukan bintang cukup menggenaskan dan ia mengalami cidera yang cukup parah dan membuatnya sulit untuk bisa berdiri lagi."Ke-ketua, ma-maafkan aku. Aku.." Pasukan bintang tidak sempat meneruskan kalimatnya, sebelum ia muntah darah untuk kedua kalinya dan jatuh pingsan.Tatapan Awan menjadi dingin, tapi ia tidak terpengaruh dengan kekalahan pengawalnya tersebut."Ternyata kamu sudah mempersiapkan mereka dari awal? Dua orang dengan kekuatan setara dewa perang. Lumayan!"Khaled sendiri, cukup