"Mau menyerang ketua? Tidak semudah itu." Teriak pasukan bintang dan segera melompat ke depan untuk menghadang serangan dua orang yang baru datang tersebut.Dhuar!Tabrakan dua energi yang sangat besar, pecah di udara.Namun, keberuntungan sepertinya tidak berpihak pada pasukan bintang. Karena kekuatannya sama sekali tidak cukup untuk menghadang dua orang pendatang tersebut.Seketika, tubuhnya meluncur deras ke belakang dan terhempas di lantai dalam jarak lima puluh meter dari posisi Awan.Kondisi pasukan bintang cukup menggenaskan dan ia mengalami cidera yang cukup parah dan membuatnya sulit untuk bisa berdiri lagi."Ke-ketua, ma-maafkan aku. Aku.." Pasukan bintang tidak sempat meneruskan kalimatnya, sebelum ia muntah darah untuk kedua kalinya dan jatuh pingsan.Tatapan Awan menjadi dingin, tapi ia tidak terpengaruh dengan kekalahan pengawalnya tersebut."Ternyata kamu sudah mempersiapkan mereka dari awal? Dua orang dengan kekuatan setara dewa perang. Lumayan!"Khaled sendiri, cukup
Awan terdorong satu langkah mundur, begitu kakinya terjejak ke atas lantai.Hal berbeda terjadi dengan Khaled, ia mundur sampai empat langkah jauhnya begitu terjejak ke atas lantai dengan wajah terlihat sedikit pucat.Selain itu, lengan jubahnya terlihat hancur dan berubah gosong.Khaled tidak percaya dengan apa yang terjadi."Kekuatanku kalah darinya?" Gumam Khaled dengan ekspresi tidak percaya."Hoergh."Khaled bahkan sampai memuntahkan seteguk darah hitam setelah itu. Dari sini, sudah terlihat siapa yang lebih unggul sebenarnya. Kekuatan Awan masih berada satu tingkat di atasnya, 'Bagaimana itu mungkin terjadi?'Di Asia dan bahkan dunia, Khaled adalah salah satu kekuatan yang disegani. Dia adalah satu dari sedikit orang yang hampir menerobos level immortal atau setengah dewa. Hanya sedikit orang yang bisa menghadapinya saat ini dan kemampuannya setara dengan Abimana, presiden Divisi Zero.Namun hari ini, ia mendapati kenyataan yang sangat pahit. Bahwa seorang pemuda seperti Awan b
Teluk Bengala tiba-tiba dikunjungi oleh puluhan kapal besar yang terdiri dari kapal pesiar, kapal militer, hingga kapal selam lengkap teknologi mutakhir. Tujuan mereka satu, mencari keberadaan Rhaysa. Tidak hanya kapal, beberapa pesawat tempur dan helikoter berulang kali melintasi area ini hingga lepas pantai, Samudera Hindia.Mereka bukan pasukan pencari pemerintah dari negara manapun, melainkan milik sebuah keluarga berpengaruh. Siapa lagi yang memiliki fasilitas secanggih dan selengkap ini, jika bukan klan Sanjaya.Tidak main-main, Awan segera mengerahkan kekuatan besar klannya untuk mencari jejak keberadaan Rhaysa. Meski Akbar atau Khaled tidak meberitahu jejak keberadaan Rhaysa padanya. Namun, ia bisa mendengar jelas isi percacakapan mereka melalui telepon sebelumnya. Sehingga, setelah selesai dengan mereka, Awan segera menghubungi klannya dan meminta melakukan pencarian besar-besaran untuk menyisir tempat menghilangnya Rhaysa. Namun, setelah seharian mencari, mereka masih bel
Mereka telah melakukan pencarian sampai seminggu lamanya dan masih tidak membuahkan hasil apapun. Dengan peralatan canggih yang mereka miliki, mustahil rasanya bagi mereka untuk melewatkan apapun di bawah laut sana. Namun, hasilnya ternyata masih nihil dan kenyataan itu, mulai membuat semua orang merasa putus asa.Selama itu juga, Amanda mengontak Awan setiap malamnya untuk menanyakan kabarnya. Meski ia tidak bertanya langsung masalah yang sedang dihadapi Awan. Namun, ia terus menyemangati Awan dengan caranya sendiri. "Tuan, tim kita saat ini telah menyebarkan pencarian hingga ke Madagaskar dan juga laut Arab. Kami menunggu instruksi lebih lanjut dari anda!" Tanya salah seorang kapten kapal meminta pendapat Awan.Sepertinya, semua orang mulai pesimis dengan peluang mereka menemukan Rhaysa. Namun, tidak dengan Awan. Ia masih yakin, bahwa Rhaysa masih hidup saat itu.Ia seperti bisa merasakan bahwa Rhaysa masih hidup dan berada disuatu tempat. Tapi, ia tidak bisa memastikan lokasinya a
Ketika Amanda menyambut kedatangan Awan di bandara, ia bisa melihat betapa kusutnya penampilan Awan saat itu. Lingkar matanya terlihat menghitam, yang menandakan bahwa ia tidak pernah beristriahat selama seminggu terakhir atau bahkan lebih lama dari itu. Amanda tahu bahwa Awan pulang hari itu dan memutuskan bahwa dia yang akan menjemput Awan ke bandara. Sudah beberapa bulan mereka tidak bertemu dan Amanda cukup lama memendam kerinduan pada pemuda tampan ini, meski tidak pernah terucap kata rindu sekalipun dari bibirnya. Meski Amanda terkadang bersikap galak saat bicara dengan Awan, namun ia juga sangat pengertian dengan tidak bertanya apapun saat mereka bertemu. Sebaliknya, Amanda meraih tangan Awan dan membawa Awan ke mobilnya. Begitupun saat mereka berdua berada di dalam mobil, Amanda sama sekali tidak bicara dan membiarkan Awan larut dengan lamunannya. "Hmn, di mana ini?" Tanya Awan heran, saat Amanda justru membawanya ke apartemennya dan bukan ke rumahnya. "Ini adalah aparteme
"Buka pikiranmu dan bayangkan wanita itu, agar aku bisa menemukan keberadaannya." "Emang harus seperti itu prosesnya?" Tanya Awan dan lebih terkesan sebagai bentuk keberatan. Amanda seketika memelototinya dengan dingin, "Kamu mau menemukannya atau tidak?" Tanya Amanda kesal. "Hmn, oke, baiklah." Ujar Awan dengan berat hati melakukan apa yang diminta oleh Amanda. "Kecuali kalau kamu takut perbuatan mesum kalian terlihat olehku." Tambah Amanda dan membuat seringai diwajah Awan menjadi lebih buruk. "Tidak ada kejadian seperti itu. Kamu bisa melihat apapun yang kamu mau." Ujar Awan salah tingkah dan berusaha untuk tidak terlihat lebih buruk dari itu. Amanda menyentuh dua sisi kepala Awan dengan jari-jarinya. Saat itu, ia mulai masuk ke dalam alam pikiran Awan untuk melihat keberadaan Rhaysa dan mengunci auranya. Adegan seperti itu berlangsung sekitar lima menit dan Awan menjerit tertahan saat Amanda melepas tangannya dari kepalanya. Awan merasakan hawa sangat dingin menusuk kulit ke
"Kalian semua bisa pergi duluan. Saya ingin istirahat dulu di sini untuk menikmati pemandangan di sini." Ujar Rhaysa pada dayang dan juga para pengawalnya, ketika mereka melewati taman istana."Apa anda butuh dayang atau pengawal di sisi anda, tuan putri?" Tanya salah seorang pengawal."Tidak usah! Kalian bisa kembali sepuluh menit lagi." Tolak Rhaysa dan memerintahkan mereka semua untuk pergi meninggalkannya di sana."Baik, putri." Ucap para pengawal dan membawa semua orang pergi meninggalkan Rhaysa di sana seorang diri. Mereka berada di istana dewi samudera, di mana setiap sisinya dijaga oleh para penjaga elit istana. Karena itu, mereka merasa tidak perlu khawatir untuk meninggalkan Rhaysa di sana seorang diri, meski tanpa penjagaan para pengawal.Setelah melihat semua dayang dan penjaganya telah pergi, Rhaysa menghela napas lega dan bibirnya menyunggingkan senyum tipis. Setelah memastikan bahwa tidak ada lagi yang akan memperhatikan dirinya, Rhaysa segera berkata, "Kalian berdua b
"A-apa maksudmu?" "Raine berbeda dengan kita. Dia berasal dari alam berbeda. Dia adalah pewaris kerajaan ini, mustahil baginya berada di alam manusia lebih lama.""Selama ini, dia menderita sakit aneh yang tidak pernah diceritakannya pada siapapun. Membawanya ke alam manusia, hanya akan memperpendek umurnya. Dia memintaku..."Amanda ingin menyampaikan bahwa Raine aka Rhaysa meminta Amanda untuk menjaga Awan menggantikan dirinya. Hanya saja, Amanda terlalu malu untuk mengucapkan kalimat itu."Rhaysa memintamu untuk apa?" Tanya Awan penasaran.Amanda menatap Awan sebentar dan sambil memalingkan wajahnya ke arah lain, Amanda berkata, "Dia memintaku untuk menyuruhmu melanjutkan hidupmu tanpa perlu memikirkannya lagi. Dan jika kalian berjodoh nanti, kalian akan bertemu lagi suatu saat nanti.""Raine- Raine juga memintamu untuk menghentikan upaya pencarian dirinya. Semua itu sia-sia! Kamu hanya akan menghabiskan energi dengan sia-sia, meskipun kamu bisa mengarungi sampai ke dasar samudera