Ketika Amanda menyambut kedatangan Awan di bandara, ia bisa melihat betapa kusutnya penampilan Awan saat itu. Lingkar matanya terlihat menghitam, yang menandakan bahwa ia tidak pernah beristriahat selama seminggu terakhir atau bahkan lebih lama dari itu. Amanda tahu bahwa Awan pulang hari itu dan memutuskan bahwa dia yang akan menjemput Awan ke bandara. Sudah beberapa bulan mereka tidak bertemu dan Amanda cukup lama memendam kerinduan pada pemuda tampan ini, meski tidak pernah terucap kata rindu sekalipun dari bibirnya. Meski Amanda terkadang bersikap galak saat bicara dengan Awan, namun ia juga sangat pengertian dengan tidak bertanya apapun saat mereka bertemu. Sebaliknya, Amanda meraih tangan Awan dan membawa Awan ke mobilnya. Begitupun saat mereka berdua berada di dalam mobil, Amanda sama sekali tidak bicara dan membiarkan Awan larut dengan lamunannya. "Hmn, di mana ini?" Tanya Awan heran, saat Amanda justru membawanya ke apartemennya dan bukan ke rumahnya. "Ini adalah aparteme
"Buka pikiranmu dan bayangkan wanita itu, agar aku bisa menemukan keberadaannya." "Emang harus seperti itu prosesnya?" Tanya Awan dan lebih terkesan sebagai bentuk keberatan. Amanda seketika memelototinya dengan dingin, "Kamu mau menemukannya atau tidak?" Tanya Amanda kesal. "Hmn, oke, baiklah." Ujar Awan dengan berat hati melakukan apa yang diminta oleh Amanda. "Kecuali kalau kamu takut perbuatan mesum kalian terlihat olehku." Tambah Amanda dan membuat seringai diwajah Awan menjadi lebih buruk. "Tidak ada kejadian seperti itu. Kamu bisa melihat apapun yang kamu mau." Ujar Awan salah tingkah dan berusaha untuk tidak terlihat lebih buruk dari itu. Amanda menyentuh dua sisi kepala Awan dengan jari-jarinya. Saat itu, ia mulai masuk ke dalam alam pikiran Awan untuk melihat keberadaan Rhaysa dan mengunci auranya. Adegan seperti itu berlangsung sekitar lima menit dan Awan menjerit tertahan saat Amanda melepas tangannya dari kepalanya. Awan merasakan hawa sangat dingin menusuk kulit ke
"Kalian semua bisa pergi duluan. Saya ingin istirahat dulu di sini untuk menikmati pemandangan di sini." Ujar Rhaysa pada dayang dan juga para pengawalnya, ketika mereka melewati taman istana."Apa anda butuh dayang atau pengawal di sisi anda, tuan putri?" Tanya salah seorang pengawal."Tidak usah! Kalian bisa kembali sepuluh menit lagi." Tolak Rhaysa dan memerintahkan mereka semua untuk pergi meninggalkannya di sana."Baik, putri." Ucap para pengawal dan membawa semua orang pergi meninggalkan Rhaysa di sana seorang diri. Mereka berada di istana dewi samudera, di mana setiap sisinya dijaga oleh para penjaga elit istana. Karena itu, mereka merasa tidak perlu khawatir untuk meninggalkan Rhaysa di sana seorang diri, meski tanpa penjagaan para pengawal.Setelah melihat semua dayang dan penjaganya telah pergi, Rhaysa menghela napas lega dan bibirnya menyunggingkan senyum tipis. Setelah memastikan bahwa tidak ada lagi yang akan memperhatikan dirinya, Rhaysa segera berkata, "Kalian berdua b
"A-apa maksudmu?" "Raine berbeda dengan kita. Dia berasal dari alam berbeda. Dia adalah pewaris kerajaan ini, mustahil baginya berada di alam manusia lebih lama.""Selama ini, dia menderita sakit aneh yang tidak pernah diceritakannya pada siapapun. Membawanya ke alam manusia, hanya akan memperpendek umurnya. Dia memintaku..."Amanda ingin menyampaikan bahwa Raine aka Rhaysa meminta Amanda untuk menjaga Awan menggantikan dirinya. Hanya saja, Amanda terlalu malu untuk mengucapkan kalimat itu."Rhaysa memintamu untuk apa?" Tanya Awan penasaran.Amanda menatap Awan sebentar dan sambil memalingkan wajahnya ke arah lain, Amanda berkata, "Dia memintaku untuk menyuruhmu melanjutkan hidupmu tanpa perlu memikirkannya lagi. Dan jika kalian berjodoh nanti, kalian akan bertemu lagi suatu saat nanti.""Raine- Raine juga memintamu untuk menghentikan upaya pencarian dirinya. Semua itu sia-sia! Kamu hanya akan menghabiskan energi dengan sia-sia, meskipun kamu bisa mengarungi sampai ke dasar samudera
Lima tahun terakhir, Raine menderita penyakit aneh. Ia selalu sangat kesakitan saat malam purnama tiba. Itulah sebabnya, saat malam purnama sebelumnya, di mana Awan bertarung dengan Karra, Raine bisa terluka oleh serangan Karra. Selain itu, kemampuan penyembuh Awan juga tidak bisa bekerja saat itu, karena tubuh Raine menolak energi murni Awan. Saat itu adalah saat terlemahnya dan Raine berusaha terlihat tegar di depan Awan, agar Awan tidak mencemaskan dirinya. Raine terlalu mencintai Awan, sehingga tidak ingin melihat Awan terluka ataupun mengkhawatirkan dirinya. Selama ini, Raine tidak pernah menceritakan pada siapapun tentang 'sakit' yang dialaminya, karena tidak ingin membuat emas siapapun dan ia baru menyadari identitas dirinya dan semua keanehan yang dimilikinya, saat kembali ke alamnya. Saat Raine aka Rhaysa dibawa melewati Samudera Hindia oleh anak buah akbar, keberadaannya terlacak oleh istana kerajaan samudera dan utusan kerajaan sendiri yang menjemput Rhaysa dan membebask
Tatapan Awan terlihat berkaca-kaca dan terpaku pada satu sosok yang saat itu muncul di atas panggung mengenakan pakaian wisuda. Penampilannya tidak hanya cantik dengan kebaya berwarna putih yang dibalut dengan jubah wisuda, tapi ia juga menjadi pemeran utama dalam acara wisuda hari ini. Selain sebagai perwakilan wisuda terbaik yang memberi kata sambutan mewakili ratusan wisudawan dan wisudawati pada hari itu, Annisa adalah satu-satunya mahasiswa yang mendapatkan ipk sempurna. Bukan hal yang mudah bagi seorang mahasiswa kedokteran bisa lulus dengan nilai sempurna disalah satu universitas terbaik negeri ini dan Annisa telah berhasil meraihnya dengan cara yang sangat luar biasa.Awan tidak terlalu memperhatikan saat Annisa menyebut namanya dalam sambutannya. Yang membuatnya menatap bangga dan kagum pada Annisa adalah perjuangannya hingga bisa sampai pada titik ini.Awan masih teringat kata-kata Annisa dalam surat yang ia berikan saat Awan berangkat ke Bandung untuk pertama kali. Dalam s
Dedi sedikit terengah, ketika sampai di tempat Annisa berada yang saat itu sedang memeluk seorang pria.Panas? Cemburu?Tentu saja!Tapi, begitu melihat bahwa pria tersebut berdiri bersama wanita yang begitu cantik di sebelahnya dan kecantikannya tidak kalah dengan Annisa, membuat Dedi membuang kecemburuannya. Dia berpikir bahwa pria yang sedang dipeluk Annisa, bisa saja adalah keluarganya.Lagian, pria ini dan pasangan wanitanya telah menjadi buah bibir orang-orang sekelilingnya saat acara wisuda tadi. Karena itu, Dedi merasa sangat yakin bahwa mereka adalah pasangan suami istri. Namun, Dedi tidak perlu berkecil hati, karena wanita yang dipujanya, juga memiliki kecantikan yang setara dengan pasangan pria tersebut.Membayangkan hal itu, senyum percaya diri Dedi terlihat mengembang dengan sendirinya.Dedi tahu, bahwa Annisa sudah tidak memiliki keluarga saat ini. Hal itu, diketahuinya dari teman-teman seangkatan Annisa yang selama ini menjadi sumber informasinya. Ia dengan sabar menung
"Ada dua puluh orang lebih yang bertugas menculik nona Calista, satu jam yang lalu, bos.""Sesuai perintah anda sebelumnya. Kami menempatkan satu hingga dua orang dari pasukan markas anjing untuk menjaga nona Calista secara bergantian.""Setelah upaya penculikan paksa terakhir kali nona Calista, hampir tidak ada kejadian mencurigakan lainnya setelah itu. Sehingga membuat kami lengah.""Karena itu, kami hanya menempatkan satu orang untuk menjaga nona Calista secara diam-diam." Ujar Topan merasa bersalah.Setelah itu, ia kembali menambahkan, "Namun, satu jam yang lalu, nona Calista disergap saat jalan pulang dari kampusnya. Saat itu, yang bertanggung jawab menjaga nona Calista adalah nomor empat enam.""Beruntung, empat enam berhasil meminta bantuan darurat dan ada beberapa orang pasukan markas anjing yang kebetulan berada dekat dari lokasi dan berhasil memberikan bantuan.""Nona Calista berhasil diselamatkan dan hanya pingsan karena syok. Selain itu, tidak ada luka yang membahayakannya