Teluk Bengala tiba-tiba dikunjungi oleh puluhan kapal besar yang terdiri dari kapal pesiar, kapal militer, hingga kapal selam lengkap teknologi mutakhir. Tujuan mereka satu, mencari keberadaan Rhaysa. Tidak hanya kapal, beberapa pesawat tempur dan helikoter berulang kali melintasi area ini hingga lepas pantai, Samudera Hindia.Mereka bukan pasukan pencari pemerintah dari negara manapun, melainkan milik sebuah keluarga berpengaruh. Siapa lagi yang memiliki fasilitas secanggih dan selengkap ini, jika bukan klan Sanjaya.Tidak main-main, Awan segera mengerahkan kekuatan besar klannya untuk mencari jejak keberadaan Rhaysa. Meski Akbar atau Khaled tidak meberitahu jejak keberadaan Rhaysa padanya. Namun, ia bisa mendengar jelas isi percacakapan mereka melalui telepon sebelumnya. Sehingga, setelah selesai dengan mereka, Awan segera menghubungi klannya dan meminta melakukan pencarian besar-besaran untuk menyisir tempat menghilangnya Rhaysa. Namun, setelah seharian mencari, mereka masih bel
Mereka telah melakukan pencarian sampai seminggu lamanya dan masih tidak membuahkan hasil apapun. Dengan peralatan canggih yang mereka miliki, mustahil rasanya bagi mereka untuk melewatkan apapun di bawah laut sana. Namun, hasilnya ternyata masih nihil dan kenyataan itu, mulai membuat semua orang merasa putus asa.Selama itu juga, Amanda mengontak Awan setiap malamnya untuk menanyakan kabarnya. Meski ia tidak bertanya langsung masalah yang sedang dihadapi Awan. Namun, ia terus menyemangati Awan dengan caranya sendiri. "Tuan, tim kita saat ini telah menyebarkan pencarian hingga ke Madagaskar dan juga laut Arab. Kami menunggu instruksi lebih lanjut dari anda!" Tanya salah seorang kapten kapal meminta pendapat Awan.Sepertinya, semua orang mulai pesimis dengan peluang mereka menemukan Rhaysa. Namun, tidak dengan Awan. Ia masih yakin, bahwa Rhaysa masih hidup saat itu.Ia seperti bisa merasakan bahwa Rhaysa masih hidup dan berada disuatu tempat. Tapi, ia tidak bisa memastikan lokasinya a
Ketika Amanda menyambut kedatangan Awan di bandara, ia bisa melihat betapa kusutnya penampilan Awan saat itu. Lingkar matanya terlihat menghitam, yang menandakan bahwa ia tidak pernah beristriahat selama seminggu terakhir atau bahkan lebih lama dari itu. Amanda tahu bahwa Awan pulang hari itu dan memutuskan bahwa dia yang akan menjemput Awan ke bandara. Sudah beberapa bulan mereka tidak bertemu dan Amanda cukup lama memendam kerinduan pada pemuda tampan ini, meski tidak pernah terucap kata rindu sekalipun dari bibirnya. Meski Amanda terkadang bersikap galak saat bicara dengan Awan, namun ia juga sangat pengertian dengan tidak bertanya apapun saat mereka bertemu. Sebaliknya, Amanda meraih tangan Awan dan membawa Awan ke mobilnya. Begitupun saat mereka berdua berada di dalam mobil, Amanda sama sekali tidak bicara dan membiarkan Awan larut dengan lamunannya. "Hmn, di mana ini?" Tanya Awan heran, saat Amanda justru membawanya ke apartemennya dan bukan ke rumahnya. "Ini adalah aparteme
"Buka pikiranmu dan bayangkan wanita itu, agar aku bisa menemukan keberadaannya." "Emang harus seperti itu prosesnya?" Tanya Awan dan lebih terkesan sebagai bentuk keberatan. Amanda seketika memelototinya dengan dingin, "Kamu mau menemukannya atau tidak?" Tanya Amanda kesal. "Hmn, oke, baiklah." Ujar Awan dengan berat hati melakukan apa yang diminta oleh Amanda. "Kecuali kalau kamu takut perbuatan mesum kalian terlihat olehku." Tambah Amanda dan membuat seringai diwajah Awan menjadi lebih buruk. "Tidak ada kejadian seperti itu. Kamu bisa melihat apapun yang kamu mau." Ujar Awan salah tingkah dan berusaha untuk tidak terlihat lebih buruk dari itu. Amanda menyentuh dua sisi kepala Awan dengan jari-jarinya. Saat itu, ia mulai masuk ke dalam alam pikiran Awan untuk melihat keberadaan Rhaysa dan mengunci auranya. Adegan seperti itu berlangsung sekitar lima menit dan Awan menjerit tertahan saat Amanda melepas tangannya dari kepalanya. Awan merasakan hawa sangat dingin menusuk kulit ke
"Kalian semua bisa pergi duluan. Saya ingin istirahat dulu di sini untuk menikmati pemandangan di sini." Ujar Rhaysa pada dayang dan juga para pengawalnya, ketika mereka melewati taman istana."Apa anda butuh dayang atau pengawal di sisi anda, tuan putri?" Tanya salah seorang pengawal."Tidak usah! Kalian bisa kembali sepuluh menit lagi." Tolak Rhaysa dan memerintahkan mereka semua untuk pergi meninggalkannya di sana."Baik, putri." Ucap para pengawal dan membawa semua orang pergi meninggalkan Rhaysa di sana seorang diri. Mereka berada di istana dewi samudera, di mana setiap sisinya dijaga oleh para penjaga elit istana. Karena itu, mereka merasa tidak perlu khawatir untuk meninggalkan Rhaysa di sana seorang diri, meski tanpa penjagaan para pengawal.Setelah melihat semua dayang dan penjaganya telah pergi, Rhaysa menghela napas lega dan bibirnya menyunggingkan senyum tipis. Setelah memastikan bahwa tidak ada lagi yang akan memperhatikan dirinya, Rhaysa segera berkata, "Kalian berdua b
"A-apa maksudmu?" "Raine berbeda dengan kita. Dia berasal dari alam berbeda. Dia adalah pewaris kerajaan ini, mustahil baginya berada di alam manusia lebih lama.""Selama ini, dia menderita sakit aneh yang tidak pernah diceritakannya pada siapapun. Membawanya ke alam manusia, hanya akan memperpendek umurnya. Dia memintaku..."Amanda ingin menyampaikan bahwa Raine aka Rhaysa meminta Amanda untuk menjaga Awan menggantikan dirinya. Hanya saja, Amanda terlalu malu untuk mengucapkan kalimat itu."Rhaysa memintamu untuk apa?" Tanya Awan penasaran.Amanda menatap Awan sebentar dan sambil memalingkan wajahnya ke arah lain, Amanda berkata, "Dia memintaku untuk menyuruhmu melanjutkan hidupmu tanpa perlu memikirkannya lagi. Dan jika kalian berjodoh nanti, kalian akan bertemu lagi suatu saat nanti.""Raine- Raine juga memintamu untuk menghentikan upaya pencarian dirinya. Semua itu sia-sia! Kamu hanya akan menghabiskan energi dengan sia-sia, meskipun kamu bisa mengarungi sampai ke dasar samudera
Lima tahun terakhir, Raine menderita penyakit aneh. Ia selalu sangat kesakitan saat malam purnama tiba. Itulah sebabnya, saat malam purnama sebelumnya, di mana Awan bertarung dengan Karra, Raine bisa terluka oleh serangan Karra. Selain itu, kemampuan penyembuh Awan juga tidak bisa bekerja saat itu, karena tubuh Raine menolak energi murni Awan. Saat itu adalah saat terlemahnya dan Raine berusaha terlihat tegar di depan Awan, agar Awan tidak mencemaskan dirinya. Raine terlalu mencintai Awan, sehingga tidak ingin melihat Awan terluka ataupun mengkhawatirkan dirinya. Selama ini, Raine tidak pernah menceritakan pada siapapun tentang 'sakit' yang dialaminya, karena tidak ingin membuat emas siapapun dan ia baru menyadari identitas dirinya dan semua keanehan yang dimilikinya, saat kembali ke alamnya. Saat Raine aka Rhaysa dibawa melewati Samudera Hindia oleh anak buah akbar, keberadaannya terlacak oleh istana kerajaan samudera dan utusan kerajaan sendiri yang menjemput Rhaysa dan membebask
Tatapan Awan terlihat berkaca-kaca dan terpaku pada satu sosok yang saat itu muncul di atas panggung mengenakan pakaian wisuda. Penampilannya tidak hanya cantik dengan kebaya berwarna putih yang dibalut dengan jubah wisuda, tapi ia juga menjadi pemeran utama dalam acara wisuda hari ini. Selain sebagai perwakilan wisuda terbaik yang memberi kata sambutan mewakili ratusan wisudawan dan wisudawati pada hari itu, Annisa adalah satu-satunya mahasiswa yang mendapatkan ipk sempurna. Bukan hal yang mudah bagi seorang mahasiswa kedokteran bisa lulus dengan nilai sempurna disalah satu universitas terbaik negeri ini dan Annisa telah berhasil meraihnya dengan cara yang sangat luar biasa.Awan tidak terlalu memperhatikan saat Annisa menyebut namanya dalam sambutannya. Yang membuatnya menatap bangga dan kagum pada Annisa adalah perjuangannya hingga bisa sampai pada titik ini.Awan masih teringat kata-kata Annisa dalam surat yang ia berikan saat Awan berangkat ke Bandung untuk pertama kali. Dalam s
Satu setengah tahun kemudian.Tiga istri Awan, Annisa, Amanda dan Calista, tampak sedang cemas menunggu di luar kamar di rumah tuo, kampung halaman Awan. Di tengah mereka, tampak dua orang balita yang sedang digendong oleh Annisa dan Calista, sementara Amanda tampak sedang bermain dengan kedua balita berjenis kelamin perempuan tersebut dengan sesekali mencubit gemas pipi keduanya.Kalian mungkin bertanya-tanya, di mana Rhaysa alias Raine? Awan belum berhasil melamarnya hingga detik ini. Awan pernah mencoba melamar Raine setengah tahun yang lalu. Hanya saja, lamarannya langsung ditolak. Ratu Samudera memberikan syarat yang sangat berat jika Awan ingin melamar putrinya, yaitu Awan harus berada di level Divine atau dewa terlebih dahulu. Hasilnya, Awan telah berjuang keras di selama berada di tanah dewa untuk terus meningkatkan kemampuannya. Meski begitu, sepertinya ia masih harus bersabar untuk bisa melamar Raine.Kembali ke ruang tamu, rumah tua Awan.Tidak sama seperti Amanda yang terl
Rombongan Cakar Hitam mencibir ucapan Awan yang dinilai terlalu berani dan tidak bercermin, siapa lawan yang akan ia hadapi. Sementara, Datuk Cakar Putih dan bangsa harimau Bukit Larangan lebih mencemaskan nasib Awan. Mereka masih mengira. jika Awan hanya mengandalkan kekuatan warisan Gumara. Itu semua tidak akan cukup untuk menghadapi Cakar Hitam. "Uda!" Andini menarik ujung baju belakang Awan dan terang-terangan menunjukkan kekhawatirannya. Namun, Awan hanya tersenyum cuek dan memintanya untuk tidak perlu khawatir. Entah karena kalimat yang diucapkan Awan padanya atau cara penyampaian dan ketenangan yang ditunjukkan oleh Awan, membuat Andini merasa jauh lebih tenang dan merasa bisa mempercayai Awan. Roaaar! Cakar Hitam melompat ke depan dan tibat-tiba saja, ia sudah berubah wujud menjadi harimau besar dengan belang hitam di sekujur tubuhnya. Untuk bisa mengalahkan Awan, Cakar Hitam sudah bertekad untuk mengerahkan seluruh kekuatan dan berubah menjadi wujud terbaiknya. Cakar H
Wajah Taring Hitam seketika memerah panas melihat sikap Andini yang dengan terang-terangan menjatuhkan dirinya ke dalam pelukan seorang pria asing seperti Awan. Ia telah mengagumi Andini sejak lama, bagaimana ia bisa menerima, wanita yang disukainya bermesraan dengan pria lain tepat di depan hidungnya? Tidak peduli, apa pria itu dicintai Andini atau tidak. Bagi Taring Hitam, hanya dialah yang pantas menjadi pasangan Andini. Dia tidak habis pikir dengan sikap bodoh Andini, bagaimana ia bisa memilih seorang pria yang bukan apa-apa jika dibanding dirinya? Dia kuat dengan seluruh tubuh dipenuhi oleh otot-otot baja. Selain itu, dia adalah seorang pangeran dengan masa depan cerah. Bersamanya, Andini pasti akan jauh lebih bahagia. Bangsa harimau rata-rata memiliki tubuh yang besar dan berotot. Sehingga melihat tubuh Awan yang biasa, membuat Taring Hitam menilainya sebagai sosok yang sangat lemah. Dengan tatapan penuh kecemburuan dan kebencian, Taring Hitam akhirnya tidak bisa lagi menaha
Tatapan Cakar Hitam menjadi dingin dan tidak lagi menunjukkan keramahan pura-puranya, "Cakar Putih, apa kamu tahu konsekuensi dari pilihanmu hari ini?" Sambil menekan rasa gugup dalam hatinya, Datuk Cakar Putih berusaha tersenyum tenang dan berkata, "Keputusan kami bersifat final dan anda bisa kembali." "Kamu?" Kilat kemarahan terbesit di mata Cakar Hitam dan tiba-tiba saja ia sudah menghilang dari tempat ia semula berdiri. Wus! Terlalu cepat! Datuk Cakar Putih terkesiap. Meski ia sudah menduga reaksi akhir dari Cakar Hitam. Namun, gerakannya terlalu cepat untuk bisa ia ikuti dan detik berikutnya, Cakar Hitam sudah muncul tepat di depan Datuk Cakar Putih dan melayangkan sebuah serangan yang tidak bisa ditahannya. Braaak. Datuk Cakar Putih tidak bisa menahan pukulan itu sepenuhnya dan membuatnya terbang membelah barisan pasukan di belakangnya. "Datuk Cakar Putih?" Pekik orang-orang tertahan dan terkejut melihat keberanian Cakar Hitam yang telah menyerang tetua mereka tepan dih
Suasana di alam bangsa harimau tampak tegang dan semua penjaga perbatasan memasang wajah serius dan penuh waspada.Awan sengaja menyamarkan penampilannya dan mengeluarkan aura harimau yang ada di dalam tubuhnya dan membuat ia berhasil membaur dengan para penduduk bangsa harimau tanpa ketahuan. Setelah kedatangannya terakhir kali ke tempat itu, Awan memiliki memori yang sangat tajam tentang semua sudut tempat ini, yang memungkinkannya bisa berpindah kemanapun yang ia inginkan.Tidak lama setelah kedatangan Awan, rombongan Taring Hitam juga datang bersama ayah, para tetua dan juga puluhan prajurit terbaik bangsanya.Taring Hitam tampak tidak main-main dengan ancamannya. Hal itu, membuat gelisah bangsa harimau yang tinggal di Bukit Larangan.Para petinggi yang dipimpin oleh Datuk Cakar Putih tampak serius membahas masalah ini di aula tetua."Datuk, kita tidak bisa membiarkan mereka mendapatkan apa yang mereka mau. Bagaimanapun, raja sedang tidak ada di sini dan kita semua berkewajiban me
Seminggu yang lalu, ada sekolompok orang asing yang datang ke Kampung Tuo. Anehnya, mereka melewati batas Kampung Tuo begitu saja dan ternyata, tujuan mereka adalah kampung mistis yang ada di Bukit Larangan, tempat di mana bangsa harimau tinggal. Kelompok ini dipimpin oleh seorang pemuda bernama Taring Hitam, putra dari raja harimau Cakar Hitam yang berasal dari gunung Medan. Tujuan mereka datang, karena Taring Hitam yang sudah cukup usia untuk menikah, menginginkan Andini sebagai istrinya. Meski mereka tahu bahwa Andini adalah pasangan yang disiapkan untuk raja. Hanya saja, bangsa harimau dari gunung Medan ini tahunya bahwa raja Gumara telah lama tiada dan tidak memiliki pewaris sama sekali. Hal itu, coba dimanfaatkan oleh Taring Hitam untuk mendapatkan Andini. Taring Hitam yang terpesona dengan kecantikan Andini, ketika berkunjung ke bukit Larangan beberapa tahun lalu, berniat menjadikan Andini sebagai miliknya dan begitu ia mencapai usia layak menikah, Taring Hitam langsung me
Fikri dan Purnama yang semula berdebat, bahkan sampai berhenti dan tercengang mendengar wanita pujaan mereka dilamar oleh pria lain, tepat di depan mereka. Bagaimana mungkin mereka menerimanya?Jika pria lainnya, mungkin akan diam. Namun, mereka tidak mungkin bisa membiarkan ada lelaki lain merebut wanita yang mereka idamkan dari tangan mereka."Hei, bung! Apa maksudmu melamar dokter Nisa siang hari bolong begini?""Apa kamu tahu, siapa dokter Annisa? Sepuluh kamu, tidak bisa dibandingkan dengan seorang dokter Nisa.""Lebih baik kamu pergi dari sini! Atau kami akan memanggil satpam untuk mengusirmu."Ujar Fikri dan Purnama yang kali ini bisa kompak. Melihat reaksi keduanya, Awan cukup terkejut dan selanjutnya justru terkekeh geli. Ia melihat keduanya tidak ubahnya seperti badut yang sedang membuat pertunjukan.Awan melirik Annisa sekilas untuk menanyakan siapa mereka dan tampak balasan wajah jengah Anisa dan ketidakberdayaannya. Annisa membisikan identitas keduanya ke telinga Awan.
Rumah sakit umum ASA.Meski terletak di lokasi terpencil karena berada di bawah kampung Tuo dan lokasi yang jauh dari kabupaten, ditambah akses jalan ke sana yang tidak selebar jalan kabupaten. Kenyataannya, rumah sakit ini memiliki fasilitas medis yang sangat lengkap dan tidak kalah dengan rumah sakit yang berstandar internasional sekalipun. Sebuah alasan yang membuat rumah sakit ini banyak dihuni oleh tenaga medis terampil dan membuat reputasinya cepat terkenal hingga ke berbagai daerah di ranah Minang. Ditambah, kepala rumah sakit dan sekaligus menjadi dokter spesialis bedah di sana merupakan seorang wanita berparas cantik dan terkenal dengan keramahannya, Dr. Annisa Azzahra, Sp.B.Meski terkenal dengan keramahannya, sebagai penanggung jawab rumah sakit, Dokter Nisa menerapkan standar tinggi bagi tenaga medis yang bekerja di rumah sakitnya. Semua itu tentu saja sepadan dengan gaji tinggi yang mereka terima selama bekerja di sana. Banyak yang memuji dan banyak juga pihak yang mera
Setelah sekian lama, Awan kembali melihat tangis mama angkatnya tersebut. Namun kali ini, bukan tangisan yang membuatnya kehilangan kembali akal sehatnya. Itu adalah tangis kerinduan dan juga kebahagiaan. Tangis kerinduan seorang ibu yang telah lama tidak berjumpa dengan anaknya. Awan membiarkan Lina menumpahkan segala tangisannya dalam pelukan Amanda seraya memberi kode pada Amanda dan syukurnya, Amanda cukup peka dengan keadaan tersebut. Ada sekitar sepuluh menit lamanya, Lina menumpahkan tangis kebahagiaannya dalam pelukan Amanda. Sampai, Lina tersadar kembali dan mengurai pelukan mereka. "Maaf ya, nak. Tante terlalu sentimentil, kamu terlalu mirip dengan..." "Tidak apa-apa, ma." Sebelum Lina menyelesaikan kalimatnya, Amanda sudah lebih dulu menyelanya. Ia sekarang mengerti alasan Awan membawanya kemari dan Amanda sama sekali tidak keberatan untuk menggantikan posisi Renata untuk sesaat dan memberi kebahagiaan untuk ibunya Renata. Selama arwah Renata masih bersamanya dahulu,