Awan berencana untuk menyelidiki Karra dan akan bersiap pergi, saat suara Elisa tiba-tiba menghentikan langkahnya."Ada apa, bos?' Tanya Jackie heran, karena melihat Awan yang tiba-tiba saja berhenti.Awan hanya melambaikan tangannya, untuk meminta Jackie tidak bersuara dulu."Elisa, ada apa?" Tanya Awan begitu merasakan ada gelombang kecemasan yang sedang melanda Elisa. Hanya saja, saat Awan menggunakan mata bathinnya untuk melihat kondisi Elisa, ia tidak menemukan ancaman yang berbahaya pada saat itu."Aku- aku ada masalah." Suara bathin Elisa terdengar sedikit bergetar, menandakan kalau dirinya sedang gugup saat itu."Tenangkan dirimu! Ceritakan apa yang sebenarnya terjadi?""Ada dua pekerja yang tewas di tempat proyek yang sedang kami kerjakan.""Ada bagian bangunan yang runtuh dan sekarang, pihak keamanan sedang menuju kemari. Ada yang mengatakan kalau bahan matreial proyek yang kami gunakan berada di bawah standar.""Aku tidak tahu, siapa yang menyebarkan isu ini. Tapi, tim peng
Meski ini terlihat sebagai kecelakaan kerja dan kelalaian pihak perusahaan. Namun, Awan menduga kuat, jika insiden ini ada yang merencanakannya. "Ceritakan tentang orang-orang yang bekerja di sini. Apa anda mengenal mereka semua?""Semua orang yang bekerja adalah para pekerja yang biasa bekerja dengan perusahaan kita. Hanya saja, kita sedang mengejar deadline untuk pembangunan gedung ini." Tunjuk Edra pada gedung yang menjadi tempat kecelakaan pekerja mereka.Itu adalah gedung terakhir yang harus mereka selesaikan sebelum akhir bulan ini. Karena itu, perusahaan butuh lebih banyak tenaga untuk mengebut pengerjaan bangunan."Jadi, sehari sebelumnya, kita memutuskan untuk merekrut beberapa pekerja baru. Tapi, kita sudah memeriksa semua identitas para pekerja sesuai dengan SOP perekrutan karyawan baru dan mereka semua aman, tidak bermasalah. Hal ini, juga sudah saya laporkan pada bu Elisa."Awan berjalan ke arah material bangunan yang menurut Elisa berada di bawah standar mereka dan bert
Olivia sempat ragu dengan permintaan Elisa ketika menyuruhnya ke sini untuk menangkap seseorang. Elisa mengatakan kalau itu karena permintaan Awan.Penasaran, Elisa berjalan mendekat ke tempat yang diminta Elisa. Siapa sangka, ia akan menemukan pelaku sebenarnya dibalik insiden hari ini. Meski begitu, Olivia berusaha bersabar dan daim-diam mengeluarkan alat penyadapnya dan merekam semua isi pembicaraan pekerja tersebut.Saat pekerja tersebut berbalik, ia terperanjat ketika mendapati Olivia sudah berdiri begitu dekat darinya. Jangan tanya bagaimana Olivia bisa melakukannya. Bagi Olivia yang sudah berada di level grandmaster setengah langkah, bergerak diam-diam tanpa ketahuan oleh orang yang sedang dikuntitnya adalah sesuatu yang sangat mudah.Tatapan Olivia penuh dengan kemarahan, begitu menemukan sosok pengkhianat yang sebenarnya. "Ka-kamu siapa? Ngapain kamu di sini?" Tanya pekerja tersebut gugup."Ngapain saya di sini?" Olivia tertawa sinis."Saya di sini untuk menangkap pengkhia
Awan tentu saja memperhatikan semua itu. Dalam hati, ia merasa salut dengan sikap kepemimpinan dan juga tanggung jawab Elisa. Dengan pemimpin seperti Elisa, hanya masalah waktu bagi perusahaannya untuk bisa berkembang ke tingkat yang lebih tinggi.Bertepatan dengan saat itu, Olivia kembali dengan seorang pria ditangannya. Penampilan pria ini terlihat menyedihkan, wajahnya sudah bengkak dan terlihat babak belur setelah diberi pelajaran oleh Olivia sebelumnya."Eli, apa yang kamu ucapkan sebelumnya ternyata benar! Aku mendapati pria ini sedang menelpon seseorang dan dia adalah pelaku sebenarnya dibalik kecelakaan hari ini." Ujar Olivia sembari menahan amarahnya."Dia sudah mengakui perbuatannya."Selain itu, Olivia juga menunjukkan alat perekamnya dan memutar percakapan Chake Lee dengan seseorang lewat ponselnya.Wajah Elisa berubah dingin dan menatap Chake Lee dengan tatapan penuh kemarahan. Jika pria ini sekedar menggelapkan material bangunan saja, mungkin dia tidak akan sampai semara
Beberapa detik kemudian, empat orang polisi masuk ke ruangan manajer proyek dengan sikap yang arogan. Dia terlihat memperhatikan setiap orang yang ada di dalam ruangan dengan tatapan jijik dan merendahkan. Tanpa basa-basi, ia langsung bertanya dengan sikap yang sangat angkuh, "Siapa pimpinan perusahaan di sini?" Elisa yang melihat itu, merasa sangat kesal. Para polisi ini, tidak menghargai mereka sama sekali. Karena itu, Elisa menjawab dengan nada acuh tak acuh, "Saya." "Oh, kamu! Kalau begitu, kamu harus kami tangkap atas insiden kecelakaan yang menyebabkan kematian dua orang pekerja." Jelas saja, semua orang dibuat terkejut dengan ucapan si polisi. "Maaf, pak. Apa saya tidak salah dengar? Anda bahkan belum menyelidiki masalah ini dengan benar dan langsung menangkap bos saya?" Tanya Edra tidak puas dengan cara polisi tersebut. Polisis tersebut menatap Edra dengan dingin. Lalu, tanpa basa-basi ia langsung memukul Edra dengan tongkatnya dan membuat Edra tersungkur di bawah meja
"Ha-halo?" Jawab Jackie gugup. Tangannya bahkan terlihat gemetar ketika mengangkat ponsel tersebut dan beberapa butir keringat sebesar biji kacang keluar dari kulit kepalanya. Sesuatu yang menandakan betapa gugupnya Jackie saat itu.Mengetahui bahwa yang menjawab panggilannya bukan Awan, Rhaysa segera bertanya, "Kamu siapa? Di mana tunanganku?" Glek!'Tunangan?'Ketakutan Jackie semakin menjadi, mengetahui bahwa yang sedang menghungi saat itu adalah tunangan bosnya. Ini akan menjadi bencana besar dalam hidupnya dan membuat wajah Jackie seperti kehilangan warnanya."Ma-maaf, nyonya. Saya- saya Jackie, CEO ROB's Manufacturing.""Oh, ternyata itu anda, Jackie. Oya, di mana mas Awan? Kenapa ponselnya bisa ada sama anda?" Tanya Rhaysa menurunkan nada bicaranya. Rhaysa sudah mendapatkan informasi tentang Jackie sebelumnya dan ia tahu bahwa Awan saat ini berada di perusahaan pimpinan Jackie, selama menyelesaikan urusannya di Hong Kong. Sebelumnya, Rhaysa sempat ragu-ragu untuk menghubung
Awan berjalan acuh tak acuh mengikuti langkah Edwin. Saat mereka tiba dalam ruangan interogasi, Awan sempat memperhatikan isi ruangan sejenak dan langsung duduk begitu saja di atas salah satu kursi yang terdapat di dalam ruangan.Anggota Edwin langsung membentak Awan, "Hai, siapa yang menyuruhmu duduk di sana? hah!"Awan hanya meliriknya sekilas dan berkata, "Ini kursi, terus apa gunanya kalau tidak untuk diduduki?" Ujar Awan cuek."Kamu?"Anggota tersebut berniat menyerang Awan karena sikap lancang Awan. Namun, Edwin segera menahannya dan berbisik padanya, "Tahan dulu! Kamu matikan CCTV terlebih dahulu dan salah seorang dari kalian harus berjaga di luar. Nanti, ada waktunya kita akan memberi pelajaran pada orang ini."Mendengar itu, tatapan anggota polisi tersebut menjadi berbinar senang. Tangannya sudah sangat gatal sejak tadi dan sudah tidak sabar untuk memberi pelajaran pada Awan dan menunjukkan siapa bosnya, melihat sikap acuh Awan yang tidak menghargai mereka sama sekali.Setela
Melihat kedatangan inspektur Joseph Lau, sudut mata Edwin Young berkedut panik. Dengan gugup, Edwin berusaha bersikap tenang dan bertanya, "Ada apa, inspektur Joseph? Anda seharusnya menghubungi saya, jika anda membutuhkan sesuatu dari saya." "Bagaimana cara saya menghubungimu, jika nomormu saja tidak aktif!" Balas inspektur Joseph dingin. Matanya segera menapu Awan yang sedang duduk tenang di balik meja. Saat itu, Joseph langsung bisa menebak, bahwa pemuda ini adalah atasan Jackie. Sadar jika tujuannya saat itu untuk membebaskan Awan, ia segera memerintahkan pada Edwin, "Apa kamu sadar apa yang telah kamu lakukan? Cepat bebaskan mr. Awan dan tutup kasusnya." Ucapan Edwin terdengar begitu tegas dan tidak kenal tawar menawar. Hanya saja, Edwin yang sudah diperintahkan secara khusus untuk menangani kasus ini, bagaimana mungkin bisa untuk melepaskan Awan begitu saja? Karirnya dipertaruhkan di sini. "Maaf, inspektur Joseph. Sepertinya, ini tidak akan mudah." Balas Edwin memberanikan d
Satu setengah tahun kemudian.Tiga istri Awan, Annisa, Amanda dan Calista, tampak sedang cemas menunggu di luar kamar di rumah tuo, kampung halaman Awan. Di tengah mereka, tampak dua orang balita yang sedang digendong oleh Annisa dan Calista, sementara Amanda tampak sedang bermain dengan kedua balita berjenis kelamin perempuan tersebut dengan sesekali mencubit gemas pipi keduanya.Kalian mungkin bertanya-tanya, di mana Rhaysa alias Raine? Awan belum berhasil melamarnya hingga detik ini. Awan pernah mencoba melamar Raine setengah tahun yang lalu. Hanya saja, lamarannya langsung ditolak. Ratu Samudera memberikan syarat yang sangat berat jika Awan ingin melamar putrinya, yaitu Awan harus berada di level Divine atau dewa terlebih dahulu. Hasilnya, Awan telah berjuang keras di selama berada di tanah dewa untuk terus meningkatkan kemampuannya. Meski begitu, sepertinya ia masih harus bersabar untuk bisa melamar Raine.Kembali ke ruang tamu, rumah tua Awan.Tidak sama seperti Amanda yang terl
Rombongan Cakar Hitam mencibir ucapan Awan yang dinilai terlalu berani dan tidak bercermin, siapa lawan yang akan ia hadapi. Sementara, Datuk Cakar Putih dan bangsa harimau Bukit Larangan lebih mencemaskan nasib Awan. Mereka masih mengira. jika Awan hanya mengandalkan kekuatan warisan Gumara. Itu semua tidak akan cukup untuk menghadapi Cakar Hitam. "Uda!" Andini menarik ujung baju belakang Awan dan terang-terangan menunjukkan kekhawatirannya. Namun, Awan hanya tersenyum cuek dan memintanya untuk tidak perlu khawatir. Entah karena kalimat yang diucapkan Awan padanya atau cara penyampaian dan ketenangan yang ditunjukkan oleh Awan, membuat Andini merasa jauh lebih tenang dan merasa bisa mempercayai Awan. Roaaar! Cakar Hitam melompat ke depan dan tibat-tiba saja, ia sudah berubah wujud menjadi harimau besar dengan belang hitam di sekujur tubuhnya. Untuk bisa mengalahkan Awan, Cakar Hitam sudah bertekad untuk mengerahkan seluruh kekuatan dan berubah menjadi wujud terbaiknya. Cakar H
Wajah Taring Hitam seketika memerah panas melihat sikap Andini yang dengan terang-terangan menjatuhkan dirinya ke dalam pelukan seorang pria asing seperti Awan. Ia telah mengagumi Andini sejak lama, bagaimana ia bisa menerima, wanita yang disukainya bermesraan dengan pria lain tepat di depan hidungnya? Tidak peduli, apa pria itu dicintai Andini atau tidak. Bagi Taring Hitam, hanya dialah yang pantas menjadi pasangan Andini. Dia tidak habis pikir dengan sikap bodoh Andini, bagaimana ia bisa memilih seorang pria yang bukan apa-apa jika dibanding dirinya? Dia kuat dengan seluruh tubuh dipenuhi oleh otot-otot baja. Selain itu, dia adalah seorang pangeran dengan masa depan cerah. Bersamanya, Andini pasti akan jauh lebih bahagia. Bangsa harimau rata-rata memiliki tubuh yang besar dan berotot. Sehingga melihat tubuh Awan yang biasa, membuat Taring Hitam menilainya sebagai sosok yang sangat lemah. Dengan tatapan penuh kecemburuan dan kebencian, Taring Hitam akhirnya tidak bisa lagi menaha
Tatapan Cakar Hitam menjadi dingin dan tidak lagi menunjukkan keramahan pura-puranya, "Cakar Putih, apa kamu tahu konsekuensi dari pilihanmu hari ini?" Sambil menekan rasa gugup dalam hatinya, Datuk Cakar Putih berusaha tersenyum tenang dan berkata, "Keputusan kami bersifat final dan anda bisa kembali." "Kamu?" Kilat kemarahan terbesit di mata Cakar Hitam dan tiba-tiba saja ia sudah menghilang dari tempat ia semula berdiri. Wus! Terlalu cepat! Datuk Cakar Putih terkesiap. Meski ia sudah menduga reaksi akhir dari Cakar Hitam. Namun, gerakannya terlalu cepat untuk bisa ia ikuti dan detik berikutnya, Cakar Hitam sudah muncul tepat di depan Datuk Cakar Putih dan melayangkan sebuah serangan yang tidak bisa ditahannya. Braaak. Datuk Cakar Putih tidak bisa menahan pukulan itu sepenuhnya dan membuatnya terbang membelah barisan pasukan di belakangnya. "Datuk Cakar Putih?" Pekik orang-orang tertahan dan terkejut melihat keberanian Cakar Hitam yang telah menyerang tetua mereka tepan dih
Suasana di alam bangsa harimau tampak tegang dan semua penjaga perbatasan memasang wajah serius dan penuh waspada.Awan sengaja menyamarkan penampilannya dan mengeluarkan aura harimau yang ada di dalam tubuhnya dan membuat ia berhasil membaur dengan para penduduk bangsa harimau tanpa ketahuan. Setelah kedatangannya terakhir kali ke tempat itu, Awan memiliki memori yang sangat tajam tentang semua sudut tempat ini, yang memungkinkannya bisa berpindah kemanapun yang ia inginkan.Tidak lama setelah kedatangan Awan, rombongan Taring Hitam juga datang bersama ayah, para tetua dan juga puluhan prajurit terbaik bangsanya.Taring Hitam tampak tidak main-main dengan ancamannya. Hal itu, membuat gelisah bangsa harimau yang tinggal di Bukit Larangan.Para petinggi yang dipimpin oleh Datuk Cakar Putih tampak serius membahas masalah ini di aula tetua."Datuk, kita tidak bisa membiarkan mereka mendapatkan apa yang mereka mau. Bagaimanapun, raja sedang tidak ada di sini dan kita semua berkewajiban me
Seminggu yang lalu, ada sekolompok orang asing yang datang ke Kampung Tuo. Anehnya, mereka melewati batas Kampung Tuo begitu saja dan ternyata, tujuan mereka adalah kampung mistis yang ada di Bukit Larangan, tempat di mana bangsa harimau tinggal. Kelompok ini dipimpin oleh seorang pemuda bernama Taring Hitam, putra dari raja harimau Cakar Hitam yang berasal dari gunung Medan. Tujuan mereka datang, karena Taring Hitam yang sudah cukup usia untuk menikah, menginginkan Andini sebagai istrinya. Meski mereka tahu bahwa Andini adalah pasangan yang disiapkan untuk raja. Hanya saja, bangsa harimau dari gunung Medan ini tahunya bahwa raja Gumara telah lama tiada dan tidak memiliki pewaris sama sekali. Hal itu, coba dimanfaatkan oleh Taring Hitam untuk mendapatkan Andini. Taring Hitam yang terpesona dengan kecantikan Andini, ketika berkunjung ke bukit Larangan beberapa tahun lalu, berniat menjadikan Andini sebagai miliknya dan begitu ia mencapai usia layak menikah, Taring Hitam langsung me
Fikri dan Purnama yang semula berdebat, bahkan sampai berhenti dan tercengang mendengar wanita pujaan mereka dilamar oleh pria lain, tepat di depan mereka. Bagaimana mungkin mereka menerimanya?Jika pria lainnya, mungkin akan diam. Namun, mereka tidak mungkin bisa membiarkan ada lelaki lain merebut wanita yang mereka idamkan dari tangan mereka."Hei, bung! Apa maksudmu melamar dokter Nisa siang hari bolong begini?""Apa kamu tahu, siapa dokter Annisa? Sepuluh kamu, tidak bisa dibandingkan dengan seorang dokter Nisa.""Lebih baik kamu pergi dari sini! Atau kami akan memanggil satpam untuk mengusirmu."Ujar Fikri dan Purnama yang kali ini bisa kompak. Melihat reaksi keduanya, Awan cukup terkejut dan selanjutnya justru terkekeh geli. Ia melihat keduanya tidak ubahnya seperti badut yang sedang membuat pertunjukan.Awan melirik Annisa sekilas untuk menanyakan siapa mereka dan tampak balasan wajah jengah Anisa dan ketidakberdayaannya. Annisa membisikan identitas keduanya ke telinga Awan.
Rumah sakit umum ASA.Meski terletak di lokasi terpencil karena berada di bawah kampung Tuo dan lokasi yang jauh dari kabupaten, ditambah akses jalan ke sana yang tidak selebar jalan kabupaten. Kenyataannya, rumah sakit ini memiliki fasilitas medis yang sangat lengkap dan tidak kalah dengan rumah sakit yang berstandar internasional sekalipun. Sebuah alasan yang membuat rumah sakit ini banyak dihuni oleh tenaga medis terampil dan membuat reputasinya cepat terkenal hingga ke berbagai daerah di ranah Minang. Ditambah, kepala rumah sakit dan sekaligus menjadi dokter spesialis bedah di sana merupakan seorang wanita berparas cantik dan terkenal dengan keramahannya, Dr. Annisa Azzahra, Sp.B.Meski terkenal dengan keramahannya, sebagai penanggung jawab rumah sakit, Dokter Nisa menerapkan standar tinggi bagi tenaga medis yang bekerja di rumah sakitnya. Semua itu tentu saja sepadan dengan gaji tinggi yang mereka terima selama bekerja di sana. Banyak yang memuji dan banyak juga pihak yang mera
Setelah sekian lama, Awan kembali melihat tangis mama angkatnya tersebut. Namun kali ini, bukan tangisan yang membuatnya kehilangan kembali akal sehatnya. Itu adalah tangis kerinduan dan juga kebahagiaan. Tangis kerinduan seorang ibu yang telah lama tidak berjumpa dengan anaknya. Awan membiarkan Lina menumpahkan segala tangisannya dalam pelukan Amanda seraya memberi kode pada Amanda dan syukurnya, Amanda cukup peka dengan keadaan tersebut. Ada sekitar sepuluh menit lamanya, Lina menumpahkan tangis kebahagiaannya dalam pelukan Amanda. Sampai, Lina tersadar kembali dan mengurai pelukan mereka. "Maaf ya, nak. Tante terlalu sentimentil, kamu terlalu mirip dengan..." "Tidak apa-apa, ma." Sebelum Lina menyelesaikan kalimatnya, Amanda sudah lebih dulu menyelanya. Ia sekarang mengerti alasan Awan membawanya kemari dan Amanda sama sekali tidak keberatan untuk menggantikan posisi Renata untuk sesaat dan memberi kebahagiaan untuk ibunya Renata. Selama arwah Renata masih bersamanya dahulu,