Sudut bibir Elisa tidak berhenti terkembang. Ia bahagia luar biasa dan penampilannya itu, terlihat tidak lebih seperti seorang anak kecil yang baru saja mendapatkan mainan baru. Elisa bahkan mungkin akan tidur sambil memeluk kalung ini nantinya, karena saking bahagianya."Oya, terus bagaimana caranya kamu bisa berada di dekatku, jika aku membutuh bantuanmu?" Tanya Elisa lebih lanjut, tiba-tiba teringat janji Awan sebelumnya. Kalungnya tiba-tiba berubah menjadi kalung ajaib yang bisa digunakan untuk berkomunikasi jarak jauh dengan Awan. Hanya saja, ia masih belum paham, bagaimana kalung ini bisa membuat Awan berpindah tempat ke sisinya dalam waktu singkat.Apa Awan akan muncul dari dalam kalungnya itu? Tapi, jelas itu sangat tidak mungkin. Bagaimana mungkin Awan bisa muncul dari dalam kalung yang sangat kecil tersebut?Awan hanya mengedikkan bahu dan berkata, "Kamu bisa mencobanya dengan cara memanggilku seperti tadi."Elisa ingin bertanya lebih lanjut, namun ia segera menyimpannya dal
Awan berencana untuk menyelidiki Karra dan akan bersiap pergi, saat suara Elisa tiba-tiba menghentikan langkahnya."Ada apa, bos?' Tanya Jackie heran, karena melihat Awan yang tiba-tiba saja berhenti.Awan hanya melambaikan tangannya, untuk meminta Jackie tidak bersuara dulu."Elisa, ada apa?" Tanya Awan begitu merasakan ada gelombang kecemasan yang sedang melanda Elisa. Hanya saja, saat Awan menggunakan mata bathinnya untuk melihat kondisi Elisa, ia tidak menemukan ancaman yang berbahaya pada saat itu."Aku- aku ada masalah." Suara bathin Elisa terdengar sedikit bergetar, menandakan kalau dirinya sedang gugup saat itu."Tenangkan dirimu! Ceritakan apa yang sebenarnya terjadi?""Ada dua pekerja yang tewas di tempat proyek yang sedang kami kerjakan.""Ada bagian bangunan yang runtuh dan sekarang, pihak keamanan sedang menuju kemari. Ada yang mengatakan kalau bahan matreial proyek yang kami gunakan berada di bawah standar.""Aku tidak tahu, siapa yang menyebarkan isu ini. Tapi, tim peng
Meski ini terlihat sebagai kecelakaan kerja dan kelalaian pihak perusahaan. Namun, Awan menduga kuat, jika insiden ini ada yang merencanakannya. "Ceritakan tentang orang-orang yang bekerja di sini. Apa anda mengenal mereka semua?""Semua orang yang bekerja adalah para pekerja yang biasa bekerja dengan perusahaan kita. Hanya saja, kita sedang mengejar deadline untuk pembangunan gedung ini." Tunjuk Edra pada gedung yang menjadi tempat kecelakaan pekerja mereka.Itu adalah gedung terakhir yang harus mereka selesaikan sebelum akhir bulan ini. Karena itu, perusahaan butuh lebih banyak tenaga untuk mengebut pengerjaan bangunan."Jadi, sehari sebelumnya, kita memutuskan untuk merekrut beberapa pekerja baru. Tapi, kita sudah memeriksa semua identitas para pekerja sesuai dengan SOP perekrutan karyawan baru dan mereka semua aman, tidak bermasalah. Hal ini, juga sudah saya laporkan pada bu Elisa."Awan berjalan ke arah material bangunan yang menurut Elisa berada di bawah standar mereka dan bert
Olivia sempat ragu dengan permintaan Elisa ketika menyuruhnya ke sini untuk menangkap seseorang. Elisa mengatakan kalau itu karena permintaan Awan.Penasaran, Elisa berjalan mendekat ke tempat yang diminta Elisa. Siapa sangka, ia akan menemukan pelaku sebenarnya dibalik insiden hari ini. Meski begitu, Olivia berusaha bersabar dan daim-diam mengeluarkan alat penyadapnya dan merekam semua isi pembicaraan pekerja tersebut.Saat pekerja tersebut berbalik, ia terperanjat ketika mendapati Olivia sudah berdiri begitu dekat darinya. Jangan tanya bagaimana Olivia bisa melakukannya. Bagi Olivia yang sudah berada di level grandmaster setengah langkah, bergerak diam-diam tanpa ketahuan oleh orang yang sedang dikuntitnya adalah sesuatu yang sangat mudah.Tatapan Olivia penuh dengan kemarahan, begitu menemukan sosok pengkhianat yang sebenarnya. "Ka-kamu siapa? Ngapain kamu di sini?" Tanya pekerja tersebut gugup."Ngapain saya di sini?" Olivia tertawa sinis."Saya di sini untuk menangkap pengkhia
Awan tentu saja memperhatikan semua itu. Dalam hati, ia merasa salut dengan sikap kepemimpinan dan juga tanggung jawab Elisa. Dengan pemimpin seperti Elisa, hanya masalah waktu bagi perusahaannya untuk bisa berkembang ke tingkat yang lebih tinggi.Bertepatan dengan saat itu, Olivia kembali dengan seorang pria ditangannya. Penampilan pria ini terlihat menyedihkan, wajahnya sudah bengkak dan terlihat babak belur setelah diberi pelajaran oleh Olivia sebelumnya."Eli, apa yang kamu ucapkan sebelumnya ternyata benar! Aku mendapati pria ini sedang menelpon seseorang dan dia adalah pelaku sebenarnya dibalik kecelakaan hari ini." Ujar Olivia sembari menahan amarahnya."Dia sudah mengakui perbuatannya."Selain itu, Olivia juga menunjukkan alat perekamnya dan memutar percakapan Chake Lee dengan seseorang lewat ponselnya.Wajah Elisa berubah dingin dan menatap Chake Lee dengan tatapan penuh kemarahan. Jika pria ini sekedar menggelapkan material bangunan saja, mungkin dia tidak akan sampai semara
Beberapa detik kemudian, empat orang polisi masuk ke ruangan manajer proyek dengan sikap yang arogan. Dia terlihat memperhatikan setiap orang yang ada di dalam ruangan dengan tatapan jijik dan merendahkan. Tanpa basa-basi, ia langsung bertanya dengan sikap yang sangat angkuh, "Siapa pimpinan perusahaan di sini?" Elisa yang melihat itu, merasa sangat kesal. Para polisi ini, tidak menghargai mereka sama sekali. Karena itu, Elisa menjawab dengan nada acuh tak acuh, "Saya." "Oh, kamu! Kalau begitu, kamu harus kami tangkap atas insiden kecelakaan yang menyebabkan kematian dua orang pekerja." Jelas saja, semua orang dibuat terkejut dengan ucapan si polisi. "Maaf, pak. Apa saya tidak salah dengar? Anda bahkan belum menyelidiki masalah ini dengan benar dan langsung menangkap bos saya?" Tanya Edra tidak puas dengan cara polisi tersebut. Polisis tersebut menatap Edra dengan dingin. Lalu, tanpa basa-basi ia langsung memukul Edra dengan tongkatnya dan membuat Edra tersungkur di bawah meja
"Ha-halo?" Jawab Jackie gugup. Tangannya bahkan terlihat gemetar ketika mengangkat ponsel tersebut dan beberapa butir keringat sebesar biji kacang keluar dari kulit kepalanya. Sesuatu yang menandakan betapa gugupnya Jackie saat itu.Mengetahui bahwa yang menjawab panggilannya bukan Awan, Rhaysa segera bertanya, "Kamu siapa? Di mana tunanganku?" Glek!'Tunangan?'Ketakutan Jackie semakin menjadi, mengetahui bahwa yang sedang menghungi saat itu adalah tunangan bosnya. Ini akan menjadi bencana besar dalam hidupnya dan membuat wajah Jackie seperti kehilangan warnanya."Ma-maaf, nyonya. Saya- saya Jackie, CEO ROB's Manufacturing.""Oh, ternyata itu anda, Jackie. Oya, di mana mas Awan? Kenapa ponselnya bisa ada sama anda?" Tanya Rhaysa menurunkan nada bicaranya. Rhaysa sudah mendapatkan informasi tentang Jackie sebelumnya dan ia tahu bahwa Awan saat ini berada di perusahaan pimpinan Jackie, selama menyelesaikan urusannya di Hong Kong. Sebelumnya, Rhaysa sempat ragu-ragu untuk menghubung
Awan berjalan acuh tak acuh mengikuti langkah Edwin. Saat mereka tiba dalam ruangan interogasi, Awan sempat memperhatikan isi ruangan sejenak dan langsung duduk begitu saja di atas salah satu kursi yang terdapat di dalam ruangan.Anggota Edwin langsung membentak Awan, "Hai, siapa yang menyuruhmu duduk di sana? hah!"Awan hanya meliriknya sekilas dan berkata, "Ini kursi, terus apa gunanya kalau tidak untuk diduduki?" Ujar Awan cuek."Kamu?"Anggota tersebut berniat menyerang Awan karena sikap lancang Awan. Namun, Edwin segera menahannya dan berbisik padanya, "Tahan dulu! Kamu matikan CCTV terlebih dahulu dan salah seorang dari kalian harus berjaga di luar. Nanti, ada waktunya kita akan memberi pelajaran pada orang ini."Mendengar itu, tatapan anggota polisi tersebut menjadi berbinar senang. Tangannya sudah sangat gatal sejak tadi dan sudah tidak sabar untuk memberi pelajaran pada Awan dan menunjukkan siapa bosnya, melihat sikap acuh Awan yang tidak menghargai mereka sama sekali.Setela