Tidak sama halnya dengan Calista. Calista tidak percaya dengan sikap tidak tahu malu dua orang tua di depannya itu. Calista menilai, istri Halim sudah tidak tahu malu dengan terang-terangan menganggap dirinya sudah menjadi menantunya. Ternyata, Halim lebih tidak tahu malu lagi dengan bicara tentang perjodohan kepada ayahnya secara lugas seperti itu. Padahal inti dari pertemuan hari ini adalah bisnis perusahaan ayahnya dengan HM Corporation. Tapi, Calista segera menyadari, bahwa Halim pasti sengaja menyiapkan pertemuan ini untuk menekan keluarganya. Jadi, pembicaraan bisnis hanyalah kedok semata. Hal itu, membuat Calista semakin menahan marah di dalam hatinya. Albert mengerutkan keningnya, jelas ia tidak mengingkan topik ini menjadi bahasan mereka pertama kali. Albert langsung menunjukkan keberatannya, "Pak Halim, tapi bukan ini yang harusnya kita bicarakan pertama kali?" Halim bersikap acuh tak acuh, "Tunggu apalagi, pak Albert? Toh ujung-ujungnya, kita juga akan membahas pernikahan
"HM Corporation memiliki core bisnis pembuatan rangka dan juga mesin kendaraan. Sejauh ini, HM Corporation menjadi pemain tunggal yang menguasai pasar tanah air. Menurut data penjualan KR Steel setahun terakhir, HM Corp. merupakan pelanggan terbesar yang menyumbang total dua puluh lima persen pemasukan KR Steel. Tapi, sebenarnya ada satu perusahaan lain yang bergerak dalam bidang yang sama dan juga pelangaan KR Steel, Shah Family Ind. Sebuah perusahaan lokal, Hanya saja, mereka kalah modal dan juga tidak mendapat ruang yang cukup dalam pasaran. Sehingga, mereka hanya banyak bergerak untuk produksi baja ringan untuk pasar pulau jawa saja." Ujar Vannesa menjelaskan laporan yang telah ia kirimkan pada Awan melalui email."Bos, apa mereka membuat masalah dengan anda?" Tanya Vannesa penasaran."Bukan denganku, tapi dengan KR Steel." Jawab Awan lugas."Benarkah? Pak Albert belum memberikan laporan apapun terkait hal ini." Ujar Vannesa heran."Itu dia. Albert sepertinya berniat menyelesaikan
Saat Albert hampir merasa putus asa, ponselnya tiba-tiba berdering.Keningnya berkerut tajam dan jantungnya berdegup lebih kencang. Karena saat itu, Albert melihat nama orang nomor satu RA Grup menghubunginya secara langsung.Hal ini sangat jarang terjadi, jadi wajar jika Albert merasa sangat gugup saat ini."Ya- ya, ada yang bisa saya bantu, bos?" Tanya Albert dengan suara terbata."Pak Albert, anda sedang berada di mana?" Tanya Awan tanpa basa-basi dari seberang sana."Saya sedang makan bersama keluarga dan kolega, bos!""Di AW Resto?" Ucap Awan langsung menebak keberadaan Albert.Albert terkejut, tidak menduga jika bosnya akan mengetahui keberadaannya dengan tepat, "I-iya, bos. Ada yang bisa saya bantu?" Jawab Albert gugup.Albert merasakan jantungnya berdetak tidak biasa. Terutama hal itu disebabkan karena ia memang sedang berada di AW Resto. Lebih lanjut, ia malah sedang mendiskusikan bisnis dengan klien."Apa kolega yang pak Albert maksud adalah Halim Pranoto?" Albert tercengan
Saat itu, awan hitam seakan membayang di atas kepala Albert. Itu karena ia tahu betapa pentingnya HM Corp dalam daftar pelanggan mereka. Namun, Awan sudah memberi perintah yang begitu tegas. Ia tidak memiliki pilihan selain mematuhinya."Baik, sesuai perintah anda, bos."Halim terbelalak dengan sikap patuh Albert. Namun, istrinya yang tidak tahu apa-apa selain bicara omong besar langsung menyela, "Hei, kamu pikir kami takut dengan perintah murahanmu itu, hah? Ingat, yang akan rugi itu adalah perusahaan kalian. Kami bahkan masih bisa mendapatkan pemasok lain yang jauh lebih bagus daripada perusahaan tidak berguna kalian."Perubahan situasi terjadi begitu cepat. Calista di sisi lain, tentu sangat senang dengan ikut campurnya Awan, meski dengan begitu, ia tahu kalau perusahaan papanya akan mengalami kerugian karena kejadian hari ini. Tapi, ia yakin, Awan pasti tidak datang hanya dengan satu keputusan seperti ini saja. Ia sudah mendengar banyak hal tentang kemajuan Awan bersama RA Grupny
"Maaf pembicaraan kita sebelumnya jadi terputus, karena ada sedikit gangguan, paman Tobi." Ucap Awan menjelaskan sedikit situasi yang tadi diurusnya. Sehingga membuat pembicaraan mereka jadi sedikit terganggu."Santai saja! Lagian kamu melakukannya demi perusahaanmu juga." Ujar Tobias santai."Hahaha, paman Tobias mengetahuinya juga. Sepertinya, tidak ada yang bisa ku sembunyikan dari paman." Tawa Awan sengaja menyisipkan sedikit sindiran dalam kalimatnya. Meski ia tidak memungkiri, kalau pembicaraannya di telepon pasti bisa didengar oleh Tobias. Mengingat kemampuan Tobias yang sudah mencapai level grandmaster setengah langkah. Suara dari jarak sepuluh kilo, pasti juga bisa didengarnya.Meski begitu, maksud sindiran Awan tidak hanya mencakup apa yang barusan diucapkannya. Melainkan tindakan Divisi Zero yang selama ini selalu mengawasinya. Hal itu baru di sadari Awan, semenjak ia kembali ke kota ini.Semula, Awan sempat mengira jika dirinya sedang di awasi oleh musuhnya. Namun, setelah
"Huft, kamu tidak mendengarkanku?" Ujar Tobias kesal."Memang seharusnya begitu, 'kan?" Balas Awan dengan sediit candaan sambil menaikkan sebelah alisnya.Tobias yang terlanjur kesal, terpaksa menahan kekesalannya kembali. Kalimat Awan lagi-lagi menohoknya, "Baiklah kamu menang. Dan jawabannya, Amanda baik-baik saja. Dia saat ini sedang menjalankan misi penting, untuk menguak rencana organisasi the Snake. Jadi, semua kontaknya sengaja ia non aktifkan. Amanda hanya berhubungan langsung dengan panglima tertinggi untuk melaporkan tugasnya, mengingat kerahasiaan misi ini berada di tahap satu. Jangan tanya lagi, karena hanya itu yang aku tahu.""Baiklah." Awan mengangguk, mengerti. Ia bisa bernapas lega sekarang, mengetahui jika Amanda masih baik-baik saja. Jika tidak, maka ia tidak keberatan pergi ke London sana untuk menjemput Amanda."Kalau begitu, apa tugasku?""Lihat di halaman selanjutnya!"Awan membuka halaman berikutnya dan ia terkejut, begitu mendapati ada nama blue saphire tertul
"Nak, maafkan papa, ya! Papa hampir saja membuat keputusan yang keliru." Ujar Albert menyesal, setelah kepergian Halim Pranoto dan keluarganya. Ada perasaan lega, karena beban yang selama beberapa hari terakhir menghantuinya, akhirnya terangkat. Semua itu berkat ikut campur tangan Awan yang mengambil alih masalah ini dari Albert. Entah darimana Awan mendapatkan informasi tentang kesulitan yang tengah dihadapinya. Namun, bagi Albert ini berarti satu hal, orang nomor satu RA Grup tersebut selalu memperhatikan dirinya. Terbukti, Awan baru ikut campur dalam urusan KR Steel, ketika Albert sedang berada dalam kesulitan. Jadi, meski bosnya mengawasi dirinya, bosnya tidak pernah ikut campur dalam urusan internal perusahaan, kecuali jika masalah yang sedang ia hadapi berada di luar kendalinya. Di sisi lain, Albert tampak begitu menyesal. Penyesalan tersebut tertuju pada putrinya, Calista. Hal ini sekaligus membuka mata Albert, bahwa ia tidak bisa mengatur segalanya sendirian. Jika hari ini, t
"Bung, sebaiknya kamu menyingkir dari sini dan jangan coba-coba campuri urusan kami. Jika tidak, kami tidak akan segan-segan untuk untuk menghancurkanmu." Ucap salah seorang pengawal suruhan Saras mengancam Topan.Topan mendengar ada orang mengancamnya, justru tertawa terbahak-bahak. Sudah sangat lama, ia tidak pernah mendengar ada orang yang berani mengancam dirinya. Semenjak awal karirnya dalam dunia hitam, Topan selalu menjadi pihak yang menggertak lawan dan belum pernah sebaliknya. Satu alasan kenapa ia bisa menjadi ketua cabang klan Atmaja dan bertahan di posisi tersebut dalam kurun waktu yang lama adalah karena karakter Topan yang tidak pernah mengenal yang namanya rasa takut."Apanya yang lucu, hah? Aku memperingatkanmu untuk terakhir kali, menyingkirlah! dan serahkan wanita yang ada di belakangmu itu pada kami dengan baik-baik. Dengan begitu, kami akan melupakan sikap kurang sopanmu barusan."Topan bukannya berhenti tertawa, justru malah semakin terbahak-bahak. Tawa Topan ya
Satu setengah tahun kemudian.Tiga istri Awan, Annisa, Amanda dan Calista, tampak sedang cemas menunggu di luar kamar di rumah tuo, kampung halaman Awan. Di tengah mereka, tampak dua orang balita yang sedang digendong oleh Annisa dan Calista, sementara Amanda tampak sedang bermain dengan kedua balita berjenis kelamin perempuan tersebut dengan sesekali mencubit gemas pipi keduanya.Kalian mungkin bertanya-tanya, di mana Rhaysa alias Raine? Awan belum berhasil melamarnya hingga detik ini. Awan pernah mencoba melamar Raine setengah tahun yang lalu. Hanya saja, lamarannya langsung ditolak. Ratu Samudera memberikan syarat yang sangat berat jika Awan ingin melamar putrinya, yaitu Awan harus berada di level Divine atau dewa terlebih dahulu. Hasilnya, Awan telah berjuang keras di selama berada di tanah dewa untuk terus meningkatkan kemampuannya. Meski begitu, sepertinya ia masih harus bersabar untuk bisa melamar Raine.Kembali ke ruang tamu, rumah tua Awan.Tidak sama seperti Amanda yang terl
Rombongan Cakar Hitam mencibir ucapan Awan yang dinilai terlalu berani dan tidak bercermin, siapa lawan yang akan ia hadapi. Sementara, Datuk Cakar Putih dan bangsa harimau Bukit Larangan lebih mencemaskan nasib Awan. Mereka masih mengira. jika Awan hanya mengandalkan kekuatan warisan Gumara. Itu semua tidak akan cukup untuk menghadapi Cakar Hitam. "Uda!" Andini menarik ujung baju belakang Awan dan terang-terangan menunjukkan kekhawatirannya. Namun, Awan hanya tersenyum cuek dan memintanya untuk tidak perlu khawatir. Entah karena kalimat yang diucapkan Awan padanya atau cara penyampaian dan ketenangan yang ditunjukkan oleh Awan, membuat Andini merasa jauh lebih tenang dan merasa bisa mempercayai Awan. Roaaar! Cakar Hitam melompat ke depan dan tibat-tiba saja, ia sudah berubah wujud menjadi harimau besar dengan belang hitam di sekujur tubuhnya. Untuk bisa mengalahkan Awan, Cakar Hitam sudah bertekad untuk mengerahkan seluruh kekuatan dan berubah menjadi wujud terbaiknya. Cakar H
Wajah Taring Hitam seketika memerah panas melihat sikap Andini yang dengan terang-terangan menjatuhkan dirinya ke dalam pelukan seorang pria asing seperti Awan. Ia telah mengagumi Andini sejak lama, bagaimana ia bisa menerima, wanita yang disukainya bermesraan dengan pria lain tepat di depan hidungnya? Tidak peduli, apa pria itu dicintai Andini atau tidak. Bagi Taring Hitam, hanya dialah yang pantas menjadi pasangan Andini. Dia tidak habis pikir dengan sikap bodoh Andini, bagaimana ia bisa memilih seorang pria yang bukan apa-apa jika dibanding dirinya? Dia kuat dengan seluruh tubuh dipenuhi oleh otot-otot baja. Selain itu, dia adalah seorang pangeran dengan masa depan cerah. Bersamanya, Andini pasti akan jauh lebih bahagia. Bangsa harimau rata-rata memiliki tubuh yang besar dan berotot. Sehingga melihat tubuh Awan yang biasa, membuat Taring Hitam menilainya sebagai sosok yang sangat lemah. Dengan tatapan penuh kecemburuan dan kebencian, Taring Hitam akhirnya tidak bisa lagi menaha
Tatapan Cakar Hitam menjadi dingin dan tidak lagi menunjukkan keramahan pura-puranya, "Cakar Putih, apa kamu tahu konsekuensi dari pilihanmu hari ini?" Sambil menekan rasa gugup dalam hatinya, Datuk Cakar Putih berusaha tersenyum tenang dan berkata, "Keputusan kami bersifat final dan anda bisa kembali." "Kamu?" Kilat kemarahan terbesit di mata Cakar Hitam dan tiba-tiba saja ia sudah menghilang dari tempat ia semula berdiri. Wus! Terlalu cepat! Datuk Cakar Putih terkesiap. Meski ia sudah menduga reaksi akhir dari Cakar Hitam. Namun, gerakannya terlalu cepat untuk bisa ia ikuti dan detik berikutnya, Cakar Hitam sudah muncul tepat di depan Datuk Cakar Putih dan melayangkan sebuah serangan yang tidak bisa ditahannya. Braaak. Datuk Cakar Putih tidak bisa menahan pukulan itu sepenuhnya dan membuatnya terbang membelah barisan pasukan di belakangnya. "Datuk Cakar Putih?" Pekik orang-orang tertahan dan terkejut melihat keberanian Cakar Hitam yang telah menyerang tetua mereka tepan dih
Suasana di alam bangsa harimau tampak tegang dan semua penjaga perbatasan memasang wajah serius dan penuh waspada.Awan sengaja menyamarkan penampilannya dan mengeluarkan aura harimau yang ada di dalam tubuhnya dan membuat ia berhasil membaur dengan para penduduk bangsa harimau tanpa ketahuan. Setelah kedatangannya terakhir kali ke tempat itu, Awan memiliki memori yang sangat tajam tentang semua sudut tempat ini, yang memungkinkannya bisa berpindah kemanapun yang ia inginkan.Tidak lama setelah kedatangan Awan, rombongan Taring Hitam juga datang bersama ayah, para tetua dan juga puluhan prajurit terbaik bangsanya.Taring Hitam tampak tidak main-main dengan ancamannya. Hal itu, membuat gelisah bangsa harimau yang tinggal di Bukit Larangan.Para petinggi yang dipimpin oleh Datuk Cakar Putih tampak serius membahas masalah ini di aula tetua."Datuk, kita tidak bisa membiarkan mereka mendapatkan apa yang mereka mau. Bagaimanapun, raja sedang tidak ada di sini dan kita semua berkewajiban me
Seminggu yang lalu, ada sekolompok orang asing yang datang ke Kampung Tuo. Anehnya, mereka melewati batas Kampung Tuo begitu saja dan ternyata, tujuan mereka adalah kampung mistis yang ada di Bukit Larangan, tempat di mana bangsa harimau tinggal. Kelompok ini dipimpin oleh seorang pemuda bernama Taring Hitam, putra dari raja harimau Cakar Hitam yang berasal dari gunung Medan. Tujuan mereka datang, karena Taring Hitam yang sudah cukup usia untuk menikah, menginginkan Andini sebagai istrinya. Meski mereka tahu bahwa Andini adalah pasangan yang disiapkan untuk raja. Hanya saja, bangsa harimau dari gunung Medan ini tahunya bahwa raja Gumara telah lama tiada dan tidak memiliki pewaris sama sekali. Hal itu, coba dimanfaatkan oleh Taring Hitam untuk mendapatkan Andini. Taring Hitam yang terpesona dengan kecantikan Andini, ketika berkunjung ke bukit Larangan beberapa tahun lalu, berniat menjadikan Andini sebagai miliknya dan begitu ia mencapai usia layak menikah, Taring Hitam langsung me
Fikri dan Purnama yang semula berdebat, bahkan sampai berhenti dan tercengang mendengar wanita pujaan mereka dilamar oleh pria lain, tepat di depan mereka. Bagaimana mungkin mereka menerimanya?Jika pria lainnya, mungkin akan diam. Namun, mereka tidak mungkin bisa membiarkan ada lelaki lain merebut wanita yang mereka idamkan dari tangan mereka."Hei, bung! Apa maksudmu melamar dokter Nisa siang hari bolong begini?""Apa kamu tahu, siapa dokter Annisa? Sepuluh kamu, tidak bisa dibandingkan dengan seorang dokter Nisa.""Lebih baik kamu pergi dari sini! Atau kami akan memanggil satpam untuk mengusirmu."Ujar Fikri dan Purnama yang kali ini bisa kompak. Melihat reaksi keduanya, Awan cukup terkejut dan selanjutnya justru terkekeh geli. Ia melihat keduanya tidak ubahnya seperti badut yang sedang membuat pertunjukan.Awan melirik Annisa sekilas untuk menanyakan siapa mereka dan tampak balasan wajah jengah Anisa dan ketidakberdayaannya. Annisa membisikan identitas keduanya ke telinga Awan.
Rumah sakit umum ASA.Meski terletak di lokasi terpencil karena berada di bawah kampung Tuo dan lokasi yang jauh dari kabupaten, ditambah akses jalan ke sana yang tidak selebar jalan kabupaten. Kenyataannya, rumah sakit ini memiliki fasilitas medis yang sangat lengkap dan tidak kalah dengan rumah sakit yang berstandar internasional sekalipun. Sebuah alasan yang membuat rumah sakit ini banyak dihuni oleh tenaga medis terampil dan membuat reputasinya cepat terkenal hingga ke berbagai daerah di ranah Minang. Ditambah, kepala rumah sakit dan sekaligus menjadi dokter spesialis bedah di sana merupakan seorang wanita berparas cantik dan terkenal dengan keramahannya, Dr. Annisa Azzahra, Sp.B.Meski terkenal dengan keramahannya, sebagai penanggung jawab rumah sakit, Dokter Nisa menerapkan standar tinggi bagi tenaga medis yang bekerja di rumah sakitnya. Semua itu tentu saja sepadan dengan gaji tinggi yang mereka terima selama bekerja di sana. Banyak yang memuji dan banyak juga pihak yang mera
Setelah sekian lama, Awan kembali melihat tangis mama angkatnya tersebut. Namun kali ini, bukan tangisan yang membuatnya kehilangan kembali akal sehatnya. Itu adalah tangis kerinduan dan juga kebahagiaan. Tangis kerinduan seorang ibu yang telah lama tidak berjumpa dengan anaknya. Awan membiarkan Lina menumpahkan segala tangisannya dalam pelukan Amanda seraya memberi kode pada Amanda dan syukurnya, Amanda cukup peka dengan keadaan tersebut. Ada sekitar sepuluh menit lamanya, Lina menumpahkan tangis kebahagiaannya dalam pelukan Amanda. Sampai, Lina tersadar kembali dan mengurai pelukan mereka. "Maaf ya, nak. Tante terlalu sentimentil, kamu terlalu mirip dengan..." "Tidak apa-apa, ma." Sebelum Lina menyelesaikan kalimatnya, Amanda sudah lebih dulu menyelanya. Ia sekarang mengerti alasan Awan membawanya kemari dan Amanda sama sekali tidak keberatan untuk menggantikan posisi Renata untuk sesaat dan memberi kebahagiaan untuk ibunya Renata. Selama arwah Renata masih bersamanya dahulu,