"Berhenti! Apa kalian telah membuat janji dengan tuan Rocky sebelumnya?"Kendaraan yang ditumpangi Awan diberhentikan oleh para penjaga, saat mereka akan memasuki gerbang masuk Villa Nirawana. Tidak hanya itu, cara penjaga tersebut menghentikan mereka terkesan begitu dingin dan ketus. Mereka beranggapan, selain Rocky dan orang-orangnya, maka tidak ada orang yang perlu mereka hadapi. Bagaimana pun, mereka yang berjaga di sana adalah para gengster bawah tanah. Mereka tidak peduli yang namanya sopan santun untuk menghormati orang lain. Memang, semenjak Rocky mengambil alih Villa Nirwana secara sepihak, semua personel keamanan di Villa Nirwana hingga RA Commercial Street telah diganti dengan orang-orangnya. Tentu saja, Rocky tidak mempekerjakan sendiri orang-orang yang dibawanya. Melainkan, mempekerjakan salah satu gengster yang berkuasa di ibu kota.Termasuk, mereka yang saat ini menjaga gerbang masuk Villa Nirwana.Mereka sama sekali tidak terlihat profesional dan terkesan sangat kej
"Cuk, gila lu bisa dapat cewek kayak ginian." Ucap salah satu pria yang baru saja keluar dari posko jaga. Matanya tampak seperti mesin scanner saja, memperhatikan setiap lekuk di tubuh Lana dan Chintya. Bahkan hanya dengan melihatnya saja, sudah membuat jakunnya turun naik dan tidak sabar untuk segera menikmati ke dua dara cantik di depannya itu."Eh, gimana kalau mereka ternyata cewek bookingan bos Rocky?" Bisik yang lainnya, bertanya ragu."Sudah, lu diam saja! Yang penting kita garap dulu saja di sini. Abis itu kita bersihin! Icip-icip dikit gak apa-apa, lah." Jawab temannya yang sudah tidak mampu menahan sange nya. Memang, wajah Lana dan Chintya terlihat imut seperti girl band asal nageri ginseng."Kak gimana kalau kita kebiri dulu sebelum membunuh mereka?" Tanya Chintia yang merasa kesal dengan bisik-bisik tak senonoh para penjaga. "Hehehe, cantik-cantik bicara kamu mengerikan sekali, nona! Kalian berdua pasti wanita pesanan bos kami, 'kan?" Tanya salah satu penjaga yang mendeng
"Ayo, kita berangkat langsung ke Villa, kak Rose." Ucap Lana dengan santainya saat mereka sudah masuk ke dalam mobil.Rose yang masih penasaran, langsung bertanya pada Chintya yang saat itu duduk di belakang, tepat di samping Noura, "Chintya, kamu tidak sungguh-sungguh mengibiri mereka, 'kan?""Oh, maksud kakak, ini?" Jawab Chintya dengan begitu santainya mengeluarkan sebuah benda yang terbungkus dalam plastik transparan.Mata Rose terbelalak ngeri.Sementara yang lainnya terkejut dengan benda yang ditunjukkan oleh Chintya, "Dek, kamu apa-apaan, sih? Masa barang tidak berguna kayak begitu dibawa?" Teriak Lana kesal."Hahaha, imut tau, ada tato naganya. Padahal barangnya kecil banget. Seharusnya, ini dikasih gambarnya, tato ulat bulu, gitu!" Tawa Chintya yang menganggap benda itu sebagai sesuatu yang lucu di matanya."Dih, buang-buang!" Hardik Lana kesal melihat kelakuan aneh adiknya."Chintya, buang! Kamu itu jorok banget, sih!" Noura ikut bersuara dan merasa risih dengan apa yang dit
Di dalam ruang tamu Villa, terdapat puluhan orang yang sedang larut dengan pesta dan dentuman musik serta segala macam hiburan di dalamnya. Berbagai macam minuman dan wanita penghibur tersedia di sana, bebas untuk mereka nikmati. Di bagian tengah ruangan, ada seorang pria bernama Murad yang saat itu sedang duduk dengan di apit oleh dua orang wanita berpakaian seksi di sampingnya. Murad merupakan salah satu petinggi dan juga tangan kanan pemimpin gengster black bull saat ini.Selain Murad, terdapat seorang pria berwajah mengotak dengan dagu lancip dan mata menyipit seperti elang. Dia adalah Beller, saudara sepupunya Rocky. Ia bertanggung jawab atas villa ini, selama Rocky sedang mengambil alih grup Sanjaya dan juga kekuasaan di dalamnya. Tidak seperti Murad, Beller justru ditemani oleh seorang pria berpenampilan kemayu yang duduk begitu mesra mengapit lengan kiri Beller."Tuan Beller, anda memang tahu bagaimana caranya bersenang-senang. Aku tidak menyangka, tuan Rocky akan mengijinka
"Siapa yang mengijinkan kalian mengadakan pesta di Villa ini?" Tanya Awan dingin dengan tatapan mata tajam menyapu semua orang. Jelas saja, Awan sangat marah saat ini. Melihat Villanya digunakan sebagai tempat pesta oleh orang-orang ini. Mereka masuk dan mengambil alih Villa tanpa ijinnya dan sekarang mengadakan pesta pora yang merusak kenyamanan Villanya. Alasan itu saja, sudah cukup untuk membuat Awan menghabisi mereka semua."Heh, siapa yang mengijinkanmu bicara di sini? Apa kamu tidak tahu? Ini adalah Villa sepupuku. Sebaiknya kamu segera berlutut, karena kamu masuk ke villa kami tanpa di undang." Teriak Beller menunjuk muka Awan. Beller bersikap seolah sebagai pemilik Villa, jadi bagaimana bisa ia mengijinkan orang lain bicara seenaknya di depannya? Apalagi mereka telah lancang memasuki Villa ini tanpa seijinnya.Mata Awan berkilat dingin, ketika menatap Beller.Wosh.Tiba-tiba Awan sudah menghilang dari tempatnya berdiri dan berada tepat di depan Beller.Plak!Satu tamparan da
Murad mencibir, "Bocah, siapa yang coba lu takuti, hah? Menghilangkan kami dari ibu kota kata lu? Hahaha, Lu tahu seperti apa klan black bull itu? Di markas kami saat ini, ada dua ratus petarung veteran dan berpegalaman, ditambah tujuh petarung elit pengawal ketua. Lu pikir bisa menghilangkan klan kami, semudah lu mengucapkannya? Hahaha. lu pasti sedang halu. Atau, lu habis makai, ya?"Murad tertawa lantang, mencemooh Awan. Anggotanya yang saat itu sudah mulai berkumpul di belakangnya ikut tertawa dan menganggap Awan sedang melawak.Awan berkata dengan cueknya, "Halu atau tidak, sebaiknya kalian pastikan sendiri. Hubungi bosmu dan kamu akan tahu, apa ucapanku sedang halu atau tidak."Melihat betapa percaya dirinya Awan, Murad mulai sedikit ragu dengan dirinya saat ini. Apalagi sebelumnya, tangan kanan kepercayaannya telah dikalahkan. Tidak hanya kekalahan biasa, tubuh Jhoni bahkan dilemparkan dari atas jendela yang terdapat di atas pintu masuk Villa. Betapa tingginya itu, pintunya saj
"Am-ampun, tolong ampuni saya. Kami tidak pernah menyinggung anda sebelumnya. Tuan Topan, tolong pikirkan kembali hubungan kita selama ini." Terdengar suara lelaki tua yang sedang menangis untuk memohon ampun pada lawan bicaranya, agar nyawanya diselamatkan.Wajah Murad dan seluruh bawahannya tampak pucat pasi. Mereka mengenal jelas suara tersebut, itu adalah suara pimpinan tertinggi mereka. Mereka semua tercengang, mendengar pimpinan tertinggi mereka memohon pada orang lain untuk mengampuni nyawanya. 'To-topan, bukankah ia adalah pimpinan cabang klan Atmaja? Bagaimana mungkin dia bisa menundukkan klan Black Bull kami secepat ini?' Pikir mereka bertanya-tanya. Apalagi, mereka tidak pernah melihat pergerakan klan Atmaja setelah orang-orang dari klan Black Bull mengambil tugas pengamanan RA Grup dari mereka. Apa mereka telah merencanakan ini sebelumnya? Mereka sengaja menunggu klan black bull lengah, lalu membalas dalam satu kali pukul?Kalau begitu, kenapa pergerakan klan Atmaja bisa
Beller merasa lantai yang dipijaknya terasa panas saat ini. Jika bisa, dia ingin segera lari dari sana seketika itu juga. Kejadian di hadapannya, seperti roller coster yang berlangsung naik turun dengan begitu cepat. Beberapa menit yang lalu, ia masih bisa jumawa dan tersenyum penuh percaya diri dengan status dan semua dukungan yang ia miliki.Namun, hanya dalam beberapa menit saja, semua itu seakan tidak artinya di hadapan pria muda yang baru saja datang dengan dua orang pengawal wanita bersamanya. Mungkin hanya bisa dihitung dia seorang, jika Beller tidak ingin memasukkan dua wanita yang tadi datang bersama Awan sebagai ancaman. Yang menakutkan dari pria ini adalah statusnya. Beller bahkan tidak bisa berkutik dan sulit membasahi kerongkongannya sendiri, begitu ia tahu jika pria yang datang memporak porandakan acaranya hari ini adalah pria yang sedang coba disingkirkan oleh saudara sepupunya.Bagaimana statusnya? Jelas saja itu sangat menakutkan untuk level Riski Beller. Sepupunya