"Mohon maafkan kami madam! Kami tidak dapat mengalahkannya." Ujar Hilda berlutut dibelakang madam Gao dengan espresi dipenuhi penyesalan."Ya, kami tidak menyangka jika orang itu akan mampun berkembang sampai seperti ini." Tambah Father mengikuti apa yang dilakukan oleh Hilda.Madam Gao, bagaimana pun masih terlihat begitu tenang. Madam Gao berkata, "Tidak buruk, kalian cukup berhasil memaksanya membuka sebagian besar kekuatannya. Meski tidak bisa membuka sepenuhnya. Tapi, itu sudah lebih baik. Paling tidak, kalian sudah meringankan sedikit pekerjaannku." Puji madam Gao santai."Tapi... kami tidak berhasil mengalahkannya dan justru kalah darinya, madam." Ujar Hilda merasa sangat malu.Beberapa detik yang lalu, ia dan Father bahkan mungkin sudah tewas jika madam Gao tidak ikut campur dan menyelamatkan nyawa mereka."Tidak masalah. Apa aku mengatakan bahwa kalian dapat mengalahkannya?" Madam Gao balik bertanya dan membuat Hilda serta Father terlihat kebingungan.Memang, madam Gao tida
"Calista, kamu benar-benar lupa dengan Awan? Tidakkah kamu mengingatnya sedikitpun? Lalu, kenapa kamu menangis ketika melihatnya barusan?" Cecar Rini penasaran.Rini tidak mengerti dengan perubahan sikap sahabatnya yang terkesan begitu tiba-tiba, ia menduga jika perubahan sikap Calista karena menduga mereka sedang ada masalah. Tapi, melihat Calista yang tiba-tiba menangis terisak seperti orang sedang kehilangan setelah melihat Awan di layar televisi, Rini memiliki asumsi lain dan ia takut untuk menyimpulkannya dan ingin memastikannya terlebih dahulu."Tidak, aku juga tidak tahu kenapa bisa begini, Rin! Aku.. aku merasa begitu dekat dengan pemuda itu, tapi- tapi aku tidak bisa mengingatnya sama sekali, sekeras apapun aku mencobanya, aku benar-benar tidak kenal dengannya. Seolah ia tidak pernah ada dalam ingatanku, namun entah mengapa, aku.. aku merasakan kesan yang begitu dalam padanya." Jelas Caista terisak.Melihat betapa tersiksanya Calista dengan beban itu, Rini merasa tidak enak h
Seharusnya ia tidak perlu terlalu memikirkannya. Bagaimana pun, jejak Awan sudah tersapu dari ingatannya. Namun, perasaannya memainkan peran yang berbeda. Ia seperti begitu merindukan Awan tanpa alasan yang jelas dan mencemaskannya disaat bersamaan. Perasaan seperti itu begitu menyiksanya, bahkan otaknya yang cerdas pun tidak memiliki solusi untuk menenangkan dirinya saat ini.Rini akhirnya terpaksa harus mengantar Calista pulang hari itu, mengingat kondisinya yang tidak memungkinkan untuk lanjut mengajar.Rini tidak lama berada dirumah Calista, begitu Calista meminum obat penenang dan tertidur, Rini bergegas kembali ke kantornya.Bagi Rini, memecahkan misteri yang menimpa Calista seakan menjadi tanggung jawab moril bagi dirinya sebagai seorang sahabat.Tentu saja, tempat yang pertama ia tuju adalah ruang IT kampus. Kebetulan ia memiliki teman yang bekerja disana, Rini berpikir untuk memulai mencari jawaban dari rekaman CCTV kampus.Saat Rini datang ke ruang IT, ada beberapa pria berp
Sekarang, begitu Bram menyinggung hal ini, mau tidak mau rasa penasaran Rini jadi terpancing."Ah, sudahlah. Lupakan saja kalau aku pernah mengucapkan hal ini. Ngomong-ngomong, ada apa kamu mencariku?" Bram coba mengalihkan topik. Ia khawatir salah bicara dan berakibat pada keselamatannya. Ia tahu betapa krusialnya masalah itu, sampai-sampai ia akan tetap bersikukuh tidak tahu apa yang terjadi didalam kantin tersebut, meski pistol di arahkan dan siap diletuskan ke kepalanya. Alasan yang sama, semua CCTV didepan maupun didalam kantin sengaja dibikin rusak pagi hari sebelumnya dan ia sama sekali tidak mengetahui siapa pelakunya, sampai beberapa orang secara bergantian datang ke ruangannya dan mencecarnya dengan pertanyaan yang sama.Rini menarik napas dalam, ia terpaksa menahan rasa penasarannya dulu untuk sementara. Rini bertanya dengan nada penuh harap, "Aku bisa melihat rekaman kamera di gedung B antara jam 10 siang kemarin?"Bram terdiam dan tampak berpikir sejenak, lalu terdengar
Rini sampai berpaling ke arah Bram dengan satu kecurigaan dibenaknya, "Benar kamu tidak tahu, alasan kenapa semua kamera disana rusak secara bersamaan? Bukankah ini terlalu mencurigakan?" Rini tidak bisa menahan dirinya untuk berpikir ada yang salah disana, tidak mungkin peralatan kamera disana bisa rusak dalam satu waktu? Apalagi kamera CCTV yang dipasang adalah kamera dengan kualitas terbaik serta sistem keamanan yang ketat.Alasan utama kenapa Rini tidak dapat menahan dirinya, ia menduga jika Calista kemungkinan ada dalam kantin utama itu kemarin siang. Namun tidak seperti harapan Rini, kali ini Bram bicara dengan nada serius dan terkesan menahan suaranya."Rin, aku tahu kamu pasti curiga jika temanmu ada di kantin sana kemarin kan?""Iya, tentu saja. Bukankah sudah jelas, Calista sedang mengikuti dua orang mahasiswa itu kesana."Selanjutnya, Bram berkata dengan nada berat sekaligus mengingatkan Rini untuk tidak melangkah lebih jauh."Apa Calista baik-baik saja? Ada luka atau ses
Gumara masih kesal dengan cara musuh mengintersep serangan terakhirnya, ia sampai dipaksa harus memakan kembali serangannya sendiri dan itu membuat Gumara terlihat gusar. Namun, begitu melihat orang yang berani lancang ikut campur dalam pertarungannya, mata Gumara langsung berbinar terang. Ia dapat merasakan kekuatan besar dari nenek tua di hadapannya dan itu membuatnya menjadi lebih bersemangat. Semula ia mengira, dua dewa perang yang telah mencapai kekuatan puncak mereka berkat pil iblis, akan sanggup membangkitkan kekuatan penuhnya. Ternyata, keduanya hanya sanggup memaksa sampai 85 persen kekuatannya.Sekarang, Gumara merasa optimis jika madam Gao akan dapat membuka seratus persen kekuatannya. Membayangkan dirinya akan terlahir kembali sepenuhnya, membuat Gumara hampir saja tidak sabar.Adapun madam Gao, ia hanya mencibir sikap arogansi Gumara."Iblis hewan buas sepertimu ingin melawanku? Baiklah, mari kita lihat sejauh mana kehebatanmu." Ucap madam Gao acuh tak acuh.Gumara mes
Gumara tidak memiliki kemampuan seperti Awan yang bisa menggunakan jurus perpindahan ruang dan waktu menggunakan indera ke tujuhnya. Sebaliknya, bukan berarti ia kehabisan akal untuk mengindari serangan sekuat itu. Ketika Gumara memikirkan untuk menggunakan serangan kuat seperti itu, ia telah membuat langkah antisipasi jika musuh kembali dapat melakukan hal yang sama seperti sebelumnya. Satu kelebihan dari raja harimau ini selain serangannya adalah pertahanannya yang sangat kuat, ratusan bola energinya yang kembali, tidak dapat menembus perisai energi yang dibuatnya. Setelah rentetan serangan bola energi tersebut berakhir, tampak tersisa sosok Gumara ditengah, sementara terdapat kawah yang cukup besar mengelilinginya."Telekinesis." Gumam Gumara menyimpulkan jenis kemampuan lawan berdasarkan serangannya yang terakhir.Selama ribuan tahun usianya, Gumara belum pernah menghadapi lawan dengan tipe kekuatan seperti itu dan itu membuatnya gelisah. Jenis kekuatan ini menjadi tipe kekuata
Madam Gao mengangkat tangannya perlahan, perlahan tubuh Gumara yang masih melayang di udara pun mengikuti gerakan tangan madam Gao."Sial, nenek tua apa yang kamu lakukan? Bertarunglah jika kamu memang merasa hebat. Jangan gunakan sihir murahan ini?" Maki Gumara kesal.Gumara telah mencoba bergerak dan melawan kekuatan telekinesis madam Gao, tapi seluruh tubuhnya seakan terkunci mati dan tidak dapat melakukan gerakan apapun. Otomatis yang terlihat, adalah Gumara yang coba meronta namun sama sekali tidak berdaya untuk melawan."Hehehe, bukankah kamu sudah tahu kunci kekuatanku? Salahmu sendiri karena tidak mampu melawan kekuatanku yang kamu bilang murahan ini." Tawa madam Gao mengejek ketidakmampuan Gumara.Selanjutya, Gumara dipaksa berlutut dihadapan madam Gao dengan kedua tangannya merentang kesamping."A-apa yang ingin kamu lakukan?" Teriak Gumara gelisah. Ia tidak dapat menebak jalan pemikiran madam Gao, karena wanita tua tersebut terlihat begitu tenang dan sulit untuk menerka hal