Gumara tidak memiliki kemampuan seperti Awan yang bisa menggunakan jurus perpindahan ruang dan waktu menggunakan indera ke tujuhnya. Sebaliknya, bukan berarti ia kehabisan akal untuk mengindari serangan sekuat itu. Ketika Gumara memikirkan untuk menggunakan serangan kuat seperti itu, ia telah membuat langkah antisipasi jika musuh kembali dapat melakukan hal yang sama seperti sebelumnya. Satu kelebihan dari raja harimau ini selain serangannya adalah pertahanannya yang sangat kuat, ratusan bola energinya yang kembali, tidak dapat menembus perisai energi yang dibuatnya. Setelah rentetan serangan bola energi tersebut berakhir, tampak tersisa sosok Gumara ditengah, sementara terdapat kawah yang cukup besar mengelilinginya."Telekinesis." Gumam Gumara menyimpulkan jenis kemampuan lawan berdasarkan serangannya yang terakhir.Selama ribuan tahun usianya, Gumara belum pernah menghadapi lawan dengan tipe kekuatan seperti itu dan itu membuatnya gelisah. Jenis kekuatan ini menjadi tipe kekuata
Madam Gao mengangkat tangannya perlahan, perlahan tubuh Gumara yang masih melayang di udara pun mengikuti gerakan tangan madam Gao."Sial, nenek tua apa yang kamu lakukan? Bertarunglah jika kamu memang merasa hebat. Jangan gunakan sihir murahan ini?" Maki Gumara kesal.Gumara telah mencoba bergerak dan melawan kekuatan telekinesis madam Gao, tapi seluruh tubuhnya seakan terkunci mati dan tidak dapat melakukan gerakan apapun. Otomatis yang terlihat, adalah Gumara yang coba meronta namun sama sekali tidak berdaya untuk melawan."Hehehe, bukankah kamu sudah tahu kunci kekuatanku? Salahmu sendiri karena tidak mampu melawan kekuatanku yang kamu bilang murahan ini." Tawa madam Gao mengejek ketidakmampuan Gumara.Selanjutya, Gumara dipaksa berlutut dihadapan madam Gao dengan kedua tangannya merentang kesamping."A-apa yang ingin kamu lakukan?" Teriak Gumara gelisah. Ia tidak dapat menebak jalan pemikiran madam Gao, karena wanita tua tersebut terlihat begitu tenang dan sulit untuk menerka hal
Setelah beberapa serangan berikutnya, pertahanan Gumara akhirnya hancur sepenuhnya.Bug Bug BugBerikutnya, serangan Father masuk tanpa bisa dihentikan.Tubuh Awan terlihat berantakan ketika menerima serangan sebesar itu secara langsung."Tidak, hentikan! Tidaakk.." Angel melihat Awan dihajar habis-habisan oleh Father, tidak bisa menahan diri. Ia coba berlari untuk menolong Awan. Namun, Vino yang berada di dekatnya bergerak cepat menahan tubuhnya."Tidak- tidak, lepaskan aku!" Angel meronta hebat, berusaha melepaskan diri.Vino dibuat keteteran menghadapi rontaan gila Angel."Kalian jangan diam saja. Cepat bantu sini!" Teriak Vino membentak anggotanya yang terlihat kebingungan.Akhirnya setelah dibantu empat orang pengawalnya, rontaan Angel lebih bisa diredam."Tidak, lepaskan aku Vin. Awanku bisa mati, lepas!" Teriak Angel tidak menyerah begitu saja. Ia tidak bisa melihat Awan terbunuh didepannya."Tidak bisa. Disana sangat berbahaya!" Ucap Vino mengingatkan. Hampir saja ia lengah
Kehilangan Jerry akan sangat berbahaya bagi kelompok mereka, yang kalah jumlah dibanding lawan.Wajah Jerry masih sedikit pucat ketika peredaran darahnya sedikit lebih stabil akibat terkena serangan sebelumnya. Ia menyadari kesalahan fatalnya barusan, tapi tetap saja ia tidak bisa menghilangkan kekhawatirannya pada kondisi Awan.Apalagi saat itu, Awan terus-terusan dihajar musuh dan ia sama sekali tidak dapat bergerak untuk membalas ataupun sekedar melindungi dirinya.Jika sesuatu yang buruk terjadi pada Awan, maka mereka tidak akan punya muka untuk menghadap leluhur mereka di akhirat nanti.Jerry dibuat tidak berdaya karena tidak bisa melindungi Awan. Jerry bangkit dengan mata menyala merah, aura dewa perangnya kembali memancar kuat."Kamu benar, saudaraku. Aku terlalu sembrono barusan. Mari, kita habisi mereka terlebih dahulu. Lalu, kita selamatkan ketua."Melihat tekad membara Jerry, Haider mengangguk tegas. Ia pun melakukan hal yang sama, mereka tidak lagi sekedar bertarung biasa
Tidak tahan, Amelia memerintahkan salah seorang pengawalnya untuk menjaga ibunya. Sementara ia akan masuk ke dalam untuk mencari Hadi.Amelia berhasil masuk ke dalam aula dan sangat terkejut, begitu mendapati Hadi sudah dalam keadaan sangat menggenaskan. Ia dengan cepat mendekati Hadi yang saat itu dikawal oleh sepuluh orang pengawalnya dan juga sedang berjuang untuk menyingkirkan setiap puing bangunan yang jatuh ke arah mereka."Kakak, apa yang terjadi denganmu?" Raung Amelia dengan perasaan hancur begitu mendapati Hadi dalam keadaan yang hampir susah dikenali. Hadi masih meraung kesakitan, meski dengan suara yang sudah sangat parau. Kedua tangannya putus, matanya mengeluarkan darah segar dan tidak bisa melihat akibat racun syaraf Awan. Hadi bahkan tidak dapat melihat Amelia ada disana dan baru sadar ada Amelia disana ketika mendengar suara teriakannya barusan."Dik, kamukah itu?" Erang Hadi lemah."Iya, ini aku. Ba-bagaimana kakak bisa berakhir tragis seperti ini?" Tanya Amelia den
Amelia segera berjalan mendekati posisi Angel. Sebuah pisau kecil ditangannya sudah siap untuk memutus nyawa Angel yang saat itu sedang tidak sadarkan diri.Melihat Amelia berjalan ke arahnya sambil membawa sebuah pisau, Vino merasakan ada niat yang tidak baik darinya."Amelia, mau apa kamu kesini?" Tanya Vino ketus.Ia sadar tidak ada gunanya untuk berbasa-basi dengan Amelia, mata wanita itu sudah menyiratkan tujuannya dengan sangat jelas."Vin, serahkan gadis itu padaku!" Balas Amelia dingin tanpa basa-basi."Tidak bisa! Dia dalam penjagaanku." Tolak Vino tegas. Amelia menatap datar pada Vino. Dia masih dapat mengontrol dirinya, karena memandang keluarga Vino adalah aliansi keluarganya."Dia adalah wanita kakakku. Sekarang kakakku sudah tewas, maka wanita itu juga harus tewas untuk menemani kakakku di alam sana."Vino terkejut begitu mendengar Hadi sudah tewas. Ia melayangkan pandangannya pada kerumunan pengawal Hadi yang berada tidak jauh di belakang Amelia. Disana ia mendapati se
Saat itu, ia melihat kakaknya, Lukman Jati sedang bertarung dengan salah satu pimpinan elit klan Atmaja.Bug bugSatu persatu, anggota Vino berhasil dilumpuhkan dan kini hanya tersisa Vino seorang diri.Amelia menatap tajam Vino dan berujar dengan nada dingin, "Terakhir kalinya, kuperingatkan. Menyingkirlah!"Itu adalah peringatan terakhir dan batas kesabaran Amelia terhadap Vino. Ia mungkin tidak akan membunuh Vino, demi memandang aliansi keluarga mereka. Tapi, itu bukan berarti Amelia tidak akan menyakiti Vino jika anak bungsu Herman Jati tersebut masih nekat menghalangi jalannya.Vino merasakan kegugupan dalam dirinya, tapi ia sudah bertekad untuk melindungi Angel, apapun yang terjadi."Tidak!" Ucap Vino menguatkan dirinya.Amelia mendengus dingin, "Baiklah, kamu sendiri yang memintanya."Setelah mengucapkan itu, Amelia bergerak cepat dan tiba-tiba sudah berada dihadapan Vino.PlakTubuh Vino terlempar ke samping karena satu tamparan Amelia.Vino merasakan pandangannya berkunang da
"KAKAAAKK, TOLONG AKUU." Vino berteriak sejadi-jadinya dengan sisa kekuatannya yang terakhir. Sampai sebuah pukulan Amelia menghantam telak kepalanya dan membuat Vino kehilangan kesadarannya. Tubuh Vino dibanjiri oleh darah dan bahkan wajahnya sudah membengkak seluruhnya, dan sulit untuk dikenali.Lukman Jati sedang bertarung ketat dengan Aldo, ketika Vino berteriak meminta pertolongan. Pertarungan itu sendiri begitu intens, sehingga gangguan sekecil apapun yang dapat mengalihkan fokus akan menentukan siapa pecundang dan pemenangnya.Mendengar teriakan sang adik, Lukman mau tidak mau teralihkan konsentrasinya. Ia mencemaskan keadaan sang adik yang sampai berteriak meminta pertolongan darinya. 'Vino berada dalam bahaya?'"Kamu teralihkan, jang!" Aldo sama sekali tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Ia bertahan dan berusaha keras untuk dapat segera mengalahkan lawannya, demi bisa menyelamatkan Awan. Melihatkan peluang untuk menghancurkan lawan dalam satu kali serang, ia sama sekali t