Amelia segera berjalan mendekati posisi Angel. Sebuah pisau kecil ditangannya sudah siap untuk memutus nyawa Angel yang saat itu sedang tidak sadarkan diri.Melihat Amelia berjalan ke arahnya sambil membawa sebuah pisau, Vino merasakan ada niat yang tidak baik darinya."Amelia, mau apa kamu kesini?" Tanya Vino ketus.Ia sadar tidak ada gunanya untuk berbasa-basi dengan Amelia, mata wanita itu sudah menyiratkan tujuannya dengan sangat jelas."Vin, serahkan gadis itu padaku!" Balas Amelia dingin tanpa basa-basi."Tidak bisa! Dia dalam penjagaanku." Tolak Vino tegas. Amelia menatap datar pada Vino. Dia masih dapat mengontrol dirinya, karena memandang keluarga Vino adalah aliansi keluarganya."Dia adalah wanita kakakku. Sekarang kakakku sudah tewas, maka wanita itu juga harus tewas untuk menemani kakakku di alam sana."Vino terkejut begitu mendengar Hadi sudah tewas. Ia melayangkan pandangannya pada kerumunan pengawal Hadi yang berada tidak jauh di belakang Amelia. Disana ia mendapati se
Saat itu, ia melihat kakaknya, Lukman Jati sedang bertarung dengan salah satu pimpinan elit klan Atmaja.Bug bugSatu persatu, anggota Vino berhasil dilumpuhkan dan kini hanya tersisa Vino seorang diri.Amelia menatap tajam Vino dan berujar dengan nada dingin, "Terakhir kalinya, kuperingatkan. Menyingkirlah!"Itu adalah peringatan terakhir dan batas kesabaran Amelia terhadap Vino. Ia mungkin tidak akan membunuh Vino, demi memandang aliansi keluarga mereka. Tapi, itu bukan berarti Amelia tidak akan menyakiti Vino jika anak bungsu Herman Jati tersebut masih nekat menghalangi jalannya.Vino merasakan kegugupan dalam dirinya, tapi ia sudah bertekad untuk melindungi Angel, apapun yang terjadi."Tidak!" Ucap Vino menguatkan dirinya.Amelia mendengus dingin, "Baiklah, kamu sendiri yang memintanya."Setelah mengucapkan itu, Amelia bergerak cepat dan tiba-tiba sudah berada dihadapan Vino.PlakTubuh Vino terlempar ke samping karena satu tamparan Amelia.Vino merasakan pandangannya berkunang da
"KAKAAAKK, TOLONG AKUU." Vino berteriak sejadi-jadinya dengan sisa kekuatannya yang terakhir. Sampai sebuah pukulan Amelia menghantam telak kepalanya dan membuat Vino kehilangan kesadarannya. Tubuh Vino dibanjiri oleh darah dan bahkan wajahnya sudah membengkak seluruhnya, dan sulit untuk dikenali.Lukman Jati sedang bertarung ketat dengan Aldo, ketika Vino berteriak meminta pertolongan. Pertarungan itu sendiri begitu intens, sehingga gangguan sekecil apapun yang dapat mengalihkan fokus akan menentukan siapa pecundang dan pemenangnya.Mendengar teriakan sang adik, Lukman mau tidak mau teralihkan konsentrasinya. Ia mencemaskan keadaan sang adik yang sampai berteriak meminta pertolongan darinya. 'Vino berada dalam bahaya?'"Kamu teralihkan, jang!" Aldo sama sekali tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Ia bertahan dan berusaha keras untuk dapat segera mengalahkan lawannya, demi bisa menyelamatkan Awan. Melihatkan peluang untuk menghancurkan lawan dalam satu kali serang, ia sama sekali t
"Tuan, Lukman. Tolong jangan melewati batas! Anda sudah menyerang nona Amelia, itu sudah setimpal dengan apa yang dilakukan oleh nona kami pada tuan muda Vino. Nona Amelia tidak bermaksud menyerang tuan muda Vino. Itu semua terpaksa dilakukannya, karena tuan muda Vino coba menghalangi nona Amelia untuk mengambil nona Angel." Salah seorang kepala pengawal Hadi memberanikan diri berkomentar demi menenangkan amarah Lukman Jati.Mereka sadar tidak akan dapat mencegah Lukman melakukan apapun yang diinginkannya, keselamatan Amelia terancam jika Lukman sampai berbuat nekat.Salah seorang dari mereka harus bisa menenangkan amarah tuan muda yang sedang mengamuk ini."Siapa kalian, berani mengajariku apa yang harus kulakukan?" Dengus Lukman dingin.Para pengawal ini tercekat dan merasakan keringat dingin mereka mengalir deras membasahi punggung mereka. Tapi, mereka harus tetap berusaha meyakinkan Lukman, jika tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi pada Amelia dan tentu saja akan berimbas pada m
Kata-kata Lukman penuh dengan kesombongan dan tidak bisa ditawar-tawar.Amelia mendengar betapa sombongnya Lukman, tidak bisa menyerah begitu saja. Ia memperhatikan Lukman sejenak dan ia juga telah menerima serangan Lukman sebelumnya. Dari situ, Amelia sadar jika Lukman tidak berada dalam kondisi terbaiknya. Lukman pasti mengalami cidera dari pertarungan sebelumnya. Jika tidak, ia mungkin sudah mati saat ini.Memikirkan hal itu, Amelia tidak perlu terlalu mencemaskan kekuatan Lukman. Bagaimana pun, ia memiliki sepuluh orang pengawal bersamanya. Dua diantara mereka bahkan hampir mencapai level grandmaster setengah langkah. Jika mereka bekerjasama, tidak mustahil mereka akan dapat mengalahkan Lukman.Amelia dengan cepat memberi kode pada dua orang pengawal lainnya yang sedang menjaga Hadi. Setelah sepuluh orang pengawalnya berkumpul, Amelia berkata, "Mematahkan kedua tanganku? Jangan terlalu sombong dulu. Kalau kamu sanggup, cobalah ambil sendiri." Tantang Amelia.Kekesalannya memuncak,
Father mengambil jeda sesaat dan berbalik ke belakang, bermaksud untuk menunggu instruksi dari madam Gao. Namun, saat ia melihat madam Gao, ternyata mata orang nomor satu di organisasi the Shadow itu sudah menghitam sepenuhnya.Father terkejut, ia belum pernah melihat madam Gao dengan mata seperti itu sebelumnya. Ditambah aura yang dpancarkan oleh madam Gao, begitu mengerikan.'Apa itu artinya, madam Gao sedang menggunakan kekuatan penuhnya saat ini?'Father tidak menyadari betapa susahnya untuk mengendalikan Gumara dengan kekuatan yang hampir terbuka sepenuhnya."Father, tusuk jantungnya!" Perintah madam Gao."Hmn, baik madam." Jawab Father gugup.'Bukankah ini terlalu cepat?' Pikir Father bertanya-tanya.Namun, ia tidak berani membantah perintah madam Gao.Father hanya bisa melihat kasihan ke arah Awan, "Sepertinya ini akan menjadi akhir hidupmu, bocah."Setelah mengucapkan kalimat itu, Father mengeluarkan sebuah pedang sepanjang lengan orang dewasa. "Ini disebut pedang zeus. Kamu
"Mau menyelamatkannya? Tidak semudah itu." Madam Gao tertawa mengejek para dewa perang ini. Ia telah melepaskan intent miliknya dan menyebar disekitar tempatnya berdiri, dalam jarak tertentu. Akibatnya, siapapun atau apapun yang memasuki area tersebut akan masuk ke dalam kendali kekuatannya.Itu merupakan wujud sempurna dari kekuatan telekinesis madam Gao.Madam Gao tidak berniat menahan lama-lama sepuluh orang ini, karena itu akan membuat fokus kekuatannya sedikit terpecah. Karena itu, ia telah menyiapkan seseorang untuk tugas itu."Hilda, lakukan tugasmu!""Baik, madam."Hilda dalam sekejap menghilang dari tempatnya dan dengan kecepatan cahaya miliknya, 10 orang yang berada dalam perangkap madam Gao, terkena telak serangan Hilda.Sepuluh orang tersebut dikirim terbang dan masing-masing mereka menderita cidera cukup serius.Tidak ada yang mebayangkan jika madam Gao akan memiliki level kekuatan yang sangat mengerikan seperti sekarang. Bahkan sejauh yang mereka ingat ketika pertempuran
Saat dewa perang klan Sanjaya disibukkan dengan Herman Jati dan yang lainnya, tampak kabut putih tampak menyusup perlahan dan mengelilingi tubuh Father dan Gumara.Madam Huo bersikap lebih waspada, kabut tipis tersebut awalnya mulai terlihat samar dan ketika mulai mengelilingi Father dan Awan tampak sebuah bayangan bergerak dari dalam kabut. Kening madam Gao sedikit berkerut, kekuatan telekinesisnya berhasil dikelabui dan seseorang berhasil menyelinap masuk ke dalam jangkauan kekuatannya. Meski begitu, ia masih terlihat tenang dan menganggap itu bukan ancaman besar, begitu merasakan intent kekuatan si penyusup.Father hendak memaksa kembali untuk mendorong ujung pedangnya dan hampir berhasil menembus lapisan kulit terluar tubuh Awan. Tampak darah segar mulai keluar, saat itulah sebuah bayangan bergerak menyerang dirinya.Duar.Father cukup terkejut, ia tidak menyadari serangan tersebut sebelumnya karena terlalu fokus untuk dengan Awan. Meski kekuatan penyerangnya jauh berada dibawah