Selama ini, Hadi belum pernah menguji kemampuan bertarung Awan secara langsung. Dia hanya menganggap Awan sebagai pewaris yang kebetulan terpilih sebagai penerus utama keluarga dan masih belum berhasil membangkitkan kekuatan sejatinya. Karena seperti Ayahnya dulu, untuk bisa membangkitkan kekuatan sejati 'warisan' keluarga mereka, perlu melakukan ritual pertarungan antara pewaris utama dan calon penerusnya.
Awan belum melakukan hal itu.
Hadi tidak mengetahui jika kasus Awan mengalami hal yang berbeda, karena sejatinya Ia memiliki dua kekuatan dalam dirinya. Tanpa harus melewati ritual seperti seharusnya, Ia dapat membangkitkan kekuatan sejatinya.
Dulu ketika Hadi berhasil memanfaatkan Steven untuk menyerang Awan. Saat itu Awan berhasil mengalahkan Steven, namun dari laporan yang diterimanya, mereka bertarung hebat sebelum akhinya Awan keluar sebagai pemenang. Sehingga, Hadi hanya menilai kemampuan Awan dari laporan yang diterimanya saat itu.
Hadi ha
Kengerian tergambar jelas diwajahnya sekarang, Ia tidak menyangka jika saudara tirinya yang disangka adalah orang yang polos, ternyata bisa bertindak sekejam itu.BugAwan mendorong kepala Hadi kelantai dan mulai menginjak kepalanya dibawah sepatu pentofel miliknya, "Begitukah caramu berbicara denganku?" Tanya Awan dingin.Hadi terkesiap, Ia tidak pernah merasakan penghinaan sebesar itu dalam hidupnya. Tapi, Ia berada dalam posisi yang tidak menguntungkan. Ia terpaksa menelan kembali makian yang telah siap dilontarkannya. Melihat dari sikap Awan sekarang, Ia bahkan tidak akan ragu sedikitpun untuk membunuhnya saat ini."Ku-kumohon, tolong hentikan!" Jawab Hadi tidak berdaya. Ingin rasanya Ia mengubur dirinya jauh kedasar lantai saat itu juga, tidak pernah terbayangkan dalam hidupnya jika Ia akan memohon pengampunan pada pria yang dianggap tidak pernah layak berada dalam keluarganya tersebut."Sekarang kutanya sekali lagi, apa kamu masih mau mengamb
PlakkSebuah tamparan membuat tubuh berisi Magdalena terbang kebalik sofa dan membuatnya meringkuk diatas lantai. Dua gigi sebelah kirinya copot dan membuat genangan darah segar keluar dari mulutnya.Magdalena terbelalak tidak percaya, "Ka-kau.. Kamu berani-beraninya memukulku..."PlaakkkTamparan berikutnya kembali membuat tubuh Maglena terbang kearah berlawanan. Dua lagi gigi Magdalena lainnya ikut copot.Melihat empat giginya sudah rontok terkena dua tamparan Awan, Magdalena langsung menangkupkan kedua tangannya ke wajahnya untuk mencegah Awan menamparnya kembali.Awan berkata dengan ekspresi dingin diwajahnya, itu karena Ia tahu jika Magdalena lah yang telah memukul Vannesa dan dua orang karyawatinya, "Aku memukulmu, terus kenapa?"Baik Hadi maupun Vannesa dibuat terdiam seribu bahasa, mereka tidak menyangka jika Awan bahkan tidak pandang bulu dalam melampiaskan kekejamannya.Bagaimana Magdalena masih berani bicara?
"Hmn.. Aku juga orang barbar dan pendendam, jadi sebaiknya tidak ada kata lain kali ketika kalian memiliki keinginan yang sama untuk coba memprovokasiku lagi." Ujar Awan dengan leluasa membalikkan semua ucapan Hadi dan Magdalena.Magdalena dan Hadi terpaksa meneguk ludah, mereka melihat Awan tidak ubahnya seperti monster, karena Ia pasti dapat melakukan apapun yang diucapkannya. Meski mereka datang dengan rencana lainnya, tapi tidak ada diantara mereka yang berani bicara sedikitpun dan memilih untuk memendamnya dalam hati. Paling tidak, sampai waktunya tiba. Hari dimana mereka bisa membalaskan rasa sakit hati yang mereka terima hari ini.Melihat bibi tiri dan suadara tirinya tidak lagi berani bicara, Awan pun tersenyum puas. Sambil menepuk kedua tangannya, Awan memberi perintah pada dua securitynya, "Kalian berdua, seret mereka berdua kebawah. Pastikan kalian membawa mereka berdua kembali, tepat dijalur mana mereka lewati sebelumnya. Pastikan semua orang menya
"Mik.. Kamu tidak menghubunginya dulu sebelum berangkat?"Mikha yang sedang membawa beberapa tas ransel dengan troli langsung berhenti sejenak, wajahnya tampak ragu dan dengan berat hati berkata, "Aku sudah memberitahu Awan tentang keberangkatan hari ini. Tapi.. sepertinya Ia lupa atau sedang banyak kerjaan.""Yah bisa jadi seperti itu! Tapi, kamu akan pergi cukup jauh dan dalam waktu yang lama. Apa kamu yakin, tidak ingin bertemu Awan terlebih dahulu."Mikha hanya tersenyum getir, jauh dalam lubuk hatinya Ia ingin bertemu Awan sebelum pergi. Padahal kepergiannya kali ini hanya untuk magang dan akan kembali setelah beberapa bulan, namun entah kenapa langkah kakinya terasa begitu berat. Seolah Ia akan sulit kembali setelah pergi kali ini.Jika sudah begitu, apa yang paling ditakutkannya?Ia takut, tidak lagi bisa bertemu dengan Awan lagi nantinya."Baiklah, Aku akan menghubunginya?" Kata Mikha setelah memikirkan kata-kata Rose. Ia
Rose sendiri, entah kenapa merasa tidak enak ketika melihat Mikha pergi dalam keadaan seperti itu. Ia puh sadar, jika hubungan antara Mikha dan Awan tidak lebih dari sekedar teman dekat, terasa begitu ambigu. Tapi, sesama wanita, Rose juga paham perasaan sebenarnya dari Mikha untuk Awan. Ia merasa tidak berdaya untuk masuk ke dalam lingkaran tersebut. Disatu sisi, Awan adalah penyelamatnya dan disisi lain, Mikha adalah sahabatnya. Ia hanya berharap, waktu akan memberikan yang terbaik untuk dua orang itu. Saat ini, pesawat Mikha sudah 10 menit lebih take off dari bandara. Rose baru melihat Awan yang saat itu sedang berjalan terburu menuju arahnya, "Mikha sudah berangkat?" Rose hanya bisa mengangguk dan tampak wajah Awan yang begitu kecewa. Awan merutuki dirinya sendiri, Ia hampir lupa jika hari ini adalah hari keberangkatan Mikha ke Jepang. Padahal Ia sudah berjanji dua hari yang lalu untuk bisa mengantar Mikha ke Bandara, namun insiden
Tubuh Awan serasa kaku begitu mendengar berita yang sedang dibawakan presenter salah satu stasiun televisi tersebut. Bahkan banyak diantara pengunjung Bandara berkumpul didepan TV untuk menyimak berita penting tersebut.Siapa yang tidak kenal dengan Kelvin Sanjaya? Satu dari 9 kepala keluarga terkaya di Indonesia dan bahkan Asia. Semua orang dibuat terkejut dan penasaran bagaimana nasib taipan kaya tersebut.Apalagi segitiga bermuda adalah wilayah bagian barat samudra atlantik terkenal dengan medan gravitasinya yang tidak stabil. Bahkan banyak fenomena meteorologi aneh dan sulit dijelaskan dengan sains telah terjadi disana dan sampai sekarang belum ada satupun ilmuwan atau negara yang bisa menjelaskan dan mengungkap misteri aneh tersebut.Makanya, banyak penerbangan yang melintasi jalur tersebut hanya berada dijalur pinggir yang dirasa lebih aman. Namun, tidak sedikit pesawat atau kapal yang melintasi segitiga bermuda, menghilang begitu saja tanpa jejak
Begitu tiba di Emmeral Apartement, Awan langsung bergegas menuju meja kerjanya dan memeriksa laci kerjanya. Sebelum akhirnya mendapatkan apa yang Ia cari, sebuah flash disk berwarna hitam seukuran jari kelingking."Apa itu barang penting?" Tanya Rose kaget begitu melihat apa yang ada dalam genggaman Awan."Tentu saja. Dalam flash disk ini ada pesan penting dari ayahku dan harus kubuka begitu terjadi keadaan genting seperti sekarang."Mendengar itu, jantung Rose seakan mau meledak karena kaget, "Awan, barang sepenting itu hanya kamu taruh disana begitu saja?" Tanya Rose seakan tidak percaya.Bagaimana tidak? Flash disk sepenting itu hanya ditarok sembarangan bersamaan dengan barang-barang biasa. Jika Awan tidak mengatakan flash disk tersebut berisi file penting, bisa jadi orang akan beranggapan itu adalah flash disk biasa yang tidak berguna."Kenapa memangnya?""Bukankah itu sangat penting? Kenapa tidak disimpan
"Apa itu?" Tanya Awan tidak sabar. "Dalam video ini ada sebuah script yang dapat menghubungkan ip addres kita sekarang dengan ip tertentu. Aku tidak tidak tahu kemana tujuan koneksinya, bisa jadi itu dalam bentuk data atau bahkan bisa membocorkan lokasi keberadaan kita saat ini." Awan memikirkannya beberapa saat, lalu Ia berkata dengan tenang, "Tidak apa-apa. Ini adalah flash disk yang diberikan Ayah langsung pada Paman Zack. Apapun itu, pasti itu bagian dari rencana Ayah. Ini sangat penting, karena ada petunjuk yang ditinggalkan Ayah untukku. Jika didalamnya ada bahaya, Aku akan menghadapinya nanti." "Baiklah, kalau kamu begitu yakin akan hal itu." "Kalau begitu, Aku akan meninggalkanmu disini. Panggil saja, jika kamu butuh bantuanku." Ucap Rose beranjak pergi dan memberikan Awan privasi lebih. Bagaimanapun itu adalah pesan Kelvin Sanjaya pada Awan, pasti ada banyak rahasia yang tidak mungkin sembarang orang bisa m