Devi meringsut mundur sambil menahan sakit dibahu kirinya, saat melihat Billy dan Terrence perlahan mendekatinya dari dua arah berbeda. Kondisinya sama saja seperti seekor tikus yang diapit oleh dua ekor kucing yang siap memangsanya.
Kondisi Devi sedang terjepit dan tidak bisa lari kemanapun, selain nekat untuk bertarung nyawa melawan kedua musuhnya.
Devi tidak ingin mengakui kekalahannya begitu saja. Ia mengeluarkan pedang Tanto andalannya, walau sebenarnya Devi adalah tipikal petarung tangan kosong dan sangat jarang mengandalkan senjata.
Tanto ini sendiri merupakan hadiah yang diberikan Neo padanya, karena bentuknya yang pendek dan praktis untuk digunakan, Devi pun menjadikannya sebagai senjata andalannya disaat terdesak. Meski Ia sendiri ragu bisa menggunakannya untuk menghadapi dua lawan dengan level master seperti Terrence dan Billy. Tapi, paling tidak kalah setelah mencoba jauh lebih baik daripada Ia harus menyerah begitu saja.
"Majulah!"
"Dek, kamu kenapa? Kok gak bersemangat begitu?" Tanya Rachel heran begitu melihat Hanna tiba-tiba murung.Hari ini begitu spesial, karena hari ini Rachel untuk pertama kalinya akan mendampingi Hanna untuk pertunjukan mega konsernya nanti malam. Sebagai anggota keluarga seorang Diva, Rachel tentunya akan duduk di stage VIP bersama dengan teman-temannya.Bukan hanya Rachel, tapi banyak para pecinta musik dan khususnya penggemar Hanna yang jauh-jauh hari sudah menantikan datangnya hari ini.Tapi, tidak seperti apa yang diharapkannya. Hanna justru terlihat seperti orang sedang depresi setelah pagi tadi Ia terlihat begitu bersemangat dan terlihat begitu senang.Rachel bahkan sempat menggodanya, jika alasan Hanna begitu bahagia pagi tadi adalah karena akan bertemu dengan Awan, pangeran idolanya.Sekarang reaksi Hanna justru berbalik 180 derajat dari sebelumnya."Loh-loh, Dek kamu kenapa menangis?" Belum terjawab rasa penasaran Rachel, Hanna justru
Begitu Hanna melakukannya, tubuhnya seakan melayang sesaat dan tiba-tiba Hanna merasakan dorongan untuk membuka matanya. Saat Hanna melakukannya, Ia dapat melihat empat orang yang saat itu sedang coba menyerangnya. Keempatnya memiliki kekuatan yang tidak pernah terbayangkan oleh Hanna, itu membuatnya ketakutan.Deg Deg DegJantung Hanna berdebar dengan kencang. Tapi, Ia sadar jika saat ini Ia sedang berada dalam kamar Apartemen kakaknya. Jadi, tidak mungkin ada orang seperti itu yang menyerangnya.Saat itu, Ia baru sadar jika Hanna sedang melihat melalui mata Awan.Tidak hanya bisa melihat, Hanna juga bahkan bisa merasakan jika Awan sedang cidera parah dan semakin terdesak oleh empat orang yang sedang yang mengeroyoknya.Menyadari hal itu, Hanna semakin cemas."Kak A-Awan." Panggil Hanna dengan suara bergetar cemas."Hanna? Apa yang kamu lakukan?" Sahut Awan terkejut begitu mendengar suara Hanna dikepalanya.Kondisinya se
Beatrix Kiddo dan Maverick terlihat lebih tenang begitu dua pemimpin mereka bergabung dalam pertarungan. Efeknya begitu terasa, begitu mereka berhasil membalikkan keadaan.Api biru milik Awan yang semula mereka takuti, berhasil diredam oleh kekuatan kabut kegelapan milik Kevin Soze.Sekarang Awan terlihat seperti orang sedang sekarat setelah mendapat serangan bertubi-tubi dari mereka berempat, membuat dua jenderal perang tersebut tidak perlu takut lagi untuk menyerangnya secara langsung.Merasa sudah berada diatas angin, keduanya mengambil inisiatif untuk menyerang terlebih dahulu.Bayangan mereka seperti dua sabit raksasa yang bergerak secara bersamaan dan siap memotong tubuh Awan.Slaaahh SlassshhDaya serang keduanya mampu menciptakan celah yang begitu lebar diatas permukaan tanah, meski Awan berhasil menghidarinya.Keduanya tidak berhenti sampai disitu, seakan mereka saling unjuk kekuatan didepan pemimpin mereka, Beatrix dan Maver
Devi dan Neo berniat membantu Awan yang sedang terjepit dari dua sisi, namun langkah keduanya terhenti begitu Beatrix Kiddo dan Maverick menghalangi langkah mereka.Keduanya yang sedang menunggu kesempatan untuk menyerang Awan, melihat Devi dan Neo bergerak mendekat. Tampak ketidak percayaan diwajah mereka, begitu menyadari jika rekan mereka, Terrence telah tewas ditangan kedua wanita tersebut.Tidak ingin konsentrasi pemimpin mereka terganggu, dua jenderal perang Sekte Flamis tersebut langsung bertindak mencegah langkah Devi dan Neo."Mau ikut campur? Tidak semudah itu.""Kalian telah membunuh saudara kami. Kalian harus mati untuk menebus nyawa mereka berdua." Ucap keduanya dingin.Devi dan Neo tidak punya cara lain, ekspresi mereka bertambah suram karena tidak bisa membantu Awan yang sedang terdesak dan malah harus menghadapi dua orang musuh lainnya.Meski bisa berhadapan satu lawan satu, jelas musuh yang dihadapan mereka sekar
"Baiklah, Aku akan mengikuti caramu." Ujar Awan pada akhirnya.Tidak ada pilihan lain, Awan terpaksa harus berjudi dengan satu-satunya pilihan yang tersedia."Mulailah, kamu sudah tahu cara melakukannya, Nak!" Sambut Gumara bersemangat."Tapi... Akan terlambat bagi kita untuk menyelamatkan Devi dan Neo." Lanjut Awan ragu.Ia memikirkan keselamatan Devi dan Neo disaat bersamaan.Pada dasarnya, tubuhnya adalah wadah bagi tiga kekuatan besar secara bersamaan, yaitu kekuatan Huo, Gumara dan kekuatannya sendiri. Logikanya, semakin kuat Awan maka akan semakin besar wadah yang bisa digunakannya untuk mengeluarkan tiga kekuatan ini.Kekuatan Gumara memiliki persentase terbesar diantara mereka bertiga. Perbandingannya, Jika Awan bisa melepaskan kekuatan dirinya dan Huo secara penuh, maka itu akan mengisi penuh wadah miliknya. Tapi, wadah yang sama besar hanya sanggup menampung 10 persen kekuatan Gumara saat ini.Apalagi kekuatan Awan han
"Sekarang fokuslah pada kekuatan api biru.""Karena kekuatan ini berada dalam dirimu, jadi kamu punya kuasa untuk mengaturnya sesuka hatimu. Kamu juga telah memiliki kuasa atas kembaran gaibmu, kamu bisa melihat ada jalur yang terbuka antara dirimu dengan kembaranmu.""Meski ini terdengarnya mudah! Tapi akan sangat sulit jika kamu kehilangan fokus sedikit saja.""Sekarang, pindahkan kekuatan api biru tersebut ke dalam tubuh saudara kembarmu. Kekuatan itu akan memadatkan raga gaibnya dan membuatnya bisa berubah menjadi manusia, dimana kamu akan bisa mengontrolnya sesuka hatimu nanti.""Tapi, ingat! Jangan sampai inti kekuatan api biru ikut terangkat dan terpindahkan." Tambah Gumara mengingatkan."Memang apa yang terjadi kalau inti kekuatanku diangkat, senior Gomu-gomu?" Ternyata Huo yang lebih penasaran mengajukan pertanyaan duluan."Kamu akan mati." Jawab Gumara singkat, padat dan bikin sesak nafas.Glek.Huo langsung pucat, na
Kevin Soze dan Meilin yang sedang menyerang Awan dengan kekuatan penuh, dipaksa untuk bersabar. Karena sejauh ini Awan masih ngotot bertahan untuk mempertahankan selembar nyawanya yang semakin menipis.Saat itu, keduanya melihat sebuah fenomena aneh dari tengah pusaran kabut tempat Awan berdiri. Cahaya biru yang semula melindungi tubuh Awan tampak melesat keluar dan menghilang, tapi tidak ada reaksi lain yang ditimbulkannya. Sehingga, baik Kevin Soze maupun Meilin berpikir jika kekuatan api Awan sudah habis.Namun karena mereka masih merasakan jika Awan masih bertahan dari deras serangan mereka, sehingga mereka tidak mengendurkan sedikitpun serangannya dan malah semakin menaikkan tingkat serangan mereka.Jika saja itu adalah orang biasa, maka bisa dipastikan tubuhnya akan tinggal tengkorak kosong yang sudah membusuk saat ini. Namun, kondisi Awan sangat berbeda.Mau tidak mau, keduanya harus mengakui jika Awan adalah lawan tersulit yang pernah
Disisi lain, Hanna yang sedang gelisah tiba-tiba terdiam mematung. Saat itu, Ia merasa kehilangan hal paling berharga dalam hidupnya, dunianya terasa seakan terhenti begitu saja. Seakan ada sebuah batu besar yang menghimpit dadanya dan membuatnya sulit untuk bernafas. Tanpa bisa ditahan, airmatanya mengalir dengan deras. "Tidak, kak-kak Awan?" Panggil Hanna lemah. Beberapa menit yang lalu, Ia masih bisa merasakan jika bathinnya masih terhubung dengan bathin Awan, meski mereka tidak bisa berkomunikasi. Tapi.., sekarang Ia sama sekali tidak bisa merasakan tanda kehidupan Awan. Hubungannya dengan Awan seakan terputus begitu saja, sehingga Hanna menduga jika Awan telah tewas disuatu tempat. Kehilangan Awan, membuat dunia Hanna juga serasa terhenti. Ia berteriak berulang kali memanggil nama Awan dalam bathinnya, tapi tidak ada sahutan dari Awan sama sekali. Perasaan kehilangan seperti ini, membuat Hanna seakan tidak berdaya dan langsung terpu