“Kau bertanya apa untungnya bagi kalian jika aku adalah orang terkaya di Indonesia?” tanya Geovane dengan mulut yang terbuka setelahnya, terperangah meligat reaksi William si anak jalanan yang bisa-bisanya bertingkah biasa saja ketika mengetahui bahwa ada pria terkaya di Indonesia yang tengah berdiri di hadapannya.
“Ya, memangnya apa keuntungan bagi kami jika kau adalah pria terkaya di negara ini? Bahkan jika kau adalah pria terkaya di planet bumi sekalipun, apa untungnya bagi kami?” timpal seorang anak jalanan lainnya yang bernama Derek. Anak muda tersebut memiliki penampilan yang lebih rapi dari kawanannya.Pakaian yang dikenakan oleh Derek cukup terbilang bagus jika dibandingkan dengan teman-temannya yang lain. Kemeja biru muda polos yang cocok ketika dipasangkan pada tubuhnya yang berlapis kulit putih. Celananya pun tidak banyak robek di sana-sini. Penampilannya cukup kontras jika dibandingkan dengan teman-temannya yang memakai kaus yang sudah kusut, lusuh, dan tidak layak pakai—dalam pandangan Geovane.Apalagi celana yang mereka kenakan sudah robek di banyak bagian, khususnya di darah lutut. Geovane tidak tahu apakah robekan tersebut sengaja dibuat atau karena celana itu sudah lapuk.Kini Geovane memandang ironis pada anak-anak jalanan tersebut. “Kalian bertanya apakah yang menguntungkan setelah kalian mengetahui jika aku adalah orang terkaya di Indonesia?” ujarnya seraya menggelengkan kepalanya beberapa kali.“Tidakkah kalian berpikir bahwa kalian bisa mengambil keuntungan dariku? Sebagai orang paling kaya di Indonesia, aku bisa memberikan apa yang kalian maui. Kalian mau pendidikan? Aku bisa menyekolahkan kalian di sekolah mana pun yang kalian inginkan.”“Kami sama sekali tidak membutuhkan itu,” timpal Derek.Geovane memicingkan matanya. “Kalian mau makan enak? Aku bisa membuat kalian makan dengan gratis di restoran bintang lima yang berbeda setai jam makannya.”“Kami juga tidak membutuhkan itu.”Dengusan kasar terdengar dari Geovane. Ia tidak menyerah untuk kembali berkata, “Kalian ingin pakaian yang bagus? Aku bisa meminta Reynan Wiraatmadja, dia seorang desainer terkenal. Aku akan memintanya untuk membuatkan pakaian khusus untuk kalian yang tidak dijual di tempat lain. Dan pakaiannya hanya akan dibuat dalam jumlah khusus, yang artinya kalian tidak akan menemui orang lain yang memiliki pakaian yang sama dengan yang dibuat khusus untuk kalian.”William benar-benar merasa jengah pada sosok Geovane. Ia meniup wajahnya sendiri hingga poninya bergoyang.Menurutnya, dunia seorang pria terkaya dan anak jalanan seperti mereka berbeda. Geovane yang katanya merupakan pria terkaya di Bumi Ibu Pertiwi tersebut tidak akan paham bagaimana kehidupan anak jalanan dan apa yang diinginkan oleh mereka.
Karena, jalan hidup mereka berbeda. Fasilitas yang mereka dapat selama ini berbeda. Dan yang jelas, pola pikir mereka pun sangat berbeda yang mana perbedaannya pasti terbentang jauh bagaikan dua pulau yang terpisah oleh bentangan lautan biru yang menyimpan banyak keindahan di dalam airnya.Jika diibaratkan, Geovane adalah sebuah pulau pribadi yang harganya sangat mahal. Banyak orang berlomba-lomba untuk menabung uang hanya untuk dapat mengunjunginya. Setiap jengkalnya sangat terawat dengan berbagai fasilitas yang memadai. Sedangkan mereka hanya sebuah pulau kecil yang letak keberadaannya saja tidak diketahui banyak orang kecuali kamera yang terbang mengitari udara. Tidak ada perawatan atau fasilitas khusus di dalamnya, yang ada hanya apa yang disajikan oleh alam.Dan begitu pula dengan anak-anak jalanan, hanya hidup dari apa yang disajikan oleh jalanan.William berkata, “Kau tidak akan bisa memberikan apa yang kami mau walau seberapa besar kekayaan yang punya. Bahkan, kau tidak akan mengerti apa yang kami inginkan.”“Mengapa aku tidak bisa mengerti apa yang kalian inginkan? Apa kalian berpikir aku memiliki kesulitan dalam memahami sesuatu? Asal kalian tahu saja, aku bisa menjadi pengusaha yang sukses mendunia seperti sekarang itu karena aku memiliki otak yang sangat cerdas. Kemampuan berpikirku tidak kalah saing jika dibandingkan dengan para ilmuan yang sering menghabiskan waktu mereka untuk meneliti sesuatu atau pun menemukan sesuatu yang baru.”Lagi, Geovane membanggakan dirinya. Jika ada kontes manusia paling percaya diri di dunia, maka Geovane pasti akan menjadi pemenangnya.Kepercayaan diri yang melekat pada dirinya sudah melebihi kapasitas, jika dibiarkan bertambah lagi maka pria tersebut akan over dosis kepercayaan diri. William, Derek, dan teman-teman mereka kompak memijat kepala mereka yang terasa pening.
Selain pening karena sudah sempat meneguk minuman haram—walau dalam jumlah sedikit, mereka juga pening mendengar penuturan-penuturan yang diucapkan oleh Geovane yang hanya berputar soal kelebihan yang pria kaya tersebut miliki.Padahal, tidak ada gunanya bagi Geovane menyombongkan diri dan kekayaannya kepada anak jalanan seperti mereka karena jelas mereka bukanlah kompetitor yang setara dengan Geovane.
Jika diibaratkan sebuah tubuh, maka Geovane adalah tubuhnya dan merela hanyalah ujung kukku yang akan dipotong setiap minggunya.Kini Derek angkat bicara, “Bisakah kau berhenti membicarakan kelebihan yang Tuhan anugerahkan untukmu? Bagaimana dan siapa pun dirimu, kau tidak tahu dan mengerti bagaimana jalan pikir kami. Apa yang kau anggap keinginan dan apa yang kami anggap sebagai keinginan jelas mempunyai isi yang berbeda!”“Jelas dia tidak akan bisa hanya untuk membayangkan bagaimana jalan pikir kita, Derek. Dia adalah pria kaya raya yang tidak tahu bagaimana kerasnya kehidupan. Karena aku yakin hidupnya sudah terlalu mudah dengan uang-uang yang ia miliki, bahkan ia bisa membayar seseorang untuk menggantikan tugas tangan dan kakinya,” timpal salah seorang anak jalanan lainnya.Mendengar hal tersebut, Geovane tersenyum tipis dengan mata yang redup. Tidak tahu bagaimana kerasnya kehidupan?Jelas Geovane sangat tahu semua itu. Ia tahu bagaimana rasanya mempunyai seorang ayah pemabuk yang gemar marah dan memukulinya dan juga ibunya. Ia juga tahu bagaimana sedihnya ketika datang ke sekolah hanya bisa memakai seragam yang lusuh dan sepatu yang sudah tidak utuh alasnya. Dan Geovane juga tahu bagaimana rasanya menahan lapar, bagaimana rasanya mengharapkan uang-uang koin di jalan raya, dan bagaimana ketika ia dicaci dan dimaki karena menjadi anak jalanan yang identik dengan imej negatif.
Geovane mengangkat wajahnya. “Kalian salah jika berpikir demikian. Dulu, hidupku tidak lebih baik dari kalian. Aku turun ke jalan raya untuk mengamen, mengharapkan ada orang-orang yang mau menghargai suaraku yang pas-pasan. Tapi, aku tidak menjerumuskan diri pada pergaulan hitam di dalamnya.”Kedua mata Geovane beralih pada pecahan botol hijau yang tadi sempat dilemparnya. “Tidak seperti kalian semua, walau dulu aku hidup di jalanan aku tidak pernah mencicipi minuman haram itu. Kalian tahu mengapa? Karena aku mempunyai mimpi yang besar. Aku ingin menjadi orang hebat dan kaya raya, aku juga ingin ... bahagia.”Geovane menjeda sejenak kalimatnya untuk menarik napas, ia juga sempat melirik ke arah Justin yang setia berdiri di belakang tubuhnya. “Dan aku tahu kebahagiaan tidak akan aku dapatkan jika aku merusak diriku.”Jika saja wanita paling sabar di dunia diurutkan namanya, maka nama Shafita pasti akan menempati nomor urut pertama. Selama Geovane mengenal Shafita sejak masa Sekolah Menengah Pertama, ia sudah melihat dengan jelas bagaimana kesabaran yang dipancarkan oleh wanita tersebut. Saat masa sekolah dulu, Shafita tidak tergolong sebagai siswi yang mempunyai teman dalam jumlah banyak. Jika Geovane tidak salah mengingat, Shafita tidak memiliki teman dekat lebih dari dua orang. Itu pun, sangat jarang menjalin kebersamaan. Shafita lebih banyak menghabiskan waktunya sendirian. Dia bukanlah seorang kutu buku yang senang menyendiri dan hanya ditemani oleh sebuah buku yang hanya berisi tulisan, tetapi Shafita adalah orang yang gemar menyendiri dan hanya menghabiskan waktunya untuk diri sendiri. Wanita penyabar tersebut tidak tampak terganggu dengan perilakunya tersebut, dia sangat menikmati setiap waktu kesendiriannya. Shafita pun merupakan pribadi yang sangat se
Geovane tidak merasa ataupun berpikir bahwa Shafita merupakan wanita yang sempurnya. Karena ia tahu jika di dunia ini tidak ada yang benar-benar hidup tanpa cela dan kekurangan. Lagi pula, Geovane sama sekali tidak membutuhkan wanita yang sempurna dan serba bisa.Karena, Geovane bisa melakukan apa pun untuk dirinya sendiri.Salah satunya dalam bidang memasak. Shafita sama sekali tidak memiliki kemampuan untuk melakukan hal tersebut. Dan itu sangat berbanding terbalik dengan sosok Geovane yang pandai meracik makanan.Jika sudah begini, Shafita yang bingung untuk menemukan kekurangan yang ada dalam diri kekasihnya tersebut.Dan memang Geovane sama sekali tidak mengharapkan jika Shafita menemukan kekurangannya. Tampan, tajir, dan multitalenta. Bukankah hal tersebut sangat sempurna untuk didengarkan?Apa lagi yang wanita cari dari seorang pria selain ciri-ciri yang Geovane miliki?Geovane tidak ingin menganggap dirinya sempurna, tetapi
Merupakan hal lumrah bagi Shafita untuk menjadikan rumahnya sebagai tempat pertemuan para kolega bisnis. Tidak, ini bukan kolega bisnis yang dimilikinya. Karena sangat jelas jika dirinya bukanlah wanita yang memiliki karier melejit. Shafita hanya wanita biasa yang menghabiskan waktunya di dalam rumah dengan kegiatan yang tentu semua orang akan bisa membayangkannya seperti apa. Bukan pula kolega bisnis kedua orang tuanya. Karena, walaupun ia tidak terlahir dari keluarga yang patut dikatakan miskin, dirinya pun tidak terlahir dari keluarga yang pantas untuk disebutkan kaya raya. Shafita biasa menyebutnya sedang-sedang saja. Ia hidup dalam porsi yang pas tanpa kelebihan ataupun kekurangan suatu apa pun. Dan yang telah berada di dalam rumahnya sejak tiga puluh menit yang lalu adalah kolega bisnis dari Geovane. Jumlahnya sekitar tujuh orang. Empat orang di antara mereka adalah pria dan tiga orang lainnya berjenis kelamin wanita yang mana Shafita tebak meru
Jika diperhatikan secara lebih mendalam, laporan yang dibuat oleh Jesslyn masih dan selalu saja ada kesalahan. Namun, entah mengapa sampai sekarang Geovane masih saja mempertahankan wanita tersebut yang padahal jika dinilai dari kinerjanya maka Jesslyn bukanlah karyawan yang patut untuk dipertahankan.Wanita tersebut lebih banyak menghabiskan waktu untuk berusaha menarik perhatian dan mendekati Geovane. Dan Geovane sendiri tidak menyukai tabiat Jesslyn yang seperti itu tetapi juga tidak melarangnya. Sekarang, keningnya berkerut-kerut karena membaca laporan yang dituliskan oleh Jesslyn. Yang diterimanya kini bukanlah data perusahaan, melainkan data keuangannya pribadi yang dikelola oleh seorang akuntan.Sebelum memberikan laporannya secara langsung pada Geovane, seorang akuntan yang bekerja padanya akan mengirimkan laporan dalam bentuk yang masih kasar untuk selanjutnya diserahkan pada Jesslyn yang akan membuatkan laporan akhir. Sebenarnya tugas tersebut masih tanggung
Geovane merebahkan tubuhnya di atas sofa yang ada di ruangan kerjanya. Hal santai semacam itu tak akan dilakukannya jika masih dalam waktu bekerja. For your information, Govane adalah salah satu jenis manusia yang sangat gemar bekerja dan menjunjung tinggi pekerjaannya. Karena bagi Geovane, pekerjaan adalah sumber kehidupannya.Kini waktu menunjukkan pukul tujuh malam, di mana semua karyawannya telah pulang ke rumah masing-masing kecuali para petugas kebersihan dan anggota keamanan yang bertugas malam hari. Di dalam ruangannya, Geovane merenung sendirian.Sebenarnya tidak dapat dikatakan merenung karena alasannya berada di sini adalah karena ia kelelahan. Hari ini pekerjaannya terasa lebih berat, atau mungkin Geovane yang tidak semangat. Berkali-kali Geovane menghirup dan mengeluarkan napas dengan cara yang kasar.Di luar ruangan, ada Justin yang setia menunggunya. Tetapi Geovane belum berniat untuk ke luar. Rasanya ia masih merasa betah untuk
Sudah tujuh menit berlalu Shafita berkutat di ruang kerja milik Geovane yang ada di rumah Shafita. Karena kekasihnya tersebut sering berkunjung ke rumahnya, Shafita mengubah salah satu ruangan di rumahnya untuk menjadi ruang kerja Geovane.Seperti saat ini, Geovane membawa seluruh laporan keuangan pribadinya selama satu tahun ke belakang. Dari mulai laporan yang dibuat oleh akuntan kepercayaannya yang sudah berhenti bekerja hingga laporan keuangan yang tiga bulan belakangan ini dibuat oleh Jesslyn.“Shafita, jangan gunakan dendam kesumatmu terhadap Jesslyn untuk menyelidiki kasus ini.” Itu merupakan kalimat peringatan yang diucapkan oleh Geovane ketika Shafita mulai memeriksa laporan-laporan keuangan di tangannya.Hal tersebut membuat Shafita memanyunkan bibirnya karena merasa jika Geovane terlalu peduli pada sosok Jesslyn. Bukankah wajar bila Shafita menaruh kecurigaan terhadap Jesslyn mengingat jika wanita itu yang telah membuat laporan tiga bulan
Dua ponsel kini berada di tangan Shafita, dan dua benda canggih tersebut bukanlah miliknya. Bukan pula milik Geovane yang kini sibuk menandatangani beberapa berkas setelah membacanya. Ponsel pertama adalah milik Jesslyn, si sekretaris penggoda yang sangat Shafita tidak suka. Katakanlah dirinya cemburu, bukankah hal tersebut memang wajar?Dan ponsel ke-dua adalah milik Joshua, yang kini menjabat sebagai akuntan Geovane. Dua benda tersebut dikumpulkan atas perintah Geovane dengan cara dadakan agar tidak ada pihak yang bisa mempersiapkan perubahan terlebih dahulu. Geovane yang telah mengambil benda-benda ini dari pemiliknya secara langsung.Shafita bisa saja memeriksa ponsel mereka olehnya sendiri, tetapi ia takut membuat kesalahan yang malah akan membuatnya terlibat dalam masalah. Untuk mencegah hal tersebut, akhirnya Shafita memanggil Geovane untuk mendekat ke arahnya. “Geovane, kemarilah. Jika nanti yang kutemukan bersalah adalah Jesslyn kau pasti akan mengira ji
Tidak biasanya Jesslyn merasakan ada aura menegangkan ketika kakinya masuk ke dalam ruangan milik Geovane. Biasanya, sensasi yang ia rasakan ketika berada di dalam ruangan yang serba mewah tersebut adalah perasaan menyenangkan dan indah. Tidak pernah sekali pun Jesslyn merasakan ketegangan seperti saat ini selain hari ini dan ketika pertama kalinya ia melamar pekerjaan di perusahaan Geovane.Bosnya sendiri yang tak lain adalah Geovane kini menatapnya dengan tajam. Matanya tak lepas dari Jesslyn yang kini berdiri kaku bagaikan patung yang pahatannya tak sempurna. Sorot tajamnya memerhatikan setiap gerak dan setiap gerik yang dilakukan oleh Jesslyn. Dimulai dari wanita yang berpakaian terbuka itu yang berulang kali merapikan rambutnya yang padahal sama sekali tidak tertiup angin, karena memang tidak ada angin kencang yang masuk ke dalam ruangan Geovane.Hingga kemudian Jesslyn yang semakin gelisah dan tak nyaman hanya untuk sekadar berdiri dengan tenang di atas kakinya s
Kini hanya tinggal Shafita dan Geovane saja yang piknik. Tentu saja Shafita merasa sangat senang menyadari hal tersebut. Sebab, hal-hal seperti inilah yang diinginkan olehnya. Menikmati waktunya bersama Geovane tanpa ada kehadiran Jesslyn yang selalu saja mengundang kecemburuannya sebagai seorang wanita.Geovane dan Shafita duduk dengan posisi yang berhadapan. Pria kaya raya itu sejak tadi tak henti memandangi wajah Shafita sambil memakan beberapa potong roti. “Apa kau merasa senang karena aku mengusir Jesslyn dari acara piknik kita ini?”Kalimat tanya yang Geovane utarakan rupanya membuat Shafita langsung mengangkat tatapannya. Wanita itu menghembuskan napas panjang beberapa kali sebelum akhirnya berdecak dengan kesal. “Mengapa kau bertanya mengenai sesuatu yang jawabannya sudah kau tahu? Tentu aku merasa sangat senang karena akhirnya kau menyingkirkan dia dari acara kita. Aku sangat tidak menyukainya, dan kau sangat tahu hal tersebut.”“Aku hanya ingin kau menikmati kebersamaan k
Geovane benar-benar tidak tahu diri, ia merangkul bahu Jesslyn sesuka hatinya ketika mereka sampai di taman yang akan dijadikan sebagai tempat untuk berpiknik. Jika orang lain tidak tahu bahwa Shafita adalah wanita yang berstatus sebagai kekasihnya, maka orang tersebut pastilah berpikir jika Jesslyn-lah kekasih dari Geovane.Justin yang berjalan di belakang tubuh Shafita sambil membawa perlengkapan piknik mereka sampai merasa tak enak hati.Sebagai kakak dari Jesslyn dan juga tangan kanan dari Geovane, tentu saja Justin tahu akan kedekatan sejenis apa yang sering dipertontonkan oleh keduanya. Ia terkadang merasa kasihan pada Shafita yang harus tetap sabar menghadapi kekasihnya.“Sepertinya di sini saja, tidak terlalu panas karena ada pohon besar yang akan menjadi payung alami untuk kita,” tunjuk Geovane pada salah satu titik yang memang terlihat sangat nyaman untuk dijadikan sebagai tempat piknik.Dengan sigap, Justin langsung menurunkan perlengkapan yang dibawa oleh kedua tangan
Tanpa tahu malu, Geovane bersantai di rumah milik Shafita. Ruang utama di rumah itu telah berubah bak kapal pecah yang tak terjamah. Bagaimana tidak, ada banyak sampah yang berserakan, posisi sofa pun sudah tak rapi seperti sebelumnya. Sang tuan rumah masih belum tahu akan hal tersebut. Wanita itu masih bergelung di dalam kamar karena memang hari baru beranjak pagi. Geovane menginap, dan kekasihnya masih marah. Meminta untuk dimengerti tetapi Geovane tak merasa ada sesuatu yang harus ia mengerti. “Tuan Geo,” panggil seseorang yang tak lain adalah Jovano, pria itu baru saja masuk. Ia tak datang sendirian, melainkan bersama seorang wanita di belakangnya. Wanita yang ada di belakang tubuh Jovano pun langsung menyunggingkan senyum yang manis dan juga sensual, ia adalah Jesslyn. Geovane memang sengaja meminta kakak beradik itu untuk datang ke rumah Shafita. Hari ini, Geovane ingin menghabiskan waktunya untuk bersantai, dan ia sengaja mengajak Jesslyn agar waktu bersantainya jauh lebih m
Shafita memerhatikan Geovane yang kini tengah asyik memasak di dapurnya dengan perasan yang kesal. Dan memang ia merasa sangat kesal pada kekasihnya tersebut. Shafita merasa jika ia tidak mau terus menjadi wanita lemah dan hanya diam saja melihat semua kelakuan yang ditunjukkan oleh Geovane. Semakin hari, Shafita semakin menyadari saja bahwasanya kedekatan yang terjalin di antara Geovane dan juga Jesslyn bukanlah kedekatan yang wajar antara bos dan juga sekretarisnya. Dan tentu saja hal tersebut sangat mengganggu perasaannya sebagai seorang wanita. “Makanan yang aku masak tidak gosong sama sekali, tetapi kenapa kau menatapku dengan sangat tajam seperti itu?” tanya Geovane seraya menuangkan sup yang telah dibuatnya ke mangkuk yang sudah ia sediakan. Dari tadi ia hanya diam bukan karena dirinya yang tidak menyadari tatapan tajam yang diberikan oleh kekasihnya. Hanya saja, Geovane merasa aneh dengan tingkah Shafita yang kurang bersahabat hari ini. Bahkan Shafita kini enggan untuk menja
Shafita sangat menyadari jika dirinya tidak sebanding dengan Jesslyn, seorang sekretaris yang sangat pintar dan juga cantik. Penampilannya yang selalu modis menjadi daya tarik yang tidak bisa dielakkan. Sebagai wanita saja Shafita mengakui jika Jesslyn sangat cantik, mungkin juga karena bakatnya yang pandai merias diri.Dan Geovane, Shafita terkadang merasa minder jika berdekatan dengan pria sukses seperti kekasihnya tersebut. Bujangan kaya raya yang disukai banyak wanita. Jika diadakan absen wanita yang menjadi saingannya, maka Jesslyn bukanlah satu-satunya wanita yang gemar mendekati Geovane. Ada banyak wanita yang sangat menyukai dan selalu terang-terangan menunjukkan perasaannya terhadap Geovane.Hanya saja, di antara mereka semua Jesslynlah yang paling beruntung karena wanita itu dapat menjadi sekretaris Geovane yang membuatnya bisa berdekatan dengan pria idolanya dengan waktu yang sangat banyak. Bahkan lebih banyak daripada Shafita yang berstatus sebagai kekasih
Tidak biasanya Jesslyn merasakan ada aura menegangkan ketika kakinya masuk ke dalam ruangan milik Geovane. Biasanya, sensasi yang ia rasakan ketika berada di dalam ruangan yang serba mewah tersebut adalah perasaan menyenangkan dan indah. Tidak pernah sekali pun Jesslyn merasakan ketegangan seperti saat ini selain hari ini dan ketika pertama kalinya ia melamar pekerjaan di perusahaan Geovane.Bosnya sendiri yang tak lain adalah Geovane kini menatapnya dengan tajam. Matanya tak lepas dari Jesslyn yang kini berdiri kaku bagaikan patung yang pahatannya tak sempurna. Sorot tajamnya memerhatikan setiap gerak dan setiap gerik yang dilakukan oleh Jesslyn. Dimulai dari wanita yang berpakaian terbuka itu yang berulang kali merapikan rambutnya yang padahal sama sekali tidak tertiup angin, karena memang tidak ada angin kencang yang masuk ke dalam ruangan Geovane.Hingga kemudian Jesslyn yang semakin gelisah dan tak nyaman hanya untuk sekadar berdiri dengan tenang di atas kakinya s
Dua ponsel kini berada di tangan Shafita, dan dua benda canggih tersebut bukanlah miliknya. Bukan pula milik Geovane yang kini sibuk menandatangani beberapa berkas setelah membacanya. Ponsel pertama adalah milik Jesslyn, si sekretaris penggoda yang sangat Shafita tidak suka. Katakanlah dirinya cemburu, bukankah hal tersebut memang wajar?Dan ponsel ke-dua adalah milik Joshua, yang kini menjabat sebagai akuntan Geovane. Dua benda tersebut dikumpulkan atas perintah Geovane dengan cara dadakan agar tidak ada pihak yang bisa mempersiapkan perubahan terlebih dahulu. Geovane yang telah mengambil benda-benda ini dari pemiliknya secara langsung.Shafita bisa saja memeriksa ponsel mereka olehnya sendiri, tetapi ia takut membuat kesalahan yang malah akan membuatnya terlibat dalam masalah. Untuk mencegah hal tersebut, akhirnya Shafita memanggil Geovane untuk mendekat ke arahnya. “Geovane, kemarilah. Jika nanti yang kutemukan bersalah adalah Jesslyn kau pasti akan mengira ji
Sudah tujuh menit berlalu Shafita berkutat di ruang kerja milik Geovane yang ada di rumah Shafita. Karena kekasihnya tersebut sering berkunjung ke rumahnya, Shafita mengubah salah satu ruangan di rumahnya untuk menjadi ruang kerja Geovane.Seperti saat ini, Geovane membawa seluruh laporan keuangan pribadinya selama satu tahun ke belakang. Dari mulai laporan yang dibuat oleh akuntan kepercayaannya yang sudah berhenti bekerja hingga laporan keuangan yang tiga bulan belakangan ini dibuat oleh Jesslyn.“Shafita, jangan gunakan dendam kesumatmu terhadap Jesslyn untuk menyelidiki kasus ini.” Itu merupakan kalimat peringatan yang diucapkan oleh Geovane ketika Shafita mulai memeriksa laporan-laporan keuangan di tangannya.Hal tersebut membuat Shafita memanyunkan bibirnya karena merasa jika Geovane terlalu peduli pada sosok Jesslyn. Bukankah wajar bila Shafita menaruh kecurigaan terhadap Jesslyn mengingat jika wanita itu yang telah membuat laporan tiga bulan
Geovane merebahkan tubuhnya di atas sofa yang ada di ruangan kerjanya. Hal santai semacam itu tak akan dilakukannya jika masih dalam waktu bekerja. For your information, Govane adalah salah satu jenis manusia yang sangat gemar bekerja dan menjunjung tinggi pekerjaannya. Karena bagi Geovane, pekerjaan adalah sumber kehidupannya.Kini waktu menunjukkan pukul tujuh malam, di mana semua karyawannya telah pulang ke rumah masing-masing kecuali para petugas kebersihan dan anggota keamanan yang bertugas malam hari. Di dalam ruangannya, Geovane merenung sendirian.Sebenarnya tidak dapat dikatakan merenung karena alasannya berada di sini adalah karena ia kelelahan. Hari ini pekerjaannya terasa lebih berat, atau mungkin Geovane yang tidak semangat. Berkali-kali Geovane menghirup dan mengeluarkan napas dengan cara yang kasar.Di luar ruangan, ada Justin yang setia menunggunya. Tetapi Geovane belum berniat untuk ke luar. Rasanya ia masih merasa betah untuk