Tatapan Ellea begitu nanar menatap pintu kamarnya. Pastilah di sana Reno sudah kembali berperang peluh. Entah dengan siapa, Ellea pun tak tahu. Ini bukan hal baru untuk Ellea dalam pernikahannya selama enam bulan ini.
Tak ingin membuang energi dengan melihat apa yang dilakukan suaminya, Ellea memilih menyeret langkahnya masuk ke dalam kamar tamu.Tak ada air mata yang tampak di wajah gadis itu. Hanya senyum getir yang terlihat di sana.Bagaimana bisa Reno memintanya untuk pulang dari rumah sakit sementara lelaki itu sendiri malah asik menikmati dunia gelapnya bersama para wanita bayaran. Seakan, Reno memang sudah lupa di nama dia berpijak sekarang. Jangankan menghargai Ellea sebagai istrinya, melihat sebagai manusia saja sepertinya tak pernah Reno lakukan.Hanya desahan kasar yang terdengar dari bibir Ellea. Sesak, selalu memenuhi relung jiwanya. Reno benar-benar lelaki egois yang pernah Ellea temui sepanjang hidupnya. Lelaki itu terus cemburu buta pada Ellea sementara yang melakukan perselingkuhan adalah dirinya sendiri.Begitu sampai di dalam kanar, Ellea segera merebahkan tubuh lelahnya di atas ranjang. Tak peduli dengan apa yang yang sedang diselami suaminya saat ini. Yang pasti Ellea sudah lelah dan ingin istirahat. Itu saja!Dengan tubuh lelahnya, tak berselang lama Ellea tampak memejamkan mata. Biarlah besok dia menemui suaminya untuk menyampaikan kepulangannya.Lagi Pula, sekarang Reno tak akan peduli dengan kehadirannya. Yang ada, lelaki itu malah akan marah besar karena aktivitas menyenangkan yang dilakukannya terganggu. Bisa-bisa Ellea akan kembali merasakan kenikmatan siksaan suaminya. Sungguh itu tak pernah Ellea inginkan.***Dinginnya angin yang menusuk kulit, membuat Ellea tampak membuka mata. Sepertinya semalam Ellea sampai lupa untuk menggunakan selimut.Wanita itu meregangkan tubuhnya lalu menoleh ke arah jam di atas nakas. Ternyata ini sudah jam lima pagi. Waktunya Ellea untuk memulai aktivitasnya.Wanita itu segera masuk ke kamar mandi untuk menyegarkan tubuhnya. Apalagi setelah kejadian semalam membuat Ellea merasa tubuhnya baru saja dihajar habis-habisan hingga terasa begitu remuk.Wajar saja memang semalam Ellea juga mendapatkan kekerasan. Suaminya yang membuat Ellea harus masuk rumah sakit dengan beberapa luka yang sebenarnya cukup fatal.Akan tetapi mau bagaimana lagi. Ellea tak mempunyai kekuatan untuk melawan lelaki yang berstatus sebagai suaminya itu.Setelah selesai membersihkan diri, Ellea segera keluar dengan menggunakan bathrobe. Wanita itu berniat kembali ke kamar miliknya karena memang di kamar tamu tak ada satu pun pakaiannya.Ellea hanya berharap wanita yang diajak oleh Reno sudah pergi. Dengan begitu dia bisa leluasa untuk masuk ke kamarnya sendiri.Ah! Kadang Ellea merasa menjadi orang lain di rumahnya sendiri. Tentu kejadian seperti ini bukan pertama kalinya untuk Ellea. Bahkan sering Reno membuat ulah yang lebih parah lagi.Ceklek!Ellea membuka pintu kamar dengan perasaan yang tidak karuan. Keinginannya hanyalah tinggal keinginan. Pasalnya, di atas ranjang sana suaminya sedang terlelap sembari memeluk wanita. Wanita kali ini yang menemani Reno tak lain adalah sekretaris lelaki itu sendiri.Tak ingin ambil pusing, Ellea segera membuka lemari dan mengambil pakaiannya. Semua itu Ellea lakukan dengan gerakan perlahan. Tak ingin tentunya Ellea membuat suaminya terbangun dan membuatnya menerima semua amarah dari lelaki itu lagi.Namun ketika Ellea hendak berbalik, sepasang tangan kekar melingkar di pinggangnya. Ellea langsung menahan nafas karena tahu benar siapa pemilik lengan kekar itu."Kamu benar-benar pulang semalam, Sayang? Aku bahagia karena ternyata kamu menuruti keinginanku," bisik Reno sembari menghujani leher jenjang Ellea dengan kecupan-kecupan kecil.Jijik! Sudah pasti Ellea sangat jijik pada suaminya sendiri! Bibir yang semalam dipakai Reno untuk mencumbu wanita jalang yang masih terlelap di atas ranjang sana, kini jembali dipakai untuk mencumbu Ellea."Badanmu wangi sekali, Sayang. Aku benar-benar tidak tahan untuk merasakan kenikmatan tubuhmu," ucap Reno dengan suara berat menahan hasrat."Ta-tapi di sini masih ada orang lain, Mas. Aku merasa risih kalau kita menyatu dan ada orang lain yang melihat aktivitas kita," ujar Ellea berusaha menolak suaminya dengan cara halus."Hish, wanita itu memang kebo! Kamu tenang saja, Sayang! Aku akan membuat kebo itu bangun sekarang!" sahut Reno segera melepaskan pelukannya dari Ellea.Ellea bisa sedikit bernafas lega. Wanita itu pun buru-buru masuk ke kamar mandi untuk memakai pakaiannya.Sedangkan Reno, dengan wajah kesalnya langsung menyiramkan segelas air putih pada Renata, sekretaris sekaligus ban serep miliknya."Astaga, Tuan! Kenapa Anda menyiram saya?" tanya Renata benar-benar merasa kesal dengan kelakuan Reno.Wanita itu menarik selimut untuk menutupi tubuh polosnya sembari menyeka air yang membasahi wajahnya akibat kelakuan Reno."Bukankah sudah aku katakan kalau kamu itu harus pulang setelah kita selesai bertempur? Kenapa masih di sini juga, hah? Kamu sengaja ingin menimbulkan masalah untukku? Bagamana kalau tiba-tiba keluargaku datang dan melihat kamu ada di sini? Benar-benar tidak berguna!" bentak Reno penuh kemarahan."Loh, bukannya semalam itu Tuan yang tidak ingin melepaskan saya dan meminta lagi dan lagi? Kenapa sekarang malah menyalahkan saya?" kesal Renata tak terima Reno malah menyalahkannya sementara semalam Reno sendiri yang meminta Renata untuk datang dan melayani nafsu Reno yang tidak ada padamnya."Jadi kamu malah menyalahkan aku dan bukannya introspeksi, hah? Sekarang juga kamu pergi dari rumahku! Atau aku akan menendangmu ke jalanan sekarang juga!" usir Reno penuh ancaman."Hish, iya iya saya pergi! Tapi jangan lupa upah kerja saya malam ini doubel loh Tuan, kan Tuan yang janjiin!" pinta Renata mengingatkan Reno tentang janjinya semalam."Hem, kemu tenang saja! Aku akan mentransfer nya sekarang juga! Yang penting kamu pergi dari sini dan jangan sampai ada orang yang tahu kamu keluar dari rumahku!" ucap Reno penuh peringatan."Tentu, Tuan, sesuai keinginan Anda."Renata pun segera keluar kamar sembari membalut tubuh polosnya dengan selimut. Itu Renata lakukan karena semalam bajunya dikoyak Reno di luar. Jadi, Renata memang lumayan kerepotan.Sementara Ellea yang sudah kembali berpakaian rapi, langsung keluar dari kamar mandi. Tentu penampilan Ellea itu mendapatkan perhatian khusus dari Reno."Kenapa kamu memakai baju itu? Bukankah aku sudah bilang kalau aku ingin kamu melayaniku sekarang?" tanya Reno dengan nada bicara yang kentara tak suka dengan kelakuan Ellea."Ba-barusan aku asal ambil baju, Mas. Enggak lihat-lihat dulu. Maaf, ya," sahut Ellea tergagap penuh ketakutan."Hem, ya sudah tidak apa-apa. Cepat lepas lagi bajumu itu! Aku sudah tidak sabar untuk mencicipi kenikmatan pelayanmu. Aku ingin kamu melayani aku seperti semalam jalang itu melayaniku! Kamu masih ingat, bulan?" tanya Reno sembari mendekat pada Ellea."I-iya ingat, Mas," sahut Ellea berusaha menahan tangisnya mendengar permintaan Reno.Dengan tidak sabaran Reno membantu Ellea melepaskan kembali setiap benang yang menempel di tubuhnya. Ellea hanya bisa pasrah dan pura-pura menerima setiap sentuhan yang Reno lakukan.Tak lupa Ellea pun bersikap seperti jalang yang kemarin melayani Reno. Kalau sedikit saja Ellea melakukan kesalahan, maka amarah Reno yang akan diterimanya."Ellea! El! Ellea!" teriak Reno menggema memenuhi seluruh rumah.Entah apa yang kali ini membuat lelaki itu berteriak-teriak setelah tadi pagi sikapnya sudah baik-baik saja.Ellea yang baru saja selesai mandi setelah sebelumnya memasak makanan untuk makan malam dia dan Reno, tampak bergegas keluar dari kamar. Bahkan wanita itu masih memakai bathrobe dan belum sempat berpakaian."Ada apa, Mas? Kenapa teriak-teriak?" tanya Ellea panik."Astaga, Ellea! Bagaimana kamu masih berpenampilan seperti itu saat suami kamu pulang, Ellea? Apa kamu tidak bisa sekali saja berpenampilan menarik di depan suami kamu, hah?" bentak Reno tak suka melihat penampilan Ellea yang masih belum siap."Ma-maaf, Mas. Tadi aku masak dulu baru mandi. Lagian Mas pulangnya sekarang agak siang, enggak seperti biasanya yang ….""Heh, udah tahu salah kamu masih nyalahin aku juga, Ellea? Apa kamu enggak punya otak, hah?" bentak Reno sembari menoyor kepala Ellea. Ellea langsung menunduk tanpa berani menatap wajah Reno. Wa
Ellea tertegun dengan nafas tercekat mendengar perkataan ibu mertuanya. Ada sudut hatinya yang terasa berdenyut sakit mendengar kenyataan kalau ternyata wanita di depannya adalah calon istri dari lelaki yang pernah mengisi hatinya."Oh, rupanya Rian sudah akan menikah? Kenapa enggak ngasih tahu kami kabar bahagia ini? Kami juga ingin tahu loh, kebahagiaan yang ada di rumah ini meskipun kami sudah tinggal di rumah berbeda," celoteh Reno sembari menikmati makanan di depannya dengan penuh semangat."Tidak! Itu tidak benar, Kak. Aku sama Livia hanya teman biasa. Tidak ada yang spesial di antara kami," ucap Rian menyangkal apa yang dikatakan oleh ibunya.Raut wajah wanita bernama Livia yang awalnya dipenuhi dengan senyuman, seketika langsung surut mendengar perkataan Rian. Tentu wanita itu kecewa dengan apa yang Rian katakan barusan."Hey, meskipun kalian masih berteman sekarang, tapi kan tidak menutup kemungkinan kalau kalian akan punya hubungan yang lebih spesial kedepannya. Apalagi ka
Wajah Reno langsung memerah menahan amarah begitu mendengar perkataan adiknya. Tangannya terkepal erat hingga buku jarinya tampak memutih.Kalau saja tak ada kedua orang tuanya di sana, sudah pasti Reno akan melayangkan bogem mentah pada Rian. Adiknya itu benar-benar sudah menguji kesabarannya.Kemarahan Reno tentu berbanding terbalik dengan Ellea yang sudah pucat pasi. Seluruh tubuh Ellea bergetar penuh ketakutan karena dia yakin setelah ini dia tidak akan selamat."Hahaha … Kakak jangan tegang seperti itu! Aku tidak mungkin merebut kebahagiaan saudaraku sendiri. Tadi kan hanya perumpamaan. Aku tidak benar-benar serius," celetuk Rian sembari tergelak menertawakan wajah penuh amarah sang kakak."Itu tidak lucu, Rian! Kamu jangan aneh-aneh!" tegur Ranum tak suka pada Rian yang sering sekali mencari keributan dengan Reno."Lagian Kak Reno sendiri yang mancing-mancing, Mom. Masa Kak Reno seolah menawarkan istrinya sendiri padaku. Tentu saja aku menyambutnya dengan baik karena memang Kak
Ellea langsung menggelengkan kepala menolak tuduhan suaminya. Apa yang lelaki itu katakan jelas tidak benar! Ellea sama sekali tidak cemburu mendengar Rian akan menikah. Ellea hanya kaget saja mendengar Rian yang tiba-tiba akan menikah padahal sebelumnya tidak ada kabar apa pun tentang Rian yang dekat dengan wanita lain.Bukankah rasa kaget itu wajar dirasakan? Itu hanya reaksi spontan sesaat namun bukan berarti kecemburuan. Bagaimana bisa Reno malah menyimpulkan hal lain dan dirundung cemburu buta?"Kenapa diam saja? Benar kan, kamu cemburu saat tahu Rian akan menikah?" tuding Reno dengan tatapan yang semakin penuh intimidasi."Itu tidak benar, Mas. Aku sama sekali tidak mungkin cemburu Rian akan menikah. Justru aku senang karena akhirnya Rian menemukan jodohnya. Aku benar-benar bersyukur untuk itu," sahut Ellea meyakinkan suaminya jika yang laki-laki itu tuduhkan tidaklah benar."Alah! Jangan berkilah kamu Ellea! Aku tahu kamu masih sangat mencintai Rian makannya reaksimu tadi seper
Semalam perasaan Rian benar-benar tidak karuan. Entah kenapa dia merasa ada sesuatu yang sudah terjadi. Entah apa itu Rian pun tidak tahu.Namun, mengingat semalam sang Kakak tidak datang untuk mengambil ponselnya, jadilah pagi-pagi sekali Rian memutuskan untuk segera meluncur ke rumah kakaknya. Sekalian nanti setelah mengembalikan ponsel kakaknya, Rian akan mampir ke kafe atau tempat apa pun itu yang bisa membuat pikirannya tenang. Setelah beberapa saat melakukan perjalanan, akhirnya Rian tiba juga di rumah kakaknya. Lelaki itu segera turun dari mobil lalu melangkahkan kakinya menuju pintu.Tok … tok … tok ….Rian mengetuk pintu untuk memberitahukan pemilik rumah perihal kedatangannya. Begitu suara sahutan dari Ellea terdengar, Rian menghentikan ketukannya.Ceklek.Pintu terbuka dan menampilkan wajah Ellea. Namun, senyuman di bibir Rian langsung pudar seiring dengan tatapannya tertuju pada wajah cantik wanita itu yang.…"Rian? Ada apa kamu ke sini? Mas Reno masih tidur. Apa aku haru
Bukannya bekerja, Rian malah terus mondar-mandir tidak jelas di ruangannya. Penampilan Ellea tadi benar-benar mengganggu fokus Rian. Apalagi banyak sekali luka yang wanita itu dapatkan di tubuhnya. Dia yakin kalau sudah ada hal buruk yang terjadi pada wanita itu. Kemungkinan terbesar yang saat ini ada dalam benar Rian adalah kakaknya sudah melakukan kekerasan pada Ellea."Apa mungkin Kak Reno bisa berbuat seperti itu pada Ellea? Tapi kenapa? Apa yang mendorong Kak Reno menyakiti Ellea kali ini? Kalau kemarin mungkin aku bisa mengerti kalau Kak Reno marah karena cemburu padaku. Tapi kalau sekarang, alasan apa yang mendorong kemarahannya?"Rian terus berpikir keras ada masalah apa sebenarnya di dalam rumah tangga kakaknya. Dia benar-benar khawatir pada Ellea. Padahal, keadaan wanita itu belum benar-benar pulih tapi sekarang malah mendapatkan luka-luka baru di tubuhnya. Rian menjatuhkan kasar bobot tubuhnya di kursi. Kepalanya terasa sangat sakit karena terus dipaksa berpikir keras. Set
"Paket!" teriak seseorang dari pagar rumah. Ellea yang sedang asik membersihkan rumah langsung menghentikan aktivitasnya. Dia tidak merasa sudah memesan paket, tapi entah kenapa suara kurir itu terdengar dari pagar rumahnya. "Aku tidak memesan paket apa pun. Kenapa-kenapa tiba-tiba ada yang mengantarkan paket?" gumam Ellea kebingungan. "PAKET!" Lagi-lagi suara si kurir terdengar semakin nyaring. Sepertinya orang itu sudah tidak sabaran. Meskipun masih dalam keadaan kebingungan namun Ellea tidak bisa diam saja. Dia segera beranjak keluar dari rumah untuk melihat apa benar orang itu mengantarkan paket ke rumahnya atau bukan. Begitu pintu terbuka, benar saja ada seseorang di luar pagar. Ellea segera berlari kecil menghampiri orang itu untuk memastikan karena dia memang tidak memesan paket apa pun."Maaf, Mas, Mas antar paket ke rumah saya?" tanya Ellea berbicara dengan si kurir tanpa membuka pagar. "Kalau melihat dari alamatnya sih, memang saya mengantar paket ke sini, Mbak. Tapi …
Prang!Pyarrr!"Shirt! Sialan! Dasar manusia biadab! Aku tidak akan pernah mengampunimu, Reno! Demi Tuhan aku akan membunuhmu!" Rian terus mengamuk di ruangannya. Beberapa vas bunga dan barang-barang yang awalnya berjejer rapi di tempat itu, kini berantakan tak berbentuk. Bahkan banyak sekali pecahan vas dan gelas yang berserakan di lantai. Ini kali pertama semenjak Rian menempati ruangan itu, keadaannya benar-benar kacau tak berbentuk. Bukan tanpa alasan Rian melakukan itu. Emosi lelaki itu langsung tidak bisa ditahan semenjak melihat cctv yang dipasang Heri di rumah Ellea. Awalnya semua memang tampak biasa bahkan Rian tersenyum puas karena Ellea menyimpan vas bunga yang ditempel cctv di tempat yang pas. Akan tetapi semua senyum Rian menghilang kala Reno pulang tak lama setelah Ellea selesai memasang semua cctv. Bukan hanya pulang sendirian tapi Reno membawa seorang wanita juga bersamanya. Semenjak kepulangan Reno, Rian merasa ada yang tidak beres karena wanita yang bersama lelaki
"Mau kemana kamu, Rian?" tanya Reno saat berpapasan dengan Rian di pintu keluar. Dia baru saja datang setelah bermain-main dengan Ellea sampai tanpa sadar ketiduran di rumah tadi. "Bukankah aku yang harusnya bertanya seperti itu padaku, Kak? Aku baru saja meeting dengan Tuan Arthur dan sekarang aku akan mengecek proyek kami. Sedangkan kamu, apa yang kamu lakukan? Ini sudah lewat jam makan siang tapi kamu baru datang? Sebenarnya kau itu niat bekerja atau tidak, Kak?" sarkas Rian menatap tajam kakaknya. Reno langsung berdecih sebal, "itu bukan urusanmu, Rian! Urus saja urusanmu sendiri dan jangan menggangguku!" ketus Reno langsung melangkahkan kaki meninggalkan Rian. Rian menatap kakaknya penuh kebencian. Tangannya terkepal erat hingga buku jarinya memutih. Kalau saja tak ingat dia ingin membereskan kakaknya dengan cara lain, sudah pasti Rian akan mengajak duel sang kakak saat ini juga. Akan tetapi, Rian tidak ingin kalau kakaknya malah bebas karena kesalahannya yang tidak sabaran.
Prang!Pyarrr!"Shirt! Sialan! Dasar manusia biadab! Aku tidak akan pernah mengampunimu, Reno! Demi Tuhan aku akan membunuhmu!" Rian terus mengamuk di ruangannya. Beberapa vas bunga dan barang-barang yang awalnya berjejer rapi di tempat itu, kini berantakan tak berbentuk. Bahkan banyak sekali pecahan vas dan gelas yang berserakan di lantai. Ini kali pertama semenjak Rian menempati ruangan itu, keadaannya benar-benar kacau tak berbentuk. Bukan tanpa alasan Rian melakukan itu. Emosi lelaki itu langsung tidak bisa ditahan semenjak melihat cctv yang dipasang Heri di rumah Ellea. Awalnya semua memang tampak biasa bahkan Rian tersenyum puas karena Ellea menyimpan vas bunga yang ditempel cctv di tempat yang pas. Akan tetapi semua senyum Rian menghilang kala Reno pulang tak lama setelah Ellea selesai memasang semua cctv. Bukan hanya pulang sendirian tapi Reno membawa seorang wanita juga bersamanya. Semenjak kepulangan Reno, Rian merasa ada yang tidak beres karena wanita yang bersama lelaki
"Paket!" teriak seseorang dari pagar rumah. Ellea yang sedang asik membersihkan rumah langsung menghentikan aktivitasnya. Dia tidak merasa sudah memesan paket, tapi entah kenapa suara kurir itu terdengar dari pagar rumahnya. "Aku tidak memesan paket apa pun. Kenapa-kenapa tiba-tiba ada yang mengantarkan paket?" gumam Ellea kebingungan. "PAKET!" Lagi-lagi suara si kurir terdengar semakin nyaring. Sepertinya orang itu sudah tidak sabaran. Meskipun masih dalam keadaan kebingungan namun Ellea tidak bisa diam saja. Dia segera beranjak keluar dari rumah untuk melihat apa benar orang itu mengantarkan paket ke rumahnya atau bukan. Begitu pintu terbuka, benar saja ada seseorang di luar pagar. Ellea segera berlari kecil menghampiri orang itu untuk memastikan karena dia memang tidak memesan paket apa pun."Maaf, Mas, Mas antar paket ke rumah saya?" tanya Ellea berbicara dengan si kurir tanpa membuka pagar. "Kalau melihat dari alamatnya sih, memang saya mengantar paket ke sini, Mbak. Tapi …
Bukannya bekerja, Rian malah terus mondar-mandir tidak jelas di ruangannya. Penampilan Ellea tadi benar-benar mengganggu fokus Rian. Apalagi banyak sekali luka yang wanita itu dapatkan di tubuhnya. Dia yakin kalau sudah ada hal buruk yang terjadi pada wanita itu. Kemungkinan terbesar yang saat ini ada dalam benar Rian adalah kakaknya sudah melakukan kekerasan pada Ellea."Apa mungkin Kak Reno bisa berbuat seperti itu pada Ellea? Tapi kenapa? Apa yang mendorong Kak Reno menyakiti Ellea kali ini? Kalau kemarin mungkin aku bisa mengerti kalau Kak Reno marah karena cemburu padaku. Tapi kalau sekarang, alasan apa yang mendorong kemarahannya?"Rian terus berpikir keras ada masalah apa sebenarnya di dalam rumah tangga kakaknya. Dia benar-benar khawatir pada Ellea. Padahal, keadaan wanita itu belum benar-benar pulih tapi sekarang malah mendapatkan luka-luka baru di tubuhnya. Rian menjatuhkan kasar bobot tubuhnya di kursi. Kepalanya terasa sangat sakit karena terus dipaksa berpikir keras. Set
Semalam perasaan Rian benar-benar tidak karuan. Entah kenapa dia merasa ada sesuatu yang sudah terjadi. Entah apa itu Rian pun tidak tahu.Namun, mengingat semalam sang Kakak tidak datang untuk mengambil ponselnya, jadilah pagi-pagi sekali Rian memutuskan untuk segera meluncur ke rumah kakaknya. Sekalian nanti setelah mengembalikan ponsel kakaknya, Rian akan mampir ke kafe atau tempat apa pun itu yang bisa membuat pikirannya tenang. Setelah beberapa saat melakukan perjalanan, akhirnya Rian tiba juga di rumah kakaknya. Lelaki itu segera turun dari mobil lalu melangkahkan kakinya menuju pintu.Tok … tok … tok ….Rian mengetuk pintu untuk memberitahukan pemilik rumah perihal kedatangannya. Begitu suara sahutan dari Ellea terdengar, Rian menghentikan ketukannya.Ceklek.Pintu terbuka dan menampilkan wajah Ellea. Namun, senyuman di bibir Rian langsung pudar seiring dengan tatapannya tertuju pada wajah cantik wanita itu yang.…"Rian? Ada apa kamu ke sini? Mas Reno masih tidur. Apa aku haru
Ellea langsung menggelengkan kepala menolak tuduhan suaminya. Apa yang lelaki itu katakan jelas tidak benar! Ellea sama sekali tidak cemburu mendengar Rian akan menikah. Ellea hanya kaget saja mendengar Rian yang tiba-tiba akan menikah padahal sebelumnya tidak ada kabar apa pun tentang Rian yang dekat dengan wanita lain.Bukankah rasa kaget itu wajar dirasakan? Itu hanya reaksi spontan sesaat namun bukan berarti kecemburuan. Bagaimana bisa Reno malah menyimpulkan hal lain dan dirundung cemburu buta?"Kenapa diam saja? Benar kan, kamu cemburu saat tahu Rian akan menikah?" tuding Reno dengan tatapan yang semakin penuh intimidasi."Itu tidak benar, Mas. Aku sama sekali tidak mungkin cemburu Rian akan menikah. Justru aku senang karena akhirnya Rian menemukan jodohnya. Aku benar-benar bersyukur untuk itu," sahut Ellea meyakinkan suaminya jika yang laki-laki itu tuduhkan tidaklah benar."Alah! Jangan berkilah kamu Ellea! Aku tahu kamu masih sangat mencintai Rian makannya reaksimu tadi seper
Wajah Reno langsung memerah menahan amarah begitu mendengar perkataan adiknya. Tangannya terkepal erat hingga buku jarinya tampak memutih.Kalau saja tak ada kedua orang tuanya di sana, sudah pasti Reno akan melayangkan bogem mentah pada Rian. Adiknya itu benar-benar sudah menguji kesabarannya.Kemarahan Reno tentu berbanding terbalik dengan Ellea yang sudah pucat pasi. Seluruh tubuh Ellea bergetar penuh ketakutan karena dia yakin setelah ini dia tidak akan selamat."Hahaha … Kakak jangan tegang seperti itu! Aku tidak mungkin merebut kebahagiaan saudaraku sendiri. Tadi kan hanya perumpamaan. Aku tidak benar-benar serius," celetuk Rian sembari tergelak menertawakan wajah penuh amarah sang kakak."Itu tidak lucu, Rian! Kamu jangan aneh-aneh!" tegur Ranum tak suka pada Rian yang sering sekali mencari keributan dengan Reno."Lagian Kak Reno sendiri yang mancing-mancing, Mom. Masa Kak Reno seolah menawarkan istrinya sendiri padaku. Tentu saja aku menyambutnya dengan baik karena memang Kak
Ellea tertegun dengan nafas tercekat mendengar perkataan ibu mertuanya. Ada sudut hatinya yang terasa berdenyut sakit mendengar kenyataan kalau ternyata wanita di depannya adalah calon istri dari lelaki yang pernah mengisi hatinya."Oh, rupanya Rian sudah akan menikah? Kenapa enggak ngasih tahu kami kabar bahagia ini? Kami juga ingin tahu loh, kebahagiaan yang ada di rumah ini meskipun kami sudah tinggal di rumah berbeda," celoteh Reno sembari menikmati makanan di depannya dengan penuh semangat."Tidak! Itu tidak benar, Kak. Aku sama Livia hanya teman biasa. Tidak ada yang spesial di antara kami," ucap Rian menyangkal apa yang dikatakan oleh ibunya.Raut wajah wanita bernama Livia yang awalnya dipenuhi dengan senyuman, seketika langsung surut mendengar perkataan Rian. Tentu wanita itu kecewa dengan apa yang Rian katakan barusan."Hey, meskipun kalian masih berteman sekarang, tapi kan tidak menutup kemungkinan kalau kalian akan punya hubungan yang lebih spesial kedepannya. Apalagi ka
"Ellea! El! Ellea!" teriak Reno menggema memenuhi seluruh rumah.Entah apa yang kali ini membuat lelaki itu berteriak-teriak setelah tadi pagi sikapnya sudah baik-baik saja.Ellea yang baru saja selesai mandi setelah sebelumnya memasak makanan untuk makan malam dia dan Reno, tampak bergegas keluar dari kamar. Bahkan wanita itu masih memakai bathrobe dan belum sempat berpakaian."Ada apa, Mas? Kenapa teriak-teriak?" tanya Ellea panik."Astaga, Ellea! Bagaimana kamu masih berpenampilan seperti itu saat suami kamu pulang, Ellea? Apa kamu tidak bisa sekali saja berpenampilan menarik di depan suami kamu, hah?" bentak Reno tak suka melihat penampilan Ellea yang masih belum siap."Ma-maaf, Mas. Tadi aku masak dulu baru mandi. Lagian Mas pulangnya sekarang agak siang, enggak seperti biasanya yang ….""Heh, udah tahu salah kamu masih nyalahin aku juga, Ellea? Apa kamu enggak punya otak, hah?" bentak Reno sembari menoyor kepala Ellea. Ellea langsung menunduk tanpa berani menatap wajah Reno. Wa