Reno kembali menatap geram pada adiknya. Kemarahan lelaki itu terlihat begitu jelas saat ini. Bagaimana bisa Rian malah mengaku-ngaku sebagai suami Ellea padahal jelas Reno lah suami dari wanita itu.
Rian yang menyadari kesalahannya, langsung garuk-garuk kepala. Jelas dia tidak ingin membuat kakaknya salah paham dan membuat Ellea semakin tersiksa nantinya."Maaf, Dokter, saya adik ipar Ellea dan ini suaminya—Kak Reno—kakak saya," ralat Rian benar-benar tak ingin membuat Ellea semakin kesusahan karena dirinya."Ya, dokter, saya suaminya. Katakan apa yang terjadi pada istri saya?" tanya Reno memilih mengabaikan kekesalannya pada Rian sekarang karena dia ingin tahu keadaan istrinya saat ini.Dokter langsung mengalihkan pandangannya ke arah Reno dengan tatapan yang sulit diartikan. Entah apa yang terjadi hingga membuat dokter menatap Reno seperti itu."Apa Anda yakin kalau istri Anda tersandung dan bukannya mendapatkan KDRT?" tanya dokter itu setengah menuduh Reno."Apa yang dokter maksud dengan bertanya seperti itu? Apa dokter berusaha membuat saya terlihat sudah melakukan hal tidak baik pada istri saya padahal dia terluka memang karena terjatuh, hah!" bentak Reno benar-benar kesal pada dokter yang menuduhnya seperti itu.Meskipun kenyataannya memang Reno melakukan kejahatan yang dituduhkan sang dokter padanya. Tapi tentu Reno tak ingin dipermalukan dengan dokter yang mengatakan hal itu secara terang-terangan."Saya bukan menuduh, Tuan, saya hanya bertanya saja. Tentu saja saya bertanya seperti itu karena mendapati luka pada pasien yang merujuk pada dia yang sudah mendapatkan kekerasan. Anda tidak perlu marah kalau tidak melakukannya," ucap dokter itu begitu santai. Seolah, kemarahan Reno sama sekali tidak berpengaruh padanya."Sudahlah, dokter, jangan banyak basa-basi! Sekarang katakan apa yang terjadi pada istri saya?" tanya Reno tak ingin lebih lanjut membahas apa yang tidak seharusnya mereka bahas."Istri Anda hanya mengalami luka kecil di bagian kepalanya dan juga syok yang membuatnya kehilangan kesadaran untuk beberapa saat. Namun sekarang pasien sudah sadar," jawab dokter apa adanya."Ya sudah, kalau begitu minggir! Saya ingin bertemu dengan istri saya!" kesal Reno segera menyingkirkan dokter yang menghalanginya masuk ke dalam ruangan UGD."Tapi, Tuan, sebaiknya Anda jangan menemui pasien sekarang. Dia butuh istirahat," ucap dokter berusaha menghentikan aksi Rian."Ellea itu istri saya, Dokter! Saya tahu benar mana yang baik dan mana yang tidak untuk dia! Jadi, jangan coba menghalangi saya!" tegas Reno penuh penekanan.Setelah mengatakan itu, Reno langsung masuk ke dalam ruangan UGD tanpa peduli larangan dokter. Kekesalan di hatinya benar-benar membuncah saat ini setelah mendengar apa yang dokter itu katakan.Pasti Ellea sudah mengadu sesuatu makanya dokter memojokkan Reno. Benar-benar keterlaluan wanita itu.Sampai di dekat ranjang yang ditempati Ellea, terlihat wanita itu memang sudah sadar meskipun wajahnya begitu pucat. Tak lupa ada seorang perawat yang membenarkan posisi infus yang memang sudah terpasang ke tangan Ellea."Mas," panggil Ellea begitu lirih."Suster, tolong tinggalkan kami! Saya ingin berbicara dengan istri saya," ucap Reno pada suster tanpa memperdulikan panggilan istrinya."Baik, Tuan. Tapi tolong jangan terlalu lama berbicara dengan pasien karena pasien membutuhkan istirahat agar kondisinya bisa segera ….""Saya akan cepat menyelesaikan urusan dengan istri saya jika kamu keluar sekarang juga!" ucap Reno begitu geram pada suster yang malah mengoceh tidak jelas."Maaf, Tuan, kalau begitu saya permisi dulu," pamit suster itu."Hem," jawab Reno acuh.Suster itu pun segera pergi meninggalkan Reno dan juga Ellea. Sepertinya dia tidak ingin membuat Reno marah dan memancing keributan hingga akan membuat pasien lain merasa terganggu.Sementara Reno yang melihat kepergian suster itu, langsung mengalihkan pandangannya kepada sang istri. Tatapan laki-laki itu begitu tajam seolah ingin menelan bulat-bulat Ellea."Ada apa, Mas? Apa ada sesuatu yang terjadi?" tanya Ellea dengan suara yang begitu lemas."Katakan apa yang sebenarnya kamu inginkan dengan mengadu pada dokter kalau aku sudah menyakitimu, Hem?" tanya Reno dengan gigi gemelutuk menahan kemarahan."Ma-maksud, Mas, apa?" tanya Ellea tergagap saking takutnya dengan kemarahan Reno."Sudah katakan saja yang sebenarnya, Ellea! Jangan pura-pura bodoh seperti ini!" kesal Reno karena Ellea malah terlihat seperti orang yang tidak bersalah padahal jelas-jelas wanita itu sudah membuat dokter menuduh Reno sembarangan."Tapi aku benar-benar tidak mengerti, Mas. Aku tidak mengatakan apa pun pada dokter," sahut Ellea meyakinkan karena memang dia tidak melakukan apa yang suaminya tuduhkan."Alah, jangan terus ngeles seperti itu, Ellea! Barusan dokter mengintrogasi aku dan mengatakan kalau aku sudah melakukan kekerasan padamu! Harusnya kamu itu sadar Ellea, apa yang terjadi padamu itu adalah karena ulahmu sendiri!Harusnya kamu belajar menjadi istri yang baik, yang patuh pada suami, dan bukannya membangkang seperti saat ini! Kamu pikir kenapa aku memperlakukan kamu seperti sekarang, hah? Itu karena salahmu sendiri yang masih terus menyimpan nama lelaki lain dalam hatimu padahal aku adalah suamimu!Kamu juga bahkan tidak becus melayani aku di atas ranjang sampai aku harus memberikan contoh padamu setiap hari agar kamu mengerti bagaimana caranya memuaskan suami.Bukannya berterimakasih karena aku sudah begitu berbaik hati padamu, kamu malah mempermalukan suamimu ini di depan dokter! Benar-benar keterlaluan!" cerocos Reno meluapkan kekesalannya tanpa jeda.Ellea hanya diam mendengarkan kemarahan suaminya. Bukan dia tidak bisa membalas apa yang lelaki itu katakan kepadanya saat ini. Hanya saja Ellea akan semakin tidak baik-baik saja jika berani melawan laki-laki itu."Heh, kenapa kamu diam saja? Apa kamu tidak punya mulut untuk bicara?" geram Reno sembari mencengkram kuat rahang Ellea."Ampun, Mas, aku benar-benar tidak melakukan apa yang Mas tuduhkan. Mungkin tanpa sengaja dokter melihat luka di tubuhku hingga langsung mengambil kesimpulan sendiri," ucap Ellea membela diri sembari meringis menahan sakit."Jadi kamu juga menyalahkan aku, hah? Kamu ingin bilang kalau aku yang salah karena sudah meninggalkan jejak luka di tubuhmu, begitu?" bentak Reno sembari menghempaskan kasar tangannya dari wajah Ellea.Ellea berusaha sekuat tenaga menahan sakit dan juga tangis yang hampir meledak. Dia kembali menatap laki-laki di depannya dengan mata yang sudah berkaca-kaca."Aku tidak pernah mengatakan itu, Mas. Aku hanya ….""Sudah! Aku tidak ingin mendengar basa-basi lagi dari bibirmu itu! Pulanglah sendiri dari sini dan bayar sendiri biaya rumah sakitnya! Awas kalau besok pagi aku tidak mendapati kamu ada di rumah. Aku pastikan kamu akan menyesal untuk selamanya!" ucap Reno penuh ancaman.Laki-laki itu langsung pergi meninggalkan Ellea sendirian tanpa sedikitpun rasa kasihan. Ellea hanya bisa menahan tangis sembari menggigit bibirnya agar isakannya tidak akan terdengar oleh orang lain."Tuhan kenapa harus sesakit ini saat menjalani takdir yang Kau gariskan untukku? Tolong kuatkan aku, Tuhan. Kuatkan aku menghadapi segalanya," lirih Ellea menahan segala kepedihan di hatinya.Ceklek!Suara pintu yang kembali dibuka membuat Ellea langsung mengalihkan pandangan. Ada setitik harapan di hatinya kalau yang datang itu adalah sang suami. Namun, dia harus kecewa karena ternyata itu adalah Rian, adik iparnya."Apa yang terjadi, El? Apa Kak Reno kembali menyakitimu? Kenapa Kak Reno keluar dalam keadaan marah?" tanya Rian terlihat begiti khawatir."Kamu bicara apa, Rian? Mas Reno tidak akan mungkin menyakitiku. Jangan menduga-duga seperti itu," sahut Ellea dengan suara yang begitu kecil karena menahan rasa sakit di tubuh dan juga hatinya."Benarkah itu, El? Apa kamu tidak sedang berbohong padaku?" tanya Rian dengan tatapan penuh selidik.Jujur saja Rian tak percaya dengan apa yang Ellea katakan. Apalagi kemarahan kakaknya saat keluar tadi, ditambah dengan kesedihan Ellea saat ini jelas menggambarkan ada sesuatu yang tidak beres terjadi."Aku tidak apa-apa, Rian. Aku baik-baik saja. Sebaiknya kamu pulang! Aku tidak ingin Mas Reno salah paham," usir Ellea benar-benar t
"Biaya rumah sakit? Bukannya Kak Reno sudah membayar biaya rumah sakit, El?" tanya Rian kaget dengan perkataan Ellea.Ellea langsung menggelengkan kepala, menolak perkataan Rian. "Enggak, Rian. Mas Reno belum membayar biaya rumah sakit. Barusan aku sudah tanya sama suster dan katanya memang biaya rumah sakit belum dibayarkan," jawab Ellea apa adanya."Kurang ajar!" Rian langsung meninjau tembok di depannya untuk menyalurkan kekesalan pada apa yang dilakukan oleh kakaknya.Tentu itu membuat Ellea kaget karena selama ini Rian tidak pernah berbuat kasar. Tapi sekarang, entah apa yang terjadi? Rian begitu marah hanya karena Ellea ingin meminjam uang. Mungkin lelaki itu tidak mau meminjamkan uang pada Ellea atau memang Rian pun tidak sempat membawa uang tadi. Entahlah! Ellea pun tidak tahu."Rian, kalau kamu tidak punya uang, tidak apa-apa. Semoga saja besok Mas Reno ke sini lagi kalau pekerjaannya sudah selesai. Kamu tidak usah marah-marah," ucap Ellea tak ingin Rian marah-marah apalagi
Mendengar perkataan Rian, tentu saja membuat Ellea cukup gelagapan. Namun sebisa mungkin Ellea tetap menguasai diri. Jangan sampai adik iparnya itu tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan rumah tangganya."Enggak ada, Rian! Kamu jangan asal menebak. Mana mungkin Mas Reno meminta aku pulang cepat sementara keadaanku belum benar-benar pulih. Ini semua murni karena keinginanku. Bukan karena paksaan dari siapa pun," sangkal Ellea tak ingin kalau Rian mencurigai suaminya.Rian hanya diam saja dengan tatapan yang sulit diartikan. Sudah jelas jika lelaki itu tak percaya dengan apa yang Ellea katakan. Namun sebisa mungkin Rian diam saja karena tak ingin membuat Ellea tak nyaman."Hem, baiklah. Kalau kamu memang ingin pulang, ayo kita pulang!" ajak Rian tak ingin banyak berdebat. Terlebih Ellea yang masih dalam keadaan lemah harus segera istirahat."Ah tidak usah, Rian. Kamu tidak perlu mengantarku. Emm, kalau boleh aku pinjam saja uang untuk ongkos taksi. Aku tidak ingin ada kesalahpahaman ap
Tatapan Ellea begitu nanar menatap pintu kamarnya. Pastilah di sana Reno sudah kembali berperang peluh. Entah dengan siapa, Ellea pun tak tahu. Ini bukan hal baru untuk Ellea dalam pernikahannya selama enam bulan ini.Tak ingin membuang energi dengan melihat apa yang dilakukan suaminya, Ellea memilih menyeret langkahnya masuk ke dalam kamar tamu.Tak ada air mata yang tampak di wajah gadis itu. Hanya senyum getir yang terlihat di sana.Bagaimana bisa Reno memintanya untuk pulang dari rumah sakit sementara lelaki itu sendiri malah asik menikmati dunia gelapnya bersama para wanita bayaran. Seakan, Reno memang sudah lupa di nama dia berpijak sekarang. Jangankan menghargai Ellea sebagai istrinya, melihat sebagai manusia saja sepertinya tak pernah Reno lakukan.Hanya desahan kasar yang terdengar dari bibir Ellea. Sesak, selalu memenuhi relung jiwanya. Reno benar-benar lelaki egois yang pernah Ellea temui sepanjang hidupnya. Lelaki itu terus cemburu buta pada Ellea sementara yang melakukan p
"Ellea! El! Ellea!" teriak Reno menggema memenuhi seluruh rumah.Entah apa yang kali ini membuat lelaki itu berteriak-teriak setelah tadi pagi sikapnya sudah baik-baik saja.Ellea yang baru saja selesai mandi setelah sebelumnya memasak makanan untuk makan malam dia dan Reno, tampak bergegas keluar dari kamar. Bahkan wanita itu masih memakai bathrobe dan belum sempat berpakaian."Ada apa, Mas? Kenapa teriak-teriak?" tanya Ellea panik."Astaga, Ellea! Bagaimana kamu masih berpenampilan seperti itu saat suami kamu pulang, Ellea? Apa kamu tidak bisa sekali saja berpenampilan menarik di depan suami kamu, hah?" bentak Reno tak suka melihat penampilan Ellea yang masih belum siap."Ma-maaf, Mas. Tadi aku masak dulu baru mandi. Lagian Mas pulangnya sekarang agak siang, enggak seperti biasanya yang ….""Heh, udah tahu salah kamu masih nyalahin aku juga, Ellea? Apa kamu enggak punya otak, hah?" bentak Reno sembari menoyor kepala Ellea. Ellea langsung menunduk tanpa berani menatap wajah Reno. Wa
Ellea tertegun dengan nafas tercekat mendengar perkataan ibu mertuanya. Ada sudut hatinya yang terasa berdenyut sakit mendengar kenyataan kalau ternyata wanita di depannya adalah calon istri dari lelaki yang pernah mengisi hatinya."Oh, rupanya Rian sudah akan menikah? Kenapa enggak ngasih tahu kami kabar bahagia ini? Kami juga ingin tahu loh, kebahagiaan yang ada di rumah ini meskipun kami sudah tinggal di rumah berbeda," celoteh Reno sembari menikmati makanan di depannya dengan penuh semangat."Tidak! Itu tidak benar, Kak. Aku sama Livia hanya teman biasa. Tidak ada yang spesial di antara kami," ucap Rian menyangkal apa yang dikatakan oleh ibunya.Raut wajah wanita bernama Livia yang awalnya dipenuhi dengan senyuman, seketika langsung surut mendengar perkataan Rian. Tentu wanita itu kecewa dengan apa yang Rian katakan barusan."Hey, meskipun kalian masih berteman sekarang, tapi kan tidak menutup kemungkinan kalau kalian akan punya hubungan yang lebih spesial kedepannya. Apalagi ka
Wajah Reno langsung memerah menahan amarah begitu mendengar perkataan adiknya. Tangannya terkepal erat hingga buku jarinya tampak memutih.Kalau saja tak ada kedua orang tuanya di sana, sudah pasti Reno akan melayangkan bogem mentah pada Rian. Adiknya itu benar-benar sudah menguji kesabarannya.Kemarahan Reno tentu berbanding terbalik dengan Ellea yang sudah pucat pasi. Seluruh tubuh Ellea bergetar penuh ketakutan karena dia yakin setelah ini dia tidak akan selamat."Hahaha … Kakak jangan tegang seperti itu! Aku tidak mungkin merebut kebahagiaan saudaraku sendiri. Tadi kan hanya perumpamaan. Aku tidak benar-benar serius," celetuk Rian sembari tergelak menertawakan wajah penuh amarah sang kakak."Itu tidak lucu, Rian! Kamu jangan aneh-aneh!" tegur Ranum tak suka pada Rian yang sering sekali mencari keributan dengan Reno."Lagian Kak Reno sendiri yang mancing-mancing, Mom. Masa Kak Reno seolah menawarkan istrinya sendiri padaku. Tentu saja aku menyambutnya dengan baik karena memang Kak
Ellea langsung menggelengkan kepala menolak tuduhan suaminya. Apa yang lelaki itu katakan jelas tidak benar! Ellea sama sekali tidak cemburu mendengar Rian akan menikah. Ellea hanya kaget saja mendengar Rian yang tiba-tiba akan menikah padahal sebelumnya tidak ada kabar apa pun tentang Rian yang dekat dengan wanita lain.Bukankah rasa kaget itu wajar dirasakan? Itu hanya reaksi spontan sesaat namun bukan berarti kecemburuan. Bagaimana bisa Reno malah menyimpulkan hal lain dan dirundung cemburu buta?"Kenapa diam saja? Benar kan, kamu cemburu saat tahu Rian akan menikah?" tuding Reno dengan tatapan yang semakin penuh intimidasi."Itu tidak benar, Mas. Aku sama sekali tidak mungkin cemburu Rian akan menikah. Justru aku senang karena akhirnya Rian menemukan jodohnya. Aku benar-benar bersyukur untuk itu," sahut Ellea meyakinkan suaminya jika yang laki-laki itu tuduhkan tidaklah benar."Alah! Jangan berkilah kamu Ellea! Aku tahu kamu masih sangat mencintai Rian makannya reaksimu tadi seper
"Mau kemana kamu, Rian?" tanya Reno saat berpapasan dengan Rian di pintu keluar. Dia baru saja datang setelah bermain-main dengan Ellea sampai tanpa sadar ketiduran di rumah tadi. "Bukankah aku yang harusnya bertanya seperti itu padaku, Kak? Aku baru saja meeting dengan Tuan Arthur dan sekarang aku akan mengecek proyek kami. Sedangkan kamu, apa yang kamu lakukan? Ini sudah lewat jam makan siang tapi kamu baru datang? Sebenarnya kau itu niat bekerja atau tidak, Kak?" sarkas Rian menatap tajam kakaknya. Reno langsung berdecih sebal, "itu bukan urusanmu, Rian! Urus saja urusanmu sendiri dan jangan menggangguku!" ketus Reno langsung melangkahkan kaki meninggalkan Rian. Rian menatap kakaknya penuh kebencian. Tangannya terkepal erat hingga buku jarinya memutih. Kalau saja tak ingat dia ingin membereskan kakaknya dengan cara lain, sudah pasti Rian akan mengajak duel sang kakak saat ini juga. Akan tetapi, Rian tidak ingin kalau kakaknya malah bebas karena kesalahannya yang tidak sabaran.
Prang!Pyarrr!"Shirt! Sialan! Dasar manusia biadab! Aku tidak akan pernah mengampunimu, Reno! Demi Tuhan aku akan membunuhmu!" Rian terus mengamuk di ruangannya. Beberapa vas bunga dan barang-barang yang awalnya berjejer rapi di tempat itu, kini berantakan tak berbentuk. Bahkan banyak sekali pecahan vas dan gelas yang berserakan di lantai. Ini kali pertama semenjak Rian menempati ruangan itu, keadaannya benar-benar kacau tak berbentuk. Bukan tanpa alasan Rian melakukan itu. Emosi lelaki itu langsung tidak bisa ditahan semenjak melihat cctv yang dipasang Heri di rumah Ellea. Awalnya semua memang tampak biasa bahkan Rian tersenyum puas karena Ellea menyimpan vas bunga yang ditempel cctv di tempat yang pas. Akan tetapi semua senyum Rian menghilang kala Reno pulang tak lama setelah Ellea selesai memasang semua cctv. Bukan hanya pulang sendirian tapi Reno membawa seorang wanita juga bersamanya. Semenjak kepulangan Reno, Rian merasa ada yang tidak beres karena wanita yang bersama lelaki
"Paket!" teriak seseorang dari pagar rumah. Ellea yang sedang asik membersihkan rumah langsung menghentikan aktivitasnya. Dia tidak merasa sudah memesan paket, tapi entah kenapa suara kurir itu terdengar dari pagar rumahnya. "Aku tidak memesan paket apa pun. Kenapa-kenapa tiba-tiba ada yang mengantarkan paket?" gumam Ellea kebingungan. "PAKET!" Lagi-lagi suara si kurir terdengar semakin nyaring. Sepertinya orang itu sudah tidak sabaran. Meskipun masih dalam keadaan kebingungan namun Ellea tidak bisa diam saja. Dia segera beranjak keluar dari rumah untuk melihat apa benar orang itu mengantarkan paket ke rumahnya atau bukan. Begitu pintu terbuka, benar saja ada seseorang di luar pagar. Ellea segera berlari kecil menghampiri orang itu untuk memastikan karena dia memang tidak memesan paket apa pun."Maaf, Mas, Mas antar paket ke rumah saya?" tanya Ellea berbicara dengan si kurir tanpa membuka pagar. "Kalau melihat dari alamatnya sih, memang saya mengantar paket ke sini, Mbak. Tapi …
Bukannya bekerja, Rian malah terus mondar-mandir tidak jelas di ruangannya. Penampilan Ellea tadi benar-benar mengganggu fokus Rian. Apalagi banyak sekali luka yang wanita itu dapatkan di tubuhnya. Dia yakin kalau sudah ada hal buruk yang terjadi pada wanita itu. Kemungkinan terbesar yang saat ini ada dalam benar Rian adalah kakaknya sudah melakukan kekerasan pada Ellea."Apa mungkin Kak Reno bisa berbuat seperti itu pada Ellea? Tapi kenapa? Apa yang mendorong Kak Reno menyakiti Ellea kali ini? Kalau kemarin mungkin aku bisa mengerti kalau Kak Reno marah karena cemburu padaku. Tapi kalau sekarang, alasan apa yang mendorong kemarahannya?"Rian terus berpikir keras ada masalah apa sebenarnya di dalam rumah tangga kakaknya. Dia benar-benar khawatir pada Ellea. Padahal, keadaan wanita itu belum benar-benar pulih tapi sekarang malah mendapatkan luka-luka baru di tubuhnya. Rian menjatuhkan kasar bobot tubuhnya di kursi. Kepalanya terasa sangat sakit karena terus dipaksa berpikir keras. Set
Semalam perasaan Rian benar-benar tidak karuan. Entah kenapa dia merasa ada sesuatu yang sudah terjadi. Entah apa itu Rian pun tidak tahu.Namun, mengingat semalam sang Kakak tidak datang untuk mengambil ponselnya, jadilah pagi-pagi sekali Rian memutuskan untuk segera meluncur ke rumah kakaknya. Sekalian nanti setelah mengembalikan ponsel kakaknya, Rian akan mampir ke kafe atau tempat apa pun itu yang bisa membuat pikirannya tenang. Setelah beberapa saat melakukan perjalanan, akhirnya Rian tiba juga di rumah kakaknya. Lelaki itu segera turun dari mobil lalu melangkahkan kakinya menuju pintu.Tok … tok … tok ….Rian mengetuk pintu untuk memberitahukan pemilik rumah perihal kedatangannya. Begitu suara sahutan dari Ellea terdengar, Rian menghentikan ketukannya.Ceklek.Pintu terbuka dan menampilkan wajah Ellea. Namun, senyuman di bibir Rian langsung pudar seiring dengan tatapannya tertuju pada wajah cantik wanita itu yang.…"Rian? Ada apa kamu ke sini? Mas Reno masih tidur. Apa aku haru
Ellea langsung menggelengkan kepala menolak tuduhan suaminya. Apa yang lelaki itu katakan jelas tidak benar! Ellea sama sekali tidak cemburu mendengar Rian akan menikah. Ellea hanya kaget saja mendengar Rian yang tiba-tiba akan menikah padahal sebelumnya tidak ada kabar apa pun tentang Rian yang dekat dengan wanita lain.Bukankah rasa kaget itu wajar dirasakan? Itu hanya reaksi spontan sesaat namun bukan berarti kecemburuan. Bagaimana bisa Reno malah menyimpulkan hal lain dan dirundung cemburu buta?"Kenapa diam saja? Benar kan, kamu cemburu saat tahu Rian akan menikah?" tuding Reno dengan tatapan yang semakin penuh intimidasi."Itu tidak benar, Mas. Aku sama sekali tidak mungkin cemburu Rian akan menikah. Justru aku senang karena akhirnya Rian menemukan jodohnya. Aku benar-benar bersyukur untuk itu," sahut Ellea meyakinkan suaminya jika yang laki-laki itu tuduhkan tidaklah benar."Alah! Jangan berkilah kamu Ellea! Aku tahu kamu masih sangat mencintai Rian makannya reaksimu tadi seper
Wajah Reno langsung memerah menahan amarah begitu mendengar perkataan adiknya. Tangannya terkepal erat hingga buku jarinya tampak memutih.Kalau saja tak ada kedua orang tuanya di sana, sudah pasti Reno akan melayangkan bogem mentah pada Rian. Adiknya itu benar-benar sudah menguji kesabarannya.Kemarahan Reno tentu berbanding terbalik dengan Ellea yang sudah pucat pasi. Seluruh tubuh Ellea bergetar penuh ketakutan karena dia yakin setelah ini dia tidak akan selamat."Hahaha … Kakak jangan tegang seperti itu! Aku tidak mungkin merebut kebahagiaan saudaraku sendiri. Tadi kan hanya perumpamaan. Aku tidak benar-benar serius," celetuk Rian sembari tergelak menertawakan wajah penuh amarah sang kakak."Itu tidak lucu, Rian! Kamu jangan aneh-aneh!" tegur Ranum tak suka pada Rian yang sering sekali mencari keributan dengan Reno."Lagian Kak Reno sendiri yang mancing-mancing, Mom. Masa Kak Reno seolah menawarkan istrinya sendiri padaku. Tentu saja aku menyambutnya dengan baik karena memang Kak
Ellea tertegun dengan nafas tercekat mendengar perkataan ibu mertuanya. Ada sudut hatinya yang terasa berdenyut sakit mendengar kenyataan kalau ternyata wanita di depannya adalah calon istri dari lelaki yang pernah mengisi hatinya."Oh, rupanya Rian sudah akan menikah? Kenapa enggak ngasih tahu kami kabar bahagia ini? Kami juga ingin tahu loh, kebahagiaan yang ada di rumah ini meskipun kami sudah tinggal di rumah berbeda," celoteh Reno sembari menikmati makanan di depannya dengan penuh semangat."Tidak! Itu tidak benar, Kak. Aku sama Livia hanya teman biasa. Tidak ada yang spesial di antara kami," ucap Rian menyangkal apa yang dikatakan oleh ibunya.Raut wajah wanita bernama Livia yang awalnya dipenuhi dengan senyuman, seketika langsung surut mendengar perkataan Rian. Tentu wanita itu kecewa dengan apa yang Rian katakan barusan."Hey, meskipun kalian masih berteman sekarang, tapi kan tidak menutup kemungkinan kalau kalian akan punya hubungan yang lebih spesial kedepannya. Apalagi ka
"Ellea! El! Ellea!" teriak Reno menggema memenuhi seluruh rumah.Entah apa yang kali ini membuat lelaki itu berteriak-teriak setelah tadi pagi sikapnya sudah baik-baik saja.Ellea yang baru saja selesai mandi setelah sebelumnya memasak makanan untuk makan malam dia dan Reno, tampak bergegas keluar dari kamar. Bahkan wanita itu masih memakai bathrobe dan belum sempat berpakaian."Ada apa, Mas? Kenapa teriak-teriak?" tanya Ellea panik."Astaga, Ellea! Bagaimana kamu masih berpenampilan seperti itu saat suami kamu pulang, Ellea? Apa kamu tidak bisa sekali saja berpenampilan menarik di depan suami kamu, hah?" bentak Reno tak suka melihat penampilan Ellea yang masih belum siap."Ma-maaf, Mas. Tadi aku masak dulu baru mandi. Lagian Mas pulangnya sekarang agak siang, enggak seperti biasanya yang ….""Heh, udah tahu salah kamu masih nyalahin aku juga, Ellea? Apa kamu enggak punya otak, hah?" bentak Reno sembari menoyor kepala Ellea. Ellea langsung menunduk tanpa berani menatap wajah Reno. Wa