“A-apa? K-kamu sedang mengandung?” tanya James dengan netra terbelalak.Dayana hanya mengangguk dan meremas ujung bajunya. Bagaimanapun, James harus tahu kalau ia memiliki anak tanpa sepengetahuan suaminya.“Kenapa kamu tidak pernah bercerita apa pun kepadaku?” James tampak marah mendengar kejujuran yang dikatakan oleh Dayana. Ia bahkan tidak menyangka kalau Dayana menyembunyikan hal besar darinya.“Aku tidak ingin merusak rumah tanggamu dan sejujurnya, aku ingin sekali mengakhiri pernikahan kita. Aku tidak ingin menyakiti Alia.” Dayana tampak terisak dengan netra berkaca-kaca. Kali ini, dirinya sudah menyerah dan tidak akan mempertahankan rumah tangganya bersama James.“Dayana, kenapa kamu berpikir seperti itu? Lalu, ke mana anak kita? Anak yang selama ini kamu sembunyikan dariku?” James tampak tidak sabar mengetahui keberadaan anaknya. Laki-laki itu sangat terpukul dengan kenyataan yang baru saja diketahui olehnya.“Sonya sudah pergi dan aku menyesal karena tidak mampu mencegahnya,”
James keluar dengan tatapan kecewa. Kenapa di saat dirinya ingin menebus kesalahannya kepada Dayana, ia harus meninggalkan wanita itu sendirian. Laki-laki itu tak henti-hentinya menyalahkan dirinya.‘James, kamu memang pria payah. Kamu tidak pantas disebut sebagai suami dan kamu tidak pantas disebut sebagai seorang ayah. Ketika Dayana tengah mengandung dan melahirkan, kamu di mana? Ketika Dayana kesusahan mendidik anak kalian, kamu di mana? Kamu memang payah!’ batin James dengan tatapan nanar. Ingin sekali ia kembali ke masa lalu dan memperbaiki semuanya. Namun, semuanya hanya mimpi belaka. Hidup terus berjalan dan Dayana bukanlah wanita satu-satunya di dalam hidup laki-laki itu.“Tuan, apa kita akan mencari jalan lain supaya kita lekas sampai di rumah sakit?” tanya sang sopir kepada tuannya.“Terserah kamu saja!” jawab James dengan nada dingin. Laki-laki itu masih larut dalam kenangan masa lalunya. Andai saja orang tuanya tidak tergiur oleh kekayaan keluarga Alia, mungkin ia akan ter
“Siapa gadis itu? Apa Ibu mengenalnya?” tanya Nyonya Prita dengan nada serius.“Bu, kenapa harus bertanya seperti itu? Aku sedang tidak ingin membahasnya.” Laki-laki itu seolah tidak ingin menjawab pertanyaan ibunya. Ia bahkan segera bersiap untuk meninggalkan rumahnya.“Zack, Ibu tahu kalau kamu sudah dewasa. Kamu bahkan berhak untuk menentukan pilihan.” Nyonya Prita berbicara dengan tatapan penuh perhatian. Ia ingin putranya mau jujur dan terbuka kepadanya.“Sudahlah, Bu, aku tidak memiliki waktu untuk berdebat. Aku menyayangimu, Bu!” ucap Zack sambil mengecup pipi Nyonya Prita. Laki-laki itu segera meninggalkan ibunya yang masih terdiam di tempatnya.Sementara di ruang kerjanya, Sonya tampak memijit pelipisnya. Ia bahkan merasa mual dan ingin segera memuntahkan isi perutnya di dalam toilet.“Hoek! Hoek! Hoek!” Sonya segera berlari menuju ke toilet dengan wajah pucat pasi. Keringat dingin mengucur deras dari pelipisnya.Setelah sampai di dalam toilet, Sonya segera memuntahkan isi p
Pagi ini, Sonya sengaja datang lebih awal. Ia akan memeriksa stok bahan makanan di gudang dan merinci apa saja yang harus dibeli untuk memenuhi kebutuhan restoran.Tiba-tiba Ghea menatap sinis ke arah Sonya. Semakin hari, dirinya semakin tidak suka dengan gerak gerik Sonya. Wanita itu terlalu diistimewakan oleh Nyonya Prita dan putranya.“Sonya, kenapa kamu datang sepagi ini? Apa kamu ingin mencari perhatian Tuan Zack?” tanya Ghea dengan nada sinis.“Maaf, Ghea. Aku tidak punya waktu untuk berdebat. Aku harus segera ke gudang dan memeriksa stok bahan makanan.” Sonya tampak ingin menghindar dari Ghea. Ia tahu kalau wanita itu selalu saja membuat masalah dengannya.“Kenapa? Apa kamu merasa terganggu dengan pertanyaanku? Kalau benar, berarti kamu memang ada maksud tertentu. Asal kamu tahu, Nyonya Prita pasti akan marah kalau sampai tahu kamu menggoda putranya!” ucap Ghea dengan nada penuh penekanan.“Ghea, kamu bicara apa? Sejak kapan aku menggoda Zack? Aku bahkan cukup tahu diri dan tid
Zack tampak berlari dengan wajah pias. Ia bahkan tidak mempedulikan dirinya yang harus segera tiba di galeri dan menemui koleganya.“Bruk!” Zack menabrak tubuh Zilla dan meminta maaf kepada pelayan yang bekerja di restoran Nyonya Prita.“Maaf, Zilla. Aku tidak sengaja!” ucap laki-laki itu sambil mengulurkan tangannya ke arah Zilla yang kini terduduk di lantai.“Ya, tidak apa-apa, Tuan. K-kenapa Anda terlihat sangat kalut? Apa yang sedang Anda pikirkan?” tanya Zilla dengan tatapan lekat. Gadis itu merasa heran dengan ekspresi yang ditunjukkan oleh Zack.“Zilla, apa kamu tahu di mana Sonya? Dia tidak ada di ruangannya dan aku sangat yakin kalau telah terjadi sesuatu dengannya,” jawab Zack dengan nada cemas. Ia benar-benar mengkhawatirkan keadaan Sonya dan bayinya.“Tuan, semalam Sonya bercerita kalau dia akan pergi ke gudang untuk memeriksa stok bahan makanan di sana. Jangan-jangan, dia ada di sana!” ucap Zilla kepada Zack. Gadis itu sangat yakin kalau Sonya ada di sana.“Ayo kita, ke s
“Hallo,” ucap Zack dengan nada setenang mungkin. Laki-laki itu berusaha menormalkan dekat jantungnya.“Hallo, Tuan Zack. Saya sudah sampai di Blue Galeri dan saya sudah tidak sabar untuk membicarakan perihal kerjasama yang sudah kita rencanakan,” ucap laki-laki itu dengan nada penuh semangat.“Tuan, mohon maaf, kebetulan saya sedang berada di rumah sakit dan dengan sangat menyesal, saya tidak dapat bertemu Anda untuk membicarakan kerjasama kita.” Zack berbicara dengan tatapan sendu. Ia bahkan tidak tega meninggalkan Sonya di saat wanita itu tengah membutuhkan dirinya.“Tuan, apa Anda tidak salah bicara? Kalau Anda membatalkan pertemuan hari ini, itu artinya Anda menolak kerjasama yang saya tawarkan. Apa Anda sudah memikirkan matang-matang?” laki-laki itu tampak kecewa dengan keputusan yang diambil oleh Zack.Zack mengembuskan napas kasar dan melirik ke arah Sonya. Ia tidak mungkin meninggalkan wanita itu sendirian di sana. Meski ada dokter dan perawat yang siap berjaga. Namun, hati Za
“Ya, mereka baik-baik saja. Saya yakin, ayah mereka pasti sangat senang mendengar kabar ini,” ucap dokter itu dengan nada penuh keharuan.DEG!Sonya tampak terdiam dengan tatapan yang sulit diartikan. Apa kata dokter itu benar? Ayah anak-anaknya akan merasa senang mendengar mereka tumbuh dengan baik di dalam sana? Tidak, pria seperti Oliver tidak akan pernah menyayangi mereka. Laki-laki itu bahkan sangat membenci dirinya.“Nona, selamat beristirahat dan jangan lupa diminum obat dan vitaminnya. Semoga Anda lekas sembuh!” ucap dokter itu dengan penuh perhatian.Sonya hanya mengangguk dengan tatapan kosong. Diam-diam, ia mencemaskan kondisi kandungannya. Wanita itu berjanji akan menyembunyikan anak-anaknya dari Oliver. Ia bahkan tidak akan pernah rela membiarkan pria brengsek itu mengusik kehidupannya.“Sonya, apa kamu baik-baik saja?” tanya Zack dengan nada penuh kekhawatiran. Laki-laki itu segera mendekati Sonya yang masih terdiam dengan tatapan kosong.“A-aku baik-baik saja. Kamu tida
“Baiklah, aku akan tidur. Tapi, aku ingin bertanya untuk terakhir kalinya, apa kamu memiliki saudara?” tanya Sonya dengan tatapan penuh rasa penasaran.Bukannya menjawab pertanyaan Sonya, Zack hanya tertawa dan menggelengkan kepalanya. Laki-laki itu bahkan menempelkan punggung telapak tangannya di kening wanita itu.“Sepertinya kamu sedikit demam, sehingga pertanyaan kamu terdengar melantur. Sekarang tidurlah dan jangan bertanya yang tidak-tidak. Aku anak tunggal dan tidak memiliki siapa pun di dunia ini, keculai ibuku. Apa kamu puas?” kekeh Zack dengan tatapan lekat.Sonya mengangguk dan berusaha memejamkan matanya. Ia tidak ingin berpikir apa pun mengenai sosok Zack. Baginya, laki-laki itu memiliki hati malaikat karena mau menolong dan membantunya.“Zack!” bisik Sonya dengan nada yang begitu pelan.“Ada apa? Apa kamu membutuhkan pelukan dariku?” jawab Zack dengan nada datar.Sontak saja Sonya segera menarik selimutnya. Ia tidak dapat membayangkan kalau Zack benar-benar akan memelukn