“Siapa takut, aku akan menuntut kalian dengan tuduhan perbuatan tidak menyenangkan!” jawab Oliver dengan tatapan tajam.Sedangkan Yura, tampak menundukkan wajahnya dengan dada berdebar tak karuan. Ia berharap kalau Oliver akan terus membelanya.Sonya mengajak mereka memasuki sebuah ruangan. Wanita itu tampak bersikap tenang meski rasa sakit yang ditinggalkan oleh Oliver masih membekas sampai sekarang. Apa lagi, tiga anak kembar yang lahir dari benih laki-laki itu. Namun, Sonya sudah bertekad untuk tidak mengemis dan meminta belas kasihan laki-laki itu.“Tuan dan Nona yang terhormat, kita akan saksikan bersama-sama rekamannya. Jadi, supaya tidak ada prasangka buruk di antara kita.” Sonya berbicara dengan nada penuh penekanan. Ia bahkan merasa tidak suka melihat Yura yang seolah ingin memutar balikkan fakat.“Oliver, kamu percaya padaku, kan? Aku tidak mungkin menyakiti mereka, kalau mereka tidak menyerangku,” ucap Yura dengan nada memelas. Wanita itu tengah mempengaruhi tunangannya unt
Sonya mengembuskan napas kasar dan bersandar di dinding dengan perasaan campur aduk. Takdir apa yang sedang mempermainkan dirinya? Kenapa di saat ia sudah melupakan masa lalunya, tiba-tiba laki-laki itu datang kembali ke dalam hidupnya? Apa dia belum puas membuat hidupnya sengsara? Ia bahkan membuatnya jauh terbuang dari orang-orang yang mencintainya. Sonya bahkan harus rela berpisah dengan wanita yang telah melahirkannya.“Nona Sonya, apa Anda baik-baik saja?” tanya Anida yang masih berdiri di sampingnya.“Ya, aku baik-baik saja. Sekarang, aku harus segera pulang. Anak-anakku pasti sudah menunggu di rumah!” ucap wanita itu dengan nada tergesa. Sonya segera berjalan meninggalkan Anida yang tampak keheranan melihat perubahan ekspresi wajahnya.Dengan sigap, Sonya merapikan meja kerjanya. Wanita itu melirik benda yang melingkar di pergelangan tangannya. Dengan wajah lelah, ia mengembuskan napas kasar. Dirinya seharusnya sudah tiba di rumah, setengah jam lalu. Namun, gara-gara perempuan
“Vier, maaf kalau Bunda keterlaluan. Sekarang, lebih baik kalian bersiap-siap untuk makan malam,” Sonya segera meminta maaf kepada anak-anaknya. Wanita itu seakan enggan membahas sosok yang tengah mereka perbincangkan.“Bunda, kenapa Bunda tidak mau menjawab pertanyaanku? Apa Bunda mengenal Tuan Oliver?” Vier masih berusaha mencari informasi dari ibunya. Ia tahu, ada sesuatu hal yang tengah ia sembunyikan dari ketiga anak-anaknya.“Vier, Bunda sangat lelah dan Bunda ingin membersihkan diri!” bukannya menjawab pertanyaan putranya, wanita itu justru menyibukkan diri dan seolah menghindar dari Vier. Ia belum siap untuk berterus kepada ketiga anaknya. Masa lalunya begitu buruk dan Sonya takut, mereka akan membenci dirinya.Vier segera bergabung ke meja makan bersama Biya dan Bian. Mereka tampak terdiam dengan tatapan lekat.“Vier, apa Bunda masih marah kepada kita?” tanya Bian dengan tatapan penasaran.“Tidak, sebaiknya kalian makan saja. Nanti aku akan bicara kepada Bunda.” Vier berusaha
Oliver tampak terdiam dengan tatapan nanar. Laki-laki itu masih tidak habis pikir dengan perintah ayahnya. Kenapa tiba-tiba dirinya harus kembali secepatnya ke ibu kota? Apa ada hal yang sangat penting yang akan dibicarakan oleh laki-laki itu?Yura mendekat dan membawakan secangkir kopi untuk tunangannya. Wanita itu masih merasa kesal karena dipermalukan di depan orang banyak oleh Sonya.“Oliver, aku sangat kesal dengan wanita menyebalkan itu. Dia pikir, dia siapa? Berani sekali mempermalukan aku. Apa dia tidak tahu, kalau aku adalah seorang model yang cukup terkenal dengan karier yang cemerlang?” Yura berbicara dengan nada kesal. Wanita itu bahkan tidak terima dengan perlakuan Sonya.“Wanita menyebalkan, siapa maksudmu? Apa dia Sonya?” tanya Oliver dengan kening mengernyit.“Aku tidak tahu siapa dia, yang pasti aku ingin membuat perhitungan dengannya!” ucap Yura dengan nada kesal. Wanita itu ingin sekali memberikan pelajaran kepada Sonya.“Sudahlah, jangan terlalu dipikirkan. Wanita
Yura tampak tersenyum ketika sebua taksi melintas di hadapannya. Sepertinya taksi itu baru saja mengantarkan tamu hotel yang akan menginap. Ia segera melambaikan tangan dan menghampiri taksi yang telah berhenti tidak jauh darinya.“Mau ke mana, Nona?” tanya sang sopir ketika Yura sudah memasuki mobil dan duduk di belakang kursi kemudi.“Deliast Club!” jawab Yura dengan nada singkat. Beberapa bulan yang lalu, wanita itu pernah melakukan pemotretan di Labuan Bajo. Ia bahkan sempat menghabiskan malam bersama rekan-rekan kerjanya di Deliast Club. Sepertinya menghabiskan waktu di sana adalah keputusan yang tepat. Yura ingin melampiaskan kekecewaannya kepada Oliver.“Baik, Nona!” jawab sopir itu dengan nada ramah. Mobil segera bergerak meninggalkan lobi hotel dan menuju tempat yang akan dituju oleh Yura. Sepanjang jalan, Yura tampak mengamati pemandangan di luar sana. Suasana alam yang indah, membuat wanita itu yakin untuk tetap bertahan di sana dan menghabiskan masa liburannya.Yura bahkan
“Baiklah kalau itu yang kamu inginkan dariku, mari kita habiskan malam ini dengan percintaan yang sangat indah. Aku akan memenuhi semua permintaanmu!” bisik laki-laki itu dengan netra menggelap. Yura tampak tersenyum sambil mengalungkan kedua tangannya di leher laki-laki itu dan sudah tidak sabar ingin mengarungi malam yang indah bersama pria yang menjadi tunangannya.“Oliver, lakukan sekarang, aku bahkan sudah tidak sabar ingin menjadi milikmu seutuhnya. Aku ingin, ketika esok hari membuka mata. Kamu adalah orang pertama yang aku lihat di sampingku!” bisik Yura dengan gejolak yang semakin menggelegak. Wanita itu segera berbaring dan bersiap menyambut sentuh dari kekasih hatinya.Laki-laki itu tampak tersenyum ketika Yura membelai pipinya. Ia bahkan sudah tidak mampu mengendalikan diri dan meraup bibir Yura dengan pagutan yang begitu liar dan panas.Tubuh keduanya menegang, Yura bahkan semakin mengeratkan pelukannya dan menginginkan hal lebih dari laki-laki yang tengah mengungkung di
“Yura, kamu sedang berada di mana?” tanya Oliver dengan nada menyelidik. Laki-laki itu lamat-lamat mendengar suara seseorang di belakang sana.Yura tampak terkejut dengan pertanyaan Oliver. Wanita itu tampak pias dengan dada yang bergetar hebat.“Yura, apa kamu mendengarku? Kamu di mana?” tanya Oliver dengan nada menuntut. Ia merasa kesal ketika Yura tidak kunjung menjawab pertanyaannya.“A-aku sedang berada di rumah temanku. Semoga perjalananmu menyenangkan!” jawab Yura dengan nada gugup. Ia segera mengakhiri pembicaraannya dengan Oliver dan mengembuskan napas lega.Yura melirik ke arah laki-laki yang tengah duduk bersandar ke kepala ranjang. Laki-laki itu tengah mengamati gerak-geriknya dengan tatapan yang begitu lekat.“A-apa yang terjadi semalam?” tanya Yura dengan tatapan yang begitu tajam. Ia bahkan tampak kecewa ketika menyadari laki-laki yang duduk di sampingnya bukanlah Oliver.“Apa yang terjadi semalam? Tanpa bertanyapun, seharusnya kamu sudah dapat mengira apa yang sudah k
“Rahasia? Rahasia apa?” tanya Oliver dengan tatapan terkejut. Ia tidak pernah menyangka kalau seorang James Bodgan memiliki masa lalu yang selama ini ia sembunyikan darinya.Tuan James menghelan napas panjang sebelum membuka rahasia masa lalunya kepada Oliver. Laki-laki itu bahkan sudah siap, kalau Oliver akan mencaci dan membenci dirinya.“Oliver, apapun yang kamu dengar dariku, semoga tidak akan merubah rasa sayangmu kepada keluarga kita. Bagaimanapun, kamu adalah putra kami dan kami sangat menyayangimu,” ucap Tuan James dengan tatapan lekat.Oliver hanya terdiam dan merasa heran dengan rahasia yang akan diungkapkan oleh laki-laki itu.“Ayah, sebenarnya ada apa? kenapa Ayah memintaku untuk pulang?” Oliver bertanya dengan tatapan penuh kelembutan. Laki-laki itu merasa penasaran gerak-gerik yang ditunjukkan oleh Tuan James.“Oliver, Ayah memiliki cerita masa lalu yang begitu kelam. Ayah sadar, ini semua salah Ayah. Kalau saja Ayah tidak gegabah dan percaya begitu saja kepada mendian