“Anda Ayahku?” tanya Vier dengan tatapan terkejut. Anak itu mendekat dan memeluk laki-laki yang tengah berada di hadapannya. Biya dan Bian juga menghambur dan ikut memeluk laki-laki itu.Sonya tampak terdiam dengan wajah pias. Wanita itu hanya dapat menghirup udara lebih banyak untuk menormalkan detak jantungnya.“Tuan, kalau Anda benar ayahku, kenapa Anda tidak pernah pulang menemui kami? Kenapa Anda tega meninggalkan kami di kota ini? Apa Anda tidak menyayangi kami?” Bian berbicara dengan netra berkaca-kaca. Ia seakan sudah tidak sabar mendengarkan penjelasan dari Oliver.“Ayah minta maaf karena tidak pernah menemui kalian. Namun, Ayah hanya ingin mengatakan kalau Ayah sangat menyayangi kalian!” ucap Oliver dengan tatapan lekat. Laki-laki itu harus bisa mengambil hati anak-anak Sonya dan mengajak mereka kembali ke ibu kota.“Benarkah?” tanya Biya dengan netra berbinar. Ia merasa bahagia karena setelah menunggu sekian lama, akhirnya ayah kandungnya kembali juga.“Bunda, kenapa Bunda
“Sonya, siapa yang akan pergi?” tanya Nyonya Prita dengan tatapan yang begitu tajam.Sonya dan Zack saling pandang. Mereka tidak menyangka kalau Nyonya Prita mendengar pembicaraan mereka.“Nyonya, Anda sejak kapan berada di sini?” tanya Sonya dengan nada penuh kegugupan. Ia tidak menyangka kalau Sonya telah merencanakan kepergiannya.“Sonya, jangan mengalihkan pembicaraan. Aku tanya, siapa yang akan pergi?” seru Nyonya Prita dengan tatapan lekat. Ia seakan menangkap kejanggalan di balik tatapan Sonya dan putranya.“Bu, sebaiknya Ibu kembali saja ke kamar. Bukankah kata dokter, itu harus banyak beristirahat?” ucap Zack dengan penuh kelembutan. Laki-laki itu membujuk Nyonya Prita untuk kembali ke kamarnya. Ia tidak ingin terjadi apa-apa dengan ibunya.“Zack, jangan coba-coba membujukku. Aku tahu kalau kalian tengah menyusun rencana. Sekarang katakan padaku, siapa yang akan pergi dan meninggalkan tempat ini?” seru Nyonya Prita dengan napas terengah-engah. Ia merasa marah mendengar renca
“Oliver, apa kabar?” tanya Tuan James dengan nada penuh penekanan. Ada beban yang tengah menghimpit dadanya ketika ia mengingat tentang putrinya.“Kabarku baik, Ayah,” jawab Oliver dengan nada penuh kelembutan. Laki-laki itu merasa bersalah dengan apa yang sudah ia lakukan kepada Sonya di masa lalu.“Bagaimana dengan Sonya, apa kamu sudah menemukan titik terang?” Tuan James bertanya dengan nada penuh penekanan. Ia sudah tidak sabar ingin mendengar kabar tentang putrinya.“Ayah, besok aku akan membawa Sonya pulang ke ibu kota. Jadi, Anda tidak usah khawatir.” Oliver berbicara dengan tatapan sendu. Laki-laki itu berdiri di balkon kamarnya dengan perasaan campur aduk. Bagaimana kalau ayahnya tahu, Sonya telah melahirkan anak-anaknya? Bagaimana kalau laki-laki itu tahu, dirinyalah yang telah menghancurkan masa depan putri Tuan James? Apa laki-laki itu masih menyayangi dirinya dan menjadikan dia sebagai putra kebanggan di dalam keluarga Bodgan?“Benarkah? Ayah benar-benar tidak menyangka k
“Ya, Sonya, putri kita. Dia akan kembali ke sini!” ucap Tuan James dengan tatapan lekat. Laki-laki itu menggenggam erat tangan Dayana yang kini tampak bergetar dengan air mata yang membanjiri wajahnya.DEG!“B-benarkah?” Dayana tampak terkejut dengan netra membola. Wanita tanpa sadar meneteskan air mata.“Ya, itu benar. Putraku telah menemukan keberadaan Sonya dan berniat membawanya pulang ke sini. Semoga, dengan kembalinya Sonya ke kota ini, aku dapat menebus semua kesalahanku di masa lalu.” Tuan James berbicara dengan netra mengembun. Hatinya merasa bahagia membayangkan kepulangan putrinya esok hari.“James, apa putriku baik-baik saja? Seperti apa wajahnya sekarang? Bertahun-tahun tanpa bertemu dengannya, membuatku tidak sabar ingin segera memeluknya!” ucap Dayana dengan netra berkaca-kaca.“Dayana, bukan hanya kamu saja yang merasakan hal seperti itu. Aku juga sama, meski Sonya tidak pernah tahu tentang diriku, aku sudah tidak sabar ingin memberitahunya. Aku ingin mengatakan kalau
Tuan James tampak bersenandung riang, laki-laki itu segera membuka pintu kamar dan bersiap untuk beristirahat. Ketika ia memasuki kamarnya, tiba-tiba sebuah suara mengagetkannya.“Sayang, dari mana saja kamu?” tanya seorang wanita yang berdiri tepat di hadapannya.“A-alia!” lirih James dengan netra membola. Ia tidak menyangka kalau istrinya telah terjaga dan mencari keberadaanya.“James, jawab pertanyaanku. Dari mana kamu? Aku sudah mencarimu, namun kamu tidak ada di sisiku. Apa kamu menyembunyikan sesuatu dariku?” tanya Alia dengan tatapan menyelidik. Setelah ia mengetahui hubungan suaminya dengan Dayana, Alia selalu saja berpikiran buruk kepada suaminya.“Aku tadi belum mengantuk dan aku meminta Okan menemaniku keluar dan menikmati udara malam sambil menikmati secangkir kopi di café yang letaknya tidak jauh dari sini,” jawab Tuan James dengan wajah gugup.Setelah dijelaskan secara rinci, akhirnya wanita itu percaya dengan ucapan suaminya.Dengan tatapan manja, Alia membawa suaminya
Selama pesawat mengudara, Oliver terus menggenggam tangan Biya. Laki-laki itu memenui janjinya untuk menjaganya.“Biya, lihat awan itu indah sekali speerti kapas beterbangan!” ucap Oliver dengan penuh kelembutan. Laki-laki itu bahkan sangat senang duduk berdampingan dengan Biya.“Apa aku bisa menyentuhnya?” Biya berbicara dengan tatapan takjub. Ia benar-benar penasaran dan ingin menyentuh awan di luar sana.“Sayang sekali tidak bisa, tapi jangan bersedih. Setidaknya kamu sudah melihat awan-awan itu bergerak berarak-arakan di luar sana. Apa kamu menyukainya?” Oliver mengajak putrinya untuk berbincang sepanjang perjalanan. Ia tahu kalau gadis kecil itu tengah berusaha menahan ketakutan di dalam dirinya.“Ya, aku menyukainya. Tapi, aku takut kalau pesawat ini akan jatuh!” Biya kembali mengungkapkan ketakutannya kepada Oliver. Ia bahkan tidak ingin melepaskan genggaman tangan laki-laki itu.“Tidak, sayang. Pesawat kita akan mendarat dengan aman. Sekarang, pejamkan matamu dan beristirahatl
Tiba-tiba ponsel Oliver bergetar. Laki-laki itu segera menghentikan kegiatannya. Dengan sigap, ia melirik ke layar ponselnya yang tengah menyala. Seketika wajahnya tampak pias ketika melihat nama yang tertera di sana.DEG!Oliver segera bangkit dan meninggalkan meja makan. Laki-laki itu sengaja menjauh dari Sonya dan anak-anaknya.“Hallo, Ayah!” ucap Oliver dengan nada setenang mungkin. Ia tahu kalau laki-laki itu pasti akan menghubunginya.“Hallo Oliver, bagaimana? Apa Sonya sudah sampai di kota ini? Kenapa kamu tidak mengabarkan apa pun kepada Ayah?” tanya Tuan James dengan penuh rasa penasaran. Ia seakan sudah tidak sabar ingin mendengar kabar terkini mengenai putrinya.“Ayah, Sonya sudah bersamaku. Maaf, aku lupa mengabarimu. Mungkin sebentar lagi, aku akan mengantarnya ke rumah Nyonya Dayana.” Oliver menjawab pertanyaan ayahnya dengan nada penuh kecanggungan.“Kamu ada di mana? Apa Ayah boleh datang ke sana? Ayah ingin sekali berjumpa dengan Sonya!” ucap laki-laki itu dengan nad
“Sonya, kenapa kamu melamun? Apa ada yang sedang kamu pikirkan?” tanya Oliver dengan tatapan menyelidik.“A-aku, aku tidak melamun!” jawab Sonya dengan wajah merah padam. Ia merasa gugup ketika Oliver bertanya hal yang sangat memalukan baginya. Ia tidak menyangka kalau laki-laki itu dari tadi memperhatikannya.“Jangan berbohong, aku tahu kalau kamu dari tadi tampak gugup dan tengah memikirkan sesuatu. Apa itu ada kaitannya denganku?” tanya Oliver dengan senyum terbaiknya. Sungguh, Sonya baru sadar kalau laki-laki itu sangat tampan. Ia bahkan merutuki dirinya yang sempat terpesona dengan sosok ayah ketiga anaknya.‘Sonya, kamu jangan gila. Apa kamu lupa, kalau Oliver adalah pria brengsek yang sudah menghancurkan masa depanmu? Apa kamu lupa, laki-laki itu yang sudah menghancurkan hari pernikahanmu?’ batin Sonya sambil mengalihkan pandangannya ke luar jendela. Ia tidak ingin tergoda oleh sikap manis Oliver. Meski laki-laki itu ayah biologis anak-anaknya, tetap saja dirinya cukup tahu dir
“D-datang bulan?” tanya Sonya dengan tatapan terkejut. Seketika ia sadar kalau dirinya sudah terlambat datang bulan.“Ya, kapan Anda terakhir datang bulan?” ucap Dokter Shesa dengan senyum di wajahnya.“Awal bulan lalu,” jawab Sonya dengan tatapan cemas. Apa pelayan di rumahnya benar, kalau dirinya kini tengah mengandung? Kalau benar, ini adalah kabar bahagia untuk keluarga besar mereka. Namun, kalau kabar ini salah, pasti Oliver akan kecewa.“Kenapa kamu diam saja? Apa kepalamu masih pusing?” tanya Oliver dengan penuh kelembutan.“T-tidak, aku hanya khawatir kalau kamu akan marah padaku,” jawab Sonya dengan wajah tertunduk dalam.“Marah? Kenapa aku harus marah?” tanya Oliver dengan tatapan penuh rasa penasaran.“Aku takut mengecewakanmu. Kalau aku tidak hamil bagaimana?” lirih Sonya dengan nada penuh kegelisahan.“Sonya, kamu bicara apa? Kalau kamu tidak hamil, bagiku tidak masalah. Apa kamu lupa kalau kamu sudah memberikanku ketiga anak-anak hebat yang melengkapi kebahagiaan rumah t
Tiga bulan kemudian“Hoek! Hoek! Hoek!” Sonya kembali memuntahkan isi perutnya dengan kepala yang berdenyut hebat. Wanita itu merasa aneh dengan rasa mual yang beberapa hari ini kerap menyerang dirinya. Padahal akhir-akhir ini, ia merasa kondisinya baik-baik saja. Namun, rasa mual itu membuatnya semakin tersiksa.“Sonya, apa kamu baik-baik saja?” seru Oliver dengan nada cemas. Laki-laki itu tampak gelisah ketika menunggu Sonya yang tidak kunjung keluar dari kamar mandi.“Y-ya, aku baik-baik saja.” Sonya menjawab dengan nada lemah. Wanita itu tampak menyadandarkan dirinya ke dinding kamar mandi sambil memijit pelipisnya yang berdenyut.Oliver yang tampak cemas, segera membuka pintu dan masuk ke dalam. Laki-laki itu sangat terkejut ketika mendapati istrinya tengah bersandar di dinding dengan wajah pucat pasi.“Sonya, apa yang terjadi? Apa kamu sedang sakit?” tanya Oliver dengan tatapan penuh kekhawatiran. Ia dengan sigap menggendong tubuh istrinya dan membawanya keluar dari sana.Dengan
Yura melangkah dengan wajah tertunduk. Sesekali wanita itu menggenggam erat tangan ayahnya. Ada kegelisahan yang terpancar jelas di wajahnya.“Jangan takut, semua akan baik-baik saja!” ucap Tuan Yoshio dengan penuh kelembutan. Laki-laki itu segera mengantarkan putrinya menuju ke pelaminan. Di sana Zack sudah menunggu sang mempelai dengan senyum yang tergambar jelas di wajahnya.Tuan Yoshio mengantarkan Yura ke pelaminan. Laki-laki itu menyerahkan tanggung jawabnya kepada Zack, pria yang kelak akan mendampingi putrinya dalam suka maupun duka.“Zack, aku serahkan putriku padamu dan aku harap, kamu tidak akan menyakiti atau menyia-nyiakan dia!” ucap Tuan Yoshio dengan netra mengembun. Untuk pertama kalinya laki-laki itu merasakan kesedihan yang begitu besar di dalam hidupnya. Melepaskan Yura adalah hal terberat di dalam hidupnya.“Tuan, saya akan menjaga Yura sebaik-baiknya.” Zack berbicara dengan tatapan lekat. Laki-laki itu tahu kalau Tuan Yoshio sangat mencintai putrinya.Setelah berb
“James, waktuku sepertinya telah tiba,” lirih Alia dengan tatapan menerawang.“Tidak Alia, kamu pasti akan sembuh. Jangan berbicara seperti itu!” ucap Tuan James dengan tatapan yang begitu lekat.Namun, genggaman tangan Alia semakin melemah. Wanita itu hanya berbisik pelan kepada James untuk kembali kepada Dayana.“J-james, kembalilah kepada Dayana dan hiduplah bersamanya,” bisik Alia dengan tatapan sendu. Wanita itu seakan ingin menebus kesalahannya kepada Dayana.“Ya, aku akan hidup bersamanya, namun berjanjilah untuk terus berjuang. Kamu pasti akan sembuh dan kita dapat hidup bersama-sama.” Tuan James menggenggam erat tangan Alia. Laki-laki itu takut terjadi apa-apa dengan istrinya.Wajah Oliver tampak pucat pasi. Laki-laki itu tidak menyangka kalau kondisi Alia akan memburuk. Tadi, mereka sempat berbincang panjang lebar mengenai asal usul dirinya. Alia bahkan meminta Oliver untuk berbakti kepada ibu kandungnya. Wanita itu meminta sang putra untuk memaafkan apa pun kesalahan ibu ka
“Bu, apa yang Ibu katakan? Kenapa Ibu menangis?” tanya Zack dengan penuh rasa penasaran. Ia takut telah terjadi sesuatu pada ibu kandungnya.Nyonya Prita hanya tersenyum dan mengusap air matanya. Wanita itu menggeleng pelan dan meminta putranya untuk tetap fokus mengemudi.“Zack, jangan mencemaskanku. Aku baik-baik saja,” jawab Nyonya Prita dengan senyum di wajahnya. Wanita itu kembali terdiam dengan tatapan sendu. Entah kenapa, dadanya berdebar hebat ketika membayangkan sosok Oliver yang akan ditemui olehnya. Wanita itu hanya berharap kalau Oliver mau menerima dirinya sebagai seorang ibu yang telah melahirkan laki-laki itu ke dunia.Setelah menempuh perjalanan, akhirnya mereka sampai di rumah sakit yang dituju. Nyonya Prita segera turun dengan langkah tergesa. Wanita itu seakan sudah tidak sabar ingin bertemu dengan sosok yang sangat dirindukannya.“Bu, tunggu!” seru Zack dengan nada cemas. Ia merasa aneh dengan gerak-gerik ibu kandungnya. Namun, Bibi Weni segera menghentikan langkah
“Zack, ayo cepat bersiap-siap. Setelah selesai sarapan, kita akan pergi!” ucap Nyonya Prita dengan nada serius. Wanita itu meminta putranya untuk segera bersiap-siap.“Pergi? Kita akan pergi ke mana Bu? Apa kita ada agenda bertemu seseorang?” tanya Zack dengan kening mengernyit. Laki-laki itu tampak keheranan mendengar ucapan ibunya.“Cepatlah bersiap-siap, kita akan segera sarapan!” jawab Nyonya Prita dengan tatapan lekat. Wanita itu tampak sibuk menyiapkan menu makanan di meja makan.Bibi Weni mendekat dan menatap kakak perempuannya dengan perasaan campur aduk. Wanita itu tahu kalau Prita tengah larut dalam kegelisahan di dalam dirinya.“Prita, apa kamu sudah siap untuk menemui Oliver?” tanya Bibi Weni dengan tatapan penuh perhatian.“Ya, tadi Tuan James menghubungiku. Dia memintaku untuk segera datang ke rumah sakit karena Alia memintaku untuk segera datang ke sana.” Nyonya Prita berbicara dengan nada serius. Wanita itu memang sempat beberapa kali berkomunikasi dengan Tuan James da
“Ayah, apa dia…?” lirih Yura dengan wajah gugup.Tuan Yoshio hanya mengangkat bahu dan segera berjalan menuju ke ruang tamu. Laki-laki itu sudah tidak sabar melihat sosok yang tengah bertamu ke kediamannya.Dengan tatapan lekat, laki-laki itu mendekat ke sebuah ruangan yang tampak megah. Tubuhnya seketika menegang saat menyadari sosok yang tengah berada di ruang tamu rumahnya.“Weni,” lirih Tuan Yoshio dengan tatapan terkejut. Ia tidak menyangka kalau wanita itu berada di sana.Bibi Weni tampak tersentak, ia tidak pernah menduga kalau dirinya kembali akan dipertemukan dengan sosok yang sangat dikenalnya di masa lalu.“Weni, itukah kamu?” lirih Tuan Yoshio dengan tatapan lekat. Laki-laki itu mendekat ke arah Bibi Weni yang tengah duduk di samping Zack.“Tuan, apa Anda dan bibiku saling mengenal?” tanya Zack dengan tatapan keheranan. Selama ini, Bibi Weni tidak pernah bercerita apa pun tentang Tuan Yoshio. Wanita itu bahkan terlihat sangat canggung ketika bertatap muka dengan laki-laki
Zack segera meraih sebuah kotak cincin yang ada di tangan ibunya. Laki-laki itu tampak terharu ketika bersiap menyematkan sebuah cincin berlian di jari manis Yura.“Yura, will you marry me?” ucap Zack dengan tatapan penuh harap. Laki-laki itu tengah menatap wanita yang tengah duduk di hadapannya.Yura terdiam dengan tatapan lurus ke depan. Wanita itu masih ragu dengan jawaban yang ingin dilontarkan kepada pria yang selama ini telah membersamainya.“Yura, ikuti kata hatimu,” ucap Nyonya Prita sambil mengusap lembut bahu wanita yang masih tertunduk di hadapannya.Zack tampak terdiam dengan dada yang berdegup kencang. Ia bahkan sudah siap dengan segala jawaban yang akan diberikan oleh Yura.Tiba-tiba, Yura mengangkat wajahnya dan mengangguk pelan. Ya, dia menerima lamaran Zack dan membuat laki-laki itu terdiam beberapa detik.“B-benarkah kamu mau menerima lamaranku?” tanya Zack dengan tatapan terkejut. Laki-laki itu seketika tersenyum penuh keharuan ketika melihat Yura menganggukkan kepa
“A-apa menikah?” tanya Yura dengan wajah pias. Ia tidak menyangka kalau Nyonya Prita akan berbicara seperti itu kepadanya.“Ya, menikah. Bukankah hubungan kalian sudah sangat jauh. Apa lagi kalian sebentar lagi akan menjadi orang tua. Jadi, sudah sepantasnya kalian segera menikah demi kebaikan anak yang ada di dalam kandunganmu. Ibu tidak ingin cucuku terlahir tanpa orang tua yang lengkap.” Nyonya Prita berbicara dengan tatapan penuh kelembutan. Wanita itu ingin Yura dan Zack segera menikah.“A-apa Nyonya berbicara serius?” tanya Yura dengan tatapan terkejut. Ia tidak menyangka kalau Nyonya Prita akan berbicara hal yang sangat penting kepadanya.“Tentu saja aku serius. Kalian harus segera menikah dan tidak ada yang perlu ditunggu-tunggu lagi. Kapan aku bisa bertemu dengan keluargamu?” Nyonya Prita menatap lembut wajah Yura. Wanita itu sudah tidak sabar ingin menemui keluarganya.Yura hanya tersenyum dengan wajah gugup. Ia benar-benar tidak menyangka kalau Zack akan mengajaknya menikah