“James, kamu mau ke mana?” Alia bertanya dengan tatapan keheranan. Wanita itu bahkan tengah menyiapkan sarapan untuk suaminya.“Alia, aku harus segera tiba di kantor lebih awal. Jadi, aku minta maaf karena tidak bisa menemanimu sarapan.” James berbicara dengan nada tergesa. Laki-laki itu segera bergegas meninggalkan istrinya yang masih terdiam dengan tatapan penuh tanda tanya.“James, tunggu, apa kamu harus pergi sepagi ini? Aku bahkan ingin menyampaikan hasil pemeriksaan dokter mengenai kondisi kesehatanku dan aku ingin kamu mendengarnya.” Alia berusaha menahan James dan meminta laki-laki itu tetap tinggal di sana bersamanya. Ia bahkan sudah menyiapkan sarapan untuk suaminya.“Alia, tolong pahami ucapanku. Aku tidak mungkin mengecewakan klien-klienku. Aku bahkan harus memimpin rapat dan seharusnya kamu tahu apa yang menjadi tanggung jawabku.” James tetap bersikeras untuk meninggalkan Alia. Laki-laki itu sedang tidak ingin berdebat dengan istrinya.Alia hanya terdiam dengan perasaan t
“Dayana, kalau kamu akan menjadi satu-satunya wanita di dalam hidupku, apa kamu akan menerimaku seperti dulu?” tanya Tuan James dengan tatapan yang begitu lekat.Dayana terdiam dan mengembuskan napas kasar. Wanita itu bangkit dan menjauh dari sosok suaminya. Ia tahu, pertanyaan itu tidak akan merubah apa pun. Dayana bahkan sudah belajar untuk merelakan semua yang terjadi kepada dirinya.“Dayana, aku tidak akan memaksamu untuk memberikan jawaban padaku. Hanya saja, aku semakin tertekan ketika bersama Alia. Ragaku memang di sana, tapi hatiku tidak.” Tuan James berbicara dengan netra mengembun. Ia tahu kalau Dayana juga memiliki perasaan yang sama dengan dirinya.“James, pikirkan Alia. Bagaimanapun, dia adalah pendampingmu yang sekarang. Aku hanya mendoakan yang terbaik untuk rumah tangga kalian.” Nyonya Dayana berbicara dengan tatapan lekat. Ia meminta Tuan James lebih memperhatikan Alia dibanding dirinya.“Ya, aku tahu kalau Alia memang pendampingku yang sekarang, namun sampai kapan ka
“Nona, kamu boleh menghina dan merendahkanku sesuka hatimu, tapi ada satu hal yang tidak dapat kamu pungkiri. Aku adalah Ayah dari bayi yang sedang kamu kandung. Jadi, tidak ada alasan untuk membiarkan dia terlahir tanpa seorang ayah,” jawab Zack dengan nada serius.DEG!“A-apa maksudmu?” tanya Yura dengan nada gugup. Ia bahkan terlihat tidak suka dengan ucapan Zack.“Yura, jangan berpura-pura. Aku tahu kalau kamu sedang mengandung benihku. Jadi, biarkan aku bertanggung jawab padamu. Kehamilanmu adalah alasan terkuat untukku.” Zack berbicara dengan tatapan serius. Laki-laki itu ingin membuktikan kalau dirinya tidak main-main dengan perkataannya.“Jangan berbicara yang tidak-tidak. Lebih baik kamu pergi dan tinggalkan tempat ini. Aku tidak ingin melihat wajahmu lagi!” Yura tampak marah. Wanita itu berusaha mengusir Zack dari apartemennya.“Maaf, aku tidak akan pergi sebelum kamu menjawab pertanyaanku, Nona. Apa anak itu adalah darah dagingku?” Zack bertanya dengan tatapan penuh harap.
“Makanlah, apa mau aku suapi?” tanya Zack dengan nada penuh kelembutan.“T-tidak, aku tidak lapar dan jangan sekali-kali memaksaku lagi!” ucap Yura dengan nada sinis. Wanita itu bahkan memalingkan wajahnya dari Zack.“Aku tahu kalau Nona lapar dan sebaiknya makanlah segera. Kasihan bayi Anda dan dia pasti membutuhkan asupan nutrisi.” Zack berusaha membujuk Yura untuk memakan sup buatannya. Namun, wanita itu tetap tegas menolak tawaran Zack.“Aku bilang jangan memaksaku dan sekarang tinggalkan aku sendiri. Kalau kamu benar-benar memperhatikan kesehatan mentalku, tolong tinggalkan aku dan jangan pernah kembali lagi!” Yura berteriak dengan nada kencang. Ia bahkan mengusir Zack dari apartemennya. Wanita itu benar-benar muak dengan keberadaan laki-laki itu di sana.“Nona, aku akan pergi kalau Anda sudah memakan sup buatanku. Anda tampak sangat lemah dan aku berkewajiban memastikan kondisi Anda baik-baik saja.” Zack berbicara dengan tatapan lekat. Ia tahu kalau Yura tengah membencinya.“Tol
Tiba-tiba ponsel Yura bergetar. Wanita itu bergegas meraih ponsel yang berada di atas nakas. Seketika wajahnya tampak pias ketika melihat sosok yang tengah menghubunginya.“Hallo,” sapa Yura dengan suara bergetar.“Hallo, Yura. Bagaimana kabarmu? Lusa Ayah sudah sampai di Indonesia. Ayah ingin sekali memelukmu. Setelah menyelesaikan perjalanan bisnis, Ayah sudah tidak sabar bertemu denganmu!” ucap laki-laki itu dengan nada bahagia. Setelah beberapa bulan berpisah, Tuan Yoshio merasa bahagia karena akan berjumpa dengan anak semata wayangnya.“K-kabarku baik, Ayah. Aku juga merasa bahagia mendengar kabar kepulangan Ayah.” Yura berbicara dengan netra berbinar. Ia tampak sengaja menyembunyikan kesedihannya kepada Tuan Yoshio.“Yura, bagaimana rencana pernikahanmu dengan Oliver? Ayah sudah tidak sabar ingin melihatmu memakai gaun pernikahan. Itu adalah impian terbesar Ayah selama ini,” ucap Tuan Yoshio dengan penuh keharuan.“Semuanya baik-baik saja. Ayah tidak usah mencemaskanku.” Yura be
“Apa yang ingin Ayah sampaikan kepada kami?” tanya Oliver dengan tatapan penuh rasa penasaran. Ia benar-benar tidak sabar mendengar ucapan Tuan James yang tengah duduk di hadapannya.“Oliver, Sonya, kami sudah memutuskan semua untuk kebaikan kalian. Kami juga sudah berbicara dari hati ke hati mengenai kelanjutan hubungan kalian. Sebagai orang tua, kami tentu menginginkan yang terbaik untuk kalian dan sekarang, kami sudah memutuskan untuk segera menikah kalian!” ucap Tuan James dengan nada serius. Laki-laki itu bahkan berbicara dengan tatapan yang begitu tajam.DEG!“A-apa? Menikah? Apa ini bukan lelucon? Atau aku sedang bermimpi?” ucap Oliver dengan netra membola. Laki-laki itu bahkan tidak menyangka kalau Tuan James dan Nyonya Dayana sepakat untuk menikahkan mereka.“Tidak, ini bukan mimpi dan kami sudah memikirkan semuanya. Tuan James akan berbicara dengan Alia mengenai rencana ini, namun kami hanya berharap kalian akan tetap bersama selamanya. Sepahita dan sebesar apa pun cobaan ya
“Rubah kecil, Jangan banyak bertanya. Sekarang minum susunya atau aku yang akan memaksamu meminum susu ini dengan mulutku?” ucap Zack dengan nada setengah berbisik.DEG!Yura tampak terdiam dengan tatapan terkejut. Wanita itu tidak menyangka kalau Zack berani mengancamnya. Ia bahkan bersikap keras kepala dan menantang laki-laki yang tengah menyiapkan bahan makanan di dapur miliknya.“Aku tidak mau meminum susu buatanmu dan jangan memaksaku. Kamu pikir, kamu siapa? Berani sekali mengancamku? Kamu itu hanya pria yang tidak tahu malu dan ingin mengambil keuntungan dariku. Jadi, jangan sekali-kali mengancamku!” ucap Yura dengan nada sinis.Zack hanya tersenyum dan meletakkan pisau yang ada di tangannya. Laki-laki itu segera mendekat dan meminum susu yang ada di gelas dan berjalan ke arah Yura. Ia ingin membuktikan ucapannya dan kepada wanita yang tengah bersikap sombong di hadapannya.Yura tampak panik, ia tidak menyangka kalau Zack berani berbuat nekad. Wanita itu tidak dapat membayangka
Zack hanya tersenyum jahil dan sengaja mendekatkan tempura itu ke hadapan Yura. Laki-laki itu ingin melihat reaksi wanita yang tengah tertunduk di hadapannya.“Aku tidak lapar,” lirih Yura dengan wajah tertunduk. Ia tidak ingin mengakui kekalahannya di hadapan Zack. Wanita itu bahkan terlihat sangat keras kepala dan pantang menyerah kepada pria yang masih terdiam di hadapannya.“Baiklah, kalau kamu tidak tertarik dengan makanan ini, aku akan membungkusnya dan memberikan kepada orang-orang yang kurang beruntung di luar sana. Mereka pasti sangat senang mendapatkan makanan gratis hari ini. Bukankah itu lebih bermanfaat dari pada makanan ini akan berakhir di tempat sampah.” Zack segera mengambil piring berisi tempura di hadapan Yura. Ia ingin membungkus makanan itu dan membawanya keluar dari apartemen Yura.“J-jangan!” seru Yura sambil mengangkat wajahnya. Wanita itu bahkan terlihat panik ketika melihat Zack yang hendak merapikan makanan di atas meja.“Kenapa? Bukankah Nona tidak menyukai