Beranda / Semua / GADIS YANG TERJAMAH / 9. Dituduh Mencuri

Share

9. Dituduh Mencuri

Penulis: sitta rulita
last update Terakhir Diperbarui: 2022-03-07 16:03:11

Plak

Salah satu orang yang berada di dekatnya menamparnya. “Sudah tertangkap basah, masih juga tak mau mengaku!”

“Hajar!” teriak yang lain.

Marlina mendapat pukulan dan tamparan dari orang-orang yang mengerubunginya.

“Hei, tunggu!” teriak dari balik kerumunan.

Orang-orang yang sedang memukuli Marlina sontak berhenti lalu menengok ke sumber suara.

Seorang wanita cantik mendekati Marlina. “Kamu mencuri hp di tempat laundry saya?” tanya wanita cantik itu.

“Nggak, saya gak nyuri apapun,” bantah Marlina sambil menangis.

“Bohong,” kata salah satu orang yang memegang tangan Marlina.

“Gak usah banyak alasan, ngaku gak!” kata yang lainnya.

“Bawa dia ke rumah saya!” perintah wanita cantik tadi.

Marlina digiring sebuah rumah mewah. Empat pilar tinggi di teras depan menambah kokoh bangunan bercat putih itu. Di bagian depan rumah itu terdapat sebuat gerai laundry. 

Ketika masuk ke dalam rumah, satu set kursi jati nan kokoh tersusun apik. Gorden tebal dengan warna yang mengkilap terpasang di depan jendela berteralis besi ulir yang indah.

Marlina sangat terpukau dengan isi rumah wanita cantik itu.

Wanita cantik itu duduk di atas kursi dengan kaki kanan diatas kaki kirinya. Kedua tangannya diletakkan di gagang kursi, memperlihatkan deretan cincin emas di jari-jarinya. Di tangan kanan terdapat jam tangan berwarna emas dan tangan kirinya juga terpasang tiga jenis gelang yang berbeda.

“Lepaskan dia!” perintah wanita cantik itu pada orang-orang yang memegangi tangan Marlina. “Duduk di situ!” Wanita cantik itu menunjuk ke lantai, lalu Marlina menurutinya.

“Kalian pergilah!” Wanita itu menyuruh orang-orang yang tadi berkerumun untuk meninggalkan rumahnya.

Setelah orang-orang meninggalkan rumah itu, wanita cantik itu bertanya, “Siapa namamu?” 

“Ma-Marlina,” jawab Marlina takut-takut.

“Sepertinya, aku baru pertama kali ini melihatmu. Di mana rumahmu?” wanita itu bertanya lagi.

“Rumah saya di kampung sebelah kebun karet bos Kuncoro,” jawab Marlina.

“Dimana itu? Saya belum pernah mendengarnya.”

“Jauh dari sini.” Marlina menjawab lalu menunduk.

“Kamu pergi ke sini sendirian? Apa orang tuamu tau kalau kamu ada di sini?”

“Kedua orang tuaku sudah meninggal. Aku hanya seorang diri dan tak punya siapa-siapa lagi. Orang di kampungku mengusirku dari sana.” Air mata Marlina berderai.

“Mengusirmu? Kenapa bisa begitu?” tanya wanita itu kaget.

Marlina menceritakan kejadian yang menimpanya satu per satu. Wanita cantik itu ikut meneteskan air mata mendengar penuturan Marlina yang menyayat hati.

“Kemarilah!” wanita cantik itu berdiri lalu membentangkan kedua tangan, Marlina mendekat lalu didekap tanpa ada rasa jijik sedikitpun dengan tubuh Marlina yang berlumuran tanah lumpur. “Sekarang kamu aman di sini sama Tante ya!”

Marlina mengangguk sambil mengusap pipinya yang basah.

Marlina diberi pakaian yang layak dan diberi makanan sampai perutnya kenyang. Marlina diperbolehkan tinggal di dalam gerai laundry milik Tante Angel dengan syarat dia harus ikut bekerja di laundry tersebut.

Marlina banyak belajar dari Mbak Susi dalam mengoperasikan mesin cuci dan setrika, mengemas, menimbang pakaian yang sudah selesai dicuci dan pembukuan. Marlina sangat menekuni ilmu yang diberikan Mbak Susi, sehingga dalam waktu singkat Marlina menguasai dunia pelaundryan.

Kerja Marlina sangat rapi meski masih lambat dan belum secekatan Mbak Susi. Tante Angel mengapresiasikan hasil kerja Marlina dengan memberikan sejumlah gaji yang sangat tak disangka-sangka.

Tante Angel merinci apa yang digunakan oleh Marlina selama dia belum menerima gaji, antara lain biaya tinggal, makan, snack, sabun dan alat mandi lainnya. Semua itu dihitung rinci bersama. Setelah itu, Marlina diminta Tante Angel untuk membayar semua keperluannya yang tadi telah dihitung bersama.

Hal ini dilakukan oleh Tante Angel semata-mata memberi pelajaran pada Marlina bahwa hidup itu sulit dan harus diperjuangkan, tak ada yang gratis di dunia ini. Mau bekerja, maka bisa makan. Jika tak mau bekerja, maka harus keluar dari rumah Tante Angel.

Marlina menerima konsekuensi yang diberikan Tante Angel itu. Inilah pelajaran hidup yang sangat berharga yang diterima oleh Marlina. Tante Angel sangat ketat dan disiplin dalam menjalankan bisnisnya. Oleh sebab itu, dia tak main-main dengan seluruh pegawainya termasuk Marlina.

Biaya tinggal di gerai laundry milik Tante Angel tergolong murah jika dibandingkan dengan biaya indekos Mbak Susi yang letaknya sekitar dua ratus meter dari kediaman Tante Angel. Oleh sebab itu, Marlina memilih tetap tinggal di gerai itu, meski tak ada kamar khusus, hanya sehelai kain gorden yang menutupi kasur dan beberapa tumpuk pakaian Marlina. Makanan yang diberikan oleh Tante Angel juga relatif enak dan lumayan mengenyangkan. Bagi Marlina makan sehari tiga kali dengan lauk seadanya merupakan rezeki yang sangat disyukurinya.

Dari selisih gaji dan pengeluaran Marlina yang harus dibayarkan pada Tante Angel, Marlina masih dapat menabung meski sangat sedikit.

Pada bulan selanjutnya, Tante Angel memberikan target pencapaian hasil laundry yang lumayan tinggi dari bulan sebelumnya. Jika Marlina dan Mbak Susi berhasil melampaui target yang ditentukan, keduanya akan mendapat bonus sejumlah uang yang besar.

Marlina berinisiatif membuat tulisan di selembar kertas yang berisi ajakan untuk mencuci di laundry milik Tante Angel. Lalu kertas tersebut dibagi-bagikan pada orang yang lewat, selain itu dia menyelipkan kertas tersebut ke dalam pagar rumah tetangga Tante Angel, menitipkan kertas tersebut pada tukang sayur, satpam, tukang sapu keliling. Marlina menulis di kertas itu satu per satu, sehingga keunikan dalam tulisannya berbeda-beda.

Awalnya Mbak Susi mencibir apa yang dilakukan oleh Marlina, tapi karena konsumen bertambah, akhirnya Mbak Susi membantu Marlina untuk memperbanyak tulisan Marlina yang berisi iklan laundry milik Tante Angel itu.

Dari selebaran kertas yang disebar Marlina, laundry milik Tante Angel dibanjiri konsumen. Mereka banyak yang tertarik dengan iklan yang ditulis oleh Marlina. 

Tante Angel mengecek kegiatan yang dilakukan oleh Marlina dan Mbak Susi. Suatu hal yang  sangat tidak disangka oleh Tante Angel. Tante Angel merasa cocok dengan kinerja Marlina. Bisnisnya semakin maju pesat.

Mbak Susi kerjanya bagus, rapi dan cepat. Sedang Marlina, hasil kerjanya sudah bagus dan rapi meski masih lambat, tapi untuk marketing, Marlina memiliki nilai tambah yang tidak dimiliki oleh Mbak Susi.

Hingga pada awal bulan, tibalah waktu yang dinanti-nanti, yaitu gajian. Targetan yang diberikan oleh Tante Angel pada awal bulan lalu telah jauh dilampaui oleh Marlina dan Mbak Susi. Hingga akhirnya, kedua mendapat bonus yang besar, diluar dugaan kedua.

“Malam ini kalian aku undang untuk makan bersama dengan karyawanku yang lain di dalam rumahku,” ajak Tante Angel setelah memberikan gaji dan bonus pada Marlina dan Mbak Susi.

***

Malam ini Marlina menggunakan pakaian terbaiknya, dia masuk ke dalam rumah Tante Angel yang seperti istana. Di dalam ruang makan telah terhidang menu lezat sepanjang meja. Beberapa yang disebut karyawan Tante Angel juga sudah memenuhi kursi di meja tersebut. Hanya Marlina yang datang tanpa make up, tapi wajah cantiknya dapat menyaingi karyawan Tante Angel yang cantik lainnya.

Marlina dipersilahkan duduk di kursi yang telah ditentukan. Lalu dia mengajak bersalaman dan berkenalan pada orang yang di sebelahnya.

“Mbak dapat daerah mana?” tanya wanita di samping Marlina.

“Daerah apa?” Marlina balik bertanya.

“Kerjanya di bagian wilayah mana?” ulang wanita di sebelah Marlina.

“Owh, saya kebetulan di laundry depan rumah ini,” jawab Marlina.

Wanita itu terkekeh, “cuma pegawai laundry, saya pikir kurir seperti aku juga!”

“Kurir apa?” tanya Marlina bingung, tapi wanita itu justru tertawa keras.

Bab terkait

  • GADIS YANG TERJAMAH   10. Karyawan Pilihan

    “Kerjanya di bagian wilayah mana?” ulang wanita di sebelah Marlina.“Owh, saya kebetulan di laundry depan rumah ini,” jawab Marlina.Wanita itu terkekeh, “cuma pegawai laundry, saya pikir kurir seperti aku juga!”“Kurir apa?” tanya Marlina bingung, tapi wanita itu justru tertawa keras.Sebuah pintu besar di ujung ruang makan terbuka, Tante Angel keluar dari pintu tersebut. Semua orang yang ada di ruang makan berdiri menyambut kedatangannya. Setelah Tante Angel duduk di kursi utama, yang lain diperbolehkan duduk kembali.“Selamat malam ladies,” sapa Tante Angel sumringah.

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-07
  • GADIS YANG TERJAMAH   11. Hari Pertama Bersama Jessie

    Marlina masuk ke dalam rumah itu, ternyata pria itu bertelanjang dada dan hanya menutup kemaluannya dengan sehelai handuk, dan membiarkan sebagian pahanya terekspos bebas. Roti sobek di dada pria itu tersusun indah, Marlina meneguk liurnya yang tersangkut di tenggorokan.“Liat apa?” bentak Jessie.“E-enggak. Maaf,” jawab Marlina takut.Jessie keluar dari kamarnya dengan selimut yang menutupi tubuh. “Tunggu sebentar, aku mau mandi dulu.” Pria yang membukakan pintu untuk Marlina mengikuti langkah Jessie ke kamar mandi.Selama mereka mandi, Marlina melihat seluruh isi rumah Jessie. Kotor, bau dan pengap, puntung rokok berserakan di lantai. Beberapa botol dengan pipet juga tergeletak di lanta

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-07
  • GADIS YANG TERJAMAH   12. Dipenjara

    “Jangan bergerak, angkat tangan ke atas!” perintah seseorang dari belakang Marlina. Sebuah benda tumpul menusuk pinggangnya. Marlina kaget dan langsung mengangkat kedua tangannya.Tiba-tiba orang yang di belakang Marlina menekuk tangannya ke belakang lalu menjatuhkannya dalam posisi telungkup di tanah.“Ada apa ini?” pekik Marlina.“Diam!” perintah orang itu dengan berteriak. Beberapa orang keluar dari persembunyiannya.Pria yang mengaku sebagai Pak Toni membuka paket pemberian Marlina.“Target dikuasai!” ucap seseorang menggunakan walkie talkie.“Amankan!” jawab dari seberang.

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-08
  • GADIS YANG TERJAMAH   13. Pesakitan di Rumah Jessie

    Chris mendekat lalu menjambak rambut Marlina ke belakang hingga wajahnya mendongak ke atas. “Diam, tadi aku sudah membayarmu sepuluh juta. Jadi kamu sekarang harus membayarnya!” “Jangan, tolong jangan sakiti aku. Aku gak punya uang sepuluh juta. Kembalikan saja aku ke dalam penjara.” Marlina menangis sambil memohon, peristiwa di sungai dekat kebun karet melintas dalam benak Marlina. Dia sangat takut jika peristiwa itu terulang lagi. “Tidak semudah itu gadis bodoh!” Chris mengencangkan tarikan tangannya pada rambut Marlina. “Aduh, sakit. Ampun!” Marlina memegang rambut yang dijambak Chris. Chris melepaskan tangannya dengan mendorong Marlina ke lantai. “Au,” teriak Marlina kesak

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-08
  • GADIS YANG TERJAMAH   14. Belajar Berdiri Sendiri

    “Jika kau mau mengikuti saranku. Aku yakin kamu bisa melunasi hutangmu dalam waktu seminggu saja!” ucap Tante Angel sambil memilin rambut.“Aku mau, Tan. Bagaimana caranya?” kata Marlina penuh semangat.“Jangan hanya jadi kurir, waktunya kamu cari konsumen sendiri. Tapi ingat, jangan ambil langganan Jessie,” terang Tante Angel.“Bagaimana caranya? Aku gak banyak kenal orang.” Marlina agak pesimis.“Pacari orang-orang yang berduit, lalu pasarkan pada mereka,” kata Tante Angel.“Iya. Aku tau kalau yang itu. Masalahnya, bagaimana mendekati mereka?” tanya Marlina.“Besok aku akan mengajakmu bermain gol

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-09
  • GADIS YANG TERJAMAH   15. Tinggal di Apartemen

    Sebelum matahari tenggelam, Delon sudah sampai di rumah Tante Angel. Lyan menemui Delon dengan balutan dress bunga-bunga putih-pink yang panjangnya setengah betis dan tangan setengah bahu, sepatu high heels transparan di bagian atasnya dan sebuah tas kulit berwarna gelap. Rambutnya disanggul sehingga menunjukkan lehernya yang jenjang.Lyan langsung duduk di samping Delon dan mengecup pipinya, “aku siap pergi bersamamu,” bisik Lyan di telinga Delon.Delon memacu roda besinya menuju apartemennya di kawasan elit. Marlina sungguh takjub dengan pemandangan yang baru pertama kali dilihatnya. Selama ini dia hanya melihat kemewahan kota dari layar kaca, tapi kali ini dia menikmati keindahan tersebut dengan mata kepalanya sendiri.Marlina baru pertama kalinya naik l

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-09
  • GADIS YANG TERJAMAH   16. Delon dan Jasmine Ketagihan

    PlakDelon memegang pipinya kanannya yang terasa panas.“Jangan kau ganggu perempuan polos itu!” hardik Jasmine pada Delon.“Sakit. Jangan marah dulu.” Delon menarik tangan Jasmine hingga Jasmine duduk di pangkuannya. “Kita sudah lama tak menikmati ini berdua,” bisik Delon di telinga Jasmine.“Iya, tapi Lyan anak baik-baik. Jangan kamu cekoki dia dengan barang haram itu!” ucap Jasmine marah.“Salahnya sendiri menyentuh barang-barangku,” kekeh Delon, lalu Delon memberikan alat hisap itu pada istrinya.Keduanya menikmati apa yang sebelumnya sudah disediakan Lyan. Ketika Jasmine sudah mulai meracau den

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-09
  • GADIS YANG TERJAMAH   17. Mangsa Baru

    “Oh. Jangan malu dengan profesimu selama pekerjaanmu halal.” Jonathan memamerkan deretan gigi putihnya.“Iya, terima kasih.” Lyan mengangkat wajahnya.“Kamu juga boleh bekerja di apartemenku sekarang,” bisik Jonathan sambil melirik isi dalam dada Lyan yang menyembul indah.Lyan melihat arah mata Jonathan, lalu dia menutup sebagian dadanya yang terekspos dengan tangan kanan.“Kau mau mampir ke rumahku sekarang?” ajak Jonathan.Lyan menggeleng, “aku hanya diberi izin keluar rumah sampai dengan hari ini aja oleh orang tuaku.”Jonathan tersenyum. “Jarang lho anak jaman sekarang yang nurut sama

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-13

Bab terbaru

  • GADIS YANG TERJAMAH   45. Lolos

    Lyan kembali menahan nafas sambil menengok ke arah belakang. Kaca belakang yang telah pecah itu jelas memperlihatkan jalan kosong, Lyan memicingkan mata dan memperjelas pandangannya lagi.“Jalanan kosong, Pak. Gak ada polisi yang ngejar!” teriak Lyan suka cita. Pak Udin sesaat menengok ke belakang untuk memastikan lalu mempercepat laju kendaraannya untuk kembali ke rumah Tante Angel.Tante Angel menunggu cemas di dalam ruangannya. Lyan masuk ke dalam ruangan dengan penuh luka goresan kaca di lengan dan kakinya. “Kenapa kamu, Lyan? Mana Jessie?”Pak Udin masuk dengan memeluk tas berisi uang lalu menyerahkan pada Tante Angel.“Jessie gak bisa kami selamatkan dari sana. Dia ditabrak motor dan disandera oleh mereka.” jawab Lyan sambil menahan sakit.Tante Angel menutup mulutnya dengan kedua tangannya, “kalian gak mencoba menolongnya?” tanya Tante Angel.“Kalau gak nolong Jessie, gak mungkin sampai luka-luka kayak gini, Tan.” jawab Lyan.“Mobil juga remuk, untung uang itu bisa diselamatkan

  • GADIS YANG TERJAMAH   44. Uang atau Nyawa

    “Maksudnya gimana, Tan?” Lyan membulatkan matanya.“Saya sangat mengapresiasikan langkahmu kemarin. Membuat Bang John tidak percaya lagi pada Lidya itu suatu hal yang sangat luar biasa. Tapi kita juga butuh barang. Jadi, terpaksa kita harus merampasnya dari Lidya.” jawab Tante Angel.“Bagaimana caranya?” tanya Lyan lagi.“Panggil Jessie ke sini, kita susun langkah setelah Jessie datang.” perintah Tante Angel.“Males ah, Tante aja. Takut ketemu Chris.” tolak Lyan.“Baiklah. Satu jam lagi aku aku tunggu kalian di sini.”Lyan kembali ke gerai laundry menemui Mbak Susi yang sedang sibuk dengan cucian

  • GADIS YANG TERJAMAH   43. Tipu Daya

    Bang John menembus lantai granit dengan peluru yang dimuntahkan dari senjata dalam genggamannya. Semua orang yang ada dalam ruangan itu berjongkok sambil menutup kedua telinga. Aroma mesiu tercium pekat.Lidya berbalik dan melihat lantai dengan pola sarang laba-laba tak jauh dari kakinya. “Aku kembalikan uangmu sekarang, tapi tolong jangan bunuh aku.” ucap Lidya memelas.Lidya berjalan pelan kembali ke tempatnya semula lalu mengeluarkan uang yang tadi diberikan Sisil.Kedua netra Bang John merah padam, sepertinya dia siap menelan Lidya hidup-hidup. Senjata yang digenggam Bang John sepertinya benar asli, tidak seperti senjata milik Lidya tadi. Suara letusannya sangat membuat Lyan ketakutan setengah mati.“Aku gak

  • GADIS YANG TERJAMAH   42. Markas Putih

    Pria berjubah putih itu menyapa Lyan dengan menundukkan kepalanya lalu tersenyum. Kepalanya menggunakan peci putih yang diikat dengan kain hitam mengelilingi kepalanya, tangannya menggenggam seuntai tasbih putih, alas kakinya hanya menggunakan sandal karet sederhana. Siapakah pria yang dijemput Sisil ini.Mobil berhenti di sebuah rumah besar yang sangat asri, beberapa pohon besar membuat teduh penglihatan. Rumah bercat putih dipenuhi dengan bunga-bunga indah di sepanjang terasnya. Beberapa ekor burung dengan kicauan merdu yang tergantung di teras menyambut kedatangan mereka.Lidya turun dari mobil dan menyeret koper itu ke dalam rumah. Masuk dari pintu utama, ruangan tampak luas, ada perbedaan tinggi pada lantai. Seperti rumah ini didesain untuk lesehan, sebab di lantai yang lebih tinggi itu terdapat karpet tebal dan beberapa s

  • GADIS YANG TERJAMAH   41. Tamu Istimewa

    Tanpa aba-aba, Lidya menembak vas bunga yang ada di meja. Suara letusan memekakkan telinga, seketika itu juga material kaca penyusun vas itu hancur berantakan.“Kenapa kita tidak berdamai saja? Kamu punya barang, aku punya duit. Kita barter, selesai urusan.” ucap Lyan sedatar mungkin meski detak jantungnya tak karuan.“Terserah padaku, dengan siapa aku bertransaksi. Kenapa kamu memaksaku untuk menjual barangku padamu? Aku gak suka itu.” ucap Lidya ketus.“Kalau tidak mau menjualnya padaku, kenapa kamu mau ikut denganku?” jawab Lyan sambil tersenyum.“Mana aku tahu kalau kamu orang suruhan Angel. Kalau tau pasti aku gak akan mau ikut denganmu!” hardik Lidya.“

  • GADIS YANG TERJAMAH   40. Misi Baru

    Azka berlari meninggalkan rumah. Lyan tahu dengan pasti jika Azka dari tadi kelaparan. Lyan berusaha mengejar tapi Azka terlanjur menjauh dengan mobilnya. “Biarkan dia pergi, nanti juga kembali lagi.” ucap Tante Angel ketika Lyan kembali. Lyan berjalan lesu lalu duduk di kursi yang tak jauh dari ruang kerja Tante Angel. “Kalian sudah bertemu nenekmu?” tanya Tante Angel lagi. Lyan menggelengkan kepala. “Rumah ayah sudah gak ada lagi, sekarang dibangun rumah baru yang besar. Nenek sudah lama pergi dari rumah, katanya gak lama setelah aku pergi.” Lyan menekuk kakinya dan memeluknya, tangisnya kembali pecah. Tante Angel hanya diam lalu meninggalkan Lyan sendiri dalam tangisnya. “Tante,” panggil

  • GADIS YANG TERJAMAH   39. Bertemu Zahra

    “Hai Celine,” sapa Azka tanpa melepaskan genggaman tangannya. “Siapa dia?” tanya Celine lagi. “Ini Marlina, pacarku. Marlina, perkenalkan sepupuku, Celine.” jawab Azka memamerkan deretan gigi putihnya. Mata Celine membulat. “Pasti kamu bohong!” hardik Celine. “Pa, Ma, Azka mau pergi dulu. Marlina sudah punya janji dengan seseorang di sana.” Azka pergi taman dengan masih menggenggam tangan Marlina. “Azka, minta minyak dulu sama Surti, Pa takut tanganmu gak bisa lepas dari cewek itu.” ledek grandpa. “Bisa lepas kok, Pa.” Azka melepas tangannya lalu merangkul Marlina dari samping lalu mengedipkan sebelah matanya lalu pergi.

  • GADIS YANG TERJAMAH   38. Kemana Nenek Sholihati?

    “Maksudnya gimana?” Lyan terpancing emosi.Azka menegakkan kelima jari tangannya di depan Lyan. “Nenek yang tinggal di rumah yang lama kemana ya?” tanya Azka.“Wah, gak tau Mas. Saya ke sini, rumahnya sudah kosong. Saya pikir memang gak ada penghuninya.” jawab tukang tersebut.“Bapak bukan orang sini ya?” tanya Azka lagi.“Bukan, rumah saya jauh. Saya di drop di sini bareng kawan sama Bos Kuncoro. Pak Sodikin tuh yang asli orang sini!” tunjuk tukang tersebut.Lyan cepat-cepat mengenakan kacamata hitam sebelum Sodikin mendekat, Lyan kenal betul dengan teman kerja ayahnya dulu itu.“Siapa?” t

  • GADIS YANG TERJAMAH   37. Kembali Ke Kampung Neraka

    “Maaf.” Azka berdiri dan menjauh dari kasur Lyan.Lyan duduk lalu menarik selimut menutupi badannya dan menatap Azka.“Sejak kapan Mas Azka di sini?” tanya Lyan agak emosi.“Ehm, maaf ya. Tadi aku sudah beberapa kali masuk ke sini. Tapi kamu belum bangun juga. Aku tunggu di bawah ya.” Azka berbalik badan menuju pintu.“Aku gak mau peristiwa tadi terulang lagi. Lagipula bajuku ada di bawah. Aku mandi di sana aja.” Lyan turun dari kasur dan mendahului Azka keluar dari kamar.“Maaf ya!” ucap Azka sebelum Lyan menuruni tangga. Lyan bergeming kemudian meneruskan langkahnya lagi tanpa kata.Lyan kemb

DMCA.com Protection Status