Beranda / Semua / GADIS YANG TERJAMAH / 8. Keluar Dari Kampung Neraka

Share

8. Keluar Dari Kampung Neraka

Penulis: sitta rulita
last update Terakhir Diperbarui: 2022-03-05 18:47:32

Beberapa orang memegang kedua tangan Marlina, “kamu belum pergi dari sini hari ini, berarti kamu harus dibakar bersama rumahmu!” teriak Bu RT sambil mengacungkan obor ke arah Marlina.

“Jangan, tolong jangan lakukan.” Marlina memohon bersujud di hadapan orang-orang yang berkerumun. 

Nenek Sholihati berlari ke belakang ikut bersujud pada puluhan orang yang tengah mengepung cucunya itu.

“Tolong biarkan kami mengubur Maryono lebih dulu.” Nenek Sholihati menunjuk Pak Maryono yang baru dimandikan tapi belum dibungkus kain penutup yang kering.

“Saya ingin menguburkan ayah saya dulu, saya berjanji akan pergi setelah ini.” Marlina memohon lagi.

Terdengar bisik-bisik dari orang sekitar, mereka tidak lagi berteriak lagi. Ada sebagian yang mengecek tubuh Pak Maryono yang masih basah itu. Ada juga beberapa orang yang memperhatikan lubang galian yang masih basah.

“Tolong beri kami kesempatan untuk menguburkan Maryono,” Nenek Sholihati kembali menangis dan memohon pada warga. 

Warga semakin banyak yang berdatangan, mereka ingin melihat proses pengusiran Marlina dari kampung mereka.

Tak ada jawaban dari warga atas permohonan Marlina dan Nenek Sholihati. Keduanya berinisiatif membungkus jenazah Pak Maryono. Meski tak mendapat izin, keduanya bergegas melakukannya. Dengan selembar kain jarik usang, jenazah Pak Maryono berhasil dibungkus. Lalu keduanya mengangkat jenazah Pak Maryono, namun tak bisa karena keberatan. Warga hanya melihat aksi keduanya tanpa membantu sedikitpun. 

Mulai dari bisikan pelan, hingga umpatan kasar dan penghinaan terlontar dari mulut warga. Seakan mereka tak memiliki belas kasih sedikitpun pada keluarga yang tertimpa musibah itu.

Marlina merangkul ayahnya, lalu mengangkat pelan. Kaki Pak Maryono terseret di tanah. Nenek Sholihati membantu Marlina mengangkat jenazah menantunya.

Hari ini adalah hari paling suram untuk keluarga Nenek Sholihati, hari yang tak akan pernah mereka lupakan seumur hidup mereka. Dari sekian banyak warga yang datang ke rumah itu, tak satu orang pun yang membantu proses pemulasaran jenazah bahkan sampai pemakaman. Entah apa memang mereka tak mau membantu atau karena takut diancam sanksi sosial jika membantu keluarga tersebut.

Tiba di bibir lubang, Marlina terpaksa meletakkan jenazah ayahnya di tanah di samping lubang tanpa alas apapun. Lalu dia masuk ke dalam lubang sendiri. Nenek Sholihati berada di atas dekat jenazah menantunya. Keduanya berusaha menggeser jenazah Pak Maryono. Tapi celakanya, jenazah itu langsung jatuh ke dalam lubang secara tak beraturan. Posisi jenazah tertekuk di bagian badannya, kain jarik pembungkusnya berlumuran lumpur basah.

“Astagfirullahaladzim,” teriak Nenek Sholihati. Marlina sempat tertimpa jenazah ayahnya, tapi dia bangkit lagi. Dia meluruskan badan ayahnya, dan membersihkan sebagian tanah lumpur pada kain jarik yang dipakai ayahnya. Sebagian tubuh Pak Maryono terlihat, padahal tadi sudah dibungkus dengan rapi oleh Marlina dan Nenek Sholihati. Marlina memperbaiki kain jarik penutup jenazah ayahnya.

“Gak usah mengulur waktu Marlina. Waktumu tak banyak,” teriak Bu RT dari atas liang lahat. Marlina tersentak. Dia tak lagi memperbaiki kain penutup pada tubuh ayahnya, cukup seadanya saja. Setelah itu dia naik ke atas lalu memasukkan tanah hasil galian yang semalam di atas jenazah ayahnya. 

Tak ada lagi air mata, hati Marlina penuh rasa ketakutan. Dia tak lagi mengenal lelah, yang dilakukannya hanya menuruti perintah warga untuk mempercepat proses pemakaman ayahnya. Nenek Sholihati tak bisa berbuat apa-apa, hanya menangis melihat Marlina seperti kesetanan memasukkan tanah galian ke liang lahat dengan cepat.

Matahari sudah agak tinggi, Marlina selesai mengubur jenazah ayahnya. Tubuh dan bajunya penuh noda lumpur tanah basah.

“Aku akan pergi, aku akan pergi dari sini sekarang!” kata Marlina bergetar.

Marlina merangkul neneknya lalu melangkah pergi tanpa tujuan.

“Hei Marlina, yang pergi dari kampung ini hanya kamu! Nenekmu tinggal di sini!” teriak Pak RT.

“Tidak, aku tidak akan meninggalkan Nenek di sini sendirian. Aku akan pergi bersama Nenek,” Marlina mengeratkan rangkulan pada tubuh neneknya itu.

“Untuk apa aku tinggal di sini? Aku akan pergi bersama cucuku. Ambillah rumah dan semua hartaku di dalamnya, aku rela. Tapi biarkan aku pergi bersama cucuku ini,” jerit Nenek Sholihati.

Bu Gembrot menarik tangan Nenek Sholihati dari rangkulan Marlina hingga keduanya terjatuh ke arah yang berlawanan.

“Nenek,” teriak Marlina lalu merangkak dan memeluk neneknya. “Kalian boleh menghina dan menyakiti aku, tapi tolong jangan sakiti Nenek. Dia tidak bersalah!” tangis Marlina.

“Enyahlah kau dari sini!” kata Bu RT sambil menarik rambut Marlina sampai Marlina benar-benar berdiri lalu mendorongnya jauh dari posisi Nenek Sholihati.

“Tolong biarkan aku pergi bersama cucuku!” Nenek Sholihati memohon sambil menangis. 

“Nenek!” teriak Marlina.

Beberapa orang berdiri di depan tubuh Nenek Sholihati yang tersungkur di tanah sehingga Marlina terhalang untuk melihat atau sekedar mengucap salam perpisahan pada neneknya itu.

“Pergilah dari sini, dan jangan pernah kembali!” usir Bu RT pada Marlina. 

“Untuk apa aku di sini. Anak dan menantuku sudah tak ada, tapi kalian malah memisahkan aku dengan cucuku satu-satunya.” Nenek Sholihati menangis meraung-raung. Tangisannya tak sedikitpun membuat orang lain iba. Warga kampung itu hatinya telah tertutup baja tebal tanpa mengenal belas kasihan sama sekali.

Marlina terpaksa meninggalkan rumahnya setelah beberapa lemparan batu mengenai tubuhnya. Marlina melihat sekilas orang-orang yang melempar batu padanya, ada ibu-ibu, bapak-bapak, bahkan anak kecil yang tak tau apa-apa juga ikut melempar batu padanya. Sebongkah batu besar tepat mengenai keningnya, membuat darah tiba-tiba mengalir dari keningnya. Marlina mengusap darah yang mengalir itu lalu berlari jauh meninggalkan nenek tercinta dan kampung neraka tersebut.

Marlina berjanji suatu saat akan membalas perbuatan warga kampung yang telah membunuh ayahnya dan memisahkannya dengan sang nenek. Hatinya kian beku, air matanya sudah kering, hanya amarah dan dendam yang memenuhi hatinya. Marlina berhenti di bawah sebatang pohon karet lalu membersihkan lukanya. 

Ada beberapa orang penderes karet yang lewat. Seorang dari mereka mendekat lalu melemparkan kain yang telah diikat rapat. Orang itu langsung berlari meninggalkan Marlina sendiri. Marlina menengok ke arah orang yang sedang berlari itu, dia tak mengenalinya. Marlina membuka ikatan kain tersebut, ada dua helai pakaian dan tiga potong singkong rebus. 

Marlina bersyukur mendapat pertolongan tersebut, dia langsung melahap tiga potong singkong rebus tersebut. Sejak malam tak ada makanan yang masuk ke dalam lambungnya. 

Setelah menghabiskan singkong tersebut, Marlina melanjutkan perjalanan lagi. Dia tak tau akan ke mana, tapi langkah kakinya terus maju melangkah sampai keluar dari kebun karet. Marlina memasuki kawasan yang tidak dikenalnya. Marlina melihat tangan dan kakinya yang kotor berlumpur. Dia ingin mandi tapi tak tahu di mana dia bisa menemukan air untuk membersihkan badannya.

Matahari tepat di atas kepala, beberapa orang melirik jijik pada Marlina yang berlumuran lumpur itu. Marlina menengok ke sana ke mari, dia bingung harus bagaimana, tak ada seorangpun yang dia kenal.

“Hei, pencuri!” teriak seseorang pada Marlina.

Marlina bingung, beberapa orang berlari ke arahnya lalu memegang kedua tangannya.

“Kamu yang mencuri hp di laundry ya?” tanya seseorang yang memegang tangannya.

“Nggak, aku gak mencuri!” Marlina mencoba melepaskan tangannya dari kedua orang yang memegang tangannya.

Plak

Salah satu orang yang berada di dekatnya menamparnya. “Sudah tertangkap basah, masih juga tak mau mengaku!”

“Hajar!” teriak yang lain.

Marlina mendapat pukulan dan tamparan dari orang-orang yang mengerubunginya.

“Hei, tunggu!” teriak dari balik kerumunan.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Siti Supina
novelnya mengadung bawang
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • GADIS YANG TERJAMAH   9. Dituduh Mencuri

    PlakSalah satu orang yang berada di dekatnya menamparnya. “Sudah tertangkap basah, masih juga tak mau mengaku!”“Hajar!” teriak yang lain.Marlina mendapat pukulan dan tamparan dari orang-orang yang mengerubunginya.“Hei, tunggu!” teriak dari balik kerumunan.Orang-orang yang sedang memukuli Marlina sontak berhenti lalu menengok ke sumber suara.Seorang wanita cantik mendekati Marlina. “Kamu mencuri hp di tempat laundry saya?” tanya wanita cantik itu.“Nggak, saya gak nyuri apapun,” bantah Marlina sambil menangis.

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-07
  • GADIS YANG TERJAMAH   10. Karyawan Pilihan

    “Kerjanya di bagian wilayah mana?” ulang wanita di sebelah Marlina.“Owh, saya kebetulan di laundry depan rumah ini,” jawab Marlina.Wanita itu terkekeh, “cuma pegawai laundry, saya pikir kurir seperti aku juga!”“Kurir apa?” tanya Marlina bingung, tapi wanita itu justru tertawa keras.Sebuah pintu besar di ujung ruang makan terbuka, Tante Angel keluar dari pintu tersebut. Semua orang yang ada di ruang makan berdiri menyambut kedatangannya. Setelah Tante Angel duduk di kursi utama, yang lain diperbolehkan duduk kembali.“Selamat malam ladies,” sapa Tante Angel sumringah.

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-07
  • GADIS YANG TERJAMAH   11. Hari Pertama Bersama Jessie

    Marlina masuk ke dalam rumah itu, ternyata pria itu bertelanjang dada dan hanya menutup kemaluannya dengan sehelai handuk, dan membiarkan sebagian pahanya terekspos bebas. Roti sobek di dada pria itu tersusun indah, Marlina meneguk liurnya yang tersangkut di tenggorokan.“Liat apa?” bentak Jessie.“E-enggak. Maaf,” jawab Marlina takut.Jessie keluar dari kamarnya dengan selimut yang menutupi tubuh. “Tunggu sebentar, aku mau mandi dulu.” Pria yang membukakan pintu untuk Marlina mengikuti langkah Jessie ke kamar mandi.Selama mereka mandi, Marlina melihat seluruh isi rumah Jessie. Kotor, bau dan pengap, puntung rokok berserakan di lantai. Beberapa botol dengan pipet juga tergeletak di lanta

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-07
  • GADIS YANG TERJAMAH   12. Dipenjara

    “Jangan bergerak, angkat tangan ke atas!” perintah seseorang dari belakang Marlina. Sebuah benda tumpul menusuk pinggangnya. Marlina kaget dan langsung mengangkat kedua tangannya.Tiba-tiba orang yang di belakang Marlina menekuk tangannya ke belakang lalu menjatuhkannya dalam posisi telungkup di tanah.“Ada apa ini?” pekik Marlina.“Diam!” perintah orang itu dengan berteriak. Beberapa orang keluar dari persembunyiannya.Pria yang mengaku sebagai Pak Toni membuka paket pemberian Marlina.“Target dikuasai!” ucap seseorang menggunakan walkie talkie.“Amankan!” jawab dari seberang.

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-08
  • GADIS YANG TERJAMAH   13. Pesakitan di Rumah Jessie

    Chris mendekat lalu menjambak rambut Marlina ke belakang hingga wajahnya mendongak ke atas. “Diam, tadi aku sudah membayarmu sepuluh juta. Jadi kamu sekarang harus membayarnya!” “Jangan, tolong jangan sakiti aku. Aku gak punya uang sepuluh juta. Kembalikan saja aku ke dalam penjara.” Marlina menangis sambil memohon, peristiwa di sungai dekat kebun karet melintas dalam benak Marlina. Dia sangat takut jika peristiwa itu terulang lagi. “Tidak semudah itu gadis bodoh!” Chris mengencangkan tarikan tangannya pada rambut Marlina. “Aduh, sakit. Ampun!” Marlina memegang rambut yang dijambak Chris. Chris melepaskan tangannya dengan mendorong Marlina ke lantai. “Au,” teriak Marlina kesak

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-08
  • GADIS YANG TERJAMAH   14. Belajar Berdiri Sendiri

    “Jika kau mau mengikuti saranku. Aku yakin kamu bisa melunasi hutangmu dalam waktu seminggu saja!” ucap Tante Angel sambil memilin rambut.“Aku mau, Tan. Bagaimana caranya?” kata Marlina penuh semangat.“Jangan hanya jadi kurir, waktunya kamu cari konsumen sendiri. Tapi ingat, jangan ambil langganan Jessie,” terang Tante Angel.“Bagaimana caranya? Aku gak banyak kenal orang.” Marlina agak pesimis.“Pacari orang-orang yang berduit, lalu pasarkan pada mereka,” kata Tante Angel.“Iya. Aku tau kalau yang itu. Masalahnya, bagaimana mendekati mereka?” tanya Marlina.“Besok aku akan mengajakmu bermain gol

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-09
  • GADIS YANG TERJAMAH   15. Tinggal di Apartemen

    Sebelum matahari tenggelam, Delon sudah sampai di rumah Tante Angel. Lyan menemui Delon dengan balutan dress bunga-bunga putih-pink yang panjangnya setengah betis dan tangan setengah bahu, sepatu high heels transparan di bagian atasnya dan sebuah tas kulit berwarna gelap. Rambutnya disanggul sehingga menunjukkan lehernya yang jenjang.Lyan langsung duduk di samping Delon dan mengecup pipinya, “aku siap pergi bersamamu,” bisik Lyan di telinga Delon.Delon memacu roda besinya menuju apartemennya di kawasan elit. Marlina sungguh takjub dengan pemandangan yang baru pertama kali dilihatnya. Selama ini dia hanya melihat kemewahan kota dari layar kaca, tapi kali ini dia menikmati keindahan tersebut dengan mata kepalanya sendiri.Marlina baru pertama kalinya naik l

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-09
  • GADIS YANG TERJAMAH   16. Delon dan Jasmine Ketagihan

    PlakDelon memegang pipinya kanannya yang terasa panas.“Jangan kau ganggu perempuan polos itu!” hardik Jasmine pada Delon.“Sakit. Jangan marah dulu.” Delon menarik tangan Jasmine hingga Jasmine duduk di pangkuannya. “Kita sudah lama tak menikmati ini berdua,” bisik Delon di telinga Jasmine.“Iya, tapi Lyan anak baik-baik. Jangan kamu cekoki dia dengan barang haram itu!” ucap Jasmine marah.“Salahnya sendiri menyentuh barang-barangku,” kekeh Delon, lalu Delon memberikan alat hisap itu pada istrinya.Keduanya menikmati apa yang sebelumnya sudah disediakan Lyan. Ketika Jasmine sudah mulai meracau den

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-09

Bab terbaru

  • GADIS YANG TERJAMAH   45. Lolos

    Lyan kembali menahan nafas sambil menengok ke arah belakang. Kaca belakang yang telah pecah itu jelas memperlihatkan jalan kosong, Lyan memicingkan mata dan memperjelas pandangannya lagi.“Jalanan kosong, Pak. Gak ada polisi yang ngejar!” teriak Lyan suka cita. Pak Udin sesaat menengok ke belakang untuk memastikan lalu mempercepat laju kendaraannya untuk kembali ke rumah Tante Angel.Tante Angel menunggu cemas di dalam ruangannya. Lyan masuk ke dalam ruangan dengan penuh luka goresan kaca di lengan dan kakinya. “Kenapa kamu, Lyan? Mana Jessie?”Pak Udin masuk dengan memeluk tas berisi uang lalu menyerahkan pada Tante Angel.“Jessie gak bisa kami selamatkan dari sana. Dia ditabrak motor dan disandera oleh mereka.” jawab Lyan sambil menahan sakit.Tante Angel menutup mulutnya dengan kedua tangannya, “kalian gak mencoba menolongnya?” tanya Tante Angel.“Kalau gak nolong Jessie, gak mungkin sampai luka-luka kayak gini, Tan.” jawab Lyan.“Mobil juga remuk, untung uang itu bisa diselamatkan

  • GADIS YANG TERJAMAH   44. Uang atau Nyawa

    “Maksudnya gimana, Tan?” Lyan membulatkan matanya.“Saya sangat mengapresiasikan langkahmu kemarin. Membuat Bang John tidak percaya lagi pada Lidya itu suatu hal yang sangat luar biasa. Tapi kita juga butuh barang. Jadi, terpaksa kita harus merampasnya dari Lidya.” jawab Tante Angel.“Bagaimana caranya?” tanya Lyan lagi.“Panggil Jessie ke sini, kita susun langkah setelah Jessie datang.” perintah Tante Angel.“Males ah, Tante aja. Takut ketemu Chris.” tolak Lyan.“Baiklah. Satu jam lagi aku aku tunggu kalian di sini.”Lyan kembali ke gerai laundry menemui Mbak Susi yang sedang sibuk dengan cucian

  • GADIS YANG TERJAMAH   43. Tipu Daya

    Bang John menembus lantai granit dengan peluru yang dimuntahkan dari senjata dalam genggamannya. Semua orang yang ada dalam ruangan itu berjongkok sambil menutup kedua telinga. Aroma mesiu tercium pekat.Lidya berbalik dan melihat lantai dengan pola sarang laba-laba tak jauh dari kakinya. “Aku kembalikan uangmu sekarang, tapi tolong jangan bunuh aku.” ucap Lidya memelas.Lidya berjalan pelan kembali ke tempatnya semula lalu mengeluarkan uang yang tadi diberikan Sisil.Kedua netra Bang John merah padam, sepertinya dia siap menelan Lidya hidup-hidup. Senjata yang digenggam Bang John sepertinya benar asli, tidak seperti senjata milik Lidya tadi. Suara letusannya sangat membuat Lyan ketakutan setengah mati.“Aku gak

  • GADIS YANG TERJAMAH   42. Markas Putih

    Pria berjubah putih itu menyapa Lyan dengan menundukkan kepalanya lalu tersenyum. Kepalanya menggunakan peci putih yang diikat dengan kain hitam mengelilingi kepalanya, tangannya menggenggam seuntai tasbih putih, alas kakinya hanya menggunakan sandal karet sederhana. Siapakah pria yang dijemput Sisil ini.Mobil berhenti di sebuah rumah besar yang sangat asri, beberapa pohon besar membuat teduh penglihatan. Rumah bercat putih dipenuhi dengan bunga-bunga indah di sepanjang terasnya. Beberapa ekor burung dengan kicauan merdu yang tergantung di teras menyambut kedatangan mereka.Lidya turun dari mobil dan menyeret koper itu ke dalam rumah. Masuk dari pintu utama, ruangan tampak luas, ada perbedaan tinggi pada lantai. Seperti rumah ini didesain untuk lesehan, sebab di lantai yang lebih tinggi itu terdapat karpet tebal dan beberapa s

  • GADIS YANG TERJAMAH   41. Tamu Istimewa

    Tanpa aba-aba, Lidya menembak vas bunga yang ada di meja. Suara letusan memekakkan telinga, seketika itu juga material kaca penyusun vas itu hancur berantakan.“Kenapa kita tidak berdamai saja? Kamu punya barang, aku punya duit. Kita barter, selesai urusan.” ucap Lyan sedatar mungkin meski detak jantungnya tak karuan.“Terserah padaku, dengan siapa aku bertransaksi. Kenapa kamu memaksaku untuk menjual barangku padamu? Aku gak suka itu.” ucap Lidya ketus.“Kalau tidak mau menjualnya padaku, kenapa kamu mau ikut denganku?” jawab Lyan sambil tersenyum.“Mana aku tahu kalau kamu orang suruhan Angel. Kalau tau pasti aku gak akan mau ikut denganmu!” hardik Lidya.“

  • GADIS YANG TERJAMAH   40. Misi Baru

    Azka berlari meninggalkan rumah. Lyan tahu dengan pasti jika Azka dari tadi kelaparan. Lyan berusaha mengejar tapi Azka terlanjur menjauh dengan mobilnya. “Biarkan dia pergi, nanti juga kembali lagi.” ucap Tante Angel ketika Lyan kembali. Lyan berjalan lesu lalu duduk di kursi yang tak jauh dari ruang kerja Tante Angel. “Kalian sudah bertemu nenekmu?” tanya Tante Angel lagi. Lyan menggelengkan kepala. “Rumah ayah sudah gak ada lagi, sekarang dibangun rumah baru yang besar. Nenek sudah lama pergi dari rumah, katanya gak lama setelah aku pergi.” Lyan menekuk kakinya dan memeluknya, tangisnya kembali pecah. Tante Angel hanya diam lalu meninggalkan Lyan sendiri dalam tangisnya. “Tante,” panggil

  • GADIS YANG TERJAMAH   39. Bertemu Zahra

    “Hai Celine,” sapa Azka tanpa melepaskan genggaman tangannya. “Siapa dia?” tanya Celine lagi. “Ini Marlina, pacarku. Marlina, perkenalkan sepupuku, Celine.” jawab Azka memamerkan deretan gigi putihnya. Mata Celine membulat. “Pasti kamu bohong!” hardik Celine. “Pa, Ma, Azka mau pergi dulu. Marlina sudah punya janji dengan seseorang di sana.” Azka pergi taman dengan masih menggenggam tangan Marlina. “Azka, minta minyak dulu sama Surti, Pa takut tanganmu gak bisa lepas dari cewek itu.” ledek grandpa. “Bisa lepas kok, Pa.” Azka melepas tangannya lalu merangkul Marlina dari samping lalu mengedipkan sebelah matanya lalu pergi.

  • GADIS YANG TERJAMAH   38. Kemana Nenek Sholihati?

    “Maksudnya gimana?” Lyan terpancing emosi.Azka menegakkan kelima jari tangannya di depan Lyan. “Nenek yang tinggal di rumah yang lama kemana ya?” tanya Azka.“Wah, gak tau Mas. Saya ke sini, rumahnya sudah kosong. Saya pikir memang gak ada penghuninya.” jawab tukang tersebut.“Bapak bukan orang sini ya?” tanya Azka lagi.“Bukan, rumah saya jauh. Saya di drop di sini bareng kawan sama Bos Kuncoro. Pak Sodikin tuh yang asli orang sini!” tunjuk tukang tersebut.Lyan cepat-cepat mengenakan kacamata hitam sebelum Sodikin mendekat, Lyan kenal betul dengan teman kerja ayahnya dulu itu.“Siapa?” t

  • GADIS YANG TERJAMAH   37. Kembali Ke Kampung Neraka

    “Maaf.” Azka berdiri dan menjauh dari kasur Lyan.Lyan duduk lalu menarik selimut menutupi badannya dan menatap Azka.“Sejak kapan Mas Azka di sini?” tanya Lyan agak emosi.“Ehm, maaf ya. Tadi aku sudah beberapa kali masuk ke sini. Tapi kamu belum bangun juga. Aku tunggu di bawah ya.” Azka berbalik badan menuju pintu.“Aku gak mau peristiwa tadi terulang lagi. Lagipula bajuku ada di bawah. Aku mandi di sana aja.” Lyan turun dari kasur dan mendahului Azka keluar dari kamar.“Maaf ya!” ucap Azka sebelum Lyan menuruni tangga. Lyan bergeming kemudian meneruskan langkahnya lagi tanpa kata.Lyan kemb

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status