ARDI
“Aira! Menyingkirlah! Jangan membahayakan dirimu?!”
Aku berusaha menyeberang jalan. Namun kendaraan begitu padat. Tak ada celah sedikitpun untuk bisa menembus padatnya kendaraan. Teriakkanku tak membuatnya menjauh dari badan jalan. Aira tetap bergeming dan menghadang truk yang sudah semakin dekat.
Ini salahku. Kalau saja aku tadi tak menyakiti perasaannya, mungkin kejadiannya takkan seperti ini. Bagaimana kalau terjadi apa-apa dengan Aira. Aku takkan bisa memaafkan diriku sendiri. Nekat menyeberang jalanpun tak mungkin kulakukan. Sama saja dengan bunuh diri.
“Aira! Menyingkirlah! Truknya sudah semaikn dekat. Maafkan aku. Dengarlah, Aku masih mencintaimu dan berjanji akan selalu bersamamu. Kemarilah, sayang!” aku terus mencoba membujuknya. Semoga saja berhasil.
Aira bergeming. Akan tetapi dia menoleh kearahku. Entah apa arti tatapannya kepadaku. Mudah-mudahan saja, dia mendengar ucapanku dan mengurungkan niatnya.
Truk melaju dengan kecepatan tinggi. Jarak dengan Aira sudah semakin dekat. Arus kendaraan masih sangat padat. Bagaimana ini. Apa yang harus ku lakukan. Tak mungkin untuk menembus padatnya arus lalu lintas.
Wuss. Tiba-tiba aku merasa angin bertiup kencang. Ternyata ada sebuah mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi dari arah belakang. Mobil melesat begitu cepat. Dalam keadaan begini, masih saja ada pengendara yang merasa punya nyawa double.
Mataku terus mengikuti kemana arah mobil. Dalam hitingan detik mobil menembus arus jalan raya yang begitu padat. Dia tak peduli dengan kendaraan yang merayap dengan rapat dan bisa membahayakan dirinya.
Sreett. Mobil tadi berhenti persis di depan Aira. Dengan cepat dia keluar dan menggendong tubuh Aira yang hanya bisa menjerit dan menutup mata.
Braakk. Mobil sport mewah di hantam keras oleh truk tronton. Mobil ringsek dan tak berbentuk. Sebenarnya sang sopir truk sudah berusaha untuk menghindar. Namun kendaraan sebesar itu sangat sulit untuk berhenti secara mendadak.
“Aww.” Seluruh mata yang menyaksikan kejadian berteriak ketakutan. Meleset sedikit saja sang pengendara mobil bisa tertabrak truk tonton yang bermuatan penuh. Sedangkan Aira, tak mampu membayangkan seandainya mobil tadi tak menghadang truk yang melaju dengan kencang.
Untung saja tidak ada korban. Sopir truk selamat. Hanya mengalami luka sedikit.
Lalu siapa lelaki yang mau mengorbankan diri juga kendaraan mewahnya demi Aira. Aku tak mengenal pria itu. Mungkinkah ada orang yang benar-benar peduli dengan keadaan orang lain. Tak seperti diriku yang tak berani mengambil resiko demi menyelamatkan Aira.
Lagi-lagi aku kalah. Dua kali sudah aku tak bisa menjaga kekasihku. Apa artinya diriku sebagai seorang lelaki. Saat cinta kami di uji seperti ini, bukannya membantu malah tak bisa berbuat apapun. Aku marah dengan diriku sendiri.
Aku berlari mendekat ke arah Aira yang masih terlihat syok. Memeluk dia dengan penuh kasih sayang. Benar-benar menyesali perbuatanku.
Aira membalas pelukanku. Aku mash merasakan jantungnya yang berdebar sangat kencang. Dia pasti sangat ketakutan.
Belum sempat aku mengucapkan terimakasih kepada pemilik mobil yang menolong Aira, pria yang wajahnya tertutup masker itu sudah berlalu meninggalkan kami. Bahkan saat sopir truk meminta maaf kepadanya, dia hanya mengangkat tangannya dan malah memberi uang kepada sang sopir. Sangat aneh.
Siapa sebenarnya lelaki misterius itu. Aku tak pernah melihat sebelumnya. Sepertinya dia bukan orang sembarangan. Ah sudahlah. Anggap saja dia malaikat yang dikirimkan oleh sang pencipta untuk menolong Aira. Kini aku harus fokus kepada Aira untuk membawanya pulang.
****
Sultan Bima Syailendra.
Aku berusaha untuk bangkit. Sekilas menatap ke arah gadis yang telah kurenggut kesuciannya. Tubuhku gemetar. Tak menyangka diriku bisa berbuat sekeji itu. Setan apa yang telah merasuki pikiran hingga tega berbuat keji padanya.
Rasa sesal kini mendera dada. Seumur hidup pasti akan dihantui oleh rasa bersalah. Aku memang di kenal sebagai orang yang tegas dan tiada ampun bagi orang yang melakukan kesalahan dengan fatal. Namun tidak dengan menodainya. Pantang bagiku untuk menyakiti seorang wanita.
Aku sangat setia kepada istriku. Walau dia tengah mengalami sakit, tak pernah sedikitpun aku menghianatinya. Sekarang apa yang harus kukatakan padanya. Suamimu ini sudah menghianati dengan menyentuh wanita lain. Hanya karena balas dendam aku berani menghancurkan harga diri seorang wanita.
Kalau saja hal buruk tak menimpa adikku, mungkin aku tak harus berbuat sejahat ini.
Melangkah tertatih menuju pintu. Merasakan sakit di sekujur tubuh akibat pukulan lelaki pengecut itu. Aku sengaja membiarkannya menghajarku. Supaya rasa sesal dalam dada menjadi berkurang. Paling tidak ada kepuasan pada gadis itu melihatku babak belur.
Saat anak buahku mendekat karena melihat diriku babak belur, aku hanya mengangkat tangan dan memberi isyarat kepada mereka untuk pergi. Mereka menurut dan menjauh dariku.
Sekilas aku melihat Leo, sahabat sekaligus orang kepercayaanku. Dia memegang peranan penting dalam perusahaan sebagai wakil direktur utama. Wajahnya seperti tersulut emosi saat melihatku. Hanya menatapku sekilas, lalu pergi meninggalkanku. Bergegas aku mengejarnya.
“Leo. Jangan pergi.” aku mencoba meraih bahunya. Namun dia melepas tanganku.
“Jangan menyentuhku dengan tanganmu yang menjijikkan itu!”sentaknya membuatku terkejut.
“Leo jangan seperti itu. Kau boleh memakiku apa saja, asal jangan tinggalkan aku. Aku terpaksa melakukannya. Kau tahu’kan aku ini bukan lelaki yang suka mempermainkan wanita. Aku bukan seorang ba***gan. Aku juga tak mau ini terjadi.” Aku terduduk lemas di lantai. Tanpa terasa airmata membasahi pipiku. Ini bukan airmata buaya. Tapi jujur dari apa yang kurasakan. Aku sangat menyesali perbuatanku.
Leo menarik kerah kemejaku. “Kau memang baj***an! Kau bahkan bukan manusia. Tindakanmu seperti iblis yang menyerupai manusia. Bahkan kau pantas di sebut binatang! Tega sekali kau menghancurkan harga diri seorang gadis yang tak berdosa! Kau tak lebih dari seorang setan yang menjijikkan!”
“Aku juga menyesal Leo. Pukullah aku kalau bisa membuatmu memaafkan diriku.”
“Bukan kepadaku kau meminta maaf. Tapi kepada gadis itu! Dia yang sudah kau hancurkan hidupnya demi ambisi balas dendammu! Sudah aku katakan pikirkan dulu sebelum bertindak! Coba kamu pikir, bagaimana kalau ini terjadi kepada anak perempuanmu. Bagaimana kalau istrimu sampai tahu? Apa tidak pernah sedikitpun kamu memikirkan itu semua? Kau bahkan sudah tahu betapa hancurnya Danisa adikmu saat mengalami hal yang sama seperti gadis itu!” leo benar-benar marah. Dia bahkan tak memikirkan kalau aku adalah bossnya.
“Tolong jangan sampai Marina tahu tentang ini. Aku mohon, jangan beritahu istriku. Aku tidak mau dia terluka.”
‘Apa kau tidak berpikir bagaimana dengan keluarganya? Hubungan dengan kekasihnya akan seperti apa setelah ini! Gunakan sedikit otakmu, Sultan!”
“Lalu apa yang harus kulakukan? Tolong beritahukan kepadaku.”
“Ardi tunggu!”
Terdengar suara gadis yang telah kunodai. Dia sedang berusaha mengejar kekasihnya yang berjalan begitu cepat meninggalkannya. Gadis itu terus mengikutinya walau dengan langkah tertatih. Aku melihat gadis itu meringis kesakitan. Dia pasti sedang sangat menderita akibat perbuatanku. Sungguh apa yang dikatakanleo benar adanya. Aku memang tak pantas di sebut sebagai manusia. Aku bahkan lebih hina dari pada binatang. Aku sangat menyesal. Sungguh sangat menyesal.
Yang aku herankan, kenapa kekasihnya tidak mau mendengar panggilannya. Bukannya membantu gadis itu untuk berjalan malah dia pergi begitu saja.
Aku akan menolong gadis itu. Semoga dia mau menerima bantuanku.
“Mau kemana?!”Leo mencegah dengan memegang pergelangan tanganku.
“Aku akan menolong wanita itu.”
“Untuk apa? Kau menyesal?”
“leo apa kau tak lihat, dia kesulitan berjalan sendiri. Kasihan. Lelaki itu tidak mau membantunya.”
“Tak usah berpura-pura kasihan. Kau juga lelaki. Bayangkan dirimu berada di posisi pria itu. Kau pasti akan melakukan hal yang sama. Wajar saja dia kecewa dengan apa yang terjadi.”
‘Tapi ....”
“Kau pulang saja. Temui istrimu dan mintalah maaf padanya. Kau sudah melakukan dosa besar dan menghianatinya. Biar aku yang membantunya.”
Aku tak ingin membantah ucapan sahabatku itu. Selama ini dialah tempat untuk mencurahkan perasan. Selain pandai membantu dalam berbisnis, dia juga pandai memberi masukan yang berurusan dengan pribadiku. Aku tahu apa yang dia lakukan tadi semata-mata untuk membuka mata bahwa yang kulakukan ini salah. Aku berjanji akan memperbaiki ke depannya.
Ardi, kaulah yang harus membayar mahal semua perbuatanmu. Tunggulah. Aku akan menghakimimu sesuai perintah adikku. Akan segera menyuruh Danisa untuk pulang. Dan akan aku ceritakan bahwa aku sudah membalaskan dendamnya. Bahkan melebihi apa yang di pikirkan olehnya. Danisa, aku tak peduli orang lain. Yang kupedulikan hanyalah kebahagiaanmu, adik sematawayangku.
RAGU TUK BERTERUS TERANGSultan bima SyailendraTerpaku di depan pintu kamar. Keraguan menyelimuti hati untuk menemui istri yang sangat kucintai. Walau tak ada celoteh anak dalam pernikahan kami, kehidupan kami diliputi oleh kebahagiaan.Tigabelas tahun usia pernikahan, tak ada sedikitpun keinginan dalam hati untuk menikah lagi hanya demi mendapatkan momongan. Walau Marina berkali-kali menyuruhku, tak pernah aku memenuhi permintaan gilanya itu.Dalam kondisinya yang sakit karena beberapa jari di kakinya harus di amputasi, aku tetap setia kepadanya. Penyebabnya adalah penyakit diabetes yang di idapnya. Meskipun usianya sepuluh tahun di atasku, bagiku dia tetap terlihat sempurna.Sudah dua tahun dia harus beraktifitas dengan kursi roda. Diusianya yang ke empatpuluh delapan tahun, harus menjalani ujian hidup seberat ini. Walau kini bobot tubuhnya mengecil dan tidak proporsional bagiku dia tetap terlihat menarik. Begitu besarnya
BERBOHONG DEMI KEBAIKAN“Katakan sultan. Dosa apa yang telah kau lakukan? Aku takkan pernah memaafkanmu kalau kau sudah menyentuh wanita lain. Aku tidak rela!” Istriku berteriak histeris. Dengan sigap kupeluk tubuhnya dan berusaha menenangkan. Namun tak kusangka dia menolak dan mendorong tubuhku.“Lepaskan aku! Kau ....” Marina memegangi dada sebelah kiri. Nafasnya naik turun tak beraturan.“Marina, kau tak kenapa? Ayo kita ke rumah sakit.” Berusaha meraih tubuh istriku ke dalam pelukan. Namun dia kembali menepis tanganku. Otakku berusaha untuk berpikir keras untuk menolongnya. Tak mungkin membiarkannya menderita seperti ini.Obat. Ya, kenapa bisa sampai lupa Segera mencari di laci nakas dimana istriku terbiasa menyimpan obat yang rutin di minum di sana. Aku harus segera mengambil obat untuk mengurangi rasa sakit.Mengambil segelas air putih yang terletak di atas nakas, lalu memberika
7. KESEDIHAN MENDALAMAIRA“Turunlah.’ Perintah Ardi saat taxi yang kami tumpangi tiba di depan rumah. Pria yang sangat kucintai tak menatap sedikitpun ke arahku. Wajahnya terlihat datar dan dingin.“Bisakah kau mengantarku sampai depan pintu. Aku masih ....”“Tidak bisa! cepat turunlah!” Ardi membuang pandangan jauh.“Tapi Ardi, aku butuh bantuanmu. Kau tahu’kan aku baru saja mengalami ....”“Cukup Aira! Jangan mencoba mengingatkanku dengan kejadian buruk itu! Cepat turun dan pergilah!”“Ardi. Aku ....”Belum selesai berbicara, dia sudah turun dari mobil dan menutup pintu dengan kasar. Tanpa kusadari, ardi sudah membukakan pintu mobil untukku. Aku pikir dia akan berbaik hati dengan mengantar hingga depan rumah. Namun apa yang dilakukannya sangat membuat hatiku tersayat. Lelaki yang sangat kucintai menarik lengan dan memaksaku unrtuk keluar. Setelah b
8. KEHILANGAN AYAHBraak. Pintu rumah terbuka dengan paksa. Pasti Ryan yang menendang pintu dengan kasar.Bugg. Kembali terdengar suara di iringi oleh jeritan ibu.“Astaghfirulloh hal’adzim. Ryan, apa yang kamu lakukan, nak?”Penasaran dengan apa yang terjadi. Walau masih merasakan sakit di sekujur tubuh, aku berusaha untuk melihat apa yang terjadi. Berusaha bangkit dan melangkah dengan tertatih.Rumah yang kecil membuat jarak antara kamar dan ruang tamu hanya beberapa jengkal saja. Tanpa menunggu lama, aku sangat terkejut melihat apa yang terjadi. Ardi tersungkur di lantai dengan wajah babak belur. Terlihat ibu sedang membantu untuk bangkit.“Astaghfirulloh hal’adzim. Ryan! Apa yang kamu lakukan?!” aku berlari ke arah Ardi dan meraih tangannya. Namun dia menepis tanganku dengan kasar.“Kau ingin tahu apa yang dilakukan adikmu?! Tak ada angin tak ada hujan, Dia datang kerumah dan menghaj
9. PENYESALAN MENDALAMSultan Bima syailendraHampir semalaman mata ini tak mampu terpejam. Rasa bersalah membuat hidup tak tenang.Membayangkan gadis itu pasti sedang menangis. Aku seperti merasakan kepedihan itu. Ya, ada denyutan nyeri jauh dari dalam dada. Memegang dada yang terasa agak nyeri.“Sayang, ayo di makan.” Suara istriku membuyarkan lamunan. Tanpa kusadari aku hanya mengacak-acak nasi tanpa memakannya. Hidangan yang tersedia di meja, sama sekali tak mengundang selera makanku.“Ayo di makan. Sudah siang, nanti kamu telat ke kantor. Sini, aku suapin ya.” Marina mengambil piring yang ada di hadapan. Itulah kenapa aku sangat mencintainya. Dia selalu mengerti apa yang ada dalam pikiran. Saat ada masalah, dia berhasil menenangkan. Seperti saat ini, aku sedang sangat gelisah dan tak ingin makan. Dengan sigap dia menyuapiku. Kalau sudah begini, aku tak bisa menolak. Bagai anak kecil yang menurut apa kata orangtua.&ldquo
1O. RYAN MENGHAJAR SULTANMata Leo menatap nyalang ke arahku. Api kemarahan terlihat dari bolamatanya yang bersinar. Apa sebenarnya yang terjadi. Perasaan, aku tidak mengeluarkan kata-kata yang menyakitinya. Lebiha baik aku bertanya saja kepadanya.“Leo kau ....”“Dengar Sultan! Mudah sekali kau berbicara tentang takdir! Apa kau tak berfikir kalau semua penyebabnya adalah kau!” Leo mendorong dadaku dengan telunjuknya. Aku tak mengerti kenapa dia bisa semarah ini.“Oke, aku memang salah. Tapi....”“Sudah diam! Ingat, aku melakukannya bukan untukmu! Melainkan rasa kemanusiaan! Aku kasihan kepada gadis itu dan keluarganya!”“Iya tapi ....”“Ssst. Diamlah!”Leo kembali memacu kendaraan dengan cepat. Aku tahu hatinya sedang tidak baik. Biarlah, aku hanya bisa berdo’a untuk keselamatan kami.***Aku hanya duduk di mobil dan
RAHASIA TERBONGKAR“Beraninya kau memukuli suamiku! Apa kau tidak tahu sedang berhadapan dengan siapa?!” seru Marina dengan wajah merah padam. Amarah tergambar jelas pada wajahnya.“Gue gak peduli siapapun kalian! gue gak takut! Laki-laki ini sudah melakukan kesalahan besar. Gara-gara perbuatan suami lo, ayah gue meninggal. Jadi sudah sepantasnya gue hajar sampai mampus!” jawab anak muda itu dengan tegas.“Diam kamu bocah! Sudah jelas kau yang salah! Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri kau memukulinya! Aku akan melaporkanmu kepada polisi. Kau pasti akan menyesal!”“Jangan Marina. Tolong, jangan lakukan itu.” Aku mencoba mencegah istriku. Dengan susah payah aku berusaha untuk bangkit. Sekujur tubuh seperti tersayat ribuan pisau. Sangat sakit.“Kenapa? Anak ingusan itu sudah berani memukulimu. Jadi tak ada ampun baginya karena sudah menyakiti dirimu, Sultan! Aku akan m
12. PENANGKAPAN RYAN“Ada apa ini pak?” tanya ibu ketika membuka pintu dan melihat beberapa orang berseragam warna coklat berdiri di depan pintu. Satu mobil polisi juga terparkir tak jauh dari rumah.Aku yang penasaran juga ikut menemui para petugas.Entah apalagi yang akan menimpa keluargaku. Kami masih dalam suasana duka. Entah siapa yang tidak suka dan pasti memberikan laporan yang tidak sesuai.“Benar ini rumah saudara Ryan Effendi?” tanya salah satu petugas kepolisian.“Benar. Saya ibunya. Ada apa ya pak. Apa anak saya bersalah?” tanya ibu dengan gemetar. Aku mengusap kedua bahunya untuk menenangkannya.“Kami akan membawa anak ibu untuk dimintai keterangan. Ada laporan tentang penganiayaan kepada bapak Sultan bima syailendra. Dugaan sementara dilakukan oleh putra anda.”“Ini salah paham, Pak. Adik saya memang bersalah telah memukulnya. Tapi semua dilakukan karena memang
“Bu, pria ini adalah ....”‘Rani! Apa saja pekerjaanmu di dalam! Kau tidak tahu apa yang dilakukan wanita ini? dia sudah berani menamparku karena tak sengaja menyentuh dadanya. Aku sudah minta maaf, tapi gadis itu terus memakiku!” aku sedikit berbohong untuk melindungi reputasiku.“Enak saja kau bicara! Kau itu ....”“Rani! Aku tunggu di ruanganku sekarang juga!” mencoba terus memutus pembicaraan Aira supaya dia tak kelepasan bicara.“Baik, pak!”‘Bu, kenapa ibu hormat kepada pria bejat itu?!”“Yang sopan kalau berbicara padanya Aira! Kalau kau tak bisa menjaga lisanmu, kau akan kupecat sebelum Pak Sultan yang memecatku! Kau mengerti?!”Aku mencoba mengamati riak gelombang pada wajah Aira. Wajahnya memucat. Sepertinya dia sangat terkejut dengan apa yang baru saja di dengarnya. Kepalanya menggeleng cepat.‘Tidak! tidak m
TERNYATA AIRA SALAH SATU KARYAWANKUSULTANYa. Wanita itu adalah gadis yang membuatku tak nyenyak tidur karena terus memikirkannya. Dan dia kini berada di hadapanku. Apa yang harus kulakukan. Bahkan Aira terlihat sangat ketakutan. Dia menoleh ke arah kanan dan kiri mencoba mencari pertolongan. Apa dia pikir aku akan menyakitinya lagi. Dia salah sangka, aku harus menghilangkan rasa ketakutannya.“Tenang, Aira! Saya tak akan menyakitimu.”“Pergi kamu! kenapa sih kau selalu saja mengganguku?”“Saya tidak mengganggumu, saya hanya ....”“Aku berjanji tak akan menuntutmu! Tapi aku mohon, berjanjilah untuk tidak menemuiku lagi. Aku mohon, pergilah dari kehidupanku selamanya! Biarkan aku dan keluargaku hidup tenang! Aku mohon!” Gadis itu terus memohon. Bahkan dia beringsut ketakutan saat aku sedikit demi sedikit terus mendekatinya. Mungkin rasa trauma itu masih membekas da
SUMPAH AIRASULTAN“Marina! Kenpa kau mendorongku?!” tanyaku sambil berusaha kembali menyerangnya lagi. Namun Marina malah menendangku dengan kuat hingga aku terjungkal. Rasa kesal kembali membuatku naik darah.“Marina! Apa-apa an kamu!” hardikku kepadanya.“Mulai sekarang, jangan pernah menyentuhhku!”“Apa maksudmu?”“Aku jijik dengan milikmu yang sudah pernah di pakai untuk wanita lain! Cuih! Menjijikkan!” Marina bergidik jijik melihatku.‘Tapi kau tadi juga menikmatinya! Jangan munafik!”“Iya. Tapi begitu mengingat hal itu, membuatku jijik dan mual!”“Tolonglah, aku sudah tidak bisa menahannya. Untuk kali ini saja,” pintaku kepadanya. Sebagai lelaki sangat tersiksa dengan keadaan seperti ini.“Aku bilang tidak, ya tidak! jangan memaksaku! mengingat saat kau menggerayangi tubuh wanita itu
GAIRAH YANG TERTUNDA SULTAN “Sultan! Lepaskan tanganku!” seru istriku sambil berusaha melepaskan tangannya dariku. Aku tak peduli dan terus menarik lengannya dengan kesal. Sesampainya di kamar, aku mendorong istriku hingga terjatuh di atas ranjang. “Beraninya kau melakukan ini padaku, Sultan!” “Kau yang beraninya melakukan tindakan tanpa persetujuanku! Apa kau tak punya perasaan iba sedikit saja kepada mereka. Bagiamana perasaan Aira!” “kenapa kau menyalahkanku?! Apa yang kulakukan salah? Aku hanya ingin membelamu! Kau tahu’kan perbuatan yang kau lakukan itu bisa membuat harga dirimu hancur! Bukan hanya penjara, tapi karier dan nama baikmu juga hancur! Tak berpikirkah kau sejauh itu! Aku melakukannya karena ingin menyelamatkanmu dari kehancuran! Itu karena aku sangat mencintaimu!” “Aku tahu itu dan juga konsekuensinya! Tapi tidak dengan membuat keluarga aira menderita! Kasihan mereka! Kita bisa bicara
13. BANTUAN SULTAN“Berhati-hatilah. Orang seperti mereka bisa melakukan segalanya. Yang benar bisa menjadi salah. Begitu pula sebaliknya.” Nasihat bu amir kepadaku. Beliau mulai menjalankan kendaraannya.“Lalu apa yang harus saya lakukan, bu?” tanyaku kepada bu amir.“Yang terpenting kita buat laporan dulu tentang kejadian keji yang kau alami. Gunakan hal ini untuk menekan mereka. Jangan mau kalah. Walau mereka mengandalkan harta yang mereka miliki, tetap saja tidak ada orang yang kebal hukum. Minimal orang tersebut akan memikirkan reputasinya. Sedikit saja kasus ini diketahui publik, bisa hancur karirnya.”Aku menghela nafas panjang lalu menghembuskan perlahan. Apa yang aku alami benar-benar membuat kepala hampir pecah. Di satu sisi aku tak ingin terjadi apa-apa dengan adikku.Yang dikatakan bu Amir itu benar. Posisiku bisa saja terjepit. Mereka bisa memutarbalikkan fakta. Tapi jika hukum sudah berbicara, tidak
12. PENANGKAPAN RYAN“Ada apa ini pak?” tanya ibu ketika membuka pintu dan melihat beberapa orang berseragam warna coklat berdiri di depan pintu. Satu mobil polisi juga terparkir tak jauh dari rumah.Aku yang penasaran juga ikut menemui para petugas.Entah apalagi yang akan menimpa keluargaku. Kami masih dalam suasana duka. Entah siapa yang tidak suka dan pasti memberikan laporan yang tidak sesuai.“Benar ini rumah saudara Ryan Effendi?” tanya salah satu petugas kepolisian.“Benar. Saya ibunya. Ada apa ya pak. Apa anak saya bersalah?” tanya ibu dengan gemetar. Aku mengusap kedua bahunya untuk menenangkannya.“Kami akan membawa anak ibu untuk dimintai keterangan. Ada laporan tentang penganiayaan kepada bapak Sultan bima syailendra. Dugaan sementara dilakukan oleh putra anda.”“Ini salah paham, Pak. Adik saya memang bersalah telah memukulnya. Tapi semua dilakukan karena memang
RAHASIA TERBONGKAR“Beraninya kau memukuli suamiku! Apa kau tidak tahu sedang berhadapan dengan siapa?!” seru Marina dengan wajah merah padam. Amarah tergambar jelas pada wajahnya.“Gue gak peduli siapapun kalian! gue gak takut! Laki-laki ini sudah melakukan kesalahan besar. Gara-gara perbuatan suami lo, ayah gue meninggal. Jadi sudah sepantasnya gue hajar sampai mampus!” jawab anak muda itu dengan tegas.“Diam kamu bocah! Sudah jelas kau yang salah! Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri kau memukulinya! Aku akan melaporkanmu kepada polisi. Kau pasti akan menyesal!”“Jangan Marina. Tolong, jangan lakukan itu.” Aku mencoba mencegah istriku. Dengan susah payah aku berusaha untuk bangkit. Sekujur tubuh seperti tersayat ribuan pisau. Sangat sakit.“Kenapa? Anak ingusan itu sudah berani memukulimu. Jadi tak ada ampun baginya karena sudah menyakiti dirimu, Sultan! Aku akan m
1O. RYAN MENGHAJAR SULTANMata Leo menatap nyalang ke arahku. Api kemarahan terlihat dari bolamatanya yang bersinar. Apa sebenarnya yang terjadi. Perasaan, aku tidak mengeluarkan kata-kata yang menyakitinya. Lebiha baik aku bertanya saja kepadanya.“Leo kau ....”“Dengar Sultan! Mudah sekali kau berbicara tentang takdir! Apa kau tak berfikir kalau semua penyebabnya adalah kau!” Leo mendorong dadaku dengan telunjuknya. Aku tak mengerti kenapa dia bisa semarah ini.“Oke, aku memang salah. Tapi....”“Sudah diam! Ingat, aku melakukannya bukan untukmu! Melainkan rasa kemanusiaan! Aku kasihan kepada gadis itu dan keluarganya!”“Iya tapi ....”“Ssst. Diamlah!”Leo kembali memacu kendaraan dengan cepat. Aku tahu hatinya sedang tidak baik. Biarlah, aku hanya bisa berdo’a untuk keselamatan kami.***Aku hanya duduk di mobil dan
9. PENYESALAN MENDALAMSultan Bima syailendraHampir semalaman mata ini tak mampu terpejam. Rasa bersalah membuat hidup tak tenang.Membayangkan gadis itu pasti sedang menangis. Aku seperti merasakan kepedihan itu. Ya, ada denyutan nyeri jauh dari dalam dada. Memegang dada yang terasa agak nyeri.“Sayang, ayo di makan.” Suara istriku membuyarkan lamunan. Tanpa kusadari aku hanya mengacak-acak nasi tanpa memakannya. Hidangan yang tersedia di meja, sama sekali tak mengundang selera makanku.“Ayo di makan. Sudah siang, nanti kamu telat ke kantor. Sini, aku suapin ya.” Marina mengambil piring yang ada di hadapan. Itulah kenapa aku sangat mencintainya. Dia selalu mengerti apa yang ada dalam pikiran. Saat ada masalah, dia berhasil menenangkan. Seperti saat ini, aku sedang sangat gelisah dan tak ingin makan. Dengan sigap dia menyuapiku. Kalau sudah begini, aku tak bisa menolak. Bagai anak kecil yang menurut apa kata orangtua.&ldquo