Share

Bab 8

Sepulang nya dari rumah utama, Candra merebahkan tubuhnya yang terasa remuk. dirinya tertidur pulas hingga tak terasa hari sudah pagi dan matahari sudah terbit. Candra yang sudah bangun dari tidurnya menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri, setelah selesai semuanya Candra bergegas menuju ke arah mobil yang sedari tadi menunggu dan siap mengantar nya ke manapun ia mau.

Setelah 35 menit berkendara Candra akhirnya sampai ke kantor, ia berjalan ke arah lift menuju ke ruangannya di ikuti Farhan yang berjalan di belakangnya. Candra kini sudah berada di depan pintu, namun sebelum membuka pintu itu ia berbalik.

"Minta OG baru itu untuk membersihkan ruangan saya"

"Baik tuan saya permisi"

Farhan berjalan menuju ruang pantry karena karyawan OG lebih sering berada di sana. Sesampainya di ruang pantry benar saja Aleksa dan Ida sedang ada di ruangan itu.

"Aleksa, tolong bersihkan ruangan tuan Candra"

Aleksa merasakan sesuatu yang aneh jangan-jangan bos nya itu sedang menyiapkan rencana baru untuk mengerjainya, tapi ia juga tidak dapat menolak perintah dari atasannya itu.

"Baik tuan, akan saya bersihkan"

Aleksa mengbil perlengkapan yang akan di butuhkannya nanti. Sesampainya di sana, ia mengetuk pintu hingga suara dari dalam mempersilahkan dirinya masuk.

"masuk"

Candra seperti sudah tahu bahwa yang akan masuk adalah Aleksa sehingga ia tidak mengalihkan pandangannya sama sekali ke arah pintu, Sementara Aleksa yang sudah berada di ruangan tetap berdiri menunggu perintah tanpa melakukan apapun.

"Aku meminta mu untuk membersihkan ruangan ku, apa kau ingin tetap berdiri di sana"

Mendengar ucapannya Aleksa pun bergegas membersihkan ruangan itu, mengelap meja dan kaca serta merapikan dokumen yang tidak pada tempat nya. Sedangkan Candra tetap fokus pada beberapa dokumen yang ada di meja nya Hingga tidak ada percakapan apapun di antara keduanya di ruangan itu kecuali hanya terdengar suara kertas yang di bolak balik sejak tadi.

Setelah kurang lebih 30 menit Aleksa selesai membersihkan kan ruangan itu dan ia izin pamit kepada Candra yang tengah duduk di meja nya.

"T-tuan sudah selesai, apakah saya sudah boleh pergi"

"Hmm"

Hanya respon itu yang keluar dari mulut Candra.

Laki-laki ini memang tidak tahu terimakasih. Namum, itu bukan masalah bagi Aleksa ia hanya ingin buru-buru keluar dari ruangan itu

"Apa kau sudah selesai" tanya Ida sekembalinya Aleksa.

"Sudah mba, mba butuh bantuan"

"Engak, aku juga udah hampir selesai"

Aleksa berjalan ke arah dispenser untuk mengambil air minum.

"Oh iya kamu kemaren kemana aja, kok lama banget ke ruangan pak Candra nya"

Aleksa baru ingat bahwa semalam ia melupakan Ida yang menunggu nya, ia jadi merasa sangat bersalah.

"Apa mba menunggu ku"

Ida hanya mengangguk kan kepala

"Tapi gak begitu lama, aku pikir kamu udah pulang makanya aku juga memutuskan pulang. Emang nya ada masalah apa"?

"Engak ada masalah mba, kemaren cuma di minta beresin ruangan tuan Candra makanya agak lama"

"Hemm kamu sama pak Candra gak ngapa-ngapain kan" goda Ida

"Mba Ida awas nanti bikin gosip"

Ida hanya tersenyum, ia begitu suka menggoda Aleksa yang sangat polos. Apa lagi saat melihat wajah Aleksa yang kini berubah merah semu.

Waktu sudah menunjukan pukul 5 sore, Candra mengemasi dokumen di mejanya dan hendak bersiap pergi meninggalkan ruangan itu.

Namun, sebelum dirinya melangkahkan kaki seorang pria paruh baya masuk ke ruangan tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.

Candra melihat sekilas dah fokus kembali menata berkas seolah mengabaikan sosok yang berjalan menghampiri nya saat ini. Dirinya tidak mengeluarkan sepatah kata pun bahkan untuk menyapa pria itu pun tidak. Pria tadi pun kini sudah berada tepat di hadapannya.

"Candra, kamu harus menerima perjodohan dengan Aqila dia wanita yang pantas untuk mu"

Seperti nya Candra sudah bisa menebak apa yang akan ayahnya bicarakan, sehingga raut wajah nya berubah menjadi sangat murung.

"Bukankah sudah ku katakan bahwa untuk jangan mencampuri urusan peribadi ku"

Ucap Candra yang kemudian menyambar jas di kursi dan melangkah melewati papa nya yang berada tepat di depannya. Namun, sebelum dirinya melewati pintu pria itu dengan segera menghentikan nya.

"Cobalah menerima Aqila, dia gadis yang baik, memiliki karir yang bagus, semua orang-orang mendambakan dirinya. Semua yang terbaik ada pada dirinya, lantas wanita seperti apa lagi yang kamu mau"

Ucapan Anton ini membuat langkah Candra berhenti, Sontak Candra pun berbalik memandang ke arah papa nya.

"Kalau begitu kenapa tidak papa saja yang menikah dengannya"

"Jaga ucapanmu Candra"

Anton terpancing emosi setelah mendengar ucapan Candra yang asal bicara.

"Bukankah itu kenyataannya, kalian selalu memaksaku untuk mengikuti yang kalian inginkan, namun kali ini aku tidak akan menuruti nya, kalian bisa batalkan perjodohan itu aku tidak tertarik"

Candra tidak habis pikir bagaimana bisa orang tua nya mencarikan dirinya wanita sesuai yang mereka inginkan, tanpa tau wanita seperti apa yang dirinya mau. Candra benar-benar dibuat tidak tahan berlama-lama berada di ruangan itu.

"Jaga ucapan mu Candra kau ....

Emosi Anton semakin meningkat akibat perkataan putranya itu, ia ingin membalas ucapan putranya itu, namun buru-buru Candra menyelanya.

"Aku sudah memiliki wanita pilihan ku jadi kalian tidak perlu khawatir aku tidak menikah. Jika kalian mau, aku akan mengenal kan nya pada kalian. sekarang papa tahu alasan kenapa aku menolak perjodohan ini kan, katakan juga pada mama"

Pria ini benar-benar murka dengan putranya yang seolah menentang dirinya. Ia sangat bersikeras memaksa Candra menerima perjodohan ini, namun ia paham sifat putranya ini lebih keras dari batu. Sekuat apapun usahanya, jika Candra sudah menolak, putra nya itu tidak akan menarik kembali kata-kata nya.

sehingga untuk saat ini Anton lebih memilih mengalah dan mengikuti apa yang putranya itu inginkan.

"Baik lah, jika kau memang sudah memiliki kekasih kau bisa mengenalkannya pada kami aku ingin melihat seperti apa kekasih mu itu, Kapan kau bisa mengenal kan nya?"

"Tentu aku akan membawa nya secepat mungkin"

Setelah mengucapkan itu Candra langsung berbalik keluar meninggalkan ruangannya, dan menghentakkan pintu dengan keras lantaran ia sangat kesal dengan ayah nya.

Kau .......

Anton ingin berbicara, namun ia memilih tidak melanjutkan lantaran sosok putra nya itu sudah menghilang.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status