Keesokkan harinya, Grace dan yang lainnya sudah bersiap-siap untuk melakukan perjalanan. Kevin mengajak mereka ke sebuah tempat. Tempat yang mereka tuju adalah sebuah tempat yang benar-benar indah, berada di dekat pegunungan.
Grace yang baru pertama kali melihat pemandangan seperti itu menganga lebar, dia belum pernah melihat tempat sebagus itu seumur hidupnya.
Sesekali Ethan menatap mesra Grace kemudian mengecup kening, membuat Edward jengah dengan situasi seperti itu.
Siapa suruh Edward menjadi sangat pengecut, dan sekarang tak lebih dari seorang pecundang di mata Ethan.
“Ya, ya, mau beradegan romantis lagi?” sindir Edward.
“Kau cemburu?” balas Ethan tak peduli dengan tatapan Edward yang semakin lama semakin menusuk.
Kenapa Edward harus satu mobil dengan Ethan dan Grace. Grace merasa keadaan semakin lama semakin kaku dan canggung. Dia memilih diam, meski Karina terus dengan bawelnya mengajak bicara di dalam mobil. Grace hanya menangg
Sudah dua hari mereka kembali dari Jepang. Edward telah memutuskan, hari ini dia akan menemui Grace, tinggal dua hari terakhir dari batas waktu yang diberikan Ethan padanya. Karina untuk sementara kembali ke Bremen untuk menyelesaikan beberapa urusan yang berhubungan dengan perusahaan keluarga miliknya. Tapi dia berjanji pada Grace, suatu saat dia akan mengunjungi Grace jika Grace memutuskan untuk pergi ke Italia bersama Ethan. Edward memainkan ponsel dalam genggamannya. Apa dia harus menelepon Grace lebih dulu dan memintanya untuk bertemu. Perasaan Edward benar-benar tak menentu, ada rasa rindu dan juga benci pada Grace setelah semua kejadian di Jepang beberapa saat yang lalu. Ethan baru saja tiba di kafe, Edward mengajaknya makan siang bersama. Sebenarnya tak lain untuk membicarakan tantangan yang Ethan berikan padanya, dan Edward menyanggupi tantangan itu. Tapi ada beberapa hal yang Edward harus perjelas pada Ethan sebelumnya. Dilihatnya Ethan deng
“Grace, kita sudah harus masuk ke ruang tunggu, apa yang sedang kau pikirkan?” tanya Ethan melihat Grace yang seakan berat untuk masuk ke ruang tunggu. Edward sendiri mendekati detik terakhir, dia sama sekali tak datang menemui Grace. Mungkinkah dia telah mengakui kekalahannya dan menyerahkan Grace sepenuhnya pada Ethan? “Ethan, Edward tak tahu kalau kita akan pergi?” Ethan sebenarnya sudah memberitahukan Edward perihal keberangkatannya dengan Grace. Sedikit rasa heran di benak Ethan, karena Edward yang tadinya begitu menggebu bahkan hampir memukulnya ketika mengetahui dia akan membawa Grace, sekarang terkesan acuh dan hadir menemui mereka sama sekali. “Aku sudah memberitahukannya, Grace.” “Perasaanku tak enak, tapi aku tak bisa menunda kepergian kita. Aku—“ “Kau memikirkannya?” Grace tertunduk dalam, bagaimana mengatakannya? Dia mencintai Edward, sangat mencintainya, bahkan sampai detik ini tak ada yang
Bab 85 :Sebelum ke rumah Edward, dia sempat mampir ke apartemen Edward, tapi hasilnya pun nihil, dia tak menemukan Edward di sana. Apartemen itu pun cukup lama tak ditempati Edward semenjak dia mengenal Grace.Dulu apartemen itu merupakan tempat yang paling sering dikunjungi. Kali ini Vanes menemukan jalan buntu, beberapa orang suruhannya pun melaporkan jika mereka tak bisa menemukan jejak Edward di mana-mana.“Apakah CCTV yang berada di beberapa sudut jalan bisa diputar kembali? Sepertinya kita bisa meminta pihak pengatur lalu lintas untuk memutar kembali, mungkin bisa mendapatkan petunjuk?” tanya Vanes melalui sambungan telepon dari seorang suruhannya."Saya sudah meminta kepala lalu lintas untuk memutar kembali rekaman CCTV hari ini, tapi ada yang aneh,” jawab orang suruhan Vanes.“Apa maksudmu?”“Beberapa bagian terhapus dan tak bisa direcover ulang, sepertiny
Timothy serta Vanes tiba di Rumah Sakit Royal Ford. Vanes terlihat begitu tergesa-gesa dan ada kepanikan terlihat dari raut wajahnya saat itu. Keduanya bergegas menuju ruang informasi, berharap bisa menemukan Edward secepatnya.Yang menjadi pertanyaan pada keduanya, apakah terjadi sesuatu sebelumnya pada Edward?“Permisi, aku ingin bertanya, apakah kalian pernah menerima pasien bernama Edward Madison?” tanya Vanes pada seorang perempuan yang duduk di meja informasi. Perempuan itu seakan tak mempedulikan pertanyaan Vanes, tangannya sibuk bermain pada layar ponsel.Timothy yang jengkel mengeluarkan sesuatu dari dalam sakunya dan meletakkan benda itu pada pelipis perempuan yang terlihat acuh.“Nona, jika Anda tak bisa menjawab, jangan salahkan saya yang akan menarik pelatuk ini,” ucap Timothy membuat perempuan itu langsung melemparkan ponsel ke arah meja dan segera menatap ke arah Vanes.“M-maaf. Anda mencari siapa?&rdquo
Dua minggu telah berlalu. Grace sendiri telah mendapatkan karirnya sebagai seorang model di perusahaan advertising agensi besar Young And Youth. Perlahan Grace mulai berusaha menerima jika kehidupan cintanya bersama Edward mungkin telah ditakdirkan untuk berakhir, meski dalam hati terkecilnya dia tak pernah bisa melepas perasaan itu. Ethan sendiri mulai mengelola perusahaan miliknya yang berada di Italia, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang telekomunikasi, perusahaan yang merupakan holding company awalnya didirikan Ethan pada tahun 2017 lalu dan tanpa sepengetahuan Jason, dia mengembangkan perusahaan kecil itu sehingga berkembang pesat dua tahun kemudian. Perusahaan pribadi Ethan sendiri mengeluarkan beberapa produk layanan telepon dan operator TV kabel terbesar nomor satu Italia, dan sepertinya Ethan mulai bisa membanggakan dirinya sendiri yang mampu mendirikan perusahaan tanpa bergantung pada Jason. Usaha itu dibangunnya ketika dia masih bersama Karen
Ethan tak menangkap maksud dari kata-kata Grace barusan, karena menurutnya laki-laki tadi tak memberi kesan apa pun padanya. Bahkan dia sendiri tak terlalu memperhatikan ketika laki-laki itu bicara.Ethan hanya berpikir jika Edward telah mensugesti pikiran Grace, sehingga Grace berpikir jika suara laki-laki yang didengarnya mirip seperti suara Edward.“Aku tak mendengar ketika dia berbicara,” jawab Ethan jujur.“Entahlah, aku merasa suaranya sangat mirip dengan Edward. Bahkan ketika dia berbalik meninggalkan kita, punggung itu terlihat serupa dengan Edward. Atau aku saja yang terlalu berlebihan,” ucap Grace dengan suara yang nyaris tak terdengar Ethan.Ada kerinduan yang sangat mendalam merayap di dalam dadanya, dia merindukan Edward, sangat merindukannya, sehingga dia merasa tak lama lagi akan kehilangan kewarasannya.Kenangannya bersama Edward terlalu banyak. Terkadang Grace merasa, dia yang terlalu terobsesi untuk bisa be
Hilangnya Edward masih terus diusut oleh Vanes dan orang kepercayaannya. Tapi masih belum ada perkembangan berarti selain berita terakhir yang didapatkannya dari rumah sakit saat itu.Hal tersebut membuat Kevin kembali terbang ke Detroit. Ada perasaan gelisah yang membuat Kevin tak tenang. Bagaimana bisa Edward hilang begitu saja bagai ditelan bumi, sangat tak masuk akal bagi Kevin dan yang lainnya.“Aku tak yakin berita ini belum sampai ke telinga Mr. Jason dan istrinya. Aku benar-benar tak mengerti, kenapa Edward bisa menghilang seperti ini?” tanya Kevin. Satu tangannya memainkan gelas berisi anggur, memutarnya, membuat es batu yang berada di dalamnya menimbulkan bunyi.“Seseorang harus memberitahukannya pada Grace dan Ethan, biar bagaimanapun, Grace berhak mengetahuinya. Gadis itu mencintai Edward, jika dia tak mengetahui apa pun, dia pasti akan merasa kita tak memedulikannya,” ujar Mark seraya menatap ke arah Kevin.Kevin sanga
Di tempat lain, seorang pemuda dan seorang gadis duduk di sebuah bangku taman. Mereka seakan tak memedulikan keadaan di sekitarnya. Sesekali pemuda itu mengusap dengan lembut pipi gadis itu, membuat gadis itu merona tersipu malu.“Apakah pipimu masih terasa sakit?” tanya pemuda itu.“Tidak akan pernah terasa sakit, selama kau ada di sisiku, Nathan,” jawab gadis itu pada Nathan—pemuda yang duduk di sampingnya.“Lily, katakan satu hal padaku,” pinta Nathan dengan tatapan dari kedua matanya yang sangat lembut. Dia menatap Lily seakan gadis itu adalah satu-satunya yang dia cinta. Digenggamnya satu tangan Lily lalu dikecupnya punggung tangan gadis itu.“Katakan,” jawab Lily.“Apakah aku benar-benar mencintaimu?” tanya Nathan.Lily mengangguk dengan pasti seraya mengusap wajah Nathan.“Maafkan aku, karena menyelamatkanku, aku telah merusak setengah wajahmu,” ucap
Lindsay berencana pergi menemui Tuan Besar Dupont, untuk menagih sesuatu yang telah dijanjikannya. Setidaknya, meski Michael Dupont kurang menyukainya, wanita itu mampu mengerjakan pekerjaan yang terkadang tak mungkin dilakukan orang lain. Apa pun demi uang dia akan melakukannya meski melakukan hal terkotor sekalipun.Lindsay merayap naik ke atas tempat tidur, dilihat Travis masih tertidur pulas dan mendengkur. Semalam dia tak bisa melupakan betapa jantan Travis di atas ranjang, membuatnya kewalahan melayani nafsu liar pria itu.Travis dan Lindsay, kedua berencana untuk menikah tak lama lagi. Sayang, tampaknya pernikahan itu harus tertunda atau mungkin tak akan pernah benar-benar terwujud.Lindsay menyentuh wajah Travis yang dipenuhi bulu-bulu halus. Ketampanan serta keperkasaan pria itu benar-benar membuat Lindsay tergila-gila.“Sayang, kenapa kau selalu mampu membuatku memohon kepadamu untuk menikmati setiap cumbuanmu di tubuhk
“Kalau kau tak paham, mungkin senjata ini mampu membuatmu mengingat kembali kejadian di pelabuhan.”Tak perlu berbicara panjang bagi Timothy. Dia menodongkan sebuah pistol ke arah kening Eric dan bersiap untuk menarik pelatuknya.Tubuh Eric seketika menegang dan membeku di tempat, begitu melihat raut wajah Timothy yang benar-benar menyeramkan baginya. Awalnya dia mengira Timothy hanya sekadar mengancamnya, nyatanya ... dia siap menearik pelatuk itu kapan saja, jika Eric berani membantahnya!“Aku ... sungguh tak mengerti dengan apa yang kamu katakan, Tuan. Kejadian di pelabuhan? Mungkin kita bisa membicarakannya dengan kepala dingin?” tanya Eric, berusaha bernegosiasi, agar setidaknya Timothy berbaik hati menurunkan senjata itu dari kepalanya.Beberapa wanita yang sedang bersama Eric di dalam ruangan itu perlahan keluar dari dalam ruang VIP, mereka seketika merasakan seperti dewa kematian berada di dalam ruangan. Tak ada yang berani
Ethan langsung memahami maksud dari perkataan Timothy barusan. Jadi siapa yang akan diburu Timothy saat ini?Sebelumnya Timothy tak mengatakan apa pun pada Ethan, dia mengira-ngira apa yan akan dilakukan Timothy, dan siapa yang menjadi targetnya kali ini. Ethan mengajak Grace ke sebuah restoran mahal, dia mengajak gadis yang dicintainya itu untuk menikmati makan siang di sana.Grace yang biasanya manja pada Ethan, kini terlihat kaku dan canggung, perasaan bersalah itu terus menghantuinya. Dia merasa benar-benar bodoh, kalau saja dia tak mabuk saat itu, tentu tak akan menjadi seperti ini suasananya. Meski Ethan mencoba bersikap biasa saja, tetap perasaan ganjil itu ada di dalam hatinya.“Apa kau ingin memesan sesuatu?” tanya Ethan.“Kau saja yang memesannya untukku,” jawab Grace,Besok dia harus menemui John karena harus menemui seorang klien spesial, seorang produser yang tertarik padanya, dan ingin memakai dir
Kevin merasa pria tua yang menolongnya benar-benar misterius, senyuman yang diberikan padanya seperti memiliki kesan tersendiri yang dia sendiri tak bisa mengerti apa maksudnya.Tetapi dia tak terlalu memikirkannya, karena pria itu setidaknya telah menyelamatkan hidupnya. Jika bukan karena dirinya, bisa dipastikan dia sudah mati jauh sebelumnya. Dia tak tahu bagaimana caranya membalas hutang budi pada Cornelius, hanya saja begitu dia bisa kembali ke kota, dia akan memberikan sesuatu pada pria tua itu.Kevin mencoba mengingat nomor telepon milik Timothy. Hanya nomor milik Timothy yang bisa diingatnya, karena nomor itu memiliki beberapa angka yang sama.Panggilan tersambungkan.Timohty melihat sebuah nomor tak dikenal muncul di layar ponsel meminta jawaban darinya.“Ya, dengan siapa?” tanya Timothy dengan kening berkerut. Biasanya dia malas untuk menjawab panggilan tak dikenal, tapi kali ini dia mengikuti kata hatinya untuk
Baru kali ini dia merasa jatuh cinta itu menyesakkan perasaan dan dia paham apa yang dirasakan Edward dulu kini dirasakan olehnya. Berkali-kali dia menyakiti Edward, mengacuhkan perasaannya, mengabaikan perhatian yang diberikan, dan saat Edward melupakan kenangan bersamanya dia merasa sakit yang didapat berkali lipat dari apa yang dirasakan Edward sebelumnya.Grace pun berjalan meninggalkan Edward, berusaha untuk tak mengabaikan Edward.“Asal kau tahu, sewaktu ingatanmu belum hilang, aku tak pernah mencintaimu!”Begitu mendengar apa yang baru saja dilontarkan dari mulut Grace, Edward terdiam dan mematung di tempat. Dia tak menyangka kalimat yang baru saja didengarnya mampu membuat dadanya terasa ditusuk oleh sebilah pisau tajam, dan membuatnya berdarah-darah.Ethan telah menunggu Grace di luar, begitu dilihatnya Grace telah keluar dengan wajah yang terlihat sedih, dia mengerti sesuatu memang telah terjadi di antara kedua or
“Jason, kumohon jangan gegabah. Michael Dupont sekarang berbeda dengan yang dulu. Aku rasa keluarganya telah mendapatkan dukungan yang cukup kuat di Paris. Lagi pula, tak semudah itu membalasmu.”Jason hampir saja menepis cangkir kopi yang berada di atas meja, karena terbakar oleh amarah pada Keluarga Dupont.“Aku tak pernah semarah ini, Cathy. Kau lihat apa yang telah diperbuatnya? Mereka benar-benar telah membuatku terbakar amarah. Mereka sengaja sepertinya menggunakan Edward untuk memancingku keluar. Cepat atau lambat aku menemuinya jika itu yang mereka inginkan!”Cathy memeluk suaminya, dia tak pernah menyangka, masa lalu yang seharusnya berlalu kembali menghantui kehidupannya yang disangkanya telah benar-benar tenang.Sedangkan di tempat lain, Ethan merasakan sedikit perubahan terjadi pada Grace semenjak dia kembali ke apartemen. Gadis itu terlihat lebih pendiam, bahkan dia tak lagi begitu perhatian pada Ethan. M
Lily tak percaya, Edward bisa sedemikian kasar pada dirinya. Selama ini dia percaya, rahasia yang dipendamnya akan tetap aman, ternyata ... tak semudah yang dipikirkan olehnya.“Kau percaya dengan kebohongan yang mungkin kau dengar dari orang lain?” tanya Lily, masih berusaha menutupi kebenaran yang sudah mulai terbuka dikit demi sedikit.“Bagaimana jika orang lain yang kau katakan berbohong padaku, ternyata telah menunjukkan sebuah kebenaran padaku?”Lily terdiam, wajahnya menjadi pucat, sepucat kapas. Lily menjadi ragu jika Edward benar-benar masih lupa ingatan. Melihat cara Edward memandangnya, dia yakin ada sesuatu yang tak beres saat semalaman Edward tak kembali ke apartemen.Sebetulnya siapa yang ditemui Edward? Pikiran-pikiran seperti itulah yang kini memenuhi kepala Lily.“Ma-maksudmu apa?” tanya Lily terlihat semakin gugup. Edward kian menatap tajam ke arah Lily. Dia yakin, apa yang dikatak
Ethan terkejut melihat Grace yang telah kembali dengan penampilan yang sangat berantakan, dia berdiri di depan pintu dan menatap Ethan. “Kau ke mana, semalaman kau tak kembali membuatku khawatir, Grace,” ucap Ethan. Ethan menghampiri Grace dan langsung memeluknya. Grace sama sekali tak merapikan diri saat akan pulang. Dia tak tahan dengan rengekan Edward yang terus memaksa untuk pergi bersamanya. Sedangkan dia tak bisa meninggalkan Ethan. Meski dia tahu, dia tak mencintai Ethan, tapi perasaan bersalah karena telah tidur dengan Edward terus menghantuinya. Melihat wajah Ethan yang begitu mencemaskan dirinya, semakin memperkuat rasa bersalah yang dirasakan Grace. “Aku pergi ke bar, lalu karena merasa pusing, aku menyewa hotel untuk tidur di sana. Maafkan aku, karena aku tak menghubungimu sama sekali, Ethan.” “Aku senang kau kembali, aku pikir kau akan meninggalkanku,” jawab Ethan. Seandainya saja Ethan tahu, jika Grace telah mengkhianatin
Apakah Grace tak salah mendengar dengan permintaan Edward padanya?Pria itu menginginkannya pergi bersama, dan hanya berdua?Jika saja dia tak bersama Ethan, mungkin dengan senang hati Grace akan menerima tawaran Edward barusan. Perasaan cinta itu masih ada dan masih sama seperti sebelumnya. Tak ada yang bisa mematikan rasa yang tak pernah padam di dalam hati Grace.Grace meraih selimut yang berada di atas ranjang, dengan segera ditutupi tubuhnya. Edward menatap liar ke arah Grace dengan sesungging senyum penuh arti di wajahnya.“Aku ... tak bisa menerima tawaranmu. Biar bagaimanapun, aku telah membuat keputusan untuk meninggalkanmu saat di Detroit dan pergi bersama Ethan. Lagi pula kau tak mengingat siapa diriku, apa yang bisa kuharapkan dari pria yang sama sekali tak mengingat masa lalunya?”Edward terdiam begitu mendengar kalimat Grace yang cukup tajam menusuk perasaannya.Dia memang lupa ingatan.Dia memang tak menging