“Bawa mereka keluar!” perintah Eric.
Beberapa pengawal Eric, menarik Kevin dan Dylan dengan paksa keluar dari dalam gudang.
Benar saja, tebakan Kevin sangat tepat.
Saat ini mereka berada di sebuah pelabuhan. Dia melihat sebuah kapal tongkang berlabuh tak jauh dari tempat mereka berada.
Kevin masih mencoba mencerna kejadian yang sedang dialaminya dan Dylan. Apakah benar, Eric Dupont hanya menginginkan kematian dirinya dan ke empat orang lainnya; Mark, Vanes, Edward, dan Ethan?
Lalu kenapa keluarga Dupont begitu menginginkan kematian mereka?
Apa yang telah mereka perbuat, dan kapan mereka menyinggung Keluarga Dupont?
Seingat Kevin, dia dan keluarganya tak memiliki masalah apa pun dengan keluarga tersebut, bahkan kedua keluarga tak saling mengenal. Lalu apakah kejadian yang membuat mereka sekarang terjebak seperti ini semata-mata karena Edward?
Jika memang benar karena keingintahuan Kevin mengenai kasus hilangnya Edwar
Dylan berhasil mencapai daratan dalam keadaan yang menyedihkan. Seluruh tenaganya seakan terkuras habis karena dia harus bertarung dalam gelap saat itu agar bisa selamat dan mencari pertolongan.Dia masih terpikirkan dengan keadaan terakhir di mana Kevin justru membiarkannya bebas tanpa memedulikan keselamatannya sendiri.Sementara Lindsay rupanya tak berhenti begitu saja memberikan teror pada Ethan. Dia tahu, Ethan telah menyewa orang untuk mengahapus foto-foto miliknya yang terlanjur beredar luas, tapi wanita licik dan jahat itu memiliki berbagai macam cara untuk menjatuhkan Ethan.Lindsay berada di depan laptop sedang bersiap-siap untuk mengunggah sebuah video rekayasa yang telah direkamnya di malam yang sama dia membuat Ethan tak sadarkan diri.Dari belakang, Travis mendekap tubuh Lindsay.“Kau tahu, setiap kali aku melihat rekaman video itu, meski aku tahu kau tak benar-benar melakukannya, aku selalu merasa cemburu dan ingin menghabisi l
“Nona Grace, itu ....”Ethan dan Grace tak bisa menahan rasa terkejutnya begitu melihat kondisi Dylan. Ethan memerintahkan Timothy untuk membawa tubuh Dylan masuk ke dalam rumah. Dia tak ingin ada yang melihat keadaan Dylan dan berpikir yang tidak-tidak mengenainya.“Apa yang terjadi dengan Dylan?” tanya Grace dengan wajah yang tegang. Dia tak bisa menyembunyikan kekhawatiran di wajahnya.Begitu melihat kondisi Dylan, yang ada di dalam pikiran Grace adalah Kevin. Kemarin bukankah Timothy berkata padanya jika Dylan ada bersama Kevin, lalu mengapa saat ini hanya ada Dylan seorang diri dengan kondisi mengenaskan?Apa yang sebenarnya telah terjadi?Lalu siapa yang melakukannya?“Kenapa Kevin tak ada bersama Dylan? Aku semakin tak mengerti sebenarnya apa yang terjadi?” ucap Grace. Dalam pikirannya saat ini penuh dengan tanda tanya yang sama sekali tak terjawab.Semua kejadian yang terjadi begitu tiba-tib
Lily tak tahu sampai kapan dia bisa menyembunyikan kebenaran yang sebenarnya dari laki-laki yang telah mengambil seluruh hatinya. Dia takut untuk mengatakannya!“Sebenarnya apa yang membuatmu bertanya seperti itu, apakah ada sesuatu yang mengusikmu?” tanya Lily pada Edward yang sedang duduk di tepi ranjang. Wajahnya terlihat murung tanpa gairah.Bagaimana dia mengatakannya pada Lily, jika semalam dia mengalami sebuah mimpi dan melihat siluet seorang wanita, yang dia jelas tahu jika wanita di dalam mimpinya itu bukanlah Lily. Dia tak ingin Lily berpikiran buruk, tapi mimpi itu sangat mengusiknya, membuat tidurnya menjadi tak tenang.“Aku ... aku tak tahu bagaimana mengatakannya padamu,” jawab Edward.Lily mendekat dan duduk tepat di samping Edward saat itu. Lalu satu tangannya meraih tangan Edward dan menggenggamnya.“Katakan padaku, bukankah tak akan ada rahasia apapun di antara kita, Nathan?”Edward berus
Grace terhenyak dengan pemandangan yang ada di depannya. Tak menyangka dia akan kembali bertemu dengan sosok laki-laki yang pernah ditemuinya di Kolam Trevi beberapa waktu lalu. Saat itu dia belum mengetahui apa pun, tapi semenjak dia mengetahui laki-laki itu adalah benar Edward, dia bisa merasakan, betapa kacau perasaannya saat ini.“Edward? Aku tak mengerti apa yang kau katakan, Nona.”“Edward, apa kau benar-benar lupa dengan segalanya?” tanya Grace. Dia benar-benar tak menyangka akan bertemu Edward di bar yang sama.Segelas anggur milik Grace pun tiba di atas meja. Tanpa banyak basa-basi Grace menenggak segelas anggur dalam satu tarikan napas, dan kembali memesan. Dia tak memedulikan Edward yang berad di dekatnya dan melihat dirinya dengan wajah datar.“Kau bisa mabuk dengan caramu meminum anggur seperti orang yang kemasukan!” seru Edward dengan suara keras, berusaha mengalahkan suara musik yang diputar dengan sangat
Wajahnya keduanya begitu dekat, tak ada lagi jarak di antara mereka. Embusan napas halus menggelitik Edward, ada desir hangat yang mengusik dadanya.“Lepaskan aku,” ucap Edward lirih. Meski dia tahu, dia tak benar-benar menginginkan Grace untuk melepaskannya.Edward merasakan wajah di hadapannya saat ini, tak asing. Ketika dia mencoba untuk mengingat sekali lagi, kepalanya kembali terasa sakit, sama seperti sebelumnya.“Kenapa aku harus melepaskanmu, Ed?” tanya Grace dengan suara serak dan parau, dia sudah benar-benar kehilangan kendali atas dirinya. Alkohol semakin menguasai Grace saat ini.“Aku ... kepalaku sakit. Aku ... seperti pernah bertemu denganmu,” ucap Edward sekali lagi menahan rasa sakit di kepalanya dengan satu tangan yang meremas dengan kasar rambutnya.“Kau memang mengenalku, sangat mengenalku. Tapi ... kau tak pernah mencintaiku!”“Aku ... tak pernah mencintaimu?” ta
Sebuah gelas berisi wine, terjatuh dari tangan Ethan dan membuat jarinya terluka. Timothy yang melihat kejadian itu langsung menyodorkan saputangan miliknya.“Ada apa, Tuan Muda?” tanya Timothy terlihat khawatir menyaksikan perubahan raut wajah pada Ethan saat itu.“Entahlah, perasaanku tak enak. Aku takut sesuatu terjadi pada Grace, Tim. Aku tak bisa menghubungi ponselnya. Apa mungkin dia masih marah, atau dia benar-benar telah membenciku?”Malam itu, di mana Grace meninggalkannya dengan perasaan yang tak menentu, Ethan merasa sangat bersalah.Dia merutuki segala kebodohannya.Seandainya saja dia tak pergi ke bar untuk menemui Timothy dan minum di sana, tentu dia tak akan bertengkar dan Grace meninggalkannya seperti ini.Notifikasi chat berbunyi kembali di ponsel milik Ethan.[Vanes]‘Aku sudah memblokir beberapa situs untuk mencegah penyebaran video semakin luas. Orang suruhanku mendapatkan alama
“Lepaskan aku, Edward. Aku harus kembali ke rumah. Aku—“Edward tak tahu setan apa yang sedang menguasai dirinya saat ini. Tanpa memedulikan permintaan Grace untuk melepaskannya, dia melumat kembali bibir Grace, membuat Grace tak mendapatkan kesempatan untuk berbicara. Grace merasakan ciuman yang bertubi-tubi membuatnya sulit untuk bernapas.Setiap kali dia berusaha menghindar, Edward menyerang bibirnya lebih bergairah dari sebelumnya.“Ed, aku—““Katakan siapa aku? Aku tak akan melepaskanmu, aku tak akan membiarkanmu pergi jika kau belum menjawabnya,” potong Edward.Tubuh Grace benar-benar lemas dibuatnya. Gairah yang sempat mereda kembali terbakar dalam diri Edward.Dibawanya tubuh Grace mendekat ke tempat tidur. Diempaskannya Grace ke ranjang.“Aku tak tahu bagaimana mengatakannya. Kumohon, aku harus kembali.”“Tidak, aku tak akan melepaskanmu!”G
Apakah Grace tak salah mendengar dengan permintaan Edward padanya?Pria itu menginginkannya pergi bersama, dan hanya berdua?Jika saja dia tak bersama Ethan, mungkin dengan senang hati Grace akan menerima tawaran Edward barusan. Perasaan cinta itu masih ada dan masih sama seperti sebelumnya. Tak ada yang bisa mematikan rasa yang tak pernah padam di dalam hati Grace.Grace meraih selimut yang berada di atas ranjang, dengan segera ditutupi tubuhnya. Edward menatap liar ke arah Grace dengan sesungging senyum penuh arti di wajahnya.“Aku ... tak bisa menerima tawaranmu. Biar bagaimanapun, aku telah membuat keputusan untuk meninggalkanmu saat di Detroit dan pergi bersama Ethan. Lagi pula kau tak mengingat siapa diriku, apa yang bisa kuharapkan dari pria yang sama sekali tak mengingat masa lalunya?”Edward terdiam begitu mendengar kalimat Grace yang cukup tajam menusuk perasaannya.Dia memang lupa ingatan.Dia memang tak menging