Senja mulai memudar, dan langit perlahan berubah menjadi kelam saat Noah dan Dahlia masih berdiri di tepi danau. Angin malam yang sejuk menyentuh kulit mereka, memberikan perasaan tenang setelah percakapan yang cukup intens. Dahlia sudah memaafkan Noah atas sikap kurang sopannya sebelumnya, dan kini mereka berdiri berdampingan, memandang air yang berkilauan di bawah sinar bulan yang mulai muncul.
"Terima kasih sudah memaafkanku, Dahlia," ucap Noah dengan nada tulus. "Aku benar-benar tidak bermaksud bersikap seperti itu tadi." "Tidak apa-apa, Noah. Aku mengerti, semua orang punya hari buruk," jawab Dahlia sambil tersenyum lembut. "Tapi, hari sudah mulai gelap. Bisakah kau mengantarku pulang?" "Tentu saja, Dahlia. Motor gedeku di parkiran sana. Ayo kita pergi," ajak Noah sambil melangkah menuju tempat parkir. Namun, saat mereka hampir sampai di motor gede milik Noah, delapan orang pria bertampang preman muncul dari bayangan pohon-pohon yang ada di sekitar danau itu. Para pemuda itu mulai menghalangi jalan keduanya. Salah satu dari mereka, yang tampak seperti pemimpin kelompok, melangkah maju dengan senyum sinis di wajahnya. "Hai, anak muda. Motor gede yang bagus. Kenapa tidak Lo berikan saja pada kami?" ujarnya sambil melirik motor Noah dengan mata serakah. Noah merasakan jantungnya berdegup kencang. Dua orang melawan delapan orang jelas bukanlah pertarungan yang adil. Dia segera menyadari bahwa melawan mereka hanya akan membawa dirinya dan Dahlia pada masalah yang lebih besar. Noah pun berbisik pada Dahlia, "Kita tidak bisa melawan mereka, Dahlia. Lebih baik kita menyerah saja daripada kita babak belur." Namun, mata Dahlia menyala dengan semangat yang tak terduga. "Noah, aku tidak akan menyerah begitu saja pada mereka. Percayalah padaku!" "Tapi, Dahlia, mereka delapan orang, dan kita hanya dua! Aku tak ingin kamu terluka." Dahlia menatap Noah dengan penuh keyakinan. "Noah, percayalah padaku. Aku tahu apa yang harus dilakukan." Dengan langkah yang sedikit ragu, Noah mengikuti Dahlia. Dia tak bisa memungkiri ada sesuatu yang berbeda dalam tatapan Dahlia, sesuatu yang membuatnya ingin mempercayai gadis itu. Dahlia lalu maju satu langkah, menantang para pria itu. "Jika kalian ingin motornya, kalian harus melewatiku dulu," ucap Dahlia dengan suara tegas. Pemimpin preman tertawa terbahak-bahak. "Ha-ha-ha! Gadis kecil, Lo pikir Lo bisa mengalahkan kami?" “Ayo maju, kalau berani! Kita buktikan omongan Anda!” seru Dahlia mulai memasang kuda-kudanya. Tanpa berkata-kata lagi, Dahlia mengubah posisinya, berdiri tegak dengan posisi pencak silat yang kokoh. Gerakannya yang cepat dan lincah mengejutkan semua orang, termasuk Noah. Salah satu preman maju dengan tangan terangkat, siap menyerang. Namun sebelum dia sempat menyentuh Dahlia, gadis itu sudah lebih dulu bergerak. Dengan gerakan cepat dan presisi, Dahlia menendang lutut pria itu, membuatnya jatuh berlutut kesakitan. Sebelum pria itu sempat bangkit, sebuah pukulan telak dari Dahlia mengenai pelipisnya, membuatnya pingsan seketika. Noah tercengang melihat keahlian Dahlia. "Dahlia, bagaimana kamu bisa sehebat itu ...?" Namun, Dahlia tidak sempat menjawab. Dua preman lainnya maju bersamaan, mencoba menyerang dari dua sisi. Dahlia dengan cekatan menghindar, melakukan jungkir balik ke belakang, dan saat mendarat, dia langsung melancarkan serangan balik. Gadis itu lalu memutar tubuhnya, memberikan tendangan melingkar yang kuat, mengenai rahang salah satu pria, sementara pukulannya yang cepat menghantam perut pria lainnya. Noah hanya bisa berdiri terpaku, melihat satu demi satu preman itu jatuh di tangan Dahlia. Dia tidak pernah menyangka bahwa gadis yang tampak lembut ini memiliki keahlian bela diri yang begitu mematikan. “Dahlia sangat jago bela diri!” puji Noah dalam hati. Dari tadi pria itu juga ikut membantu Dahlia menghajar para preman itu. Namun gerakan sang gadis lebih lihai dan cekatan dari dirinya. Para preman yang tersisa, dapat melihat tiga rekan mereka jatuh dalam waktu singkat, menjadi lebih berhati-hati. Mereka mencoba mengepung Dahlia, akan tetapi gadis itu tetap tenang dan waspada. Dia memanfaatkan setiap gerakan musuhnya untuk keuntungan sendiri. Salah satu preman mencoba menyerangnya dari belakang, akan tetapi Dahlia dengan cepat memutar tubuhnya, memberikan pukulan yang keras pada perutnya, membuatnya terbatuk dan terjatuh. Dengan keahlian yang luar biasa, Dahlia berhasil menaklukkan ke delapan preman itu satu per satu. Beberapa menit kemudian, semuanya tergeletak di tanah, mengerang kesakitan atau pingsan. Dahlia berdiri tegak, napasnya sedikit tersengal, akan tetapi wajahnya menunjukkan kepuasan dan ketegasan. Noah berjalan mendekatinya, masih dengan ekspresi tak percaya. "Dahlia ... kamu sungguh luar biasa! Aku tidak tahu kamu bisa bertarung seperti itu!" Baik Dahlia ataupun Lilian sangat jago bela diri. Semasa keduanya masih tinggal di desa, sang nenek menyuruh mereka untuk mengikuti kegiatan olah raga bela diri yang diajarkan sang paman. Ternyata bela diri yang telah mereka kuasai itu sangat berguna, terutama saat mereka merantau di kota besar, seperti sekarang ini. Dahlia tersenyum lelah. "Aku sudah berlatih pencak silat sejak kecil, Noah. Pamanku adalah seorang guru silat, dan dia selalu mengajarkan bahwa kita harus bisa melindungi diri sendiri dan orang lain." Noah menatap Dahlia dengan rasa hormat yang baru ditemukan. "Terima kasih, Dahlia. Kamu benar-benar menyelamatkan kita." "Ini bukan masalah besar, Noah. Yang penting, kita aman sekarang. Ayo, kita pergi sebelum mereka sadar kembali," jawab Dahlia sambil melirik para preman yang masih tergeletak. “Makanya kamu jangan main-main denganku! Jika tidak mau berakhir seperti mereka!” tegas Dahlia. “I … iya, Dahlia.” serunya terbata. Dahlia seorang gadis yang sangat tangguh. Membuat Noah semakin terpesona kepadanya. Pria itu pun bertekad tidak akan pernah melepaskan Dahlia. Apapun yang terjadi. “Sepertinya aku harus mendekati Dahlia dengan penuh kelembutan dan kasih sayang. Semoga hal itu bisa meluluhkan hatinya,” harap Noah dalam hatinya. “Ayo, Noah. Aku sudah sangat telat pulangnya. Aku tidak mau Bu Jayanti dan Lilian merasa khawatir padaku,” serunya cepat. “Siap, laksanakan!” Noah pun mengangguk, lalu menyalakan mesin motornya dan mereka berdua segera naik ke motor gede miliknya. Noah pun mulai menjalankan motornya, dengan suara gemuruh yang menenangkan, mereka terus melaju pergi meninggalkan tempat tersebut. Di sepanjang jalan, Noah tak bisa berhenti tersenyum, dan mengagumi kepintaran Dahlia dalam olahraga bela diri. Noah merasa beruntung memiliki teman seperti Dahlia di sisinya. “Dahlia! Kamu adalah wanita yang selama ini ku nanti-nantikan. Apapun caranya kamu harus menjadi milikku seutuhnya. Tentunya aku tidak mau berbagi dengan siapapun!” tekad Noah dari dalam hatinya. Malam itu, di bawah sinar bulan yang terang, mereka melaju menuju rumah Dahlia. Noah, pria tampan itu merasa lebih nyaman dan percaya diri dari sebelumnya. Perjalanan itu mengubah pandangannya tentang kekuatan dan keberanian, serta mempererat ikatan persahabatan antara dirinya dan Dahlia yang sebentar lagi akan berubah menjadi ikatan pertalian cinta.Setelah insiden di danau beberapa saat yang lalu. Hampir dua minggu lamanya, Noah terus menghubungi Dahlia. Namun gadis itu, tidak pernah menggubris panggilan telepon dan chat dari Noah.Entah kenapa mood Dahlia telah berubah kepadanya. Walaupun gadis itu telah memaafkan Noah. Bukan berarti Dahlia telah melupakan perbuatannya sang pria yang kurang sopan kepadanya.Pagi ini, Dahlia berjalan-jalan ke pasar dan mulai menanyakan jika ada pekerjaan untuknya. Mungkin nasib baik sedang berpihak padanya kali ini. Gadis itu melintas di sebuah Toserba kecil di sekitaran pasar. Tempat itu sedang membuka lowongan pekerjaan sebagai seorang penjaga toko. Dia pun segera melamar di Toserba itu.Dari arah jalanan, Noah dapat melihat jika Dahlia, wanita favoritnya ingin melamar pekerjaan di Toserba tersebut.Dia lalu menelpon seseorang yang ada di Toserba itu. Dengan seringai licik, Noah kembali mengendarai motor gedenya dan meninggalkan tempat itu.Tanpa diduga, Dahlia diterima bekerja di Toserba ter
Setelah mendapatkan izin dari Bu Jayanti, Junot tak bisa menyembunyikan kegembiraannya. Dia segera merencanakan malam istimewa untuk Lilian, seorang wanita yang telah menarik perhatiannya sejak lama. Malam itu, Junot memutuskan untuk membawa Lilian berjalan-jalan mengelilingi kota Jakarta. Tujuan pertama mereka adalah Monumen Nasional, atau yang lebih dikenal dengan Monas.“Terima kasih sudah mau ikut, Lilian. Aku yakin kamu akan suka,” ucap Junot sambil tersenyum, ketika mereka berdua memasuki mobil.“Aku juga sudah tidak sabar, Mas Junot. Apalagi aku belum pernah ke Monas,” jawab Lilian dengan mata berbinar.Junot sangat senang karena Bu Jayanti mengizinkannya untuk membawa Lilian berjalan-jalan keluar rumah malam ini. Sang ibu sangat mempercayai dirinya.Perjalanan Junot dan Lilian dimulai dari kawasan Menteng. Jalanan Jakarta yang biasanya penuh sesak dengan kendaraan, kini terlihat lebih lengang, mungkin karena sudah larut malam. Junot mengendarai mobilnya dengan tenang, sesekali
Kembali kepada Dahlia, beberapa saat yang lalu.Dahlia yang sedang berjalan kaki menuju warung, seperti merasakan ada yang mengikutinya dari belakang. Namun dia tetap waspada dan berjaga-jaga jika ada yang ingin berniat jahat kepadanya.Jalanan gang agak sepi saat itu, tiba-tiba saja muncul dua orang yang menangkap tangannya dan memasukkan wajahnya ke dalam karung, setelah itu menyeretnya masuk ke dalam sebuah mobil.Dahlia mencoba untuk berontak namun dia tidak dapat melihat. Kegelapan melingkupinya.Mobil itu lalu melaju kencang meninggalkan satu sandal miliknya yang tertinggal di jalanan.Mobil yang membawa Dalia berhenti di sebuah rumah kosong yang sangat mewah.Orang-orang tersebut segera menyeretnya keluar dari mobil. Dahlia mulai berteriak, dan berontak namun tenaganya kalah besar dengan mereka.Semua orang itu telah mengunci tubuh Dahlia sehingga gadis itu tidak dapat mengeluarkan jurus pencak silat yang dirinya telah kuasai.Sesampainya di sebuah ruangan, orang-orang tersebu
Lilian dan Junot pun mulai mencoba mencari nama Dahlia, namun tidak menemukannya juga. Gadis itu sepertinya mulai kecewa, karena namanya tidak ada. Dia mengatakan jika mereka pulang saja ke rumah. "Kita pulang saja, deh!" ucap Dahlia yang merasa sangat kecewa. Namun disaat Dahlia mulai menyerah tiba-tiba, Lilian berkata, "Dahlia! Ternyata kamu lulus, namamu tertera di sini!” seru Lilian dengan penuh antusiasme. Dahlia seakan tak percaya dengan omongan saudaranya, itu. “Lilian, stop! Kamu jangan bercanda, deh! Ayo … mari kita pulang saja!” Ternyata Dahlia masih saja kesal. "Ya ampun, Dahlia. Beneran kamu juga lulus!" tukas, Junot. “Hah? Masa, sih?” serunya tak percaya. “Kamu lulus, Dahlia. Aku dan Lilian, nggak bohong.” Junot juga membenarkan jika, Dahlia juga lulus. Karena tak sabar ingin melihat namanya, Dahlia pun segera menuju papan pengumuman dan dia sangat senang akhirnya namanya ada di urutan paling bawah. Gadis itu sangat bersyukur dan dia berjanji pada di
Setelah Silvi pulang, hujan semakin deras turunnya.Petir semakin menggelegar suaranya di atas langit.Atas sarandari Noah, mereka pun menutup Toserba itu.Lalu pria itu segera membuatkan dua cup susu coklat untuk mereka minum.Noah sangat senang dengan hujan yang semakin deras. Dapat memperpanjang waktunya untuk berduaan dengan sang kekasih hati.Dia lalu menghampiri Dahlia yang sedang duduk di kursi santai di dalam Toserba itu. Mereka pun meminum susu coklat itu.Dahlia pun terlihat kedinginan saat ini. Noah mulai memutar otaknya, jika ini adalah kesempatan langkah baginya untuk menikmati sedikit tubuh gadis itu.Dahlia semakin kedinginan. Dia sampai-sampai melipat kedua tangannya ke dada."Kamu kedinginan, Sayang? Ayo, kita ke ruanganku saja. Di sana pasti lebih hangat." ucapnya mengawali rayuannya. Karena cuaca yang sangat dingin, Dahlia pun menuruti kemauan pria itu.Walaupun mereka sudah resmi berpacaran, ini kali pertama Dahlia masuk ke dalam ruangan Noah.Ruangan kerja sang
Dahlia baru saja selesai mandi dan segera menghampiri Noah yang sedang tidur. "Noah! Bangun! Gue tahu, Lo hanya pura-pura tidur!" Noah sontak terbangun dan memegang kedua tangan Dahlia. Dia lalu buru-buru berkata, "Sayang, maafin aku soal yang tadi, aku khilaf." lirihnya sedih sambil menunjukkan wajah penuh penyesalan. "Stop! Aku tidak mau membahasnya lagi, antar aku pulang! Sekarang!" tukas Dahlia sambil menahan rasa gugup yang mulai menimpanya. "Baiklah, Sayang. Aku akan mengantarmu pulang, tapi kita dinner dulu, please?" harap Noah "Ini sudah malam, aku pasti dicariin Lilian. Dia sudah beberapa kali meneleponku." seru Dahlia kepada sang pacar. "Baiklah, aku akan mengantarkanmu pulang." Namun diam-diam, Noah menghubungi anak buahnya untuk membelikan lima porsi sate ayam kesukaan Dahlia dan segera mengantarnya ke alamat yang telah di-share oleh pria itu. Sepanjang perjalanan menuju rumah, Dahlia terlihat diam. Sebenarnya saat ini hatinya terasa ketar-ketir. Masih a
Noah pun segera masuk ke dalam kamar mandi dan mulai menuntaskan hasratnya. Dia berpikir jika lain kali, Dahlia harus memuaskan alat tempurnya, biar mereka sama-sama enak. Namun sang pria masih ragu untuk memintanya, mengingat pacarnya yang sangat galak.Pemuda tampan itu keluar dari kamar mandi, dan melihat jika Dahlia masih terbaring lemas di atas ranjang.Saat ini mereka sedang berada di apartemen milik Noah."Baby, are you okay?" tanya Noah lalu mengusap rambut kekasihnya."Aku mau mandi. Badanku lengket semua," lirihnya lalu bangkit dari ranjang."Apakah kamu mau, aku menemanimu untuk mandi?" Seringai licik dari Noah membuat Dahlia naik pitam."Jangan asal ngomong Lo! Apa Lo mau gue hajar?" hardik Dahlia marah."He-he-he. Ampun, Sayang. Aku hanya bercanda kok. Yuk kamu buruan mandi, setelah itu, aku akan mengantarmu ke kampus," ucap Noah lalu menyerahkan satu paper bag berisi pakaian baru untuk kekasihnya."Sepertinya, aku harus menyediakan beberapa pakaian baru untuk Dahlia di s
Di sebuah gedung perkantoran,Noah segera menerima pesan dari Dita."Sial! Dahlia pasti membutuhkanku makanya dia mencariku!" kesalnya, karena saat ini Noah sedang berada di kantor ayahnya.Pria itu pun izin ke toilet sebentar lalu mengirim pesan kepada Dahlia untuk menunggunya sampai dia datang.Noah : "Sayang, aku sedang meeting, kamu tunggu aku ya! Aku pasti kesana!" Belum sampai beberapa detik, ponsel Noah kembali bergetar. Ada pesan dari sang kekasih untuknya.Dahlia : "Cepat pulang, aku butuh kamu!" Membaca pesan dari Dahlia membuat Noah tersenyum penuh misteri."Dahlia, ternyata kamu sudah mulai bergantung kepadaku!" Sementara itu, Lilian sedang dalam perjalanan pulang ke rumah dengan menaiki ojek online. Tukang ojek mulai curiga dengan mobil di belakang mereka yang dari tadi terus mengikuti mereka."Mbak, sepertinya mobil di belakang itu, mengikuti kita dari tadi," seru tukang ojek takut.Ternyata mobil tersebut menerobos tukang ojek yang membawa Lilian. Untung saja, dengan
"Papa dan Mama, kok tega banget sih!" kesal Sherly dalam hatinya."Maafkan aku, Sherly. Untuk sementara aku belum bisa memperjuangkanmu." gumam Doan, dalam hati."Sudah, kita jangan memikirkan hal itu dulu. Untuk sementara aku akan fokus untuk membesarkan perusahanku, sehingga tidak ada satu pun yang menganggap ku remeh lagi! Termasuk keluargamu!" tegas, Doan.Keluarga Sherly memang tidak menyetujui hubungan Doan dan Sherly karena pria itu berasal dari keluarga sederhana, sementara keluarga Sherly tergolong berasal dari keluarga berada. Untuk itu, Doan telah bertekad untuk membalas perbuatan keluarga Sherly yang merendahkannya, dengan kesuksesan yang pelan-pelan mulai diraih olehnya saat ini."Ayo, aku antar kamu," ucap Doan kepada sang pacar."I ... ya, Doan." Keduanya pun meninggalkan apartemen itu dengan perasaan yang berkecamuk.Sepanjang perjalanan keduanya terdiam dan sibuk dengan pikiran masing-masing. Tak terasa mobil sampai tepat di depan kantor Sherly."Doan, aku masuk du
Padahal sesungguhnya selama ini Tuan Alfonso tidak ke mana-mana, hanya berada di rumah Puput dan bermesraan terus dengannya.Lalu keduanya mengakhiri panggilan itu dengan hati bahagia. Karena apa yang mereka inginkan telah terwujud."Kecurigaanku tidak terbukti, ternyata Alfonso tidak curiga kepadaku. Dan mungkin saja Junot hanya sekedar bertanya tadi." Demikian spekulasinya.Sang nyonya lalu melangkah masuk ke dalam toilet kamarnya untuk membersihkan dirinya.Di apartemen Doan,Pagi pun tiba, Sherly terbangun dan mendapati dirinya hanya sendiri di atas ranjang. Namun bunyi gemericik air shower terdengar dari dalam kamar mandi. "Sepertinya, Doan sedang mandi." gumamnya, pelan.Sherly yang dulu sudah biasa berada di apartemen Doan, segera mengambil inisiatif sendiri untuk membersihkan dirinya di toilet yang berada di kamar tamu.Dia lalu meraih paper bag yang telah disediakan oleh Doan kepadanya dan membawa ke dalam kamar itu.Sesampai di dalam kamar, Sherly lalu masuk ke dalam toilet
Di Kediaman Rivaldo,"Tuan muda, tolong makanlah, dari tadi pagi Tuan belum makan." seru Asisten Eki kepada Junot."Gue mau tidur! Gue nggak lapar!" sahut Junot malas."Tapi Tuan muda, hari sudah semakin malam, nanti Anda bisa saja masuk angin." serunya, lagi."Gue nggak peduli!" jawab Junot. Saat ini dia malah sedang asyik memandang foto Lilian yang dulu diam-diam dirinya foto."Tuan muda, jika Anda tidak makan, terus bagaimana Anda bisa mengejar cinta Nona Lilian, lagi?" tukas Asisten Eki, menakut-nakuti Junot."Maksud Lo, apa ngomong gitu?" tanyanya."Iya Tuan muda, jika Anda tidak makan, pasti tubuh Anda akan merasa lemah. Itu berarti Anda tidak bisa masuk kantor dan terbaring di kamar." "Terus apa hubungannya dengan Lilian?""Tentu ada hubungannya Tuan muda. Jika Anda berbaring terus di dalam kamar. Tuan Doan pasti akan semakin dekat dengan Nona Lilian. Apakah Anda mau jika itu terjadi?" tutur Asisten Eki lagi.Junot mulai berpikir jika apa yang dikatakan oleh sang asisten itu a
"Hanya perasaan kita saja yang sudah berbeda sekarang," lirih Sherly dengan wajah sedih."Masaklah sesukamu, aku pasti akan memakannya." sahut Sherly, lagi. Lalu dia duduk di mini bar yang ada di dapur Doan sambil menunggunya selesai memasak.Doan sejenak terdiam mendengar penuturan Sherly itu. Dia mencoba kembali menguasai dirinya dan mulai memasak masakan andalannya yang selalu gadis itu sukai.Setelah berkutat lama di dapur, akhirnya Doan selesai memasak.Dia lalu menata hasil masakannya di sebuah mini bar yang ada di dapurnya."Makanlah, selagi masih panas," seru Doan. Tak lupa dia menuangkan segelas air putih ke dalam gelas.Keduanya pun makan dalam diam, hanya terdengar suara dentingan sendok dan garpu yang sedang berlomba di atas piring keduanya."Rasa masakanmu tetap sama, aku tetap menyukainya." ujar Sherly memuji hasil masakan Doan yang memang sangat enak itu."Oh, ya? Jika kamu mau, kamu bisa mampir ke sini, kalau-kalau saja kamu merindukan masakanku," tawar Doan kepada Sh
Kedua bersaudara itu pun saling berpelukan pertanda mereka saling menguatkan. Ditengah berbagai masalah yang menderanya.Di Kediaman Rivaldo,Junot terbangun dari tidurnya dan melihat kondisi tangannya yang sudah terpasang selang infus.Dokter Adi dan Asisten Eki terlihat sedang tertidur di sofa. Tadi malam Junot mengamuk lagi. Asisten Eki terpaksa kembali menelepon dokter Adi untuk kembali memeriksa Junot. Dan karena takut sang bos kembali mengamuk, Asisten Eki pun meminta dokter Adi untuk menginap saja. Alhasil keduanya tidur di sofa kamar Junot saat ini.Junot melirik jam di dinding kamarnya. Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi."Shit! Gue kok baru bangun! Padahal pagi ini gue harus menghadiri meeting penting." Asisten Eki juga terbangun diikuti oleh dokter Adi yang juga ikut bangun."Selamat pagi, Tuan Muda. Bagaimana keadaan Anda, pagi ini?" tanya dokter Adi."Sudah mendingan, dok." jawab Junot dingin."Tapi kenapa ya, dok? Badan saya terasa sakit semua?" tanyanya lagi.
"Ya udah Bu. Saya masuk kamar dulu. Mau ngecek Dahlia." Lilian pun masuk dan melihat Dahlia yang sedang tertidur dengan posisi meringkuk.Lilian pun mulai mendekati tempat tidur dan memeriksa Lilian."Duh, badan Dahlia kok panas banget, sih?" Lilian menjadi khawatir. Dia lalu keluar dari kamarnya dan menuju dapur.Sesampai di dapur Lilian mengambil baskom dan memasukkan air hangat di dalamnya.Bu Jayanti yang kebetulan masuk ke dalam dapur melihat Lilian, lalu dia pun bertanya,"Lil, kamu sedang apa?""Ah, iya Bu. Dahlia sedang demam, Bu. Aku mau mengompresnya." seru Lilian dengan wajah khawatir."Pantas tadi, wajahnya agak pucat saat pulang. Tadi ibu nanyain apakah dia sedang sakit? Tapi Dahlia menjawab jika dia baik-baik saja," seru Bu Jayanti, menjelaskan kepada Lilian."Bu, jika Dahlia demam, ada baiknya kita bawa ke dokter. Siapa tahu nanti semakin parah." Pak Ranto ikut memberi saran."Itu masalahnya, Pak. Dahlia jika sakit tidak pernah mau memeriksakan diri ke dokter. Saya cob
"Tuan Junot histeris seperti itu, karena dia mengalami trauma mendalam karena perbuatannya sendiri yang telah menyakiti wanita yang dirinya sangat sayangi." "Jika boleh tahu memangnya Tuan Junot telah melakukan apa?" tanya, sang dokter."Tuan Junot, mencium Nona Lilian dengan paksa." jawab Asisten Agam."Apakah Tuan Junot sangat menyukai Nona Lilian?" tanya dokter Adi."Sepertinya begitu, dok." jawab Asisten Eki lagi."Menurut analisa saya, Tuan Junot saat ini merasakan kekecewaan yang mendalam karena tindakan yang dia lakukan karena telah menyakiti gadis yang dirinya sangat cintai. Saya sudah meresepkan beberapa obat untuk menenangkan jiwanya. Akan tetapi jika tidak ada perkembangan juga, Anda bisa membawa Tuan Junot ke dokter ahli jiwa." saran dokter Adi."Jadi, tidak ada yang perlu dikhawatirkan dari kondisi Tuan Muda saat ini, dok?" tanyanya, lagi."Untuk sementara, tidak ada. Hanya saja jika sikap Tuan Junot masih seperti tadi. Ada baiknya jika kondisinya dikonsultasikan kepada
Junot semakin terbawa nafsu. Dia malah mulai membuka satu persatu kancing kemeja Lilian.Sambil terus menikmati bibir gadis itu dan terus melumatnya.Doan tiba di lantai di mana Lilian berada dan dia melihat pemaksaan yang Junot lakukan kepadanya."Bajingan! Kurang ajar Lo, Junot!" teriaknya lalu dengan cepat menarik tubuh pria itu dari Lilian dan mulai menghajarnya.Sementara Lilian hanya bisa terduduk dan menutupi dadanya yang hampir kelihatan karena ulah tangan Junot yang nakal. Air matanya terus mengalir di pipinya. Dia sangat berterima kasih, Doan cepat menemukannya karena jika tidak, mungkin saja Junot akan semakin membabi buta."Kamu menyakitinya, Junot! Dasar keparat!" ujar Doan tajam ke sambil terus memukuli Junot sampai pria itu terlihat babak belur."Doan, stop! Kamu bisa membunuhnya!" Sherly tiba-tiba muncul dan mulai menahan tubuh pria itu."Kelakuanmu tidak lebih dari seekor binatang, Junot! Lilian, adalah seorang perempuan terhormat! Kamu malah membuatnya terlihat murah
"Apa? Mencelakai bagaimana maksudmu?" seru Doan penasaran."Lilian kan berasal dari desa. Ibunda Junot kurang setuju. Gara-gara hal itu, Lilian hampir ditabrak. Namun untungnya, kata Junot. Lilian jago bela diri, jadi dia bisa melindungi dirinya sendiri," tutur Sherly menjelaskan."Ha-ha-ha, jadi semua karena status sosial yang berbeda? Sama dong dengan sifat keluargamu yang materialistis! Iya, kan?" sindir Doan, lagi."Doan, itu kan keluarga ku! Aku tidak seperti itu! Tolong percayalah, antara aku dan Junot tidak terjadi apa-apa. Dia sangat menyukai Lilian. Kami tidak mungkin bersatu!" "Siapa yang tahu, jika kamu menyukai Junot! Iya, kan?" Doan malah semakin cemburu."Doan, apakah kamu meragukanku? Aku ... aku ... sangat menyayangimu, Doan!" lirihnya, mulai meneteskan air matanya."Justru kamu yang berbohong sama, aku!" isak Sherly lagi."Memangnya aku berbohong tentang apa?" sergah Sherly."Ka ... kamu yang menyukai Lilian! I ... iya, kan?" Bibir Sherly bergetar mengatakan itu. Dia