Pagi itu, sinar matahari menembus dedaunan, menciptakan bayangan-bayangan kecil di trotoar. Dahlia keluar dari rumah Bu Jayanti dengan perasaan campur aduk. Dia harus segera dan tidak lagi menjadi beban bagi Bu Jayanti dan Lilian saudaranya.
Dengan tas kecil yang berisi beberapa dokumen penting dan sedikit uang, Dahlia melangkah keluar rumah. Jalanan sudah mulai ramai dengan aktivitas pagi. Mobil-mobil dan sepeda motor berlalu lalang, menciptakan hiruk-pikuk yang khas. Dahlia mengenakan pakaian yang rapi, mencoba terlihat seprofesional mungkin meskipun hatinya sedang gelisah. Dia tahu, mencari pekerjaan di kota besar ini tidaklah mudah. Langkahnya mantap meski hatinya sedikit gugup. Dahlia mulai menyusuri trotoar, matanya sesekali melirik ke arah toko-toko dan gedung-gedung perkantoran yang dilewatinya. Setiap kali dia melihat papan pengumuman yang bertuliskan "Lowongan Kerja" gadis itu berhenti sejenak, mencatat nomor telepon atau alamat yang tertera. Namun, pikiran tentang persaingan ketat dan banyaknya pelamar membuatnya merasa cemas. Ketika melewati sebuah pertigaan yang ramai, tiba-tiba Dahlia merasakan ada gerakan cepat dari sampingnya. Sebuah sepeda motor melaju mendekatinya dengan kecepatan tinggi. Sebelum sempat menyadari apa yang terjadi, pengendara motor itu berusaha merampas tas kecil yang dia bawa. Semuanya terjadi begitu cepat, dalam hitungan detik. Dahlia tersentak kaget, diapun refleks memegang erat tasnya sambil mencoba menariknya kembali. Tapi tenaga pengendara motor itu jauh lebih kuat. Gadis itu hampir terjatuh ke jalan saat tasnya ditarik dengan kasar. Rasa takut dan panik seketika memenuhi pikirannya. Dahlia mencoba berteriak, tapi suaranya tersangkut di tenggorokan. Di tengah kekacauan itu, tiba-tiba ada tangan kuat yang menariknya ke pinggir jalan dengan cepat. Dahlia terdorong ke arah trotoar, menjauh dari pengendara motor yang hampir berhasil mencuri tasnya. Dengan napas tersengal-sengal, Dahlia mendongak dan melihat seorang pria berdiri di sampingnya, wajahnya penuh kekhawatiran, saat ini Dahlia berada dalam dekapan pria itu. "Anda tidak apa-apa?" tanya pria itu, suaranya penuh perhatian. Dahlia mengangguk, masih terkejut dengan apa yang baru saja terjadi. "Ya, terima kasih. Kalau bukan karena Anda, tas saya pasti sudah hilang." Pria itu tersenyum ringan, mencoba menenangkan Dahlia. "Senang bisa membantu. Ini kota besar, Anda harus selalu waspada. Ada banyak orang jahat yang berkeliaran." Dahlia mengangguk lagi, masih mencoba mengendalikan napasnya yang tersengal-sengal. "Terima kasih banyak. Saya benar-benar tidak menyangka akan ada yang mencoba mencopet di sini." Dahlia masih sangat syok sehingga dia tidak juga melepas rangkulan orang itu. Dirinya malah semakin mengeratkan tubuhnya di dada pria itu. Namun tiba-tiba orang itu berkata lagi, "Hai Nona, cantik. Apakah pelukan gue sangat nyaman buat, Lo. Sehingga Lo tidak ada niat untuk melepasnya?" Suara bariton orang itu, menyadarkan Dahlia. Dia pun langsung melepaskan tubuhnya dari dada pria itu. Gadis itu seketika berkata, "Ma ... maaf, Pak," ujarnya takut. "What? gue dipanggil, Bapak? emang wajah gue ini udah kayak bapak-bapak kah? Apakah karena brewok dan jenggot gue ini?" gumamnya dalam hati. Pemuda itu masih melihat Dahlia yang syok. Lalu tanpa persetujuan dari gadis itu, Noah memegang tangannya dan mengajaknya menuju ke sebuah supermarket mini, di pinggir jalan itu. Setelah keduanya masuk ke dalam supermarket itu. Si pemuda menuntun Dahlia untuk duduk di sebuah kursi yang ada di situ. Lalu pemuda tadi melangkah di rak yang berisi air mineral, membayarnya ke kasir lalu kembali menghampiri Dahlia. Sesampainya di tempat gadis itu, Noah meletakkan dua botol air mineral di atas meja. Dia menyodorkan satu kepadanya sambil berkata, "Minumlah." Dahlia lalu meraih air mineral tersebut dari atas meja dan mencoba membuka tutup botolnya. Namun dia tidak bisa, tangannya masih terlihat gemetar. Pemuda itu seketika gemas dengan tingkah Dahlia. Dia segera meraih botol minuman itu dari tangan sang gadis, lalu membuka tutupnya dan kembali menyerahkannya kepada gadis itu. Dahlia yang syok dan juga haus langsung meminum air mineral itu sampai habis. Disaat Dahlia sedang meminum air itu, ada sensasi tersendiri yang dirasakan oleh sang pemuda. "Cantik dan seksi!" gumamnya dalam hati. Seketika, Noah menelan ludahnya melihat paras Dahlia, yang cantik itu. "Apakah Lo baik-baik saja?" ujar pemuda itu kepadanya. "Aku Ba ... baik," jawabnya singkat. Lalu dia kaget, jika yang menolongnya bukanlah bapak-bapak. Akan tetapi seorang pemuda yang penampilannya sedikit urakan dengan rambut gondrong serta brewok dan janggut yang banyak. "Te ... terima kasih, Mas. Maaf tadi saya memanggil Anda, bapak, saya pikir Anda sudah tua," ujarnya, polos. Seketika pemuda itu tertawa lebar. "Ha-ha-ha-ha lucu juga, Lo!" tawanya. Pria itu memperkenalkan dirinya sebagai Noah, "Perkenalkan, nama gue, Noah,” ujarnya. Noah dengan sopan menawarkan diri untuk menemani Dahlia sebentar, memastikan dia baik-baik saja setelah kejadian tersebut. Dahlia merasa sedikit lebih tenang dengan kehadiran Noah. "Maaf kalau gue terlalu ikut campur," ucap Noah sambil duduk di samping Dahlia. "Tapi Anda terlihat sangat ketakutan tadi. Gue hanya ingin memastikan Anda aman." Dahlia tersenyum lemah. "Tidak apa-apa. Saya sangat berterima kasih. Saya memang sedang dalam perjalanan mencari pekerjaan, jadi kejadian ini benar-benar membuat saya kaget." Noah mengangguk mengerti. "Mencari pekerjaan memang tidak mudah, apalagi di Kota Jakarta, sebesar ini.” "Oh ya, aku Dahlia. Terima kasih, Mas Noah. Anda telah menyelamatkanku, jika tidak ada Mas, tadi. Mungkin sekarang tasku beserta isinya hilang. “Ya, tak masalah. Bukankah manusia adalah makhluk sosial? Sudah sewajarnya untuk saling membantu,” tukas Noah. Setelah mereka saling memperkenalkan diri, keduanya pun larut dalam percakapan hangat. Mereka langsung merasa nyambung saat ngobrol. Noah juga menanyakan tentang Dahlia. Lalu gadis itu pun menceritakan tentang dirinya yang berasal dari desa, dan saat ini sedang mencari pekerjaan. Noah terus menyimak saat Dahlia menceritakan perihal dirinya. "Kalau Lo mau, gue ada pekerjaan buat Lo, itu pun jika Lo mau. Karena pekerjaan ini dimulai pada malam hari dan berakhir pada jam subuh tiba," ujar Noah menjelaskan. Dahlia sepertinya lupa dengan nasihat neneknya dulu, dia semakin menceritakan semua tentang dirinya kepada pria, yang baru saja dirinya kenal. Ternyata, Noah semakin membuat Dahlia merasa nyaman berada di dekatnya. Setelah tempo hari insiden gagal copet terjadi. Sejak saat itu Dahlia intens bertemu dengan sang pria. Hal itu dilakukan saat Bu Jayanti dan Lilian berangkat ke warung. Seperti hari ini, Setelah semua pekerjaan rumah beres, Dahlia segera berangkat dari rumah menuju ke ujung jalan dan di sana dia telah ditunggu oleh Noah. Keduanya saat ini, menyusuri jalanan kota Jakarta dengan mengendarai motor gede, milik pria itu. Noah beralasan, jika dia ingin membantu Dahlia mencari pekerjaan. Namun buktinya semua itu bohong. Dia malah membawa gadis itu ke tempat tongkrongan anak muda Jakarta. Noah bahkan berdalih. Jika mencari pekerjaan di Jakarta itu sungguh sangat susah. Siang hari itu, Noah membawa Dahlia untuk nongkrong di tepian sebuah danau buatan, di salah satu sudut Kota Jakarta. Noah memulai percakapannya dengan gadis itu. "Bagaimana, Dahlia. Pekerjaan yang pernah gue katakan, apa Lo tertarik?" ujarnya. "Kalau boleh tahu, itu pekerjaan apa, Noah?" tanya Dahlia. "Oh ya, apa Lo tahu tentang dunia malam, anak muda zaman sekarang?" tutur Noah. Dahlia segera menggeleng-gelengkan kepala. Tidak mengerti sama sekali maksud dari perkataan Noah. "Baiklah, gue akan kasi tahu kepada, Lo. Gue menawarkan pekerjaan ke Lo untuk bekerja sebagai waiters di sebuah bar milik teman gue, bagaimana? apa Lo tertarik?" ujarnya, lagi. Namun karena gadis itu masih bingung, Noah pun membuka internet dan mencari video, tentang suasana di sebuah bar. Lalu menunjukkan video tersebut kepada Dahlia. Dahlia tiba-tiba kaget dan ragu-ragu saat melihat suasana dalam video itu. “Gila Lo, Noah! Masa Lo mau pekerjakan gue di tempat seperti ini?” protes Dahlia. "Ha-ha-ha. Lo tenang saja, Dahlia. Selama Lo bekerja, gue akan jaga Lo,” serunya. "Apakah Lo, bekerja juga di situ?" tanya Dahlia. "Yap! Nanti kita bisa bareng-bareng kerjanya," sahut Noah meyakinkan gadis itu. Padahal yang sebenarnya terjadi, pria itu berbohong kepada Dahlia. Bar itu bukan milik temannya, akan tetapi milik Noah sendiri. “Gue pikir-pikir dulu, deh!” seru Dahlia lagi. Angin semilir menyapa mereka yang lagi berteduh di bawah pohon rindang. Noah menyodorkan minuman ringan kepada Dahlia. Dia langsung menerimanya dan menegak minuman itu. Disaat Dahlia sedang meminum minuman ringan tersebut, Noah memperhatikannya dalam-dalam. Seketika ada desiran-desiran aneh yang berasal dari dalam dadanya. Noah ingin memiliki Dahlia dan menaklukkannya. Tiba-tiba Noah tersenyum simpul dan mendekatkan diri kepada Dahlia sambil memegang tangannya. Sepertinya pria itu ingin mencium dirinya. Dahlia yang berasal dari desa, masih sangat lugu. Dia merasa risih dengan perlakuan Noah tersebut. Dengan cepat Dahlia segera mencoba menepis tangan pria itu. "Tolong, Anda bersikap sopan!" ujarnya. Seketika Noah terperanjat. Namun karena terburu nafsu, pria itu malah kembali melancarkan aksinya. Dia ingin mencium bibir gadis itu. Namun tanpa disangka Dahlia malah mengambil ancang-ancang memasang kuda-kudanya dan mulai menyerang pria itu. Noah, langsung terkapar di tanah sambil mengaduh. “Ouch!” Perutnya sangat sakit kena tendangan dari sang gadis. "Sialan! Ternyata dia jago bela diri!" geramnya dalam hati. "Kamu jangan coba-coba punya niat jahat kepadaku, kamu pikir jika aku dari desa, kamu bisa semena-mena denganku?" ujar Dahlia, tegas. "Aku menyesal sudah percaya sama kamu! Aku pikir kamu tulus mau berteman denganku, ternyata kamu tak lebih dari seorang pengecut!" Mendengar semua penuturan Dahlia, Noah segera minta maaf dan memasang muka penyesalan yang terdalam. Dia bahkan kembali merayu-rayu gadis itu. "Dahlia, tolong maafin aku. Aku khilaf. Maafin aku, aku janji tidak berbuat begitu lagi." Noah terus mengemis maaf dari Dahlia, dan memasang wajah yang paling imut yang dia punya agar mendapat maaf darinya. Dahlia pun mulai gerah dengan tingkah Noah yang merengek-rengek meminta maaf kepadanya. Akhirnya dia luluh juga, "Baiklah, kali ini aku memaafkanmu. Tapi cepat antar aku pulang!" ujarnya, masih marah. Sepanjang perjalanan mengantar Dahlia. Noah memutar otaknya. Dia sedang berpikir bagaimana cara menjinakkan Dahlia yang terkesan galak. "Gue nggak akan melepas Lo, Dahlia! Lo harus jadi milik gue!" ujarnya dalam hati.Senja mulai memudar, dan langit perlahan berubah menjadi kelam saat Noah dan Dahlia masih berdiri di tepi danau. Angin malam yang sejuk menyentuh kulit mereka, memberikan perasaan tenang setelah percakapan yang cukup intens. Dahlia sudah memaafkan Noah atas sikap kurang sopannya sebelumnya, dan kini mereka berdiri berdampingan, memandang air yang berkilauan di bawah sinar bulan yang mulai muncul."Terima kasih sudah memaafkanku, Dahlia," ucap Noah dengan nada tulus. "Aku benar-benar tidak bermaksud bersikap seperti itu tadi.""Tidak apa-apa, Noah. Aku mengerti, semua orang punya hari buruk," jawab Dahlia sambil tersenyum lembut. "Tapi, hari sudah mulai gelap. Bisakah kau mengantarku pulang?""Tentu saja, Dahlia. Motor gedeku di parkiran sana. Ayo kita pergi," ajak Noah sambil melangkah menuju tempat parkir.Namun, saat mereka hampir sampai di motor gede milik Noah, delapan orang pria bertampang preman muncul dari bayangan pohon-pohon yang ada di sekitar danau itu. Para pemuda itu mu
Setelah insiden di danau beberapa saat yang lalu. Hampir dua minggu lamanya, Noah terus menghubungi Dahlia. Namun gadis itu, tidak pernah menggubris panggilan telepon dan chat dari Noah.Entah kenapa mood Dahlia telah berubah kepadanya. Walaupun gadis itu telah memaafkan Noah. Bukan berarti Dahlia telah melupakan perbuatannya sang pria yang kurang sopan kepadanya.Pagi ini, Dahlia berjalan-jalan ke pasar dan mulai menanyakan jika ada pekerjaan untuknya. Mungkin nasib baik sedang berpihak padanya kali ini. Gadis itu melintas di sebuah Toserba kecil di sekitaran pasar. Tempat itu sedang membuka lowongan pekerjaan sebagai seorang penjaga toko. Dia pun segera melamar di Toserba itu.Dari arah jalanan, Noah dapat melihat jika Dahlia, wanita favoritnya ingin melamar pekerjaan di Toserba tersebut.Dia lalu menelpon seseorang yang ada di Toserba itu. Dengan seringai licik, Noah kembali mengendarai motor gedenya dan meninggalkan tempat itu.Tanpa diduga, Dahlia diterima bekerja di Toserba ter
Setelah mendapatkan izin dari Bu Jayanti, Junot tak bisa menyembunyikan kegembiraannya. Dia segera merencanakan malam istimewa untuk Lilian, seorang wanita yang telah menarik perhatiannya sejak lama. Malam itu, Junot memutuskan untuk membawa Lilian berjalan-jalan mengelilingi kota Jakarta. Tujuan pertama mereka adalah Monumen Nasional, atau yang lebih dikenal dengan Monas.“Terima kasih sudah mau ikut, Lilian. Aku yakin kamu akan suka,” ucap Junot sambil tersenyum, ketika mereka berdua memasuki mobil.“Aku juga sudah tidak sabar, Mas Junot. Apalagi aku belum pernah ke Monas,” jawab Lilian dengan mata berbinar.Junot sangat senang karena Bu Jayanti mengizinkannya untuk membawa Lilian berjalan-jalan keluar rumah malam ini. Sang ibu sangat mempercayai dirinya.Perjalanan Junot dan Lilian dimulai dari kawasan Menteng. Jalanan Jakarta yang biasanya penuh sesak dengan kendaraan, kini terlihat lebih lengang, mungkin karena sudah larut malam. Junot mengendarai mobilnya dengan tenang, sesekali
Kembali kepada Dahlia, beberapa saat yang lalu.Dahlia yang sedang berjalan kaki menuju warung, seperti merasakan ada yang mengikutinya dari belakang. Namun dia tetap waspada dan berjaga-jaga jika ada yang ingin berniat jahat kepadanya.Jalanan gang agak sepi saat itu, tiba-tiba saja muncul dua orang yang menangkap tangannya dan memasukkan wajahnya ke dalam karung, setelah itu menyeretnya masuk ke dalam sebuah mobil.Dahlia mencoba untuk berontak namun dia tidak dapat melihat. Kegelapan melingkupinya.Mobil itu lalu melaju kencang meninggalkan satu sandal miliknya yang tertinggal di jalanan.Mobil yang membawa Dalia berhenti di sebuah rumah kosong yang sangat mewah.Orang-orang tersebut segera menyeretnya keluar dari mobil. Dahlia mulai berteriak, dan berontak namun tenaganya kalah besar dengan mereka.Semua orang itu telah mengunci tubuh Dahlia sehingga gadis itu tidak dapat mengeluarkan jurus pencak silat yang dirinya telah kuasai.Sesampainya di sebuah ruangan, orang-orang tersebu
Lilian dan Junot pun mulai mencoba mencari nama Dahlia, namun tidak menemukannya juga. Gadis itu sepertinya mulai kecewa, karena namanya tidak ada. Dia mengatakan jika mereka pulang saja ke rumah. "Kita pulang saja, deh!" ucap Dahlia yang merasa sangat kecewa. Namun disaat Dahlia mulai menyerah tiba-tiba, Lilian berkata, "Dahlia! Ternyata kamu lulus, namamu tertera di sini!” seru Lilian dengan penuh antusiasme. Dahlia seakan tak percaya dengan omongan saudaranya, itu. “Lilian, stop! Kamu jangan bercanda, deh! Ayo … mari kita pulang saja!” Ternyata Dahlia masih saja kesal. "Ya ampun, Dahlia. Beneran kamu juga lulus!" tukas, Junot. “Hah? Masa, sih?” serunya tak percaya. “Kamu lulus, Dahlia. Aku dan Lilian, nggak bohong.” Junot juga membenarkan jika, Dahlia juga lulus. Karena tak sabar ingin melihat namanya, Dahlia pun segera menuju papan pengumuman dan dia sangat senang akhirnya namanya ada di urutan paling bawah. Gadis itu sangat bersyukur dan dia berjanji pada di
Setelah Silvi pulang, hujan semakin deras turunnya.Petir semakin menggelegar suaranya di atas langit.Atas sarandari Noah, mereka pun menutup Toserba itu.Lalu pria itu segera membuatkan dua cup susu coklat untuk mereka minum.Noah sangat senang dengan hujan yang semakin deras. Dapat memperpanjang waktunya untuk berduaan dengan sang kekasih hati.Dia lalu menghampiri Dahlia yang sedang duduk di kursi santai di dalam Toserba itu. Mereka pun meminum susu coklat itu.Dahlia pun terlihat kedinginan saat ini. Noah mulai memutar otaknya, jika ini adalah kesempatan langkah baginya untuk menikmati sedikit tubuh gadis itu.Dahlia semakin kedinginan. Dia sampai-sampai melipat kedua tangannya ke dada."Kamu kedinginan, Sayang? Ayo, kita ke ruanganku saja. Di sana pasti lebih hangat." ucapnya mengawali rayuannya. Karena cuaca yang sangat dingin, Dahlia pun menuruti kemauan pria itu.Walaupun mereka sudah resmi berpacaran, ini kali pertama Dahlia masuk ke dalam ruangan Noah.Ruangan kerja sang
Dahlia baru saja selesai mandi dan segera menghampiri Noah yang sedang tidur. "Noah! Bangun! Gue tahu, Lo hanya pura-pura tidur!" Noah sontak terbangun dan memegang kedua tangan Dahlia. Dia lalu buru-buru berkata, "Sayang, maafin aku soal yang tadi, aku khilaf." lirihnya sedih sambil menunjukkan wajah penuh penyesalan. "Stop! Aku tidak mau membahasnya lagi, antar aku pulang! Sekarang!" tukas Dahlia sambil menahan rasa gugup yang mulai menimpanya. "Baiklah, Sayang. Aku akan mengantarmu pulang, tapi kita dinner dulu, please?" harap Noah "Ini sudah malam, aku pasti dicariin Lilian. Dia sudah beberapa kali meneleponku." seru Dahlia kepada sang pacar. "Baiklah, aku akan mengantarkanmu pulang." Namun diam-diam, Noah menghubungi anak buahnya untuk membelikan lima porsi sate ayam kesukaan Dahlia dan segera mengantarnya ke alamat yang telah di-share oleh pria itu. Sepanjang perjalanan menuju rumah, Dahlia terlihat diam. Sebenarnya saat ini hatinya terasa ketar-ketir. Masih a
Dahlia dan Lilian adalah dua orang gadis cantik asal Bogor yang tinggal bersama sang nenek. Mereka adalah anak korban perceraian dari kedua orangtuanya yang menikah lagi dan telah memiliki pasangan masing-masing serta tinggal di kota lain.Sehingga sejak kecil, mereka diasuh oleh nenek Rukmini di sebuah rumah yang sangat sederhana.Dahlia berwatak keras, sembrono, dan sedikit tegas. Sedangkan Lilian berwatak lembut, pemalu, dan ramah. Saat ini, keduanya telah duduk di bangku SMA kelas tiga dan beberapa bulan lagi akan menamatkan pendidikan mereka di sana.Usia sang nenek sudah sangat renta dan sering sakit-sakitan. Selama ini, Nenek Rukmini menghidupi kedua cucunya dengan berjualan keripik talas khas camilan daerah Bogor dengan cara berkeliling kampung. Dahlia dan Lilian juga membantu Nenek Rukmini dalam mengolah dan menjual keripik tersebut. Meskipun sudah tua, Nenek Rukmini selalu berusaha kuat dan sehat demi kedua cucunya tercinta.Hari Senin yang cerah di sebuah SMA Negeri Bogor,
Dahlia baru saja selesai mandi dan segera menghampiri Noah yang sedang tidur. "Noah! Bangun! Gue tahu, Lo hanya pura-pura tidur!" Noah sontak terbangun dan memegang kedua tangan Dahlia. Dia lalu buru-buru berkata, "Sayang, maafin aku soal yang tadi, aku khilaf." lirihnya sedih sambil menunjukkan wajah penuh penyesalan. "Stop! Aku tidak mau membahasnya lagi, antar aku pulang! Sekarang!" tukas Dahlia sambil menahan rasa gugup yang mulai menimpanya. "Baiklah, Sayang. Aku akan mengantarmu pulang, tapi kita dinner dulu, please?" harap Noah "Ini sudah malam, aku pasti dicariin Lilian. Dia sudah beberapa kali meneleponku." seru Dahlia kepada sang pacar. "Baiklah, aku akan mengantarkanmu pulang." Namun diam-diam, Noah menghubungi anak buahnya untuk membelikan lima porsi sate ayam kesukaan Dahlia dan segera mengantarnya ke alamat yang telah di-share oleh pria itu. Sepanjang perjalanan menuju rumah, Dahlia terlihat diam. Sebenarnya saat ini hatinya terasa ketar-ketir. Masih a
Setelah Silvi pulang, hujan semakin deras turunnya.Petir semakin menggelegar suaranya di atas langit.Atas sarandari Noah, mereka pun menutup Toserba itu.Lalu pria itu segera membuatkan dua cup susu coklat untuk mereka minum.Noah sangat senang dengan hujan yang semakin deras. Dapat memperpanjang waktunya untuk berduaan dengan sang kekasih hati.Dia lalu menghampiri Dahlia yang sedang duduk di kursi santai di dalam Toserba itu. Mereka pun meminum susu coklat itu.Dahlia pun terlihat kedinginan saat ini. Noah mulai memutar otaknya, jika ini adalah kesempatan langkah baginya untuk menikmati sedikit tubuh gadis itu.Dahlia semakin kedinginan. Dia sampai-sampai melipat kedua tangannya ke dada."Kamu kedinginan, Sayang? Ayo, kita ke ruanganku saja. Di sana pasti lebih hangat." ucapnya mengawali rayuannya. Karena cuaca yang sangat dingin, Dahlia pun menuruti kemauan pria itu.Walaupun mereka sudah resmi berpacaran, ini kali pertama Dahlia masuk ke dalam ruangan Noah.Ruangan kerja sang
Lilian dan Junot pun mulai mencoba mencari nama Dahlia, namun tidak menemukannya juga. Gadis itu sepertinya mulai kecewa, karena namanya tidak ada. Dia mengatakan jika mereka pulang saja ke rumah. "Kita pulang saja, deh!" ucap Dahlia yang merasa sangat kecewa. Namun disaat Dahlia mulai menyerah tiba-tiba, Lilian berkata, "Dahlia! Ternyata kamu lulus, namamu tertera di sini!” seru Lilian dengan penuh antusiasme. Dahlia seakan tak percaya dengan omongan saudaranya, itu. “Lilian, stop! Kamu jangan bercanda, deh! Ayo … mari kita pulang saja!” Ternyata Dahlia masih saja kesal. "Ya ampun, Dahlia. Beneran kamu juga lulus!" tukas, Junot. “Hah? Masa, sih?” serunya tak percaya. “Kamu lulus, Dahlia. Aku dan Lilian, nggak bohong.” Junot juga membenarkan jika, Dahlia juga lulus. Karena tak sabar ingin melihat namanya, Dahlia pun segera menuju papan pengumuman dan dia sangat senang akhirnya namanya ada di urutan paling bawah. Gadis itu sangat bersyukur dan dia berjanji pada di
Kembali kepada Dahlia, beberapa saat yang lalu.Dahlia yang sedang berjalan kaki menuju warung, seperti merasakan ada yang mengikutinya dari belakang. Namun dia tetap waspada dan berjaga-jaga jika ada yang ingin berniat jahat kepadanya.Jalanan gang agak sepi saat itu, tiba-tiba saja muncul dua orang yang menangkap tangannya dan memasukkan wajahnya ke dalam karung, setelah itu menyeretnya masuk ke dalam sebuah mobil.Dahlia mencoba untuk berontak namun dia tidak dapat melihat. Kegelapan melingkupinya.Mobil itu lalu melaju kencang meninggalkan satu sandal miliknya yang tertinggal di jalanan.Mobil yang membawa Dalia berhenti di sebuah rumah kosong yang sangat mewah.Orang-orang tersebut segera menyeretnya keluar dari mobil. Dahlia mulai berteriak, dan berontak namun tenaganya kalah besar dengan mereka.Semua orang itu telah mengunci tubuh Dahlia sehingga gadis itu tidak dapat mengeluarkan jurus pencak silat yang dirinya telah kuasai.Sesampainya di sebuah ruangan, orang-orang tersebu
Setelah mendapatkan izin dari Bu Jayanti, Junot tak bisa menyembunyikan kegembiraannya. Dia segera merencanakan malam istimewa untuk Lilian, seorang wanita yang telah menarik perhatiannya sejak lama. Malam itu, Junot memutuskan untuk membawa Lilian berjalan-jalan mengelilingi kota Jakarta. Tujuan pertama mereka adalah Monumen Nasional, atau yang lebih dikenal dengan Monas.“Terima kasih sudah mau ikut, Lilian. Aku yakin kamu akan suka,” ucap Junot sambil tersenyum, ketika mereka berdua memasuki mobil.“Aku juga sudah tidak sabar, Mas Junot. Apalagi aku belum pernah ke Monas,” jawab Lilian dengan mata berbinar.Junot sangat senang karena Bu Jayanti mengizinkannya untuk membawa Lilian berjalan-jalan keluar rumah malam ini. Sang ibu sangat mempercayai dirinya.Perjalanan Junot dan Lilian dimulai dari kawasan Menteng. Jalanan Jakarta yang biasanya penuh sesak dengan kendaraan, kini terlihat lebih lengang, mungkin karena sudah larut malam. Junot mengendarai mobilnya dengan tenang, sesekali
Setelah insiden di danau beberapa saat yang lalu. Hampir dua minggu lamanya, Noah terus menghubungi Dahlia. Namun gadis itu, tidak pernah menggubris panggilan telepon dan chat dari Noah.Entah kenapa mood Dahlia telah berubah kepadanya. Walaupun gadis itu telah memaafkan Noah. Bukan berarti Dahlia telah melupakan perbuatannya sang pria yang kurang sopan kepadanya.Pagi ini, Dahlia berjalan-jalan ke pasar dan mulai menanyakan jika ada pekerjaan untuknya. Mungkin nasib baik sedang berpihak padanya kali ini. Gadis itu melintas di sebuah Toserba kecil di sekitaran pasar. Tempat itu sedang membuka lowongan pekerjaan sebagai seorang penjaga toko. Dia pun segera melamar di Toserba itu.Dari arah jalanan, Noah dapat melihat jika Dahlia, wanita favoritnya ingin melamar pekerjaan di Toserba tersebut.Dia lalu menelpon seseorang yang ada di Toserba itu. Dengan seringai licik, Noah kembali mengendarai motor gedenya dan meninggalkan tempat itu.Tanpa diduga, Dahlia diterima bekerja di Toserba ter
Senja mulai memudar, dan langit perlahan berubah menjadi kelam saat Noah dan Dahlia masih berdiri di tepi danau. Angin malam yang sejuk menyentuh kulit mereka, memberikan perasaan tenang setelah percakapan yang cukup intens. Dahlia sudah memaafkan Noah atas sikap kurang sopannya sebelumnya, dan kini mereka berdiri berdampingan, memandang air yang berkilauan di bawah sinar bulan yang mulai muncul."Terima kasih sudah memaafkanku, Dahlia," ucap Noah dengan nada tulus. "Aku benar-benar tidak bermaksud bersikap seperti itu tadi.""Tidak apa-apa, Noah. Aku mengerti, semua orang punya hari buruk," jawab Dahlia sambil tersenyum lembut. "Tapi, hari sudah mulai gelap. Bisakah kau mengantarku pulang?""Tentu saja, Dahlia. Motor gedeku di parkiran sana. Ayo kita pergi," ajak Noah sambil melangkah menuju tempat parkir.Namun, saat mereka hampir sampai di motor gede milik Noah, delapan orang pria bertampang preman muncul dari bayangan pohon-pohon yang ada di sekitar danau itu. Para pemuda itu mu
Pagi itu, sinar matahari menembus dedaunan, menciptakan bayangan-bayangan kecil di trotoar. Dahlia keluar dari rumah Bu Jayanti dengan perasaan campur aduk. Dia harus segera dan tidak lagi menjadi beban bagi Bu Jayanti dan Lilian saudaranya.Dengan tas kecil yang berisi beberapa dokumen penting dan sedikit uang, Dahlia melangkah keluar rumah. Jalanan sudah mulai ramai dengan aktivitas pagi. Mobil-mobil dan sepeda motor berlalu lalang, menciptakan hiruk-pikuk yang khas. Dahlia mengenakan pakaian yang rapi, mencoba terlihat seprofesional mungkin meskipun hatinya sedang gelisah. Dia tahu, mencari pekerjaan di kota besar ini tidaklah mudah.Langkahnya mantap meski hatinya sedikit gugup. Dahlia mulai menyusuri trotoar, matanya sesekali melirik ke arah toko-toko dan gedung-gedung perkantoran yang dilewatinya. Setiap kali dia melihat papan pengumuman yang bertuliskan "Lowongan Kerja" gadis itu berhenti sejenak, mencatat nomor telepon atau alamat yang tertera. Namun, pikiran tentang persainga
Junot melangkah keluar dari mobil sportnya, menatap rumah besar yang megah di depannya. Pilar-pilar tinggi dan taman yang tertata rapi menambah kesan elegan dan megah pada rumah tersebut. Namun, di balik keindahan itu, ada rasa kosong yang menyelimuti hatinya. Pintu depan yang berat dibukanya, dan dia pun melangkah masuk ke dalam rumah yang dingin dan sunyi.“Kembali kepada mode sunyi senyap!” sergah Junot tak semangat.Ruangan besar dengan langit-langit tinggi dan dekorasi mewah terasa begitu hampa tanpa suara kehidupan. Junot melepas sepatunya dan berjalan ke ruang tamu, berharap melihat kedua orang tuanya di sana, seperti di masa kecilnya. Namun, tak ada seorang pun di rumah itu. Papa dan mamanya sedang sibuk dengan aktivitas mereka di luar rumah, seperti biasa. Papa Alfonso sering kali terbang ke luar negeri untuk urusan bisnis, sementara Mama Belva kerap menghadiri acara sosial di berbagai tempat.Junot meletakkan tas kerjanya di sofa dan berjalan menuju kamarnya di lantai atas.