Maaf ya udah 3 hari othor gak update karena lagi ribet
POV Raden Angga Wijaya. Semua bukti dan berkas-berkas gugatan sudah ku persiapkan sebaik mungkin. Aku segera menghubungi pengacara kepercayaan Kakek Harun untuk bertemu dan mengurus tuntutan hukum bagi kedua ibu beranak tersebut. "Pak Rustam, di dalam file ini ada banyak sekali bukti kasus kejahatan yang dilakukan oleh Bu Rosmala dan Doni. Diantaranya adalah membunuh Kakek Harun, Mama Rasti, dan juga Maya. " Aku menyerahkan sebuah diska lepas kepada pengacara kepercayaan Kakek Harun, Pak Rustam namanya. Beliau juga yang diberi kepercayaan oleh Mama Rasti untuk membuat surat wasiat mengenai ahli waris untuk seluruh kekayaan yang ia miliki. "Ckck, saya tidak menyangka, putri sulung Pak Harun tega menghabisi nyawa ayah kandung, adik kandung, dan juga keponakannya sendiri demi sebuah ambisi harta." Geram Pak Rustam. Ia merasakan kehilangan yang mendalam atas kepergian Pak Harun, bos sekaligus orang yang telah banyak membantunya memberikan kehidupan yang lebih layak. Orang luar saja bis
POV Author. "Mas Bram? Kak Ros?" Pekik Rasti saat netranya melihat pemandangan menjijikan di hadapannya. Rasti tidak bisa percaya akan apa yang dilihat matanya. Bagaimana mungkin laki-laki yang berstatus sebagai calon tunangannya ini malah asik berduaan dengan sang kakak dalam keadaan tanpa sehelai benang yang melilit tubuh. Rosmala sedang berbagi peluh dengan Bram di atas ranjang di apartemen milik Rasti. "Rasti gak nyangka Kak Ros tega sama Rasti." Ucap Rasti sambil menyeka air matanya yang bercucuran. Ia tidak menyangka kakaknya akan menggunakan cara yang licik untuk merebut sang kekasih hati. Hari itu, Rosmala sengaja mengirimkan pesan kepada Rasti yang mengabarkan bahwa ia ada di apartemen milik Rasti. Rasti yang sedang mengumpulkan tugas kuliah di kampus langsung buru-buru pulang karena merasa kasihan jika sang kakak menunggu terlalu lama. Tapi rupanya Rasti malah mendapatkan kejutan dari sang kakak. Rosmala memang sudah lama menyimpan rasa kepada Bram. Ia merasa iri me
POV Author.'Bertemanlah dengan penjual minyak wangi agar kamu ketularan bau wanginya.'Mungkin istilah di atas sangatlah cocok untuk menggambarkan kehidupan Rosmala dan Bram. Setelah kejadian itu, Rasti menjauh dari Bram dan bahkan memutuskan tali pertunangan beberapa hari sebelum acara. Bram menjadi frustasi karenanya dan memilih untuk melampiaskan amarah kepada Rosmala.Tentu saja Rosmala menerimanya dengan uluran tangan terbuka. Dia memang menginginkan cinta Bram melebihi apapun. Juga dia tidak rela jika Bram harus hidup bahagia bersama Rasti. Dia tidak rela!Akhirnya keduanya terlibat hubungan tanpa status alias kumpul kebo dan terlihat sering keluar masuk pub malam untuk mencari kesenangan semu. Dari situlah mereka mengenal beberapa teman yang membawanya ke lembah perjudian.Intinya, mereka salah bergaul dan terperosok lebih dalam di dunia perjudian dan seks bebas."Kamu masih ada duit gak, Ros?" Tanya Bram kepada Rosmala sebelum berangkat ke pub malam. Setiap malam mereka aka
POV AuthorRosmala mengadu kepada Bram sepulang dari kediaman Harun. Tapi bukannya mendinginkan perasaan Rosmala yang sedang memanas, Bram justru menuangkan bensin ke atas masalah tersebut."Apa kubilang? Ayahmu itu memang pilih kasih, kok. Ia tega memberikan bagian yang lebih besar dan lebih baik kepada Rasti. Iya, kan?"Jujur, diam-diam Rosmala menyetujui apa yang Bram utarakan. Selama ini ayahnya memang lebih menyukai Rasti dibanding dirinya. Maka timbullah sepercik rasa iri dan dengki di hati Rosmala."Aku mau mengambil paksa jatah warisan Rasti, Mas… Mas mau bantuin aku kan?" Tangis Rosmala pecah. Ia harus menjadi jahat jika ingin cintanya tetap bersambut.Bram mengangguk tanda setuju. Bukankah dengan Rosmala menjadi kaya, hidup dirinya juga akan ikut terjamin. Apa sih yang gak Rosmala lakukan untuknya? Wanita itu begitu tergila-gila dengan Bram, mantan calon tunangan dari adik kandungnya sendiri.Hilang sudah rasa cinta Bram yang dulu pernah ada untuk Rasti, menguap entah keman
POV Author. "Ampun, Om!! Jangan bunuh mamaku!" Pinta gadis kecil nan lemah itu. Walaupun beberapa saat yang lalu tubuh mungilnya terkulai pingsan akibat benturan keras yang terjadi, ia masih menyisakan sedikit kekuatan untuk memohon kepada para penjahat agar menyelamatkan nyawa sang mama. Tapi yang namanya penjahat, pembunuh bayaran, ia tidak akan mempunyai belas kasihan sedikitpun, apalagi mengasihi target buruannya. Jelas-jelas ia dibayar untuk menghabisi targetnya. "Tidak, tidak, jangan bunuh anakku!! Kalian boleh membunuhku tapi tolong selamatkan anakku ini." Rasti memohon dengan pilu menggunakan sisa kesadaran yang ada. Pembunuh bayaran itu tak tergerak hatinya sama sekali. Ia tetap mematuhi perintah sang klien yang menginginkannya untuk menghabisi nyawa kedua wanita beda usia tersebut. Byur… byur!!! Tanpa ampun para pembunuh bayaran melemparkan tubuh Rasti dan Maya kecil secara bersamaan ke dalam pusaran arus deras sungai di hadapannya. "Maya!!! Tolooongg!!" Suara lolongan
POV Author. "Saya adalah pemilik mobil ini, Pak. Katakan apa yang terjadi?" Terburu-buru Harun mendatangi Bukit Sheraton setelah mendapatkan panggilan dari pihak kepolisian setempat yang memberitahukan penemuan mobil dengan nomor polisi atas nama dirinya ditemukan tercebur di dalam sungai yang mengalir deras di kaki tebing Bukit Sheraton. Harun tidak pernah tahu jika Rasti bertukar mobil dengan Rosmala. Jadi dalam pikirannya mobil miliknya telah dicuri oleh seseorang dan naasnya mobil curian itu mengalami kecelakaan. "Kami menemukan jejak mobil yang terdaftar atas nama bapak jatuh ke jurang di bawah. Saat ini tim kami sedang mencoba mengevakuasi bangkai mobilnya. Mohon tunggu sebentar untuk mengklarifikasinya." Jelas salah seorang petugas kepolisian setelah selesai memasang police line di tempat terjadinya kecelakaan. Terlihat salah seorang kepala proyek menginstruksikan kepada beberapa pekerja alat berat untuk mengevakuasi bangkai mobil yang terjebak di dasar sungai di dasar jura
POV Dony."Lepasin saya, Pak! Saya gak salah apa-apa." Aku masih tidak tahu kenapa orang-orang ini menangkapku dan menggelandang ku ke kantor polisi di siang hari bolong. Malu rasanya dijadikan tontonan oleh banyak karyawan yang baru saja selesai menghabiskan waktu jam istirahatnya. Cukup kemarin Olla mempermalukanku di pesta pernikahan Mona, kenapa hari ini masih ada kejadian memalukan lainnya?Oh, mengapa aku harus menderita malu secara bertubi-tubi seperti ini? Dimana letak wibawaku sebagai orang penting di perusahaan."Lepasin!! Kalau kalian gak lepasin juga, saya akan menuntut kalian semua." Aku mengancam dan berusaha melepaskan diri dari barisan pria berseragam yang sudah berhasil memasang borgol tangan plastik yang terbuat dari cable ties di kedua pergelangan tanganku.Sekuat apapun usahaku, semua nampak sia-sia belaka. Bahkan jika aku berhasil melepaskan diri dari ikatan borgol plastik cable ties tersebut, belum tentu aku bisa melewati pagar betis yang mengawal dengan ketat.
POV Maya Rosita.Hari ini adalah hari pertama Papa Hadi kembali ke kantor setelah puluhan tahun menjabat sebagai dewan direksi secara fiktif, nyatanya selama ini perusahaan dikuasai dan dimanipulasi oleh Tante Rosmala dan anaknya.Tak banyak yang tahu akan keberadaan Papa Hadi di perusahaan. Hanya orang dekat dan beberapa karyawan yang sudah mengabdi sejak jaman Kakek Harun menjabat.Kini setelah Rosmala dan anaknya berhasil disingkirkan, Papa Hadi akan menunjukkan siapa pemilik tampuk kepemimpinan yang sebenarnya."Hari ini kamu juga harus ikut ke kantor ya, May! Papa mau ajarin kamu sedikit demi sedikit agar nanti saat papa pensiun, kamu sudah bisa mandiri di perusahaan." Ajak Papa Hadi saat sarapan berlangsung. Aku kaget bukan main. Jujur, aku belum siap sama sekali. Aku yang terbiasa menjadi ibu rumah tangga, tiba-tiba harus naik ke puncak bisnis. Oh tidak! Semua itu bagaikan mimpi."Ta-tapi, Pa…" "Gak ada tapi-tapian. Papa ini sudah mulai menua dan sakit-sakitan. Cepat atau lam